Anda di halaman 1dari 17

Latar Belakang Self help pada fobia sosial yang sulit dievaluasi secara empiris Tujuan mengevaluasi efektivitas

self help murni melalui bentuk tulisan untuk fobia sosial berat dan penambahan self help dengan lima sesi terapi. Lalu dibandingkan dengan kelompok waiting list dan kelompok standar, terapis memimpin terapi kelompok. Metode Peserta dengan fobia sosial berat (n = 224) diambil secara acak, Penilaian meliputi diagnosis, gejala dan gangguan kepribadian saat pengobatan, 12 minggu dan 24 minggu. Hasil Sebagian besar pasien tidak lagi terdiagnosis fobia sosial setelah pengobatan pada kelompok pure self help dibandingkan kelompok waiting list, persentase ini menurun setelah 3 bulan pengobatan. Gejala kecemasan sosial dan gangguan kepribadian tidak berbeda secara signifikan antara kelompok. self help tambahan lebih baik dibandingkan waiting list Kesimpulan self help dengan bantuan terapis merupakan metode yang kurang efektif untuk penanganan fobia sosial. Pure self help menunjukkan keterbatasan efektivitas pada gangguan ini..

Meskipun terapi untuk fobia social (gangguan kecemasan sosial) menunjukkan efikasi yang bagus (Gould, et al, 1997; Fedoroff & Taylor, 2001), model terapi sederhana ini memiliki beberapa keterbatasan. termasuk biaya, ketersediaan tenaga medis yang terbatas dan terutama penggunaan terapi sederhana ini masih sedikit (Meltzer et al, 2000; Issakidis & Andrews, 2002). Self help dan perawatan terapis minimal merupakan model terapi sederhana. Metode Bibliotheraphy ini digunakan untuk cakupan kesulitan yang lebih luas (Scogin et al, 1990, Marrs, 1995), termasuk gangguan kecemasan (Newman et al, 2003; Barlow et al, 2005). Berbeda dengan penelitian gangguan kecemasan, hanya ada sedikit penelitian bibliotherapy untuk fobia

social (mis Newman et al, 2003). beberapa penelitian yang telah dilakukan memiliki kesimpulan yang terbatas tentang self help murni. Penelitian ini dibuat untuk menilai self help melalui metode bibliotherapi pada fobia sosial: bibliotherapy murni hampir tidak ada kontak dengan peneliti, dan bibliotherapy dengan bantuan terapis yang meliputi lima sesi kelompok. tolok ukur untuk kondisi ini dibandingkan dengan waiting list tanpa pengobatan dan kelompok terapi standar yang terdiri 5 sesi terapi metode Peserta Peserta yang digunakan adalah 224 orang yang memenuhi kriteria DSM-IV (Amerika Psychiatric Association, 1994) fobia sosial, diambil 1 dari 4 terapi secara acak : kelompok terapi standar, 'murni' self-help, penambahan self-help dengan bantuan terapis, dan waiting list. Peserta berusia 20-65 tahun dengan gangguan fobia sosial, menguasai bahasa Inggris dan dapat membaca tabloid dan surat kabar berbahasa Inggris. Masalah yang membutuhkan perhatian segera seperti niat bunuh diri yang jelas, penyalahgunaan zat atau ketergantungan berat, atau gangguan psikosis, dinilai saat wawancara. Farmakoterapi atau psikoterapi dengan dosis tetap yang sama selama 3 bulan. Tidak ada peserta yang menggunakan psikoterapi secara bersamaan. 6,8% memakai benzodiazepine atau anxiolytics lainnya, 21,2% memakai inhibitor selective serotonin re uptake atau antidepresan lain dan 9,9% memakai obat resep lainnya. Diagnosa gangguan Axis dibuat oleh mahasiswa pascasarjana jurusan psikologi klinis dengan wawancara langsung pada pasien menggunakan DSM-IV (ADIS-IV, Di Nardo et al, 1994). Data diambil dari wawancara dan pengambilan sampel untuk diagnose gangguan kecemasan dan mood, masuk untuk criteria fobia sosial (k = 0,89). Pertanyaan untuk gangguan kepribadian ini diambil dari ICD-10 pemeriksaan gangguan kepribadian internasional (Loranger et al, 1997) untuk semua peserta. Ada 95,7% sampel memenuhi kriteria untuk fobia social dan 55,8% memenuhi kriteria untuk diagnosis gangguan kepribadian. Diagnosis Axis I komorbiditas juga tinggi: 42,9% memenuhi kriteria untuk tambahan gangguan kecemasan, 33,9% memenuhi kriteria untuk mood dan
2

gangguan tambahan 4,0% memenuhi kriteria untuk penggunaan zat adiktif atau alkohol. Usia rata-rata dari sampel adalah 35,5 tahun (s.d.= 11,0) dan 50,4% adalah perempuan

Tindakan Peserta dinilai dengan langkah-langkah berikut, wawancara sebelum terapi dan 12 minggu kemudian. Peserta diterapi dan di follow up 12 minggu kemudian (24 minggu setelah penilaian awal).

Skala kecemasan interaksi social dan Skala Fobia Sosial

Skala interaksi sosial (SIAS) dan Skala Fobia Sosial (SPS) (Mattick & Clarke, 1998) adalah skala penyerta utama untuk menilai ketakutan dan kekhwatiran pada fobia sosial, penilaian lebih memfokuskan pada ketakutan yang ditimbulkan. Mereka memiliki sifat psikometrik sangat baik (Peters, 2000).

Skala evaluasi negatif dari ketakutan singkat Skala evaluasi negatif dari ketakutan (BFNE, Leary, 1983) menilai aspek kognitif dari fobia sosial, terutama yang berkaitan dengan evaluasi negatif. Psikometri dinilai dari kerasnya suara saat timbul ketakutan (Rodebaugh et al, 2004)

Kuisoner Albany Panik dan Fobia Kuisoner Albany Panik dan Fobia (APPQ-S; Rapee et al, 1994) untuk menentukan ketakutan disebabkan karena fobia sosial atau agorafobia . hasil tes terstruktur, jelas dan valid(Brown et al, 2005).

Skala Kesadaran Diri Skala Kesadaran diri terhadap kecemasan sosial (SCS-A; Fenigstein et al, 1975) yang terdiri dari enam-item skala yang menjelaskan lebih luas lagi tentang timbulnya rasa takut dipermalukan dan dihina didepan umum. Skala ini banyak digunakan untuk menilai kecemasan sosial.

Skala Interferensi hidup Untuk mengukur ketakutan sosual pada individu, enam skala Likert (Mencetak 0-8) ditanyakan ke responden untuk menilai ketakutan sosial, termasuk pekerjaan, keluarga dan kegiatan seharihari. Hasilnya dijumlahkan dan nilai total mulai dari 0 (tidak ada gangguan) sampai 48 (maksimum interferensi). Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa enam item menunjukkan konsistensi internal yang baik (A = 0,90) dan korelasi total dengan 12-item pada survey kesehatan jiwa(SF-12; Ware dkk, 1996) (r = 0,56).

Kondisi perawatan Kelompok terapi standar Terapi standar merupakan 'gold standar' dalam terapi. sekitar enam peserta didampingi dua terapis mahasiswa pascasarjana Psikologi yang berpengalaman dalam bidang psikolog klinis. terdapat sepuluh sesi terapi masing-masing 2 jam dalam 12 minggu. berdasarkan prinsip dan komponen terapi yang dijelaskan dalam buku oleh Rapee & Sanderson (1998). Tipe komponen yang termasuk terapi empiris fobia sosial meliputi restruktur kognitif dari evaluasi negatif, situasi ketakutan sosial, kinerja sosial, dan pelatihan. Peserta terlibat dalam pekerjaan rumah

self-help murni Peserta diberi salinan buku Mengatasi Rasa Malu dan Fobia Sosial: Panduan Langkah demi Langkah (Rapee, 1998), dibaca dan dipraktekkan sesuai yang dijelaskan di buku tersebut. Hampir sama dengan kelompok terapi standar, pasien melakukan latihan sesuai isi buku ini.. Penilaian pasca perawatan setelah 12 minggu.mereka tidak berkontak langsung dengan peneliti.
4

Hal ini dilakukan untu menilai kemajuan peserta dari media tertulis tanpa bantuan profesional (untuk Misalnya, membeli buku di toko atau sambil menunggu pengobatan).

Penambahan Self help dengan bantuan terapis Peserta self-help tambahan diberi salinan buku yang sama seperti yang di kelompok self help murni dan disuruh untuk membaca dan berlatih sesuai yang dijelaskan. 5-7 peserta dilakukan terapi (lulusan mahasiswa Psikologi) lima kali selama 12 minggu oleh terapis. Setiap sesi berdurasi 2 jam, Tujuan tiap kelompok sesi pada prinsipnya adalah untuk memecahkan masalah pribadi masing-masing dan memberikan dorongan motivasi pada peserta

waiting list Peserta waiting list tidak mendapatkan pengobatan selama 12 minggu. Pada akhir periode, mereka baru mendapat terapi yang tersedia.

prosedur Calon peserta menghubungi Universitas Macquarie Unit penelitian kecemasan melalui sumbersumber seperti, dokter umum, tenaga medis, media liputan dan dari mulut ke mulut. Para sukarelawan yang disaring melalui telepon dan mereka yang memiliki kecemasan kesulitan sosial dilakukan wawancara. Mereka yang masuk Kriteria inklusi, secara acak dimasukkan ke salah satu dari empat kelompok. Pengacakan dilakukan menggunakan random pre-assigned number generator. Peserta kelompok self help murni diberi salinan buku dan lembar pengisian dan kemudian dating lagi setelah 12 minggu untuk penilaian kedua. Peserta kelompok penambahan self help diberi salinan buku dan jadwal pertemuan. Peserta dalam kelompok terapi standar hanya diberikan jadwal pertemuan 1 kali. Prosedur telah disetujui oleh komite penelitian di universitas Macquarie

Analisa statistic
5

hasil penelitian ini adalah berkurangnya gejala klinis dari fobia sosial sesuai ADIS-IV. Setelah penelitian sebelumnya (Clark et al, 1994), gejala dikelompokkkan dan dikombinasikan sesuai standardisasi. skor total yang dihasilkan untuk menunjukkan gejala fobia sosial . tingkat keparahan fobia sosial berdasarkan dari ADIS-IV, SPS dan SIAS, dari APPQ untuk skala fobia sosial, SCS dan BFNE untuk skala kecemasan. Kesimpulan berdasar pengukuran skor skala tiap kelompok dan dibuat skor rata-rata tiap kelompok.

data yang hilang peserta yang tidak terdata pasca perawatan dan pada 3 bulan follow up ditunjukkan pada Gambar. 1. Penilaian digunakan untuk menggantikan data yang hilang dan data yang tidak tersedia di 3-bulan follow-up . Interpolasi digunakan jika data tidak tersedia. Sebagai pencegahan terhadap hal ini metode penanganan data yang hilang, analisis data diganti. Analisis dengan menggunakan intentto- treat analisis. Namun, analisis tanpa data yang hilang diganti tidak setara dengan analisis yang disebut 'Pelengkap'. Dalam kebanyakan klinis uji analisis Pelengkap hanya menyertakan peserta yang menerima 'dosis' cukup pengobatan (mis. menghadiri sesi pengobatan cukup); Namun, hal ini tidak dapat ditentukan pada peserta menjalani self-help. oleh karena itu analisis tanpa data yang hilang substitusi mungkin termasuk beberapa peserta yang melakukan tidak melaksanakan salah satu self-help, bahkan meskipun mereka kembali data. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perawatan skor pra- fobia sosial gabungan gejala antara mereka yang disediakan pasca perawatan dan tindak lanjut data dan mereka yang tidak (t (222) 71,135, P40.05) HASIL Data dibagi menjadi empat kelompok yang dijelaskan pada Tabel 1. Diagnosis-bebas status Jumlah dan persentase peserta yang tidak memenuhi kriteria diagnosis fobia social pasca terapi dan penilaian saat follow up ditunjukkan pada Tabel 2. Pasca terapi, peserta yang mendapat terapi aktif menunjukkan tingkat rasio bebas diagnosis yang lebih besar (kelompok terapi 22%, n = 13; self-help tambahan 19%, n = 11; pure self help 20%, n = 11) kelompok waiting list (6%, n

= 3; Fisher tepat tes P < 0.008). tidak ada perbedaan signifikan pada rasio terbebas dari diagnose awal pasca terapi antara mereka yang menerima beberapa bentuk kelompok Terapi (augmented self help 19%, n = 11; kelompok perlakuan 22%, n = 13), dan mereka yang menerima murni self help (20%, n = 11; Fisher tepat uji P = 0,522) Pada 3 bulan follow-up ada secara signifikan peserta lebih yang tidak lagi bertemu kriteria diagnostik ADIS-IV untuk social fobia pada kelompok perlakuan dan ditambah kondisi self-help (22%, n = 13; 26%, n 15, masing-masing) dibandingkan dengan self help Kondisi (11%, n = 6; Fisher tepat Uji P50.05). Jumlah yang diperlukan untuk membandingkan self help murni dengan self-help tambahan yaitu 7 (1 / (0.10770.263) 6,4) dengan tingkat kepercayaan 95% interval dari 3,4 menjadi 62,8. Ini menunjukkan bahwa tujuh pasien dengan fobia sosial perlu diterapi dengan bibliotherapy dan tatap muka Tabel 1 peserta kelompok waiting list self help murni penambahan self kelompok terapi help dengan

asisten terapis umur,tahun,ratarata wanita (%) menikah (%) pendidikan lulusan SMA gangguan kepribadian diagnosis axis I 33 (66) sekunder 37 (66) 37 (65) 38 (64) 31 (60) 23 (41) 35 (61) 36 (61) 23 (44) 15 (29) 32 (63) 33 (59) 26 (46) 42 (75) 27 (47) 21 (37) 36 (64) 30 (51) 12 (20) 43(74) 36.2 (11.6) 36.5 (10.1) 34.8 (12.1) 34.8 (12.1)

pemberian obat

20 (39)

113 (23)

17 (30)

20 (34)

Tabel 2 . peserta tanpa diagnosa klinis fobia social pada post terapi dan 3 bulan follow up n bukan fobia sosial post terapi n (%) waiting list self help murni 52 56 3 (6%) 11 (20%) 11 (19%) 3 bulan follow up n (%) tidak dapat dinilai 6 (11%) 15 (26%)

penambahan self help 57 dengan asisten terapis kelompok terapi 59

13 (22%)

13 (22%)

gangguan akibat kecemasan sosial. Parameter intersep random memungkinkan individu yang berbeda dalam kelompok mereka pada tingkat keparahan, sedangkan parameter slope random memungkinkan untuk perubahan varians kelompok dari waktu ke waktu. Model dengan struktur kovarians autoregressive untuk efek slope random dicobakan tapi tidak bertemu, sehingga dijelaskan hasil dari model dengan struktur kovarians diagonal untuk slope random. Karena dari kecenderungan perbedaan antara kelompok dalam diagnosis gangguan kepribadian menghindar pra-pengobatan (x2=6.196, d.f=3, P=0.102), pra-perawatan keparahan tingkat klinis gangguan kepribadian menghindar dimasukkan sebagai kovariat.Model terbaik yang terdiri dari intersep random, slope, pra-perawatan gangguan kepribadian menghindar dan memberikan efek
8

pengobatan a-2 log kemungkinan dari 1.104.298. (Karena sekitar 30% dari sampel adalah mengkonsumsi obat, kami menguji model yang terdapat penggunaan obat sebagai kovariat; dimana tidak ada perbaikan dalam model yang sesuai dengan data, dan karenanya penggunaan obat tidak termasuk dalam analisis.) terdapat kelompok yang signifikan saat interaksi pada fobia sosial gabungan (F
(4,216.9)

16.131, P<0.001), sehingga direncanakan tes tindak lanjut untuk menguji perbedaan spesifik antara kelompok. di sana adalah kecenderungan perbedaan antara murni bantuan diri dan menunggu intervensi pasca perawatan (t (246.443)=1,69, P = 0.093), dan perbedaan yang signifikan antara menunggu dan ditambah bantuan diri(t (247.133) =4.457, P<0.001) dan kelompok perlakuan (t
(247.060)

= 4.131, P<0.001) juga keduanya saat pasca pengobatan. Pada penilaian 24 minggu

follow-up, ditambah bantuan diri dan kelompok perlakuan menghasilkan tingkat signifikan lebih rendah dari standar gabungan fobia sosial daripada kondisi bantuan diri murni (ditambah murni bantuan diri t
(254,695)=-3.582,

P<0.001; kelompok perlakuan v murni bantuan diri t

(254.120)=

3,447, P<0.001, NS). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ditambah bantuan diri dan kelompok perlakuan untuk pengukuran selama penilaian 24 minggu (t (254.900) = 0.137, NS). Pola yang sama dari hasil yang diamati ketika data hilang yang kemudian dikeluarkan.

Hasil yang serupa diamati untuk peringkat sejauh mana kecemasan social mengganggu berbagai kegiatan (jumlah skor pada Skala Gangguan Jiwa). Model campuran A yang mengandung random intersep dan istilah slope dan termasuk dasar klinis tingkat keparahan gangguan kepribadian menghindar sebagai kovariat adalah yang terbaik cocok dengan data dan memberikan kemungkinan a-2log dari 1.368,75. Ada kelompok yang signifikan dengan waktu interaksi (F (4.258.892) = 7.4398, P<0.001) menunjukkan bahwa peserta di empat kondisi berubah secara signifikan di tingkat yang berbeda. Pada penilaian pasca perawatan, ditambah bantuan diri dan kelompok perlakuan menyebabkan peringkat secara signifikan lebih rendah gangguan kehidupan daripada kontrol menunggu (self-help ditambah v menunggu t P<0.01; kelompok perlakuan menunggu v, t
(234,243) (234,272)

= -2.577,

= -2,41, P<0.02) sementara tidak ada

perbedaan yang signifikan antara murni bantuan diri dan kelompok menunggu(t (233,998) = -0,716,

10

NS). Pada 24 minggu follow-up keduanya ditambah bantuan diri dan kelompok perlakuan menyebabkan signifikan interferensi hidup lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi selfhelp murni (augmented v murni self help, t (249,894) = -2,514, P<0.02; kelompok perlakuan v murni self help
t (249,671)

= -2,236, P<0.05) tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua intervensi yang

melibatkan terapi kelompok (t (249,972) = 0.294, NS). Sekali lagi hasil yang konsisten dimana data yang hilang tidak diganti.

Mediasi perubahan di bibliotherapy Peserta dalam dua kondisi yang melibatkan penggunaan buku self-help signifikan berbeda dalam jumlah bab yang mereka laporkan: murni self help 4.11,

11

1. Berarti yang memperkirakan cara marjinal dengan tingkat keparahan klinis gangguan kepribadian menghindar ditetapkan pada keseluruhan pra-perawatan berarti(2,783) dan data yang hilang diganti dengan nilai yang diamati terakhir atau interpolasi nilai-nilai yang berdekatan (dijelaskan lebih rinci dalam bagian metode). 2. Perbedaan antara perawatan pra-dan pasca perawatan berarti dibagi dengan standar deviasi pra-perawatan (yang standar deviasi pra-perawatan digunakan karena data yang hilang diganti mungkin telah mengurangi varians kemudian pengamatan dan dengan demikian meningkatnya perkiraan ukuran efek). 3. Perbedaan antara pra-perawatan dan follow up berarti dibagi dengan standar deviasi praperawatan.

(s.d.=2,95), ditambah self help 7.48 (s.d.=2,08, t (59) = 3.37, P<0.001). Jumlah bab yang dibaca secara signifikan berhubungan dengan tingkat keseluruhan dari gabungan gejala fobia social (F
(13,95.099)

= 1,858, P<0.05), menunjukkan bahwa lebih parah kecemasan sosial pada umumnya

semakin besar jumlah bab yang dibaca. Jumlah bab yang dibaca juga berhubungan secara signifikan dengan tingkat perubahan gejala gabungan fobia social (F (26,124.804) = 1,677, P<0.05), sehingga membaca bab lagi dikaitkan dengan perbaikan signifikan lebih besar. Namun, interaksi antara waktu, jumlah bab yang dibaca dan kondisi perlakuan tidak signifikan (F (8,119.649) = 1,372, NS), menunjukkan bahwa jumlah bab yang dibaca tidak menjelaskan perbedaan dalam tingkat perubahan antara buku saja dan buku dengan kelompok intervensi.

12

BFNE, Brief Fear Evaluasi of Negative, SIAS, Social Interaction Anxiety Scale, SPS, Sosial Phobia Scale. 1. berarti dihitung dengan data yang hilang diganti dengan nilai yang diamati terakhir atau interpolasi nilai-nilai yang berdekatan (dijelaskan lebih rinci dalam bagian metode). 2. Perbedaan antara perawatan pra-dan pasca-perawatan berarti dibagi dengan standar deviasi pra-perawatan (yang standar deviasi pra-perawatan digunakan karena data yang hilang diganti mungkin telah mengurangi varians dari pengamatan kemudian dan demikian meningkatnya perkiraan ukuran efek). 3. Perbedaan antara pra-perawatan dan follow up berarti mdibagi dengan standar deviasi praperawatan.

13

PEMBAHASAN arti dari pure self help Pertanyaan utama dibahas dalam penelitian ini adalah apakah penurunan ditandai dalam social fobia bisa dicapai melalui self-help disampaikan dalam bentuk bahan tercetak. Hasil memberikan dukungan untuk digabung dengan nilai bibliotherapy dalam mengurangi ketakutan sosial dan tingkat gangguan jiwa yang disebabkan oleh kecemasan sosial. Secara khusus, berkurangnya adalah nyata dipengaruhi oleh metode penyampaian bibliotherapy. Ketika bibliotherapy disampaikan dalam 'murni' bentuknya - yaitu, dengan tidak ada keterlibatan signifikan dari terapis hasilnya relatif sederhana. Sebagian kriteria wajar diagnostik pasien tidak lagi memenuhi fobia sosial menggunakan murni self help, meskipun proporsi ini tampaknya menurun oleh follow up poin. Perubahan gejala menunjukkan tren lebih besar dibandingkan kontrol menunggu saja dan dipertahankan cukup dari waktu ke waktu, tetapi penurunan gangguan hidup tidak signifikan lebih besar daripada di kelompok menunggu. Oleh karena itu sebagai intervensi klinis, bibliotherapy murni muncul untuk menunjukkan nilai terbatas untuk fobia sosial. Namun, indikasi keberhasilan (misal. perubahan ukuran sedang efek interferensi hidup) menyarankan bahwa bibliotherapy murni bisa memiliki peran dalam intervensi tingkat populasi atau penyediaan bantuan kepada kelompok-kelompok yang mungkin tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan mental yang luas. Namun, saran tersebut akan memerlukan investigasi lebih menyeluruh termasuk ukuran sampel yang cukup untuk mendeteksi efek ukuran kecil yang mungkin masih memiliki manfaat di seluruh populasi. Dari perspektif teoritis sederhana kemanjuran murni self help untuk fobia social berdiri di pendirian yang kontras untuk menarik efek kuat ditunjukkan dengan gangguan lainnya (Scogin et al, 1990; Marrs, 1995; Newman et al, 2003; Barlow et al, 2005). Fobia sosial adalah salah satu yang paling kronis dari gangguan kecemasan (Bruce et al, 2005) dan telah menandai kepribadian seperti karakteristik (Rapee & Spence, 2004). Oleh karena itu self-help mungkin jauh lebih sulit untuk membuat konsep dan untuk ini dilaksanakan kondisi ego-syntonic daripada gangguan yang melibatkan perubahan lebih dari fungsi normalnya. Sampel kami juga terutama sangat fobia dan berisi sebagian besar orang dengan kepribadian gangguan menghindar. Ada kemungkinan bahwa individu dengan bentuk lebih terbatas fobia social mungkin lebih setuju untuk self-help, meskipun dengan menarik data kami menunjukkan bahwa itu adalah individu-individu lebih
14

parah terkena yang membaca bab lebih dari buku. Akhirnya, ketakutan yang mendasari dalam fobia sosial (misalnya 'jika saya membuat kesalahan orang akan berpikir buruk tentang saya ') biasanya jauh lebih tulus dan karenanya lebih terbuka untuk bias dalam interpretasi daripada banyak kekhawatiran di gangguan lain (misalnya 'naik bus akan menyebabkan serangan jantung '). Fitur ini mungkin membuat fobia sosial kurang setuju dari Gangguan lain untuk murni self help. Meskipun penelitian ini disediakan salah satu tes yang paling valid murni self help, tidak mungkin untuk menguji kebenaran model self-help seperti akan digunakan di dunia nyata. Secara khusus, self-help dalam penelitian kami berbeda dari penggunaan dunia nyata melalui dimasukkannya penilaian pra-pengobatan dan kontak, kontak tulisan, 'struktur' dari penelitian percobaan, dan penilaian pasca perawatan. Inklusi ini mungkin telah menyebabkan terlalu tinggi kemanjuran murni self help.

Augmented self help Berbeda dengan murni self help, augmentasi self help dengan lima kelompok terapis yang dipimpin sesi menghasilkan perbaikan yang menyolok gejala fobia sosial dan kehidupan gangguan yang besar sebagai orang-orang diproduksi oleh kelompok perlakuan standar. Kurangnya lima sesi, terapis-satunya Kondisi tidak memungkinkan kesimpulan lengkap yang dapat ditarik tentang peran ditulis bahan. Meskipun tidak mungkin, adalah mungkin bahwa lima sesi kelompok dengan terapis mungkin telah mengakibatkan manfaat setara ke bibliotherapy ditambah. Namun demikian, Metode ini dapat memberikan template untuk metode sumber daya yang sangat efektif dari pengiriman pengobatan. Perubahan ukuran efek gejala fobia sosial yang dihasilkan oleh augmented self-help (1,08) lebih besar dari efek khas kognitif-perilakuTerapi ditunjukkan dalam meta-analisis (sekitar 0,8) (Fedoroff & Taylor, 2001). Menariknya, pengobatan terakhir untuk fobia social menggunakan internet disampaikan swadaya dikombinasikan dengan beberapa masukan terapis dan in vivo eksposur menunjukkan efek ukuran 0.87 (Andersson et al, 2006). Meskipun pengobatan berdasarkan model yang lebih baru fobia sosial telah menunjukkan efek yang lebih besar, hal ini disertai dengan peningkatan nyata biaya (mis. Clark et al, 2003). Oleh karena itu kami dapat mulai untuk menyempurnakan berbagai pilihan tersedia untuk layanan kesehatan mental. Pada satu ekstrim, ahli terapis mengobati individu pasien di bawah pengawasan rinci dapat menghasilkan hasil yang sangat
15

berkhasiat pada biaya yang lebih tinggi dan aksesibilitas yang terbatas. Di ekstrim yang lain, penyediaan sederhana bahan cetak dapat menghasilkan kecil perubahan pada biaya yang sangat rendah dan luas aksesibilitas. Augmentation dicetak bahan dengan sesi terapis yang dipimpin beberapa memberikan salah satu alternatif titik tengah. Masa depan penelitian perlu mengeksplorasi alternatif lanjut yang mungkin memberikan keseimbangan terbaik antara efikasi dan penggunaan sumber daya. Sebagai Misalnya, John Walker dan rekan (Komunikasi pribadi) telah menunjukkan baik efek dari menambah bibliotherapy dengan sesi kelompok yang dipimpin oleh awam fasilitator.

Mekanisme perubahan Perbaikan lebih lanjut pada kemanjuran bibliotherapy bisa datang dari penelitianmenjadi mediator perubahan. Hasilpenelitian kami menunjukkan bahwa jumlahmembaca adalah berhubungan positif dengan hasil.Meskipun hal ini tidak mengherankan, itu tidakmenyiratkan bahwa metode identifikasi untuk meningkatkanmembaca bahan dapat meningkatkankemanjuran bibliotherapy. Anehnya,meskipun penggunaan terapis pembesarandikaitkan dengan jauh lebih besar jumlah membaca, perbedaan ini tidak menjelaskan variasi yang signifikan dalam perbedaan antara kelompok. Tampaknya terapis pembesaran bibliotherapy memberikan manfaat lebih dan di atas sederhana motivasi untuk membaca materi. Calon variabel dapat mencakup interpretasi yang lebih baik prosedur, pelatihan dalam strategi tambahan atau hasil harapan lebih positif. Beberapa metode lain augmentasi memiliki menjanjikan, termasuk pengembalian tugas mingguan pekerjaan, 'check-in' dan pengingat melalui pos, telepon, palmtop komputer atau email. electronic delivery swadaya menikmati popularitas dan mungkin menghasilkan beberapa manfaat. Dalam banyak kasus sistem internet hanya terdiri dari ditulis bahan dalam bentuk elektronik dan akan tidak memberikan manfaat yang lebih besar daripada dicetak bahan. Namun, penggunaan canggih program komputer tidak memungkinkan beberapa fitur menarik seperti individual aplikasi disesuaikan, umpan balik regular dan pelacakan kemajuan, dan built-in pengingat (Griffiths & Christensen, 2006). Penelitian khasiat bibliotherapy akan mendapat manfaat dari pemeriksaan sistematis dari prediktor. Prediktor signifikan harus digunakan baik untuk peserta layar yang yang paling mungkin untuk manfaat (Baillie & Rapee, 2004) dan untuk menginformasikan perkembangan mode masa depan pengiriman.
16

Dampak Layanan kesehatan mental di seluruh dunia terbatas dalam jangkauan dan cakupannya. Selain itu, sebagian besar orang dengan gangguan kecemasan termasuk fobia social tidak mencari bantuan dari jiwa tradisional pelayanan kesehatan (Meltzer dkk, 2000; Issakidis & Andrews, 2002). Banyak dari orang-orang melaporkan lebih memilih untuk berurusan dengan kesulitan sendiri (Issakidis & Andrews, 2002). Untuk orang-orang ini khususnya, swadaya mungkin memberikan diterima alternatif untuk terapi tradisional. Keuntungan swadaya termasuk membebaskan jiwa profesional kesehatan untuk memungkinkan mereka untuk menangani dengan individu yang memang membutuhkan lebih intensif intervensi (Baillie & Rapee, 2004) dan menyediakan lebih mudah diakses dan kurang stigma alternative individu yang tidak mau atau tidak mampu mengakses layanan tradisional. Dengan demikian, lanjut penyelidikan kemanjuran swadaya metode dapat memiliki implikasi besar untuk kesehatan masyarakat. Beberapa studi telah menunjukkan nilai self-help untuk varietas gangguan kecemasan. Data saat ini menunjukkan yang murni swadaya tampaknya kurang efektif untuk fobia sosial daripada lainnya gangguan kecemasan. Namun demikian, indikasi ditampilkan di sini untuk efek kecil menunjukkan bahwa penelitian yang lebih besar dengan implikasi yang lebih jelas untuk kesehatan penduduk akan menjadi nilai.

17

Anda mungkin juga menyukai