Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Di indonesia cukup beraneka model usahatani terpadu baik yang berkembang dan bertahan sesuai dengan budaya lokal maupun yang sudah dikembangkan berdasarkan prinsip keilmuan. Salah satu model usahatani terpadu tersebut adalah metode Intensifikasi Pekarangan Hayati atau biasa juga disebut dengan Kebun Intensif Hayati yang dapat mengatasi kendala diatas. Pekarangan atau kebun banyak dijumpai di wilayah pedesaan yang tersebar di Indonesia sebagai salah satu sistem wanatani tradisional yang tetap bertahan sesuai dengan budaya dan kondisi ekosistem setempat. Intensifikasi pekarangan yang dilaksanakan secara konvensional mempunyai ketergantungan yang tinggi pada masukan dari luar termasuk benih dan bibit, pupuk kimia, pestisida dan kebutuhan lainnya. Keberhasilan intensifikasi pekarangan konvensional sangat tergantung pada penyediaan masukan dari luar usaha tani. Pengembangan pekarangan harus lebih menitikberatkan pada ketersediaan sumber daya dan pengetahuan yang dimiliki petani setempat. Pendekatan intensifikasi hayati berbeda sama sekali dengan intensifikasi

pekarangan konvensional. Intensifikasi alami untuk petani kecil lebih menitikberatkan pada ketersediaan pada penyediaan petak pertanaman dengan pengelolaan tanah, daur ulang hara, membangun kesuburan tanah, keanekaragaman pertanaman dan keseimbangan ekosistem secara terpadu. Melalui intensifikasi pekarangan hayati, bahan organik di daur ulang dengan cara dikembalikan ke tanah dalam bentuk kompos. Berbagai jenis tanaman ditanam-berbeda kedalaman pekarangan-dan limbah organik dimasukkan kembali ke dalam tanah pada kedalaman yang berbeda. Pendekatan intensifikasi hayati juga membatasi penggunaan pestisida sintetis. Keanekaragaman jenis sayuran pada setiap petak pertanaman mampu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Jenis tanaman tertentu menghasilkan bau yang berperan mengusir hama yang ada disekitarnya. Menggunakan jenis sayuran varietas lokal dan tahan hama juga akan menekan masalah hama. Lebih jauh lagi semua bentuk atau formula organik dapat dibuat dengan mengandalkan bahan-bahan yang tersedia di sekeliling kita, termasuk toga (tanaman obat-obatan keluarga), pestisida hayati, dan lain-lain. Sayuran yang dihasilkan tidak menimbulkan bahaya pada kesehatan konsumen. Kelebihan pekarangan dalam kehidupan petani adalah secara berkesinambungan dapat menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga petani. Keberhasilan sistem pekarangan dalam mempertahankan produktivitasnya dapat ditinjau berdasarkan : Mempertahankan dan meningkatkan hasil tanaman secara berkelanjutan

Meningkatkan pasokan energi yang berasal dari sumber daya lokal, terutama kayu bakar; Menghasilkan beraneka bahan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk dijual di pasar, termasuk kayu, sayuran, toga, buah-buahan, dan lain-lain. Perlindungan dan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan, terutama tanah, air, flora dan fauna. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani yang sesuai dengan budaya setempat. Kelebihan diatas dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan yang baik untuk melaksanakan metode Intensifikasi Pekarangan Hayati mengingat inti pendekatan ini adalah usaha untuk meningkatkan daya dukung tanah untuk memelihara kehidupan tanah dan tanaman.

INTENSIFIKASI PEKARANGAN HAYATI

Pengertian Pekarangan adalah lahan sekitar rumah yang ditumbuhi campuran tanaman, disertai adanya berbagai binatang, termasuk binatang liar dan ternak. Pekarangan merupakan suatu sistem dengan batas-batas tertentu, dan mempunyai manfaat ekonomi, biofisik, dan sosiokultur bagi pemiliknya. Intensifikasi pekarangan hayati atau kebun intensif hayati merupakan suatu bentuk pertanian biologis dengan pengelolaan lahan sempit secara intensif dan menggunakan bahan-bahan alami untuk membentuk kembali dan menjaga produktivitas tanah.

Persiapan Petak Pertanaman Tahap awal adalah menyiapkan petak pertanaman dengan cara mencampur dan menggemburkan tanah sedlam 30-60 cm. Dengan cara ini kemampuan tanah mengikat air ditingkatkan. Disamping itu, aerasi tanah diperbaiki, sehingga pertumbuhan dan perbanyakan cacing tanah dan mikroorganisme lain yang menguntungkan dapat ditingkatkan. Dipermukaan tanah dapat diberi mulsa jerami atau rerumputan untuk mengurangi terjadinya pemadatan tanah akibat hempasan air hujan atau penyiraman. Petak pertanaman yang dipersiapkan dengan cara menimbun tanah dari hasil galian sedalam 3060 cm berfungsi mempertahankan lengas tanah, dan produktivitas tanah ditingkatkan. Pupuk Organik dan Bahan Pembenah Alami Selama penyiapan petak pertanaman, bermacam-macam bahan yang berasal dari tanaman dan hewan dicampur dengan tanah permukaan untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik memiliki fungsi sebagai berikut: (1) menambah kesuburan tanah karena dengan adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik ke dalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang, (2) memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah. Akibatnya, sifat fisik dan kimia tanah ikut diperbaiki. Pemberian pada tanah berpasir menyebabkan daya ikat tanah meningkat. Pemberian pada tanah berlempung akan menjadi ringan, daya ikat air menjadi tinggi, daya ikat tanah terhadap unsur hara meningkat, serta drainase dan tata udara tanah dapat diperbaiki. Tata udara tanah yang baik dengan kandungan air cukup akan menyebabkan suhu tanah lebih stabil serta aerase dan drainase tanah lebih baik, (3) sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada

menjadi hidup, (4) keamanan penggunaan dapat dijamin karena penggunaan pupuk organik tidak akan merugikan kesehatan ataupun mencemari lingkungan. Bukan hanya menambah unsur hara bagi tanaman, tetapi juga menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki aerasi, mempermudah penetrasi akar, dan memperbaiki kapasitas menahan air, meningkatkan pH, KTK, serapan hara dan menurunkan Al-dd, serta struktur tanah menjadi remah. Bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, biomasa, dan produksi tanaman pangan (Musnamar, 2007). Sejumlah kompos perlu diberikan pada petak pertanaman. Pada awal pertanaman, setelah petak selesai dibuat diperlukan 0,75 m3 setiap 10 m2, atau secara kasar setebal 7,5 cm apabila disebar merata di atas permukaan tanah. Pada musim tanam berikutnya cukup diberikan 0,25 m3 atau setebal 2,5 cm. Kompos yang baik dipersiapkan dari campuran sisa pertanaman yang berasal dari pekarangan itu sendiri dan kotoran ternak. Ke dalam galian sedalam 60 cm selain kompos dapat ditambahkan juga, abu bakaran, kulit telur, sisa pakan ikan, daun lamtoro, tepung tulang dan kompos yang dicampur dengan tanah permukaan sedalam 15 cm sebelum benih atau bibit ditanam. Pupuk cair dapat diberikan setiap 4 hari, terutama pada musim penghujan karena cukup banyak hara yang terlindi. Penanaman Secara Intensif Petak pertanaman ditanami secara intensif. Komposisi pemanfaatan ruang untuk ditanami tergantung pada jenis tanaman, pergiliran tanaman dan pertanaman campuran yang dilaksanakan. Jarak tanam yang dekat sangat dianjurkan. Apabila pertumbuhan tanaman baik maka tajuknya akan rapat dan saling menutup. Tajuk yang rapat menutupi permukaan tanah dari terik matahari sehingga evaporasi diperkecil. Pupuk cair : Daun tanaman legum, atau pupuk kandang dapat difermentasi menggunakan air, kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Sketsa bagan pemanfaatan ruang untuk intensifikasi pekarangan dapat dilihat pada gambar 1.1 . sketsa ini merupakan contoh yang pelaksanannya dapat dimodifikasi menyesuaikan ketersediaan lahan, jenis tanaman, ketersediaan air, tenaga kerja, dan pengetahuan petani.

Pengendalian Hama dan Penyakit Kunci tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang bebas hama. Penyiapan tanah yang baik harus dapat menghasilkan keadaan ini. Hal ini merupakan unsur utama strategi pengendalian hama. Varietas lokal yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat harus dikembangkan karena relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Pertanaman campuran merupakan salah satu usaha mengendalikan terjadinya ledakan hama. Aroma tertentu dari tanaman liar atau budidaya seperti bawang merah, bawang putih, dan lain-lain berfungsi sebagai pengusir serangga penganggu tanaman. Apabila hama masih bertahan, maka dapat dibuat resep lain dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dipekarangan. Pola Tanam Pada pekarangan intensif hayati yang menitikberatkan pada keanekaragaman, biasanya terdiri lebih dari satu jenis tanaman : umbi-umbian, sayuran, toga (tanaman obat keluarga), legum dan buah-buahan. Pergiliran tanaman dapat dilaksanakan untuk setiap petak pertanaman. Nilai nutrisi untuk masing-masing tanaman dipertimbangkan dalam mengembangkan intensifikasi pekarangan. Jenis tanaman dibatasi pada jenis yang secara ekologi mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan diminati oleh petani. Pola tanam yang dikembangkan di pedesaan untuk petani kecil dapat menyesuaikan dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Pengembangan ini dapat juga mempertimbangkan komposisi komoditi baik untuk kebutuhan keluarga maupun untuk dijual. Kemungkinan intensifikasi pekarangan yang dapat dikembangkan adalah : Pekarangan di desa-desa yang jauh dari pasar dan perkotaan Pekarangan di sekitar permukiman di kota atau sekitar kota Pekarangan yang dapat menghasilkan sesuatu untuk tambahan pendapatan seharihari ; Pekarangan yang menghasilkan pendapatan secara periodik ; Pekarangan yang ada disekitar komplek agroindustri Pekarangan yang dipadukan dengan pengembangan ternak

Konservasi Sumber Daya Genetik Intensifikasi pekarangan menekankan pada penggunaan bermacam-macam jenis sayuran varietas lokal. Idealnya, pekarangan harus menggunakan 60 % - 70 % benih atau bibit varietas lokal. Strategi ini tidak bertujuan hanya untuk mengendalikan serangan hama, tetapi juga merupakan nilai kearifan yang perlu dipertahankan untuk generasi mendatang. Usaha pelestarian kearifan tradisional tidak hanya berasal dari bank benih saja, tetapi juga dari budidaya yang diterapkan petani dan pekebun. Melalui tanaman mereka ikut ambil bagian dalam usaha pelestarian kearifan tradisional. Penggunaan Bahan-Bahan yang Tersedia Lokal Intensifikasi pekarangan secara hayati berusaha menekan ketergantungan

petani/pekebun pada masukan teknologi tinggi yang relatif berharga mahal. Limbah yang berasal dari tanaman ternak, serta bahan alami lainnya dapat digunakan untuk mengganti pupuk kimia dan pestisida. Dianjurkan menggunakan benih varietas lokal daripada harus membeli varietas hibrida yang berharga mahal. Bahan-bahan yang digunakan lebih mengandalkan pada bahan yang tersedia satempat daripada harus membeli. Penggunaan Tenaga Intensif daripada Modal Intensif Intensifikasi pekarangan merupakan kegiatan pertanian yang memerlukan lebih banyak tenaga kerja keluarga terutama pada awal persiapan, sehingga sistem ini lebih sesuai untuk kegiatan rumah tangga berskala kecil. Program ini dapat dikembangkan untuk program yang berhubungan dengan pengentasan kemiskinan, yang pada umumnya tidak mempunyai modal untuk melaksanakan usaha taninya tetapi mempunyai potensi tenaga kerja keluarga yang cukup besar.

Langkah-Langkah Intensifikasi pekarangan Secara Hayati a. Memilih lokasi yang tepat di pekarangan dengan memperhatikan : Kemudahan dan dekat dengan sumber air untuk menyirami tanaman; Tanah mempunyai pengatusan dan kesuburan yang baik Ketersediaan sinar matahari cukup tidak ternaungi Sirkulasi udara baik

b. Lahan cukup tersedia untuk mengembangkan pekarangan c. Menyiapkan petak pertanaman Tanah dicangkul dan digemburkan sedalam 15 30 cm

Untuk memperoleh pengatusan yang baik petak ditinggikan dengan timbunan tanah setinggi 10-15 cm dari permukaan asli tanah

d. Membenamkan keranjang untuk menempatkan kompos Buat lubang sedalam 15 cm dengan jarak masing-masing lubang 1 m, tanam keranjang kompos Masukkan pertama kali ke dalam keranjang bahan yang sudah

terdekomposisi dan pupuk kandang, kemudian rumput, gulma, daun tanaman yang berasal dari legum pohon dan semak. Selama proses pengomposan berjalan tidak perlu dilakukan pembalikan, cukup setiap waktu ditambahkan biomassanya. Setelah beberapa minggu, sayuran ditanam di sekitar keranjang yang berisi kompos dengan jarak 7,5 cm, sehingga perakaran sayuran dapat menyerap hara yang ada di dalam keranjang. Pada saat penyiraman tanaman, tidak langsung pada tanaman tetapi bahan yang ada dalam keranjang yang disiram karena perakaran tanaman ada di dalam keranjang. Setiap enam bulan kompos yang sudah matang dalam keranjang diambil dan disebar di petak pertanaman. Pekarangan dipilahkan menjadi beberapa blok, satu blok untuk tanaman jenis sayuran yang cepat dan rutin dipetik hasilnya, blok kedua untuk jenis sayuran semi musiman, blok ketiga untuk jenis sayuran musiman. Sekitar pekarangan dapat diberi tanaman yang permanen dan semi permanen (tanaman buah-buahan, nenas, kacang-kacangan, dan lain-lain). Tanami kembali sisa pekarangan yang belum dimanfaatkan Pergiliran tanaman perlu dilakukan. Pergiliran bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mencegah menyebarnya hama dan penaykit tanaman.

Peranan Ekonomi dan Sosial Intensifikasi Pekarangan Sistem pekarangan berasal dari Jawa Tengah dan meyebarkan ke Jawa Barat pada pertengahan abad kesembilan belas (Terra, 1953), dan seiring selanjutnya berkembang diluar jawa. Intensifikasi pekarangan berkembang dari respon masyarakat terhadap

meningkatnya tekanan terhadap populasi dan berkurangnya ketersediaan lahan yang terjadi bersamaan dengan peningkatan jumlah penduduk di pedesaan, atau pedesaaan yang berubah menuju ke arah perkotaan. Intensifikasi pekarangan secara hayati menitikberatkan pada keanekaragam termasuk didalamnya adalah toga (tanaman obat keluarga) seperti Orthosipon stramineus, Ruellia napifira, Sanropus androgynus, Hibiscus abelchus, dll. Karena adanya tanaman obat keluarga, masyarakat juga dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit secara tradisional dengan menggunakan ramuan-ramuan yang khusus lebih sistematik dan komposisi ramuannya tidak menyebabkan efek sampingan tanpa over dosis dan tidak berbahaya bagi kesehatan walau tanpa resep dokter. Dari kegiatan seperti ini secara langsung maupun tidak langsung telah berperan secara ekonomi dalam peningkatan pendapatan (melalului penjualan produk pekarangan), juga mengurangi pengeluaran rumah tangga dengan menggunkan obat-obat tradisional yang tersedia di pekarangan. Disamping berperan secara ekonomi, pekarangan juga mempunyai fungsi sosial budaya sebagai tempat bagi anak-anak mempelajari budaya dan nilai-nilaia sosial dari lekuhurnya. Anak-anak dari keluarga sekitar dan tetangga terbuka untuk bermain di pekarangan dan pemilik pekarangan bertanggungjawab penuh terhadap keselamatan mereka. Kebanyakan dari pekarangan dipagari tetapi tidak sepenuhnya tertutup sehingga tetangga bisa masuk secara bebas. Produk yang dihasilkan dari pekarangan biasanya digunakan untuk fungsi-fungsi sosial seperti dibagikan ke tetangga dalam bentuk buahbuahan, daun, dan obat-obatan.

Teknologi Lokal Zakaria (1994) mendefinisikan teknologi lokal sebagai pengetahuan kebudayaan yang yang dimiliki suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan kebudayaan yang berkenaan model-model pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Dari pengertian ini kita dapat melihat bahwa pada dasarnya teknologi lokal merupakan hasil akumulasi pengetahuan berdasarkan pengamatan dan pengalaman

masyarakat di dalam proses interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan bisa mencakup generasi yang berbeda. Dalam prakteknya pengelolaan pekarangan senantiasa bertumpu dan menggunakan teknologi lokal yang mampu diterapkan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Kalaupun menggunakan teknologi baru (yang masih asing bagi masyarakat) harus melalui proses adaptasi dan hanya akan menggunakan teknologi tersebut dalam batas yang dikuasai masyarakat. Dalam contoh yang sederhana, kita bisa melihat pekarangan berkembang dengan menggunakan teknologi lokal yang padanya terdapat rantai makanan yang terpadu antara manusia, tumbuhan, dan binatang. Contoh ini misalnya ikan yang dipelihara di kolam yang diberi makan dari daun-daunan yang berasal dari pekarangan. Kandang ayam, kambing,dan toilet biasanaya dibuat di atas kolam dimana urin dan fese manusia serta binatang meyuburkan kolam dan sebagian menjadi makanan ikan. Setiap empat atau lima bulan ikan dipanen dan lumpur dari kolam didekomposisikan menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Karena dalam perkembangannya yang senantiasa berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masyakat (berbasiskan masyarakat). Maka secara evolusi perkembangan pekarangan yang dikembangkan masyarakat secara turun-temurun, sangat berpotensi untuk terus dikembangkan di berbagai daerah yang disesuaikan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat setempat.

PENUTUP

Dalam

menentukan sistem usahatani yang sepadan perlu diperhatikan kondisi

spesifik lokasi. Diindonesia cukup beraneka model usahatani baik yang berkembang dan bertahan sesuai dengan budaya lokal maupun yang sudah dikembangkan berdasarkan prinsip keilmuan. Model Intensifikasi pekarangan secara hayati merupakan perpaduan antara usahatani yang dikembangkan sesuai dengan budaya lokal serta berdasarkan prinsip keilmuan. Untuk itu, Intensifikasi pekarangan secara hayati perlu dikembangkan untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan. Pekarangan sebagai suatu ilmu, seni, dan keterampilan yang berasal dari budaya masyarakat adalah sesuatu yang sangat bernilai tinggi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Bila dikelola dengan baik maka intensifikasi pekarangan dapat menjadi suatu usaha untuk meningkatkan daya dukung tanah untuk memelihara kaehidupan tanah dan tanaman karena merupakan suatu pertanian biologis dengan menggunakan bahanbahan alami yang tersedia lokal, juga menggunakan limbah dari tanaman dan ternak yang dihasilkan daria area pekarangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Musnamar E., I. 2007. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Reijntjes C, Haverkort B, Bayer-Waters,. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta. Sutanto rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Zakaria dalam Affandi Oding. Home Garden : Sebagai Salah Satu Sistem Agroforsetry Lokal. Fakultas Pertanian. Universitas Sumetera Utara. http://www.google.com/search?q=cacheCjMSLGp85ncJ:tumoutou.net/702_0 5123/Oding_Affandi.htm+home+gardenhl=id+ct=clnk&cd=20&gl=id. Diakses tanggal 7 September 2011.

Tugas Agroekologi dan Biodiversity

INTENSIFIKASI PEKARANGAN SECARA HAYATI

Oleh : ERSE DRAWANA PERTIWI ANCE

SISTEM-SISTEM PERTANIAN PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

Anda mungkin juga menyukai