Anda di halaman 1dari 37

BELAJAR TENTANG MANAJEMEN PETA KERAWANAN BENCANA

sebuah inspirasi yang dituangkan ke dalam tulisan dan digunakan sebagai referensi pribadi untuk mendukung kegiatan kerja di kantor

Oleh : Helmut Todo Tua Simamora, M.Si Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara

PETA KERAWANAN BENCANA DEFENISI BENCANA Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

PENANGGULANGAN BENCANA DALAM SITUASI TIDAK TERJADI BENCANA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Perencanaan penanggulangan bencana. Pengurangan risiko bencana. Pencegahan. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan. Persyaratan analisis risiko bencana. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

PENGURANGAN RISIKO BENCANA 1. 2. 3. 4. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana. Perencanaan partisipasi penanggulangan bencana. Pengembangan budaya sadar bencana. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana, dan 5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana

PENCEGAHAN RISIKO BENCANA 1. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana. 2. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana. 3. Pemantapan penggunaan teknologi yang secara tibatiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana. 4. Penataan ruang dari pengelolaan lingkungan hidup, dan 5. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

RUANG LINGKUP 1. Perencanaan tata ruang kawasan rawan bencana longsor, yaitu : Penetapan kawasan rawan bencana longsor, meliputi penetapan : tipologi, tingkat kerawanan dan tingkat risiko rawan bencana longsor. Penentuan struktur ruang kawasan rawan rawan bencana longsor. Penentuan pola ruang kawasan rawan bencana longsor meliputi penentuan : jenis dan lokasi kegiatan di kawasan budi daya dan kawasan lindung. 2. Pemanfaatan ruang kawasan rawan longsor mencakup : pemrograman, pembiayaan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

RUANG LINGKUP 3. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor mencakup : a. Penyusunan arahan peraturan zonasi pada wilayah provinsi dan penyusunan peraturan zonasi pada wilayah kabupaten/kota. b. Perizinan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor. c. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor. d. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

RUANG LINGKUP 4. Penatalaksanaan penataan ruang kawasan rawan bencana longsor mencakup : Kelembagaan penataan ruang kawasan rawan bencana longsor. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan rawan bencana longsor.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

JENIS RAWAN BENCANA I. Terjadinya Tanah Longsor. Tanah longsor sebagai salah satu bencana gologis yang bisa diperkiran. Petunjuk/Gejala umum untuk memantau kemungkinan terjadinya perpindahan massa tanah dalam jumlah besar dalam bentuk longsor, yaitu : 1. Kerusakan pada lantai dan tembok bangunan, atau pada tanah. 2. Amblesnya sebagian lantai konstruksi bangunan, ataupun amblesnya tanah pada lereng.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

PETUNJUK / GEJALA UMUM 3. Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau dinding konstruksi penguat lereng. 4. Miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang pada lereng. 5. Munculnya rembesan air pada lereng secara tibatiba. 6. Mata air pada lereng menjadi keruh secara tiba-tiba. 7. Muka air sungai naik beberapa sentimeter dan air sungai menjadi keruh secara tiba-tiba. 8. Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

FAKTOR PENYEBAB TANAH LONGSOR Tanah longsor merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar kemungkinan terjadinya longsor. Tanah longsor terjadi sebagai akibat perubahanperubahan, baik secara mendadak atau bertahap pada komposisi, struktur, hidrologi, getaran akibat gempa bumi, letusan, gerakan mesin dan lalu lintas serta vegetasi pada satu lereng. Perubahan-perubahan ini bisa bersifat alami atau disebabkan oleh manusia dan menyebabkan gangguan keseimbangan materi-materi yang ada pada lereng.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

JENIS-JENIS TANAH LONGSOR


Berdasarkan gerakannya, tanah longsor dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut : 1. Rayapan, gerakan massa tanah atau batuan bergerak dengan kecepatan lambat, kurang dari 1 meter/tahun. Jenis tanah longsor ini terjadi pada lereng landai ( kemiringan 10 o 20 0), dan umumnya tidak menimbulkan korban jiwa tetapi merusakkan bangunan. 2. Luncuran, lebih sering terjadi pada lereng dengan kemiringan 20 o 40 0 , kecepatan gerakkannya dapat mencapai 25 m/menit. 3. Jatuhan, sejumlah besar batuan atau materi lainnya bergerak ke bawah dengan cara jatuh. Kondisi ini yang paling umum terjadi di sepanjang jalan dan pematang yang terjal, atau tebing yang curam ( 40 0).
Student Alumni of PSMIL Unpad 2003 UNAI 1999 at Bandung -Indonesia

4. Aliran. Campuran tanah, batuan dan air yang membentuk suatu cairan kental. Aliran pada mulanya adalah endapan longsoran dalam suatu lembah, kemudian karena kemiringan, ia meluncur dan berkembang sebagai masssa pekat yang menuruni lereng.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

MENGATASI BENCANA TANAH LONGSOR Upaya-upaya mengatasi bencana tanah longsor, perlu dilakukan melalui cara, antara lain : 1. Area yang pernah mengalami kejadian bencana longsor di wilayahnya. 2. Area yang rawan terhadap getaran bumi dan gempa bumi. 3. Area pegunungan. 4. Area yang terjadi degradasi lahan yang parah. 5. Area yang tertutup butir-butir pasir yang lembut atau bekas letusan gunung berapi. 6. Area yang menerima curah hujan yang tinngi atau areaarea aliran air hujan. 7. Area yang terjal dan gundul.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

JENIS RAWAN BENCANA II. Terjadinya Gempa Bumi Beberapa hal yang menentukan timbulnya bencana dari dampak gempa, antara lain : 1. Skala atau magnitude gempa. 2. Durasi dan kekuatan getaran. 3. Jarak sumber gempa terhadap perkotaan. 4. Kedalaman sumber gempa. 5. Kualitas tanah dan bangunan. 6. Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI


Terdapat 10 skala intensitas gempa yang tergantung pada besarnya getaran yang dirasakan di permukaan bumi. Kesepuluh skala intensitas gempa bumi tersebut adalah sebagai berikut : Intensitas - I 1. Tidak begitu terasa adanya getaran. 2. Air dalam wadah bergoyang sedikit. Intensitas II 1. Sedikit terasa adanya getaran. 2. Dirasakan oleh beberapa individu yang berada dalam ruangan. 3. Benda yang digantung bergoyang lemah. 4. Air tenang di dalam wadah bergoyang lemah.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI


Intensitas III 1. Gerakan terasa tetapi lemah. 2. Dirasakan oleh banyak orang di dalam ruangan, terutama di lantai atas sebuah bangunan. 3. Benda yang digantung bergoyang agak kuat. 4. Air tenang bergoyang agak kuat. 5. Suara keras mungkin terdengar. Intensitas IV 1. Getaran terasa agak kuat. 2. Dirasakan oleh orang yang berada di dalam ruangan juga di luar ruangan. Membangunkan orang tidur. Getaran yang dirasakan seperti dilewati truk besar.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI 3. Benda yang digantung bergoyang agak kuat. Piring, jendela dan pintu bergetar. Lantai dan dinding dan atap berderak. Mobil yang diparkiri bergetar sedikit. 4. Air di dalam wadah bergoyang sedikit. 5. Suara keras mungkin terdengar. Intensitas -V 1. Terasa adanya getaran yang kuat. 2. Dirasakan oleh banyak orang baik di dalam maupun di luar ruangan. Banyak orang orang tidur yang terbangun. Beberapa orang menjadi ketakutan dari lari keluar ruangan. Getaran dan goyangan kuat dirasakan di seluruh bangunan. HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI


3. Benda yang digantung bergoyang kencang. Peralatan makan berbunyi dan bergetar, bebarapa pecah. Obyek kecil ringan dan tidak stabil mungkin jatuh dan terbalik. 4. Air dalam wadah tumpah. 5. Daun dan dahan pohon terlihat bergoyang. Intensitas - VI 1. Getaran terasa sangat kuat. 2. Banyak orang yang merasa ketakutan, dan banyak yang berlari ke luar ruangan. Beberapa orang kehilangan keseimbangan. Pengendara motor merasa menyetir dengan ban kempes. 3. Benda berat dan furnitur bergerak atau bergeser. Lonceng kecil di gereja atau menara mungkin berbunyi. Plester dinding banyak yang retak. Rumah tua atau bangunan sederhana dan struktur buatan manusia akan mengalami kerusakan sedikit.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI


4. Beberapa batuan besar di perbukitan atau gunung akan jatuh menggelinding. 5. Pohon besarakan bergoyang. Intensitas - VII 1. Getaran merusak lingkungan fisik sekitar. 2. Banyak orang yang merasa ketakutan dan berlari keluar. 3. Sulit untuk berdiri tegak di atas lantai. 4. Bangunan tua dan sederhana akan banyak mengalami kerusakan. 5. Keretakan mungkin akan terlihat di bendungan, kolam ikan, permukaan tanah, atau dinding yang terbuat dari batako. 6. Dapat diamati terjadinya likuifaksi (liquifaction : proses dimana tanah kehilangan kekuatan karena gempa bumi sehingga mengalir seperti cairan), penyebaran tanah dan tanah longsor. 7. Pohon bergoyang cukup keras.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI


Intensitas - VIII 1. Getaran yang terjadi sangat merusak. 2. Orang-orang panik dan sulit berdiri meskipun di luar ruangan. 3. Banyak bangunan kokoh rusak parah. Bendungan dan jembatan hancur atau terbalik karena perubahan tanah, rel kereta api bengkok atau rusak. 4. Batu nisan mungkin berubah tempat, atau terbalik, pos pengawas, menara dan monumen mungkin miring atau terjatuh. Pipa air dan pembuangan akan bengkok, terpelintir atau rusak. 5. Likuifikasi dan penyebaran tanah mengakibatkan bangunan buatan manusia menjadi tenggelam, miring dan jatuh. 6. Banyak tanah longsor dan batu yang jatuh di daerah hilir atau pegunungan. 7. Dapat dilihat adanya celah di tanah, pohon bergoyang dengan keras, air keluar dari bendungan atau penampungan air.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI

Intensitas - IX 1. Lingkungan fisik hancur. Kebanyakan bangunan rusak patah, jembatan dan bangunan beton yang berada di atas tanah hancur, patah dan terbalik. 2. Manusia terlempar ke tanah. 3. Banyak pos pengawas, menara dan monumen miring, hancur atau terbalik. Pipa air dan pembuangan bengkok, terpelintir ataupun pecah. 4. Banyak terjadi tanah longsor dan likuifaksi dengan penyebaran tanah dan lapisan pasir. Tanah menjadi tidak rata. 5. Air sungai menyiprat dengan kuat, air di bendungan atau reservoir menyembur ke luar.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI Intensitas X 1. Lingkungan fisik hancur total. 2. Hampir semua bangunan hancur. 3. Adanya tanah longsor yang besar, likuifikasi skala besar dan terangkatnya tanah, banyak terdapat celah di tanah. 4. Banyak pohon yang tercabut, patah atau terbalik.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN TEMPAT EVAKUASI 1. Memetakan daerah-daerah yang paling rawan. 2. Memetakan daerah-daerah yang layak untuk menjadi tempat evakuasi. 3. Memetakan rute-rute penyelamatan jika terjadi bencana

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

HUTAN SEBAGAI PENYANGGA KEHIDUPAN EKOSISTEM (BUFFER LIFE ECOSYSTEM)


Hutan sebagai penyangga kehidupan ekosistem, dan dilindungi oleh Undang-Undang (UU) : UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup / Izin Lingkungan Hidup ; UU Kehutanan dan UU Penataan Ruang. Undang-Undang berbunyi, sebagai berikut : 1. Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. 2. Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. 3. Setiap orang dilarang : a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. b. Merambah kawasan hutan.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

HUTAN SEBAGAI PENYANGGA KEHIDUPAN EKOSISTEM (BUFFER LIFE ECOSYSTEM)


c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan : 1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau. 2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa. 3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai. 4. 50 (Limapuluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai. 5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang. 6. 130 (seratus tigapuluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. d. Membakar hutan. e. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang. HELMUT TODO TUA SIMAMORA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

14 (EMPAT BELAS) FAKTOR PENDORONG YANG DAPAT MENYEBABKAN LONGSOR Curah hujan yang tinggi. Lereng yang terjal. Lapisan tanah yang kurang padat dan tebal. Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat. Jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng. Getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kenderaan bermotor); Susutnya muka air danau/bendungan. Beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kenderaan angkutan.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

14 (EMPAT BELAS) FAKTOR PENDORONG YANG DAPAT MENYEBABKAN LONGSOR 9. Terjadinya pengikisan tanah atau erosi. 10. Adanya material timbunan pada tebing. 11. Bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani. 12. Adanya bidang diskontinuitas. 13. Penggundulan hutan; dan/atau 14. Daerah pembuangan sampah.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

DASAR PERUMUSAN KRITERIA (MAKRO) DALAM PENETAPAN KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR 1. Kondisi kemiringan lereng dari 15 % hingga 70 %. 2. Tingkat curah hujan rata-rata tinggi ( > 2500 mm/tahun). 3. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal (> 2 meter). 4. Struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau struktur retakan. 5. Daerah yang dilalui struktur patahan (sesar). 6. Adanya gerakan tanah; dan/atau 7. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk, dan sifat pemekaran).
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR


a. Zona Tipe A 1. Lereng (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan tebing sungai). 2. Kemiringan lereng > 40 %. 3. Ketinggian > 2000 mdpl. 4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500 mm/tahun, berkisar 70 mm/jam tetapi berlangsung terusmenerus selama lebih 2 (dua) jam hingga beberapa hari. 5. Gerakan tanah sebesar 2 m s.d 25 m / menit. 6. Jenis batuan dasarnya : andesit, tuf, napal dan batu lempung.

b. Zona Tipe B 1. Daerah kaki (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan tebing sungai). 2. Kemiringan lereng 21 % - 40 %. 3. Ketinggian 500 mdpl 2000 mdpl. HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR b. Zona Tipe B 4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500 mm/tahun. 5. Kawasan yang rawan terhadap gempa. 6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. 7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan berakar serabut. 8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa. 9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR


Zona Tipe B 10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air ke dalam lereng. 11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu berat. 12. Sistem drainase yang tidak memadai.

c. Zona Tipe C. 1. Pada daerah dataran (tinggi, rendah, dataran), tebing sungai, dan lembah sungai. 2. Kemiringan lereng berkisar 0 % - 20 %. 3. Ketinggian 0 mdpl 500 mdpl. 4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500 mm/tahun. 5. Kawasan yang rawan terhadap gempa.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR


Zona Tipe C 6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. 7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan berakar serabut. 8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa. 9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari yang mengakibatkan retakan dan amblesan tanah. 10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air ke dalam lereng. 11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu berat. 12. Sistem drainase yang tidak memadai.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

PENANAMAN VEGETASI DENGAN JENIS DAN POLA TANAM YANG TEPAT

1. Jenis tanaman yang disarankan pada kawasan rawan bencana longsor : Akasia, pinus, mahoni, hohar, jati, kemiri, dan damar serta di daerah berlereng curam di lembah dapat ditanami bambu. 2. Pola penanaman yang dapat dikembangkan pada daerah lereng pegunungan dan tebing yaitu : tanaman berakar dalam, bertajuk ringan, cabang mudah tumbuh dan mudah dipangkas.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KESIMPULAN 1. Kawasan rawan bencana longsor adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya yang meliputi zona-zona berpotensi longsor. 2. Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis berbentuk rotasi dan translasi. 3. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor, antara lain : pertimbangan karakteristik fisik alami dan aktifitas manusia yang memberi dampak terjadinya longsor.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KESIMPULAN
4. a. b. c. 5. Penerapan Undang-Undang (UU) : UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup / Izin Lingkungan Hidup. UU Kehutanan. UU Penataan Ruang. Wilayah Kabupaten Samosir, umumnya berada di sekitar kaki dan lereng gunung, pegunungan, bukit dan perbukitan yang memiliki lembah, kemiringan 0% - > 45%, berada diketinggian berkisar 907 mdpl 2200 mdpl. Wilayah Kabupaten Samosir khususnya beberapa titik/lokasi di dataran tinggi Tele berada di dalam wilayah patahan semangko sumatera. Dengan demikian wilayah Kabupaten Samosir termasuk ke dalam kawasan rawan bencana longsor dan gempa bumi (gempa tektonik dan gempa vulkano). Di tinjau ulang penetapan tapak batas peta untuk kawasan rawan bencana pada areal hutan (lindung/negara, kawasan lindung , Areal Penggunaan Lain dan Hutan Ulayat / Adat masyarakat). Penetapan tapak batas areal hutan ini diduga kuat dapat bermuatan sarat Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang berdampak pada kerusakan keanekaragaman hayati / lingkungan hidup dan kerugian asset besar pada Negara RI.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

6.

7.

TERIMA KASIH

Student Alumni of PSMIL Unpad 2003 UNAI 1999 at Bandung -Indonesia

Anda mungkin juga menyukai