Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kesehatan Kerja

Media Informasi Kesehatan KerjaDapatkan artikel, makalah Kesehatan Kerja di sini Subscribe to Makalah Kesehatan Kerja

Home Download Kontak Privacy Policy Tentang Blog

Oct 08

Tesis k3 : HUBUNGAN KONSENTRASI PARTIKEL DEBU (TSP) DAN SO2 DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PENDUDUK YANG BERMUKIM SEKITAR KAWASAN PABRIK PT. SEMEN BOSOWA KABUPATEN MAROS
Posted in All About K3, Artikel K3 | Tags: industri, kapasitas fungsi paru, kesehatan masyarakat, kualitas udara, lingkungan, partikel debu HUBUNGAN KONSENTRASI PARTIKEL DEBU (TSP) DAN SO2 DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PENDUDUK YANG BERMUKIM SEKITAR KAWASAN PABRIK PT. SEMEN BOSOWA KABUPATEN MAROS oleh IKHRAM HARDI S, SKM, M.KES PENDAHULUAN Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan udara untuk dapat mempertahankan hidupnya. Udara yang dihirup makhluk hidup berupa udara ambient haruslah memenuhi kualitas udara ambient. Kualitas udara ambient ditentukan oleh banyak faktor antara lain meteorologi, demografi, cuaca dan sumber emisi. Kemajuan sektor industri di Indonesia kondisinya meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Meskipun perkembangan industri yang pesat tersebut dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat karena dapat meningkatkan emisi yang dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan masyarakat. Emisi tersebut menghasilkan berbagai dampak negatif antara lain berupa gangguan terhadap pernafasan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. Hal ini disebabkan oleh pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Berbagai zat dapat mencemari

udara seperti debu batubara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, debu biji-bijian dan lain-lain. WHO menyatakan bahwa substansi penyebab polusi udara disebabkan debu rata-rata angka tahunan mencapai 60 90 g/m3. Lebih dari 250 agent (polutan organik dan anorganik di lingkungan tempat kerja diduga merupakan pencetus terjadinya asma akibat kerja termasuk debu organik dengan berat molekul besar seperti tanaman, protein hewan, sayuran, lateks alam, tepung, dan lain-lain (Karjadi,2003). Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain : perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadinya polusi udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada kaitannya dengan infeksi, antara lain asma, bronkitis kronis, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), kanker paru, dan lainlain (Antaruddin, 2003). Debu merupakan salah satu komponen yang menurunkan kualitas udara ambient. Akibat terpapar oleh partikel debu maka kesehatan masyarakat akan mengalami gangguan dan secara lambat laun dapat pula menimbulkan gangguan fungsi paru. Gangguan fungsi paru ini sudah terjadi sebelum timbulnya penyakit saluran nafas yang nyata, seperti yang ditemui pada penyakit- penyakit paru pada umumnya. Debu dari pabrik semen PT. Semen Bosowa Maros merupakan sumber kekhawatiran masyarakat sekitarnya khususnya pada waktu musim kemarau, debu yang beterbangan ke lokasi pemukiman masyarakat cukup tinggi. Disamping debu dari pabrik, juga diperparah dari debu yang diakibatkan oleh kendaraan yang melalui jalanan. Data Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Tahun 2009 yang diperoleh dari Puskesmas Bantimurung yang merupakan Puskesmas Wilayah Kecamatan Bantimurung yang masih sewilayah dengan lokasi pabrik PT.Semen Bosowa Maros memperlihatkan bahwa yang menempati urutan pertama adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (3361 penderita atau sekitar 33,83 %), selanjutnya berturut-turut penyakit pada system otot dan jaringan (1545 penderita), penyakit rongga mulut (1396 penderita), Hipertensi (1023 penderita), Penyakit Kulit & Jaringan Sub Kutan (874 penderita), Penyakit infeksi pada usus (782 penderita), Kecelakaan dan Keracunan (530 penderita), Penyakit mata dan Adveksa (164 penderita), Penyakit TBC (148 penderita) dan terakhir penyakit lai pada Saluran Pernafasan Bawah (113 penderita). Data penyakit terbesar tahun 2008 yang diperoleh dari Klinik Kesehatan Pabrik PT. Semen Bosowa Maros antara lain sebagai berikut : Commond Cold sebanyak 1872 kasus, fatique sebanyak 634 kasus, GEA sebanyak 437 kasus, Febris sebanyak 400 Kasus, Cough sebanyak 291 kasus, Caries Dentist sebanyak 275 kasus, gastritis sebanyak 155 kasus, chepalgia sebanyak 139 kasus, alerghia sebanyak 110 kasus, Anoreksia 110 Kasus dan Myalgia sebanyak 98 kasus. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang bermukim dalam wilayah Desa Baruga, Desa Tukamasea dan Desa Alatengae Kecamatan Bantimurung Kabupaten

Maros. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengukuran konsentrasi partikel debu di udara ambient dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dan pengukuran fungsi paru dengan menggunakan alat Spirometer Analizer SN 429242 Kent ME1 2AZ ENGLAND, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan, sedangkan data umur, lama tinggal dan jarak tempat tinggal diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang menggunakan kuesioner dan melalui pengamatan (observasi). Dan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Variabel Dependen (Terikat) adalah kapasitas fungsi paru, variabel Independen (Bebas) adalah konsentrasi partikel debu dan SO2 di udara ambient, lama tinggal, umur, status gizi (indeks massa tubuh), Variabel Kontrol adalah kecepatan angin, ispa, kelembaban, kebiasaan merokok, suhu. Hubungan antar variabel di uji statistik dengan uji chi square dan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi partikel debu (TSP) dan SO2 serta perbedaan kapasitas fungsi paru penduduk pada daerah terpapar dan daerah kontrol dengan menggunakan uji Independent ttest dan Uji Mann-Whitney. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konsentrasi Partikel Debu (TSP)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan konsentrasi rata-rata partikel debu (TSP) di lokasi sekitar pabrik 106,17 g/Nm3 sedangkan konsentrasi rata-rata partikel debu (TSP) di lokasi bukan sekitar pabrik sebesar 47,32 g/Nm3 . Tabel 1. Perbedaan Konsentrasi Rata-Rata Parameter Partikel Debu (TSP) di Lokasi Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 Mean (RataRata) 106,17 47,32

Lokasi Daerah Sekitar Pabrik Daerah Bukan Sekitar Pabrik *Uji t independent

N 6 6

SD 33,266 28,219

t 3,304

P* 0,008

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t independent dengan tingkat kepercayaan 95 % atau = 0,05, didapatkan nilai p = 0,008 yang berarti lebih kecil dari nilai = 0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi partikel debu di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik. Di mana konsentrasi rata-rata partikel debu (TSP) di daerah sekitar pabrik lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata partikel debu (TSP) pada daerah bukan sekitar pabrik. 2. Konsentrasi SO2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan, rata-rata konsentrasi SO2 di lokasi sekitar pabrik 18,48 g/Nm3 dengan standar deviasi 3,509 g/Nm3 sedangkan rata-rata

konsentrasi SO2 di lokasi bukan sekitar pabrik sebesar 3,95 g/Nm3 dengan standar deviasi 1,489 g/Nm3 . Tabel 2. Perbedaan Konsentrasi Rata-Rata Parameter SO2 di Lokasi Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 Mean (RataRata) 18,48 3,95

Lokasi Daerah Sekitar Pabrik Daerah Bukan Sekitar Pabrik *Uji t independent

N 6 6

SD 3,509 1,489

t 9,337

P* 0,000

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t independent dengan tingkat kepercayaan 95 % atau = 0,05, didapatkan nilai p = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai = 0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi SO2 di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik. Di mana konsentrasi rata-rata SO2 di daerah sekitar pabrik lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata SO2 pada daerah bukan sekitar pabrik. 3. Kapasitas Fungsi Paru Penduduk

Tabel 3.1 Perbedaan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk (FVC) di Lokasi Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010

Lokasi Daerah Sekitar Pabrik Daerah Bukan Sekitar Pabrik *Uji t independent

N 23 23

Mean (RataRata) 71,09 77,39

SD 16,855 14,489

t -1,355

P* 0,182

Tabel 3.2 Perbedaan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk (FEV1) di Lokasi Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 Mean (RataRata) 89,00 93,52

Lokasi Daerah Sekitar Pabrik Daerah Bukan Sekitar Pabrik *Uji t independent

N 23 23

SD 20,776 17,165

t -0,805

P* 0,425

Dari tabel 3.1 dan 3.2 di atas, rata-rata Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di daerah sekitar pabrik sebesar 71,09 % dengan standar deviasi 16,855 % (untuk nilai FVC) dan 89,00 % dengan standar deviasi 20,776 %(untuk nilai FEV1) sedangkan rata-rata rata Kapasitas Fungsi Paru Penduduk di daerah bukan sekitar pabrik sebesar 77,39 % dengan standar deviasi 14,489 % dan 93,52 % dengan standar deviasi 17,165 % (untuk nilai FEV1). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % atau = 0,05, didapatkan nilai p>0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kapasitas fungsi paru penduduk di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik. 4. Hubungan Konsentrasi Partikel Debu (TSP) dan SO2 dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk yang Bermukim di Daerah Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Pendudukyang bermukim di daerah Sekitar Pabrik dan bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 (untuk Umur 18 28 tahun) Umur 18 28 Tahun Bukan Sekitar Sekitar Pabrik Pabrik n % n % 6 66,7 4 30,8 3 33,3 9 69,2 9 100 13 100

Kapasitas Fungsi Paru Tidak Normal Normal Total

Total N 10 12 22 % 45,5 54,5 100

P*

0,192

*Uji Fishers Exact Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik terdapat sebanyak 6 orang (66,7 %) responden yang berumur 18 28 tahun kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 3 orang (33,3 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik terdapat sebanyak 4 orang (30,8 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 9 orang (69,2 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Dari hasil analisis dengan Uji Statistik Fishers exact diperoleh nilai p lebih besar dari = 0,05 (p=0,192) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang berumur 18 28 tahun. Tabel 4.2 Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Pendudukyang bermukim di daerah Sekitar Pabrik dan bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 (untuk Umur 2940 tahun) Kapasitas Fungsi Paru Umur 29 40 Tahun Sekitar Pabrik Bukan Sekitar Total P*

Tidak Normal Normal Total *Uji Chi-square

n 9 5 14

% 64,3 35,7 100

n 2 8 13

Pabrik % 20,0 80,0 100

N 11 13 24

% 45,8 54,2 100

0,032

Dari tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik terdapat sebanyak 9 orang (64,3 %) responden yang berumur 2940 tahun kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 5 orang (35,7 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik hanya terdapat sebanyak 2 orang (20,0 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 8 orang (80,0 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Dari hasil analisis dengan Uji Statistik Chi Square diperoleh nilai p lebih kecil dari = 0,05 (p=0,032) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang berumur 29 40 tahun. 5. Hubungan Konsentrasi (TSP) dan SO2 dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk yang Bermukim di Daerah Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik Berdasarkan Lama Tinggal Tabel 5.1 Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Pendudukyang bermukim di daerah Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 (Berdasarkan Lama Tinggal < 5 Tahun) Lama Tinggal < 5 Tahun Bukan Sekitar Sekitar Pabrik Pabrik n % n % 2 66,7 1 100,0 1 33,3 0 0,0 3 100 1 100

Kapasitas Fungsi Paru Tidak Normal Normal Total

Total N 3 1 4 % 75,0 25,0 100

P*

1,000

*Uji Fishers Exact Dari tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik terdapat sebanyak 2 orang (66,7 %) responden yang lama tinggalnya < 5 tahun, kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 1 orang (33,3 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik hanya terdapat sebanyak 1 orang (100,0 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan tidak terdapat responden yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Dari hasil analisis dengan Uji Statistik Fishers Exact diperoleh nilai p lebih besar dari = 0,05 (p=0,750) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang lama tinggalnya < 5 tahun. Tabel 5.2 Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Pendudukyang bermukim di daerah Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 (Berdasarkan Lama Tinggal 5 Tahun) Lama Tinggal 5 Tahun Bukan Sekitar Sekitar Pabrik Pabrik N % n % 13 65,0 5 22,7 7 35,0 17 77,3 20 100 22 100

Kapasitas Fungsi Paru Tidak Normal Normal Total

Total N 18 24 42 % 42,9 57,1 100

P*

0,006

*Uji Chi-square Dari tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik terdapat sebanyak 13 orang (65,0 %) responden yang lama tinggalnya 5 tahun, kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 7 orang (35,0 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik hanya terdapat sebanyak 5 orang (22,7 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 17 orang responden (77,3 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Dari hasil analisis dengan Uji Statistik Chi Square diperoleh nilai p lebih kecil dari = 0,05 (p=0,006) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang lama tinggalnya 5 tahun. 6. Hubungan Konsentrasi (TSP) dan SO2 dengan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk yang Bermukim di Daerah Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik Berdasarkan Status Gizi a) Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk yang bermukim di daerah Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Maros Tahun 2010 Berdasarkan Status Gizi Normal Tabel 6.1 Distribusi Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Pendudukyang bermukim di daerah Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Kabupaten Maros Tahun 2010 (Berdasarkan Status Gizi Normal) Status Gizi Normal Bukan Sekitar Sekitar Pabrik Pabrik n % n % 15 68,2 6 33,3 7 31,8 12 66,7

Kapasitas Fungsi Paru Tidak Normal Normal

Total N 21 19 % 52,5 47,5

P*

0,028

Total *Uji Chi-square

22

100

18

100

100

Dari tabel 6.1 di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik terdapat sebanyak 15 orang responden (68,2 %) dengan status gizi normal yang kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 7 orang (31,8 %) yang kapasitas fungsi parunya masih normal. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik terdapat sebanyak 6 orang (33,3 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan terdapat sebanyak 12 orang responden (66,7 %) yang kapasitas fungsi parunya normal. Dari hasil analisis dengan Uji Statistik Chi Square diperoleh nilai p lebih kecil dari = 0,05 (p=0,028) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang status gizinya normal. b) Perbandingan Kapasitas Fungsi Paru Penduduk yang bermukim di daerah Sekitar Pabrik dan Bukan Sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Maros Tahun 2010 Berdasarkan Status Gizi Kurus dan Gemuk Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar pabrik tidak terdapat responden dengan status gizi kurus dan gemuk yang kapasitas fungsi parunya sudah tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) dan sebanyak 1 orang yang kapasitas fungsi parunya masih normal untuk status gizi kurus dan tidak terdapat responden untuk yang status gizinya gemuk. Sedangkan pada lokasi bukan sekitar pabrik hanya terdapat sebanyak 1 orang yang kapasitas fungsi parunya masih normal untuk status gizi kurus dan sebanyak 3 orang untuk yang status gizi gemuk, serta tidak terdapat responden (0 %) yang kapasitas fungsi parunya tidak normal (mengalami penurunan fungsi paru) untuk yang status gizi kurus maupun gemuk. Karena pada lokasi sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik ada yang nilainya konstan/kosong (tidak terdapat responden), maka tidak dapat dilakukan uji statistik, sehingga tidak dapat diambil kesimpulan apakah terdapat hubungan atau tidak antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang status gizinya kurus maupun yang status gizinya gemuk. KESIMPULAN 1. Hasil Pengukuran rata-rata konsentrasi partikel debu (TSP) di lokasi sekitar pabrik 106,17 g/Nm3 sedangkan di lokasi bukan sekitar pabrik sebesar 47,32 g/Nm3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi partikel debu (TSP) di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik. 2. Hasil pengukuran rata-rata konsentrasi SO2 di lokasi sekitar pabrik 18,48 g/Nm3 sedangkan di lokasi bukan sekitar pabrik sebesar 3,95 g/Nm3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi SO2di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik. 3. Tidak terdapat hubungan antara konsentrasi partikel Debu (TSP) dan SO2 dengan kapasitas fungsi paru penduduk di daerah sekitar pabrik dan daerah bukan sekitar pabrik.

4. Tidak terdapat hubungan antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang berumur 18-28 tahun, tetapi terdapat hubungan antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di daerah sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang berumur 29 40 tahun. 5. Terdapat hubungan antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk penduduk yang status gizinya normal. Namun, untuk responden yang status gizinya kurus dan gemuk, tidak dapat ditarik kesimpulan karena secara statistik pula dengan uji yang sama tidak dapatkan nilai p. 6. Terdapat hubungan antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk penduduk yang lama tinggalnya 5 tahun dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kapasitas fungsi paru penduduk yang bermukim di sekitar pabrik dan bukan sekitar pabrik untuk yang lama tinggalnya < 5 tahun. DAFTAR PUSTAKA 1. Adji, N.C., Ismail, D., Soebijanto. 2005. Gambaran Kelainan Paru Akibat Debu Asbes Semen pada Pekerja PT. Samiaji di Yogyakarta., Sains Kesehatan 18 (2), Yogyakarta. 2. Amin, M. 1995. Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru.Penelitian Longitudinal di Pabrik Semen X 1984-1992. Jurnal Respirologi Vol.15 FK UNAIRRSUD Dr. Soetomo, Surabaya. 3. Anonim. 2006. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Manusia, (Online), (http ://www. USU Digital Library, co.id, diakses 14 Februari 2010). 4. Anonim. 2006. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Edisi 4. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 5. Anonim. 2004. Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja, Standar Nasional Indonesia, Badan Standarisasi Nasional , Jakarta. 6. Antaruddin. 2003. Pengaruh Debu Padi Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi yang Merokok dan Tidak Merokok, (Online), (http ://www.USU Digital Library.ac.id/pdf, diakses 12 Maret 2010). 7. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 8. Fardiaz, S.1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta 9. Hastono, Sutanto P. 2007. Basic Data Analysis for Health Research Training Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok. Jakarta. 10. Irfan, Asep. 2003. Hubungan Paparan Debu Kayu dengan Keluhan Subjektif Saluran Pernafasan dan Gangguan Ventilasi Paru Pada Tenaga Kerja PT Perwita Karya Divisi Mebel Kabupaten Sleman Yogyakarta. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta. Pascasarjana UGM. 11. Kepbapedal. 1996. Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, (Online), (http ://www.bappenas.go.id, diakses 10 Januari 2010). 12. Makmur, Hendro. 2007. Dua Juta Pertahun Kematian Akibat Polusi Udara, (Online), (http ://www.media indonesia com/newstand, diakses 10 Januari 2010). 13. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara. Direktorat Jendral Lingkungan Hidup, Jakarta. 14. Mila, S.M. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian Alat Pelindung Pernafasan (Masker) pada Tenaga Kerja Bagian Pengamplasan dengan Kapasitas Fungsi Paru PT. Accent House Pecangaan Jepara, (Online),

(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH14d7/697cf708.dir/doc.p df, diakses 22 Maret 2010). 15. Mukono. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Airlangga University Press, Surabaya. 16. Munthe, Eva, dkk. 2003. Pengaruh Inhalasi Sulfur Dioksida Terhadap Kesehatan Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Persahabatan. Cermin Dunia Kedokteran No.138, Jakarta, (Online), (http://www.kalbe.go.id/pdf, diakses 22 Maret 2010) 17. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. 18. Pinzon, R. 2000. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kapasitas Vital Paru-paru Golongan Usia Muda. Buletin Penelitian Kesehatan. FK UGM, Jakarta. 19. Prasetya, Ekawaty. 2008. Hubungan Konsentrasi Partikel Debu dengan Kapasitas Paru Penduduk yang Bermukim di Sekitar Kawasan PT. Semen Tonasa Pangkep. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana FKM UNHAS. Makassar. 20. Price, 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.2. Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 21. Pudjiastuti. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 22. Santoso, I.D. 1991. Faal Paru Klinik. Laboratorium UPF Paru FK Unair. Surabaya. 23. Sastroasmoro, Sudigdo., dan Ismael, Sofyan. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penilitian Klinis Edisi Ke-2. Sagung Seto, Jakarta. 24. Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 25. Supariasa, I D.Nyoman., Bakri, Bachyar., dan Fajar, Ibnu. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 26. Suprapti. 2006. Paparan Debu rotan, Upaya Pengendaliannya dan Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja di Pabrik Rotan : Studi di bagian Produksi UD. Utomo Menganti, Gresik, (Online), (http ://www.unair.co.id, diakses 12 Januari 2010). 27. Tualeka, R & Amsyari, F. 2001. Pengaruh Debu Pabrik PT.Semen Gresik Tuban Terhadap Keluhan Pernafasan, Faal Paru dan Iritasi Mata Warga Desa Sumber Arum Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban Jawa Timur. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya. 28. Walhi. 2000. Selamatkan Warga Desa Dari Debu Semen Gresik, (Online), (http://www.walhi.or.id/kampanye/debu/060605_hrling_brt, diakses 14 Februari 2010). 29. Widodo, T. A. 2007. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Pembuatan Genteng (Studi Pada Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen), (Online), (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01b7/c67fef12.dir/doc.p df, diakses 22 Maret 2010). 30. William,W.More. 1977. Cerobong Asap Pabrik. Pollution Waste Control and Systems. Buletin Sanitasi No. 13. Direktorat Hygiene dan Sanitasi P3M, Jakarta Pusat. 31. Yunus,Faisal. 2004. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan Pengendaliannya. Fak. Kedokteran UI, Jakarta.

Leave a Reply
Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Motivasi Kerja untuk Peningkatan Produktivitas : SUKSES ITU BERSINERGI, BUKAN BERSETERU Makalah Kebisingan di tempat kerja

Recent Posts

Stres Di Lingkungan Kerja Motivasi Kerja : Tips Menghadapi Kritikan Penyakit Akibat Kerja : Sick Building Syndrome Metode Pengukuran Kepuasan Kerja Makalah kesehatan kerja : Konsep Kepuasan Kerja

Categories

All About K3 (36) o Artikel K3 (25) o Faktor Fisik Lingkungan Kerja (4) o K3 Rumah Sakit (2) o Pengantar K3 (2) o Penyakit Akibat Kerja (3) o Peraturan Perundangan K3 (2) o Prinsip Dasar K3 (2) o Psikologi Industri (4) o Sejarah K3 (1) Umum (9) o Motivasi Kerja (7) From Andrie Wongso (2) From Mario Teguh (1)

Archives

January 2012 December 2011

November 2011 October 2011 September 2011

Related Situs

Forex Marketiva Occupational Health and Safety Pelatihan Bisnis Online

Tags

K3 kebijakan upaya kesehatan kerja Kebisingan Kebisingan di tempat kerja kecelakaan kecelakaan
kerja kedokteran kelelahan kelelahan kerja Kepuasan Kerja kerja kesehatan kesehatan dan keselamatan kerja kesehatan kerja kesehatan kerja di
laboratorium kesehatan keselamatan kerja kesehatan masyarakat Keselamatan

Kerja kualitas udara laboratorium lingkungan Lingkungan kerja makalah kesehatan kerja
motivasi Motivasi Kerja PAK Pekerja pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan kerja pengendalian kebisingan

penyakit akibat kerja Prinsip dasar K3 prinsip K3 produktivitas kerja program pelayanan kesehatan
Revolusi Industri keselamatan kerja

rumah sakit Sejarah status kesehatan Stres Stres Kerja Suhu undang-undang upaya kesehatan dan

upaya kesehatan kerja

STATISTIK PENGUNJUNG SEO Analysis


SEO Tools by MessageForce

Copyright 2009 Wordpress Themes Demo. WordPress . Wordpress

Anda mungkin juga menyukai