Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan mikroflora normal manusia 2, bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit 3, Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang1. Karier Staphylococcus aureus terletak pada kulit dan hidung (nasal) manusia yang sehat, ini merupakan potensial infeksi, ada 25%-50% penduduk amerika merupakan karier Staphylococcus aureus dan bisa ditularkan kapan saja, banyak infeksi pada kulit disebabkan oleh sebab yang ringan, seperti jerawat dan dapat diobati tanpa antibiotik. 4 Atlet cenderung terkena infeksi melalui luka lecet oleh karena gesekan oleh alat olahraga yang menyebabkan rusaknya kulit di tangan, siku, lutut dan ini biasa terjadi pada atlet sepakbola, bola basket dan volley: kadang juga pada bokong, dan sisi pada kaki pada atlet dayung, Staphylococcus aureus sangat mudah ditularkan dengan cara kontak langsung dengan pembawa bakteri ini, dan frekuensi penyebaran semakin tinggi pada area yang ramai dan mudah kontak seperti ruang loker, asrama mahasiswa atau tempat lain yang ramai. Infeksi pada seseorang atlet dapat terjadi sangat cepat karna dapat menjadi suatu wabah pada team tersebut, infeksi terbanyak terjadi dengan cara bakteri yang telah ada dikulit atau hidung masuk pada saat kulit kita terluka atau lecet atau pada

saat kulit yang terluka atau lecet memegang benda yang sudah terinfeksi pada alat olahraga, bola, bola basket, kostum pemain, kulit pemain atau furniture olahraga lainnya4 Berdasarkan pada berbagai penelitian terdahulu, diketahui beberapa faktor yang potensial bagi karier nasal Staphylococcus aureus pada orang dewasa sehat. Faktor-faktor tersebut antara lain merokok, kelainan anatomi hidung, mengorek hidung, menindik hidung, sinusitis kronik, diabetes dengan terapi insulin, arthritis rematoid, hemodialisis, trauma kulit jangka panjang, alergi saluran napas, asma, terapi injeksi allergen, penyakit kronik lain, kontak dengan penderita hal-hal tersebut sebelumnya, bekerja di fasilitas kesehatan, rawat inap, konsumsi antibiotik, nasal spray, hormon, antihistamin dan kortikosteroid, inhaler steroid. Penempelan bakteri ke mukosa hidung bisa memicu terjadinya kolonisasi dan infeksi oleh bakteri tersebut. Penelitian sebelumnya melaporkan adanya korelasi yang signifikan antara frekuensi mengorek hidung dengan frekuensi kultur positif Staphylococcus aureus dan jumlah Staphylococcus aureus di hidung. Hubungan ini menunjukkan hubungan kausal antara mengorek hidung dengan karier nasal Staphylococcus aureus. Penggunaan sabun dan air mereduksi jumlah mikroorganisme dan virus melalui pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel secara longgar di permukan tangan. Beberapa penelitian menunjukkan reduksi dari flora normal tangan. Cuci tangan secara sederhana akan tetap mereduksi jumlah mikroorganisme di tangan. Wabah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik dilaporkan meningkat pada siswa-siswi, mahasiswa, atlet termasuk atlet sepakbola, bola basket, volley, dayung dan gulat. Penelitian para ahli olahraga menyebutkan bahwa kontak fisik pada atlet dapat meningkatkan resiko terinfeksi Staphylococcus aureus.4

Basket merupakan olahraga yang sangat digemari selain sepakbola, sehingga atlet basket cenderung lebih sering kontak dengan orang lain baik sesama atlet maupun dengan orang lain, maka dengan uraian diatas peneliti bermaksud meneliti perilaku atlet basket yang berhubungan dengan faktor resiko Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini akan diteliti frekuensi latihan, frekuensi turnamen, kebiasaan mengorek hidung, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan kebiasaan menggunakan antibiotik terhadap faktor resiko Staphylococcus aureus.

1.2.Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi Staphylococcus aureus pada atlet basket.

DAFTAR PUSTAKA 1. Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. 2008. Biology of Microorganisms 12th edition. San Francisco: Pearson. 2. Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGrawHill. 3. Honeyman AL, Friedman H, Bendinelli M. 2001. Staphylococcus aureus Infection and Disease. New York: Plenum Publisher 4. Kimberly Belsh, 2007. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus for Athletes. California: Health and Human Services Agency

Anda mungkin juga menyukai