Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN Fistula oroantral merupakan saluran abnormal yang terbentuk dan menghubungkan sinus maksilaris dan kavum

oris dan mungkin merupakan hasil dari beberapa proses patologis yang berbeda. Umumnya, fistula oroantral terjadi setelah ekstraksi gigi; namun demikian, penyebab lainnya juga meliputi infeksi, kondisi inflamasi, neoplasma dan cedera/trauma. 1 Pada sebagian besar kasus, pasien dengan fistula oroantral mempunyai riwayat ekstraksi gigi sebelumnya dan keluhan adanya rasa asin dan bebasnya udara ke dalam mulut pada saat meniup hidung. Jika terdapat infeksi, adanya sekret hidung yang terkait dengan nyeri di pipi dan gejala umum infeksi. 1 Oroantral fistula yang diakibatkan oleh tindakan pencabutan gigi, sebenarnya jarang sekali terjadi.2 Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut terangkat. 3 Secara anatomis oral dan antrum adalah dua bagian yang dekat tetapi terpisah satu dengan yang lain. Antrum berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita kiri dan kanan. Bagian medial dari antrum dibatasi oleh dinding lateral dari rongga hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveol rahang atas yaitu tempat di mana gigi geligi berada. 2

Secara umum tulang dasar antrum mempunyai ukuran yang relatif tebal. Ketebalan yang dimaksud adalah jarak antara permukaan dasar antrum dengan ujung akar gigi posterior rahang atas. Pada beberapa kasus dapat dijumpai dinding dasar antrum yang tipis bahkan begitu tipisnya sehingga tidak ada batas dengan ujung akar gigi. 2 Menipisnya tulang dasar antrum dapat terjadi karena beberapa sebab. Pertama, diduga adanya pertumbuhan akar gigi yang tumbuh bersama-sama dengan perkembangan antrum, sehingga tulang dasar antrum membentuk kontur yang mengikuti lekuk trifurkasi akar molar atau lekuk di antara akar-akar premolar. Sehingga akar gigi berkesan masuk ke dalam rongga antrum. Kedua, terdapatnya jaringan patologis pada ujung akar gigi. Jaringan patologis tersebut antara lain kista radikuler atau granuloma periapikal. Proses perluasan dari jaringan patologis tersebut akan dapat merusak dan menipiskan tulang setempat. Selain hal tersebut, neoplasia dapat juga menipiskan tulang dasar antrum. 2 Pada proses pencabutan gigi, tulang dasar antrum yang tipis akan lebih mudah rusak, sehingga mudah untuk menimbulkan kecelakaan terbukanya antrum. Terbukanya antrum dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena terjadi

kecelakaan penggunaan alat, misalnya penggunaan bein dengan cara kasar. Dilaporkan juga karena pemasangan gigi tiruan implan. Penyebab kedua adalah, bentuk dinding dasar antrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigi. Penyebab ketiga, adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi posterior rahang atas. 2

Amaratungga melaporkan dari 86 kasus oroantral fistula semuanya mengalami infeksi. Infeksi yang dimaksud adalah sinusitis maksilaris.2 Sinusitis maksilaris dengan asal geligi ini bertanggung jawab pada 10% kasus sinusitis yang terjadi setelah gangguan pada gigi.3 Pencitraan fistula oroantral masih terbatas karena keterbatasan teknis CT scan, namun hal ini sekarang dapat diatasi dengan CT scan reformatted yang memperjelas visualisasi rahang dan kavum oris. Pada CT scan, fistula oroantral terlihat sebagai diskontinuitas dasar tulang dari sinus maksilaris dan opasifitas jaringan lunak yang terkait dari sinus maksilaris ipsilateral. 1

Suatu tindakan yang bijaksana apabila setiap selesai melakukan pencabutan gigi di rahang atas, khususnya gigi-gigi molar dan premolar, diikuti dengan pemeriksaan tes tiup atau kumur. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi apakah terjadi kecelakaan terbukanya antrum setelah pencabutan gigi. Apabila hal tersebut terjadi dan segera diketahui, kemudian dilakukan perawatan dengan cepat dan benar, maka komplikasi yang lebih parah akan dapat dihindari.2 Penutupan fistula oroantral harus dilakukan sesegera mungkin untuk mengurangi risiko infeksi antrum. Flap palatal adalah metode yang paling umum yang dipakai dalam operasi penutupan fistula oroantral.3

BAB II PERMASALAHAN 1. Apa yang dimaksud dengan kelainan ini? 2. Bagaimana bisa terjadi kelainan ini? 3. Apa komplikasi yang diramalkan yang dapat terjadi bila kasus ini dibiarkan? 4. Siapa yang menanggulangi kasus ini? Ahli THT? Dokter Gigi? atau Dokter Bedah?

BAB III PEMBAHASAN 1. Apa yang dimaksud dengan kelainan ini? Fistula oroantral merupakan saluran abnormal yang terbentuk dan menghubungkan sinus maksilaris dan kavum oris dan mungkin merupakan hasil dari beberapa proses patologis yang berbeda. Umumnya, fistula oroantral terjadi setelah ekstraksi gigi; namun demikian, penyebab lainnya juga meliputi infeksi, kondisi inflamasi, neoplasma dan cedera/trauma. 1 2. Bagaimana bisa terjadi kelainan ini? Oroantral fistula yang diakibatkan oleh tindakan pencabutan gigi, sebenarnya jarang sekali terjadi.2 Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut terangkat. 2,3 Pada proses pencabutan gigi, tulang dasar antrum yang tipis akan lebih mudah rusak, sehingga mudah untuk menimbulkan kecelakaan terbukanya antrum. Terbukanya antrum dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena terjadi kecelakaan penggunaan alat, misalnya penggunaan bein dengan cara kasar. Dilaporkan juga karena pemasangan gigi tiruan implan. Penyebab kedua adalah, bentuk dinding dasar antrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigi. Penyebab ketiga, adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi posterior rahang atas. 2 3. Apa komplikasi yang diramalkan yang dapat terjadi bila kasus ini dibiarkan? Amaratungga melaporkan dari 86 kasus oroantral fistula semuanya mengalami infeksi. Infeksi yang dimaksud adalah sinusitis maksilaris 2 (sinusitis maksilaris supuratif kronis2, unilateral1)

4. Siapa yang menanggulangi kasus ini? Ahli THT? Dokter Gigi? atau Dokter Bedah? Ahli yang menangani fistula ororantral adalah ahli gigi (dokter gigi spesialisasi Bedah Mulut) karena fistula oroantral merupakan satu dari komplikasi yang umum terjadi setelah operasi dentoalveolar di rahang bawah, dan paling banyak diakibatkan oleh ekstraksi gigi, terutama molar atas 3 dan karena pada sebagian besar kasus, pasien dengan fistula oroantral mempunyai riwayat ekstraksi gigi sebelumnya.1 Dokter Ahli THT berperan serta pada penanganan sinusitis maksilarisnya saja, sedangkan Dokter Ahli Bedah berperan serta bila ada trauma maksilofasial yang mengiringi kejadian fistula ororantral tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 13. Penerbit Binarupa Aksara.Jakarta. 1994. 2. Anonym. Oro-antral communication. Available at : http://www.exodontia.info/OroAntralCommunication.html 3. Klara Sokler. Treatment of Oroantral Fistula. Acta Stomatol Croat, Vol. 36, br. 1, 2002. Available at: http://www. hrcak.srce.hr/file/5104.pdf

Anda mungkin juga menyukai