Anda di halaman 1dari 43

KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA

YAYU SRI RAHAYU

PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

ABSTRAK
YAYU SRI RAHAYU. Khasiat Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda terhadap Konsentrasi Kolesterol Hati Tikus yang Hiperlipidemia. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan MEGA SAFITHRI. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak diujikan pada tikus jantan galur Sprague-Dawley. Tikus sebanyak 45 ekor dibagi ke dalam tujuh kelompok yaitu kelompok normal, kelompok hiperlipidemia, kelompok lovastatin, dan empat kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan mendapatkan: 1) ramuan daun jati belanda tunggal (1x:0y:0z); 2) ramuan daun jati belanda dan temulawak (1x:0y:1z); 3) ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak (1x:1y:1z), dan 4) ramuan yang sama dengan kelompok tiga dengan daun jati belanda yang lebih banyak (2x:1y:1z). Tikus dibuat hiperlipidemia dengan memberi pakan tinggi kolesterol dan propil tiourasil (PTU). Konsentrasi kolesterol hati tikus ditentukan dengan metode Liebermann-Buchard menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol menaikan konsentrasi kolesterol hati tikus kelompok normal yaitu sebesar 0.2565 mg/g menjadi 0.9537 mg/g pada kelompok hiperlipidemia. Dalam penelitian ini pemberian ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak (2x:1y:1z) mampu menekan konsentrasi kolesterol hati menjadi 0.7023 mg/g atau 26.4% lebih rendah dari kelompok hiperlipidemia (p=0.023).

ABSTRACT
YAYU SRI RAHAYU. Potency Potion of Jati Belanda Leaf Extract in The Liver Cholesterol Concentration of Hyperlipidemic Rat. Under the direction of SULISTIYANI and MEGA SAFITHRI. The objective of this research was to study the effect of herbal potion consisting of jati belanda leaves, guava leaves, and temulawak rhizome on the liver cholesterol concentration of hyperlipidemic rat. Extract were tested to Sprague-Dawley male rats. Forty five rats were divided into seven experimental groups as follow: normal, hyperlipidemic, lovastatin, and four treatment groups. The treatment groups were receiving: 1) single potion of jati belanda leaves (1x:0y:0z); 2) potion of jati belanda leaves and temulawak rhizome (1x:0y:0z); 3) potion of jati belanda leaves, guava leaves, and temulawak rhizome (1x:1y:1z); and 4) similar potion of number three with higher concentration of jati belanda leaves (2x:1y:1z). Rats were made hyperlipidemic by high cholesterol feeding and oral administration of propil tiouracil (PTU). Rats liver cholesterol concentration were measured by Liebermann-Buchard method using spectrophotometer at 420 nm. Result showed that cholesterol feeding increased the normal liver cholesterol concentration of 0.2565 mg/g up to 0.9537 mg/g in hyperlipidemic rats. The administration of potion containing more jati belanda leaves (2x:1y:1z) were able to reduce liver cholesterol concentration to 0.7023 mg/g or 26.4% (p=0.023) lower than hyperlipidemic groups in this research.

KHASIAT EKSTRAK RAMUAN DAUN JATI BELANDA TERHADAP KONSENTRASI KOLESTEROL HATI TIKUS YANG HIPERLIPIDEMIA

YAYU SRI RAHAYU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Judul Skripsi : Khasiat Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda terhadap Konsentrasi Kolesterol Hati Tikus yang Hiperlipidemia Nama : Yayu Sri Rahayu NIM : G44102010

Disetujui Komisi Pembimbing

drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. Ketua

Mega Safithri, S.Si., M.Si. Anggota

Diketahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP 131 473 999

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Khasiat Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda terhadap Konsentrasi Kolesterol Hati Tikus yang Hiperlipidemia ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Juni-November 2006 di Laboratorium Biokimia FMIPA IPB. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu drh. Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing utama dan Ibu Mega Safithri, S.Si., M.Si. selaku pembimbing anggota atas saran dan bimbingannya, Mba Martini, Ibu Iis, Ibu Marry, Bapak Arya, para laboran, dan dosen-dosen yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman di Bagunde 34, Alviana, Alviani, Icha, Chandra, Teh Dina, serta teman-teman di Biokimia 39, dan teman-teman satu bimbingan yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada mamah dan bapak, teh Ita, Teh Deti, dan Dani atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Februari 2007

Yayu Sri Rahayu

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 3 Juni 1985 dari ayah Kosasih Saripudin dan Ibu Suwarni. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Tarogong Kabupaten Garut dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengurus Dewan Keluarga Mesjid Al Ghifari periode 2004/2005 dan 2005/2006 dan pengurus Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) periode 2005/2006. Penulis juga pernah melakukan Praktik Lapangan di PUSLITBANG GIZI dan MAKANAN pada bulan Juli sampai Agustus 2005.

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... PENDAHULUAN .............................................................................................. x 1

TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia ........................................................................................ 1 Bahan-Bahan Alami Penurun Kolesterol Darah ................................... 3 Obat Penurun Kolesterol ....................................................................... 6 Tikus Percobaan .................................................................................... 7 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat ...................................................................................... Metode penelitian .................................................................................. 7 8

HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan .......................................................................................... 10 Konsentrasi Kolesterol Hati ................................................................. 11 Korelasi antar Kolesterol Hati dengan Kolesterol Darah ..................... 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ................................................................................................ 15 Saran ...................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16 LAMPIRAN ...................................................................................................... 18

DAFTAR TABEL
Halaman 1 Penyebab tingginya konsentrasi kolesterol dan trigliserida dalam darah .... 2 Obat-obat penurun konsentrasi kolesterol darah .......................................... 3 6

3 Korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dengan konsentrasi kolesterol hati .............................................................................................. 15

DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Daun jati belanda .......................................................................................... 2 Daun jambu biji ............................................................................................ 3 Rimpang temulawak ..................................................................................... 4 Struktur lovastatin ........................................................................................ 5 Tikus Sprague-Dawley ................................................................................. 3 4 5 6 7

6 Perubahan bobot badan tikus selama induksi hiperlipidemia ...................... 10 7 Konsumsi pakan selama percobaan .............................................................. 11 8 Bobot badan tikus selama pencekokan ekstrak ............................................ 12 9 Konsentrasi kolesterol hati tikus .................................................................. 13 10 Konsentrasi kolesterol darah tikus pada akhir percobaan ............................ 14 11 Korelasi kolesterol darah terhadap kolesterol hati tikus .............................. 15

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Tahap penelitian ........................................................................................... 19 2 Penentuan kolesterol metode CHOD-PAP ................................................... 20 3 Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah ..................... 20 4 Metode pengukuran kolesterol darah ........................................................... 20 5 Data bobot badan tikus selama percobaan ................................................... 21 6 Hasil uji Duncan bobot badan selama masa induksi hiperlipidemia ............ 24 7 Data kolesterol hati tikus .............................................................................. 25 8 Rekapitulasi data konsentrasi kolesterol hati tikus ....................................... 29 9 Hasil uji statistik beda nyata terkecil (BNT) kolesterol hati ........................ 29 10 Hasil uji korelasi antara kolesterol darah dengan kolesterol hati pada tikus kelompok hiperlipidemia .............................................................................. 30 11 Hasil uji korelasi antara kolesterol darah dengan kolesterol hati pada tikus kelompok ekstrak ......................................................................................... 30 12 Kondisi hati tikus normal dan hiperlipidemia .............................................. 30 13 Data konsumsi pakan selama masa pencekokan .......................................... 31 14 Perhitungan pakan kolesterol ....................................................................... 31 15 Perhitungan pembuatan larutan PTU ........................................................... 32 16 Perhitungan lovastatin .................................................................................. 32

PENDAHULUAN Belakangan ini banyak sekali kebudayaan yang berasal dari luar masuk ke Indonesia yang dapat mengubah pola hidup orang Indonesia. Perubahan yang dapat dilihat salah satunya adalah semakin banyaknya jenis makanan yang menarik tapi kurang baik untuk kesehatan. Kondisi yang bisa timbul dari makan yang berlebihan salah satunya adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan meningkatnya konsentrasi lipid darah yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi trigliserida, LDL, dan kolesterol total dalam darah yang melebihi batas normal (>200 mg/dL). Hiperlipidemia dapat meningkatkan terjadinya risiko penyakit degeneratif seperti aterosklerosis yang merupakan penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Sesuai data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, di Indonesia penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dewasa (usia di atas 35 tahun) untuk wilayah perkotaan, atau sekitar 31% dari total penyebab kematian (Jalal & Atmojo 1988 dalam Purwanto 2003). Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh perubahan pola makan yang banyak mengkonsumsi lemak khususnya lemak jenuh, gula, alkohol dan garam dalam menu makanan sehari-hari. Makan berlebih akibat perubahan pola hidup merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat timbulnya penyakit kardiovaskuler sehingga dapat timbul pada usia lebih muda. Oleh sebab itu upaya mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler adalah dengan cara mengurangi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, gula, alkohol, dan garam, disertai peningkatan konsumsi serat pangan (Rasmunson 1993 dalam Purwanto 2003). Penurunan konsentrasi kolesterol dalam darah dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan dan pengaturan diet. Meskipun demikian biasanya penderita merasa jenuh dan tersiksa untuk menjalankan diet. Adapun kendala dalam penggunaan obat adalah harganya yang mahal dan biasanya penderita khawatir akan timbul efek samping yang ditimbulkan dari obat tersebut. Dengan demikian maka diupayakan pula penggunaan bahan alami seperti tanaman sebagai bahan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol.

Beberapa contoh bahan alami yang digunakan orang untuk menurunkan konsentrasi kolesterol adalah ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak. Baik ekstrak daun jati belanda maupun temulawak dilaporkan dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Penelitian mengenai daun jati belanda telah dilakukan oleh Lestari dan Muchtadi (1997) dan Rachmadani (2001) dengan ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak etanol dan ekstrak air namun dosisnya sama yaitu 1 g/kg BB. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol mempunyai pengaruh sedangkan ekstrak air tidak mempunyai pengaruh terhadap penurunan konsentrasi kolesterol darah tikus. Penelitian mengenai temulawak sudah dilakukan oleh Rao (1970) dalam Sidik et al. (1995) yang melaporkan bahwa ekstrak temulawak terbukti dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus. Adapun khasiat daun jambu biji terhadap hiperlipidemia tidak berpengaruh (Lestariana et al. 2005). Data ilmiah khasiat antihiperlipidemia masih terbatas pada khasiat masing-masing tumbuhan saja dan masih terbatas pada kolesterol yang terdapat dalam darah, sedangkan pengaruh ekstrak ramuannya terhadap konsentrasi kolesterol hati belum diketahui. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian payung yang bekerjasama dengan industri fitofarmaka yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak dapat berfungsi sebagai antihiperlipidemia yang tercermin dari turunnya konsentrasi kolesterol hati tikus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang khasiat ekstrak ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak dalam kaitannya sebagai obat hiperlipidemia. TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah tingginya konsentrasi lemak (kolesterol, trigliserida maupun keduanya) dalam darah. Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak

diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu. Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa mengikuti aliran darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein (Murray et al. 2003). Lipoprotein yang utama adalah kilomikron, lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, Very Low Density Lipoprotein), lipoprotein densitas rendah (LDL, Low Density Lipoprotein), lipoprotein densitas sedang (IDL, Intermediet Density Lipoprotein), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL, High Density Lipoprotein) (Nelson & Michael 2000). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda. Lipid yang berupa trigliserida ataupun kolesterol dari bahan makanan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam usus halus. Selanjutnya lipid akan diangkut oleh lipoprotein kilomikron dari usus ke jaringan/hati melalui pembuluh limfe. Kilomikron akan dihidrolisis oleh lipoprotein lipase di pembuluh atau kapiler darah dengan bantuan apoC-II menghasilkan monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Hasil hidrolisis kemudian disimpan di jaringan adiposa dan otot. Akibat reaksi tersebut kilomikron akan mengecil dan disebut kilomikron sisa. Kilomikron sisa akan kembali bersirkulasi membawa kolesterol ke hati, kemudian diserap oleh reseptor khusus melalui mekanisme spesific receptor-mediated endocytosis. Kilomikron dan kilomikron sisa merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak dan kolesterol yang berasal dari makanan (eksogen). Selain dari makanan, lemak dan kolesterol juga dapat disintesis oleh hati. Untuk mengangkut kolesterol dan trigliserida hati ke jaringan tubuh, hati memproduksi VLDL, IDL, dan HDL. Partikel VLDL mengangkut trigliserida dari hati ke jaringan adiposa. Seperti halnya kilomikron, selanjutnya VLDL akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase di dalam pembuluh

darah, menghasilkan IDL dan LDL. Partikel IDL dapat diserap oleh reseptor LDL ke hati atau dikonversi menjadi LDL. Selanjutnya partikel LDL mengangkut kolesterol dan trigliserida sisa ke jaringan/sel tubuh dan diserap ke dalam sel dengan mekanisme reseptor LDL spesifik. Kolesterol yang berlebih akan disekresikan dari sel/jaringan tubuh ke hati melalui HDL atau mengalami reesterifikasi oleh enzim asilKo-A: kolesterol asil transferase (acylco-A: cholesterol acyltransferase, ACAT) agar dapat disimpan di dalam sel. Kolesterol yang dibawa HDL akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dengan bantuan enzim lesitin: kolesterol asiltransferase (lecithin cholesterol acyltransferase, LCAT) (Ganong 1991). Tubuh mengatur konsentrasi lipoprotein melalui dua cara, yaitu: 1). mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk ke dalam darah; dan 2). meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam darah. Konsentrasi lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol) bisa menyebabkan masalah jangka panjang. Resiko terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner atau arteri karotis meningkat pada seseorang yang memiliki konsentrasi kolesterol total yang tinggi. Konsentrasi kolesterol rendah biasanya lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi kolesterol yang tinggi, tetapi konsentrasi yang terlalu rendah juga tidak baik. Penyebab tingginya konsentrasi kolesterol dalam darah antara lain: diet kaya lemak jenuh dan kolesterol, sirosis, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kelenjar tiroid yang kurang aktif, kelenjar hipofisa yang terlalu aktif, gagal ginjal, porfiria, dan keturunan (Tabel 1). Adapun penyebab tingginya konsentrasi trigliserida dalam darah antara lain: diet kaya kalori, penyalahgunaan alkohol akut, diabetes yang sangat tidak terkontrol, gagal ginjal, keturunan, obat-obatan tertentu seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, dan diuretik tiazid. Bahan-Bahan Alami Penurun Kolesterol Darah Masyarakat Indonesia biasanya lebih memilih bahan-bahan tradisional untuk mengobati suatu penyakit. Begitu pula untuk menurunkan konsentrasi kolesterol biasa digunakan bahan alami. Bahan alami yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk menurunkan konsentrasi kolesterol antara lain dari golongan buah-buahan, sayur-sayuran,

Tabel 1 Penyebab tingginya konsentrasi kolesterol dan trigliserida dalam darah Kolesterol Trigliserida Diet kaya asam lemak jenuh & Diet kaya kalori kolesterol Penyalahgunaan Sirosis alkohol akut Diabetes yg tidak Diabetes yang sangat terkontrol dengan tidak terkontrol baik Kelenjar tiroid Gagal ginjal yg kurang aktif Obat-obatan tertentu Estrogen Kelenjar hipofisa Pil KB yg terlalu aktif Kortikosteroid Diuretik tiazid (pada keadaan tertentu) Gagal Ginjal Keturunan Porfiria Keturunan Sumber:http://www.medicastore.com/med/de tail_pyk.php. rimpang-rimpangan, rempah, jamur, dan tanaman perkebunan. Buah-buahan yang sering dipakai yaitu alpukat, belimbing manis, belimbing wuluh, pepaya, ceremai dan jambu biji, mengkudu, murbei, labu siam, anggur, apel, jeruk nipis, nanas. Sayur-sayuran antara lain jagung, kubis, kacang tanah, polong kacang tanah, buncis, seledri, wortel, kedelai, terung, dan pare. Rimpang yang biasa digunakan adalah temulawak, akar manis, kunyit, bangle, sambiloto, akar wangi, kunci pepet, lempuyang wangi, temu giring, dan temu hitam. Golongan rempah yang biasa digunakan yaitu bawang putih, bawang merah, angkak, asam jawa, sirih, dan salam. Adapun golongan jamur yang biasa digunakan adalah jamur kuping hitam dan jamur putih. Tanaman perkebunan yang biasa digunakan adalah teh, gandum, dan jati belanda (Dalimartha 2005). Pada penelitian ini digunakan campuran dari daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Jati belanda termasuk ke dalam divisi spermatophyta, kelas dicotyledonae, suku sterculiaceae, dan marga guazuma. Tanaman jati belanda tersebar luas di berbagai daerah khususnya di pulau Jawa dan Madura. Tanaman ini tumbuh baik pada dataran dengan ketinggian 1 sampai 1800 meter di atas permukaan laut. Jati belanda (Guazuma

ulmifolia Lamk.) mempunyai sinonim Guazuma tomentsa Kunth. dikenal juga dengan nama jati londa atau jatos landi (Sugati et al. 1991). Nama asingnya adalah west indian elm, bastard cedar (Inggris), orme damerique (Prancis), dan guasima (Meksiko) (Suharmiati & Maryani 2003). Tumbuhan ini mempunyai tinggi sekitar 10 m. Batangnya berwarna hijau keputih-putihan, keras, bulat, mempunyai permukaan yang kasar, banyak alur, berkayu, dan bercabang. Daun jati belanda yang berwarna hijau serta mempunyai panjang 10-16 cm dan lebar 3-6 cm ini merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur dan mempunyai permukaan yang kasar (Gambar 1). Tepi daun bergerigi dengan ujung runcing, pangkal berlekuk, dan pertulangan menyirip. Buahnya yang berwarna hitam berbentuk kotak, bulat, keras, dengan permukaan berduri (Soedibyo 1998). Seduhan atau infus daun jati belanda sebanyak tujuh helai dan dicampur dengan tujuh helai daun tempuyung, dan sedikit serbuk majakan yang diminum satu kali sehari sebanyak 100 mL selama sebulan telah lama digunakan sebagai obat pelangsing tubuh. Selain itu buahnya dapat digunakan sebagai obat bronkhitis, sedangkan bijinya juga dapat digunakan sebagai obat sakit perut (Soedibyo 1998). Daun jati belanda mengandung senyawa flavonoid, asam fenolat, tanin, steroid/triterpenoid, dan karotenoid (Hartanto 1986). Miradiono (2002) menyatakan bahwa serbuk daun jati belanda mengandung flavonoid, fenol hidrokuinon, dan senyawa flavonoid lain (kalkon, auron, dan flavonol). Suharmiati dan Maryani (2003) melaporkan bahwa daun jati belanda juga mengandung senyawa alkaloid, terpena, triterpena (sterol), resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, dan karbohidrat. Disebabkan kandungan taninnya, jati belanda memiliki rasa agak kelat. Disamping itu, karena kandungan lainnya, seperti kafein, sterol, dan asam fenolat, jati belanda mengandung bau aromatik yang lemah.

Gambar 1 Jati belanda.

Wahyuditomo (2000) meneliti pengaruh daun jati belanda terhadap kerja enzim lipase secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seduhan dan rebusan daun jati belanda dapat meningkatkan konsentrasi asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dengan bantuan enzim lipase. Lendir daun jati belanda dapat menghambat kenaikan bobot badan tikus putih betina. Dalam penelitian tersebut, dosis yang diberikan pada tikus adalah sebesar 350 mg/kg BB. Efek penghambatan ini lebih kecil dibandingkan efek seduhan daun jati belanda dosis 500 mg/kg BB. Penghambatan kenaikan bobot badan dilaporkan tidak berkorelasi dengan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi (Sugiyanto 2000). Monica dan Farida (2000) melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun jati belanda 15% dan 30% sebanyak 2 mL/g bobot badan secara oral dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total serum kelinci. Menurut Lestari dan Muchtadi (1997), pemakaian ekstrak etanol daun jati belanda dosis 1 g/kg BB/hari dapat menghambat peningkatan kolesterol darah tikus yang diinduksi hiperkolesterolemia. Pengamatan tersebut hanya dilakukan selama delapan hari saja dengan jumlah tikus dalam satu kelompok perlakuan ekstrak sebanyak 3 ekor. Kondisi hiperlipidemia dibuat dengan cara menginduksi hanya dengan propil tiourasil. Kenaikan konsentrasi kolesterol yang terjadi pada kelompok yang diberi propil tiourasil pada hari ke-8 sebesar 54.26%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmadani (2001), pemakaian ekstrak air daun jati belanda dengan dosis 1 g/kg BB yang diberikan pada tikus yang hiperlipidemia tidak memberikan pengaruh. Induksi hiperkolesterolemia dilakukan dengan menggunakan propil tiourasil dan pakan kolesterol. Kenaikan konsentrasi kolesterol yang terjadi pada kelompok ini pada hari ke-7 sebesar 129.12%. Pengamatan dilakukan selama 28 hari dengan jumlah tikus dalam satu kelompok perlakuan ekstrak sebanyak sepuluh ekor. Kristiani EBE (2003) melaporkan bahwa ekstrak heksana dan ekstrak kloroform dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus yang diberi pakan tinggi kolesterol. Pemakaian ekstrak heksana maupun ekstrak kloroform dengan dosis 1 g/kg BB/hari dalam jangka waktu 5 minggu masih aman untuk digunakan karena tidak meningkatkan

aktivitas SGOT dan SGPT darah tikus yang diinduksi menjadi hiperlipidemia. Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Jambu biji (Psidium guajava L.) mempunyai sinonim Psidium aromaticum Blanco. dan Psidium pomiferum L., dikenal juga sebagai jambu klutuk dan jambu batu. Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan tinggi 5-10 m. Batang berkayu, bulat, kulit kayu licin, mengelupas, bercabang, warna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan (Gambar 2). Bunga tunggal di ketiak daun, mahkota bulat telur, panjang 1-5 cm, warna putih kekuningan. Buah buni, bulat telur, warna putih kekuningan (Soedibyo 1998). Kandungan kimia daun jambu biji mengandung zat samak, minyak atsiri, triterpenoid, leukosianidin, kuersetin, asam arjunolat, resin, dan minyak lemak (Soedibyo 1998). Selain itu juga mengandung tanin, pektin, dan damar (Dalimartha 2005). Daun biji biasa digunakan jambu sebagai obat disentri, diare, pencernaan tidak baik pada anak-anak, radang usus, sariawan usus. Buah jambu biji biasa digunakan sebagai obat disentri dan kencing manis (Soedibyo 1998). Hasil pemeriksaan fitokimia daun jambu biji yang telah dilakukan oleh Sundowo et. al. (2000) memperlihatkan adanya tanin, fenol, flavonoid, dan kuinon. Tanin diduga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah (Dalimartha 2005). Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan menghambat bakteri lebih besar daripada daun jambu biji daging buah merah terhadap Eschericia coli, Shigella dysentriae, S. Flexneri, dan Salmonella typhi. Dosis untuk masing-masing bakteri dan masing-masing ekstrak berturutturut adalah 60 mg/mL dan 100 mg/mL, 30 mg/mL dan 70 mg/mL, 40 mg/mL dan 60 mg/mL, serta 40 mg/mL dan 60 mg/mL (Andyana et. al. 2004).

Gambar 2 Daun jambu biji.

Lestariana et. al. (2005) melaporkan bahwa ekstrak kering daun jambu biji 2 mg dalam 0.2 mL air yang diberikan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali sehari selama 90 hari dapat memberikan pengaruh terhadap konsentrasi glukosa darah tikus, namun tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol dan trigliserida serum darah tikus yang jenis dan bobot badannya tidak dijelaskan. Temulawak (Curcuma xanthorizza Roxb.) Temulawak (Curcuma xanthorizza Roxb.) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia dari keluarga Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Temulawak termasuk ke dalam kelas monocotyledonae, divisi spermathophyta, bangsa zingiberales, suku zingiberaceae, dan marga curcuma. Sebagai tanaman monokotil, temulawak tidak memiliki akar tunggang melainkan memiliki rimpang (Rhizoma) yang dibedakan atas rimpang induk dan rimpang cabang. Produk yang diambil dari tanaman tersebut adalah rimpang induk yang tumbuh dekat permukaan tanah dengan kedalaman 5-8 cm, biasa dipanen setelah tanaman berumur 8-12 bulan, berbentuk bulat memanjang (Gambar 3) (Hendrawati 1999). Tumbuhan temulawak secara empiris banyak digunakan sebagai obat dalam bentuk tunggal maupun campuran untuk mengatasi gangguan-gangguan pencernaan, gangguan aliran getah empedu, sembelit, radang rahim, kencing nanah, mencret, kurang nafsu makan, radang lambung, cacar air, jerawat, dan sebagainya (Sidik et al. 1995). Kandungan xanthorrizol pada temulawak mempunyai efek antifungi. Hal ini telah terbukti pada Candida albicans, C. glabrata, C. guilliermondii, C. krusei, C. parapsilosis, dan C. tropicalis (Rukayadi et. al. 2006). Selain itu, temulawak juga dapat memperbaiki kerja fisiologis dan kesuburan pada wanita dan ternak betina. Hal ini sudah diteliti oleh Soenarjo (1985) yang hasilnya menunjukkan bahwa temulawak dapat memperbaiki kerja sistem hormonal yang mengontrol metabolisme (khususnya karbohidrat/asam susu), fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan kesuburan. Rimpang temulawak berbau aromatik tajam dan rasanya pahit agak pedas. Rimpang ini terdiri dari fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Khasiatnya memperlancar pengeluaran ASI (laktagoga), memperlancar pengeluaran empedu ke usus (kolagoga), tonikum, dan diuretik (Dalimartha 2005).

Kurkumin pada temulawak juga berfungsi sebagai antiinflamasi (akut atau kronis). Efek antiinflamasinya lebih besar daripada fenilbutazon. Dosis 30 mg/kg kurkumin mempunyai khasiat yang sama dengan 100 mg/kg fenilbutazon (Hadi 1985). Rao (1970) dalam Sidik et. al. (1995) melaporkan hasil penelitian tentang pengaruh kurkumin terhadap ekskresi asam empedu dan kolesterol pada tikus putih galur Wistar yang mempunyai bobot badan antara 45-50 g dengan umur kurang lebih 45 hari. Induksi hiperkolesterolemia dilakukan dengan cara pemberian 1% kolesterol selama 30 hari berturut-turut. Kurkuminoid diberikan dengan variasi dosis berturut-turut 0.1, 0.25, dan 0.5% secara oral. Pengamatan dilakukan terhadap konsentrasi kolesterol total dan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dalam serum. Hasil percobaan menunjukkan ketiga dosis kurkuminoid yang diberikan dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total tanpa ada perbedaan jauh antara ketiga dosis tersebut dan ketiga dosis kurkuminoid yang diberikan juga mempunyai aktivitas peningkatan kolesterol HDL. Sekitar 1 gram kolesterol akan dikeluarkan dari tubuh setiap harinya. Kurang lebih setengahnya dieksresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam empedu. Sisanya akan dieksresikan sebagai kolesterol (Murray 2003). Adanya efek kolagoga dapat menyebabkan kolesterol yang berada di dalam hati keluar dari hati dan membentuk asam empedu yang akhirnya akan dieksresikan ke dalam feses sehingga akan terjadi penurunan konsentrasi kolesterol di dalam hati. Budhidjaya (1988) melaporkan bahwa pemberian kurkuminoid 10 mg, 15 mg, dan 20 mg dalam tween 80 dan air pada kelinci hiperlipidemia yang tidak diketahui jelas kenaikan konsentrasi kolesterolnya, dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total dan trigliserida darah. Dilaporkan juga bahwa dosis 20 mg kurkuminoid dapat menaikkan kolesterol HDL.

Gambar 3 Rimpang temulawak.

Naser (1987) melaporkan bahwa ekstrak air temulawak dengan dosis 6 mL, 8 mL, dan 10 mL dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total dan trigliserida darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia yang tidak diketahui dengan jelas kenaikan konsentrasi lipidnya. Akan tetapi belum terlihat jelas pengaruhnya terhadap HDL-kolesterol. Obat Penurun Kolesterol Obat-obatan penurun kolesterol yang dijual secara komersial sudah banyak jenisnya (Tabel 2). Obat-obatan yang biasa digunakan untuk menurunkan kolesterol dibagi menjadi empat golongan yaitu: 1) resin pengikat empedu yang bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah, contoh obat ini adalah kolestiramin dan kolestipol. 2) penghambat pembentukan lipoprotein yang bekerja dengan cara mengurangi kecepatan pembentukan VLDL dan meningkatkan HDL, contoh obat ini adalah niasin. 3) penghambat HMG-koAreduktase (golongan statin) yang bekerja dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-CoA reduktase, contoh obat ini adalah fluvastatin, lovastatin, pravastatin, simvastatin, dan artovastatin. 4) derivat asam fibrat yang bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, Tabel 2 Obat-obat penurun konsentrasi kolesterol darah
Jenis obat Resin pengikat asam empedu Contoh Kolestiramin Kolestipol Cara kerja - Mengikat asam empedu di usus - Meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah - Mengurangi kecepatan pembentukkan VLDL - Meningkatkan HDL - Menghambat Enzim HMGKoA reduktase - Meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah Meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase.

contoh obat ini adalah siprofibrat, simfibrat, bezafibrat, klofibrat, fenofibrat, dan gemfibrosil. Pada penelitian ini, obat penurun kolesterol yang akan digunakan adalah lovastatin dengan merk lovacol. Lovastatin Lovastatin merupakan salah satu obat penurun kolesterol golongan statin. Obat golongan ini merupakan obat yang paling efektif untuk mengobati hiperlipidemia karena merupakan inhibitor kompetitif dari 3-hidroksi3-metilglutaril-koenzim-A (HMG-KoA) reduktase (Goodman & Gilmans 2001). Lovastatin mempunyai nama dagang Mevacor, Advicor, Altoprev (American Society of Health-System Pharmacists 2004), Lipovas (Tempo Scan Pacific), Belvas (IPI), Lovacol (Dexa Medica), Lotyn (New Interbat), Lovatrol (Fahrenheit), Paschol (Kalbe Farma) (Dalimartha 2005). Lovastatin merupakan agen penurun kolesterol yang diisolasi dari strain Aspergillus terreus (Merck 2005). Pada penelitian ini digunakan lovastatin dengan merk Lovacol (Dexa medica). Lovastatin mempunyai rumus umum berbentuk serbuk kristal C24H36O5 nonhigroskopik yang berwarna putih yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam etanol, metanol, dan asetonitril. Tablet mevacor tersedia sebagai tablet 10 mg, 20 mg, dan 40 mg untuk dikonsumsi secara oral. Unsur aktif yang biasa ditambahkan pada lovastatin, antara lain: selulosa, laktosa, magnesium stearat, dan pati. Butilat hidroksianisol (BHA) ditambahkan sebagai bahan pengawet (Merck 2005). Lovastatin merupakan senyawa nonpolar. Berdasarkan strukturnya, lovastatin memiliki satu bentuk cincin lakton yang sewaktu-waktu dapat terhidrolisis jika bereaksi dengan asam (Gambar 4). Selain itu, lovastatin juga memiliki bentuk ester dan mempunyai ikatan yang terkonjugasi.

Penghambat sintesa lipoprotein

Niasin

Penghambat HMG-koAreduktase (golongan statin)

Fluvastatin Lovastatin Pravastatin Simvastatin Artovastatin

Derivat asam fibrat

Klofibrat Fenofibrat Gemfibrosil Siprofibrat Simfibrat Bezafibrat

Sumber: Dalimartha (2005)

Gambar 4 Struktur lovastatin.

Obat inhibitor HMG-CoA reduktase yang lain, meliputi simvastatin, pravastatin, atorvastatin, fluvastatin, dan cerivastatin. Obat golongan ini menurunkan biosintesis kolesterol dengan cara menghambat secara kompetitif enzim HMG-CoA reduktase. Enzim ini merupakan enzim yang mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol. Obat golongan ini menginduksi peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh karena ekstraksi lintas pertama oleh hati dari obat tersebut cukup besar, maka efek utamanya terjadi di hati. Penurunan konsentrasi HDL yang terbatas pada pasien yang tidak memiliki reseptor LDL yang fungsional, merupakan indikasi bahwa penurunan kolesterologenesis secara de novo berperan pula dalam penurunan kolesterol oleh agen tersebut. Penurunan yang sedikit dalam trigliserida plasma dan sedikit peningkatan dalam konsentrasi kolesterol HDL terjadi pula selama pengobatan (Katzung 2002). Tikus Percobaan Hewan yang paling banyak digunakan untuk keperluan evaluasi atau penelitian adalah tikus putih (Rattus novergicus), mencit (Mus musculus), tikus hitam (Rattus rattus), Wistar, dan Sprague-Dawley. Kelebihan menggunakan hewan coba tikus karena tikus hidup lebih baik sendiri dalam kandang, mudah pengaturannya, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat, dan peka terhadap pengaruh kolesterol jika diberikan perlakuan terhadap komponen dietnya. Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague-Dawley (Gambar 5).

Beberapa karakteristik tikus SpragueDawley adalah aktif pada malam hari, tidak mempunyai kantung empedu, tidak dapat mengeluarkan isi perutnya (muntah), dan tidak pernah berhenti tumbuh, meskipun kecepatannya menurun setelah berumur 100 hari. Zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tikus hampir sama dengan manusia, yaitu karbohidrat,protein, mineral, dan vitamin (Muchtadi 1989). Malole dan Pramono (1989) melaporkan bahwa pada tikus, konsentrasi normal total darah 40-130 mg/dL. Hiperlipidemia dapat dibuat pada tikus percobaan dengan menambahkan lemak dan kolesterol dalam mekanannya yang disebut dengan induksi eksogen (Amstrong & Heistad 1990). Menurut panduan dari KKI Phyto Medica (1993) induksi hiperlipidemia pada tikus dapat dilakukan dengan pemberian pakan tinggi kolesterol (1%) dan propil tiourasil (PTU) (0,01%) selama dua minggu. Propil tiourasil (PTU) adalah zat antitiroid yang akan meningkatkan konsentrasi kolesterol darah secara endogen dengan cara merusak kelenjar tiroid. Propil tiourasil akan menimbulkan kondisi hipotiroid yang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi LDL plasma akibat penurunan katabolisme LDL. Penyebabnya yaitu pada hipotiroid terjadi penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL di hati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia (Salter et al. 1991). Selain menggunakan propil tiourasil, induksi hiperkolesterolemia pada tikus dapat juga ditambah dengan menggunakan pakan tinggi kolesterol yang terdiri atas: kuning telur ayam 1.5%, lemak kambing 10%, minyak barco 1%, dan makanan standar 83% (Rachmadani 2001; Berry A 2004). Selain itu dapat juga digunakan kombinasi yang lain yaitu kuning telur ayam 1.5%, lemak kambing 5%, minyak goreng curah 6%, dan pakan standar sampai 100% (Kristiani EBE 2003). Adapun pada penelitian ini akan digunakan pakan tinggi kolesterol dengan kombinasi yang pertama (Rachmadani 2001). BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang berumur lebih dari 2 bulan. Tikus diperoleh dari PT Indo Anilab Bogor dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bobot badan rata-rata tikus yang diperoleh dari PT Indo Anilab Bogor sebesar 250 gram (30 ekor),

Gambar 5 Tikus Sprague-Dawley.

sedangkan tikus yang diperoleh dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor bobot badan rata-ratanya sebesar 200 gram (15 ekor). Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM IPB, akuades, NaCl, KCl, etanol, dietil eter, kloroform, standar kolesterol, asam asetat anhidrida, Propil tiourasil (PTU), pakan kolesterol (kuning telur 1,5%, lemak kambing 10%, minyak curah 1%), pakan standar, dan lovastatin (lovacol). Peralatan yang digunakan adalah oven, microfuge Beckman, sentrifus klinis dengan rotor merk Hettich universal, spektrofotometer UV, neraca, kandang tikus, vorteks, alat-alat gelas, dan hot plate. Metode Penelitian Persiapan Induksi Hiperlipidemia dan Perlakuan Ekstrak Makanan untuk meningkatkan konsentrasi kolesterol tikus terdiri atas kolesterol 1.5% dari kuning telur ayam, lemak kambing 5%, minyak curah 6%, dan sisanya makanan standar. Dosis propil tiourasil 0.01% yang diberikan sebesar 0.5 mg/kg BB. Pakan diberikan sebanyak 20 g/ekor/hari, baik pakan standar maupun kolesterol. Pada minggu ke-8 masa peningkatan kolesterol, komposisi pakan kolesterol ada yang diganti, yaitu lemak kambing menjadi 10% dan minyak goreng menjadi 1%. Dosis propil tiourasil 0.01% juga berubah dari 0.05 mg/kg BB menjadi 1 mg/kg BB. Perlakuan ekstrak dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol ramuan daun jati belanda yang terdiri atas daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak. Selain itu juga digunakan obat komersial penurun kolesterol dari golongan statin, yaitu lovastatin (lovacol) sebagai kontrol pembanding. Dosis ekstrak ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak yang diberikan pada kelompok perlakuan ekstrak 1 adalah dosis campuran dengan perbandingan (1x:1y:1z). Nilai koefisien sama dengan satu adalah satu kali dosis efektifnya. Dosis efektif daun jati belanda adalah 1 g/kg BB (Lestari & Muchtadi 1997; Rachmadani 2001; Kristiani EBE 2003) sedangkan dosis efektif daun jambu biji dan temulawak adalah dosis yang telah ditentukan oleh mitra industri dan tidak dapat dilaporkan berkenaan

dengan rahasia perusahaan. Kelompok perlakuan ekstrak berikutnya mendapatkan dosis yang merupakan variasi kelipatan dari masing-masing dosis efektif. Dosis normal lovastatin merk lovacol untuk manusia dengan bobot badan + 70 kg adalah 20 mg/hari. Dosis lovastatin yang digunakan untuk tikus 200 gram adalah sebesar 0.2857 mg/kg BB/hari. Pembuatan Ekstrak Ekstrak etanol daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak diperoleh dari PSB, IPB. Bahan-bahan tersebut diekstrak dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak etanol daun jati belanda berupa serbuk kristal berwarna hijau kehitaman, ekstrak etanol jambu biji berupa pasta yang lengket dan keras berwarna merah kehitaman, sedangkan ekstrak etanol temulawak berupa cairan berwarna kuning tua. Ekstrak dibungkus dengan kantong plastik dan disimpan di dalam lemari pendingin untuk menghindari kerusakan oleh udara maupun aktivitas mikroorganisme. Rancangan Percobaan Hewan coba yang akan digunakan adalah 45 ekor tikus putih jantan galur SpragueDawley. Tikus tersebut diadaptasikan selama dua minggu untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Makanan hewan percobaan diberikan sebanyak 20 g/ekor/hari dan air minum diberikan secara ad libitum. Pengukuran bobot badan dilakukan satu kali dalam satu minggu dan konsumsi pakan ditimbang setiap hari. Kemudian tikus dibagi menjadi tujuh kelompok masing-masing terdiri atas lima ekor. Kelompok I adalah kontrol normal yang hanya diberi pakan standar selama percobaan. Kelompok II adalah kelompok hiperlipidemia. Kelompok III adalah kelompok pembanding (Lovastatin). Kelompok IV, V, VI, dan VII adalah kelompok perlakuan ekstrak ekstrak. Kelompok hiperlipidemia, pembanding, dan perlakuan mendapatkan pakan kolesterol dan propil tiourasil 0.01% selama percobaan. Kelompok pembanding dicekok dengan lovastatin dosis 0.2857 mg/kg BB/hari mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Kelompok IV, V, VI, dan VII dicekok dengan ekstrak etanol ramuan daun jati belanda dengan daun jambu biji dan temulawak berturut-turut dengan perbandingan dosis (1x:1y:1z), (2x:1y:1z), (1x:0y:1z), dan (1x:0y:0z) mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Pembedahan awal dilakukan terhadap 5 dari 10 ekor tikus pada kontrol normal dan 5

ekor tikus tambahan dari kelompok hiperlipidemia setelah minggu ke-11 percobaan. Selanjutnya dilakukan pembedahan semua kelompok setelah minggu ke-16 percobaan. Lalu, dianalisis konsentrasi kolesterol hatinya dengan metode Liebermann-Buchard.

Penyiapan Pakan Kolesterol (Rachmadani 2001) Pakan kolesterol dibuat dari kolesterol 1.5% (dari tepung kuning telur), lemak kambing 10%, minyak goreng curah 1%, dan pakan standar sampai 100%. Semua bahan diaduk sampai tercampur rata, dan dijadikan bentuk pelet seperti bentuk pakan standar. Tepung kolesterol dipersiapkan dari kuning telur ayam negeri. Kuning telur dipisahkan dari putihnya, lalu dikukus. Setelah matang, kuning telur dibersihkan dari selaput lendirnya dan digerus sampai halus kemudian dikeringkan dalam oven suhu 70C selama + 24 jam sambil sesekali digerus lagi sampai benar-benar kering dan halus. Kolesterol tepung kuning telur diukur dengan menggunakan metode LiebermannBuchard. Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran alkohol eter (3:1). Kemudian dimasukkan + 0.02 g tepung kuning terlur ayam diaduk perlahan sampai semua bercampur dengan alkohol-eter. Tabung ditutup rapat dan didiamkan selama lima belas menit. Selanjutnya tabung disentrifugasi pada 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL lalu diuapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering. Residu yang tersisa dibubuhi kloroform 2-2.5 mL dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan 2-2.5 mL kloroform. Ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 mL dengan kloroform. Untuk standar kolesterol diambil sebanyak 5 mL, dan blanko kloroform 5 mL lalu ditempatkan ke dalam tabung sentrifus. Kemudian ditambahkan 2 mL asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat pada semua tabung, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan di ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spekrofotometer UV.

Pengambilan dan Pengukuran Sampel Darah Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu kurang lebih 16 jam. Pengambilan darah tikus dilakukan dua minggu sekali pada masa peningkatan kolesterol dan satu minggu sekali pada masa perlakuan. Darah tikus diambil dengan cara memotong ekor tikus kira-kira 5 mm dari bagian ujung ekor. Bagian ujung ekor dibersihkan dengan alkohol 70% lalu diberi sedikit xylocaine pada ujung ekor yang akan dipotong untuk menghilangkan rasa sakit Setelah ekornya dipotong ekor tikus diurut perlahan-lahan sampai darahnya keluar + 0.5 mL sambil ditampung dalam tabung Eppendorf dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar, selanjutnya disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum digunakan untuk penetapan konsentrasi kolesterol total. Kolesterol total dianalisis dengan metode CHOD-PAP menggunakan kit yang dibuat oleh Randox dengan prosedur percobaan ada pada Lampiran 4. Pembuatan Homogenat Hati dan Analisis Konsentrasi Kolesterol Hati (Alexander & Griffith, 1985) Sebanyak 1-2 g hati disimpan dalam NaCl dingin 0.9%. Kemudian dibuat homogenat hati 10% dalam larutan KCl dingin 1.5%, lalu diambil sebanyak 0.1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bertutup. Analisis konsentrasi kolesterol hati dilakukan dengan metode LiebermannBuchard. Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran alkohol-eter (3:1). Kemudian dimasukkan 0.1 mL homogenat hati yang telah tersedia dalam tabung reaksi, diaduk perlahan sampai semua bercampur dengan alkohol-eter. Tabung ditutup rapat dan didiamkan selama lima belas menit. Selanjutnya tabung disentrifugasi pada 3000 rpm selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL lalu diuapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering. Residu yang tersisa dibubuhi kloroform 22.5 mL dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Gelas piala tadi dibilas lagi dengan 2-2.5 mL kloroform. Ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 mL dengan kloroform. Untuk standar kolesterol diambil sebanyak 5 mL, dan blanko kloroform 5 mL lalu ditempatkan ke dalam tabung sentrifus. Kemudian ditambahkan 2 mL asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat pada semua

tabung, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan di ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spekrofotometer UV. Analisis Statistik (Mattjik & Sumertajaya 2000) Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan tersebut adalah: Yij = + i + ij Keterangan: = pengaruh rataan umum i = pengaruh rataan ke-i, i=1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j= 1, 2, 3, 4, 5 Yij= pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 90% dan taraf 0.10. uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS 10.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Bobot Badan Sebelum Perlakuan Selama masa adaptasi semua tikus pada tiap kelompok mengalami kenaikan bobot badan, walaupun hanya diberi pakan standar (Gambar 6). Bobot badan rata-rata semua tikus pada awal masa adaptasi sebesar 232 + 46,2 gram, sedangkan pada akhir masa adaptasi bobot badan rata-ratanya sebesar 251,7 + 43,3 gram. Berdasarkan uji ANOVA dengan uji lanjut duncan kenaikan bobot badan ini tidak berbeda nyata (P>0.1). Artinya, bobot badan semua tikus pada akhir masa adaptasi tidak berbeda jauh dengan bobot badan pada awal masa adaptasi. Kenaikan bobot badan ini terjadi karena
500 Bobot Badan (gram) 400 300 200 100 0 0 1 2 3 4

semua tikus masih muda (<6 bulan). Setelah satu minggu mengkonsumsi pakan tinggi kolesterol dan propil tiourasil, bobot badan tikus kelompok perlakuan rata-rata mengalami kenaikan, akan tetapi berdasarkan uji statistik, kenaikannya tidak berbeda nyata (P>0.1). Selama masa induksi, bobot badan tikus terus meningkat untuk setiap minggunya, walaupun peningkatannya tidak stabil. Berdasarkan uji statistik, kenaikan bobot badan ini tidak berbeda nyata (P>0.1). Artinya, walaupun bobot badannya meningkat, namun peningkatannya tidak terlalu besar. Akan tetapi, bobot badan tikus kelompok normal berada di bawah bobot badan kelompok perlakuan. Berdasarkan uji statistik, bobot badan kelompok normal berbeda nyata dengan bobot badan kelompok hiperlipidemia. Perbedaan bobot badan tersebut selain disebabkan oleh bobot bobot badan awalnya, juga disebabkan oleh adanya lemak kambing dan minyak goreng curah yang terkandung dalam pakan tinggi kolesterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ide et. al (1978) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tikus dengan pakan mengandung lemak, lebih besar daripada tikus dengan pakan bebas lemak. Akan tetapi pakan kolesterol ini tidak terlalu berpengaruh pada bobot badan, karena walaupun terjadi peningkatan bobot badan setiap minggunya, namun peningkatannya tidak berbeda nyata (P>0.1). Penggunaan kuning telur, lemak kambing, dan minyak goreng curah sebagai komposisi pakan tinggi kolesterol dilakukan dengan alasan bahwa bahan-bahan ini mengandung asam lemak jenuh berantai panjang. Asam lemak jenuh merupakan prekursor trigliserida yang nantinya di dalam tubuh akan disimpan dalam jaringan adiposa sehingga bobot badan tikus menjadi besar (Murray 1999). Pakan standar yang dikonsumsi oleh

5 6 Minggu ke-

10

Gambar 6 Peningkatan bobot badan tikus Normal ( Normal selama induksi hiperlipidemia.
Perlakuan

normal ) dan perlakuan (

hiperlipidemia )

kelompok normal selama masa induksi hiperlipidemia rata-rata dikonsumsi sekitar 15 gram, sedangkan pakan kolesterol yang dikonsumsi oleh kelompok perlakuan selama masa induksi hiperlipidemia rata-rata sebesar 14 gram (Gambar 7). Selama masa induksi ini, jumlah pakan yang dikonsumsi tikus meningkat setiap minggunya, walaupun peningkatannya tidak stabil. Oleh karena itu, bobot badan tikus menjadi naik. Bobot Badan Selama Pemberian Ekstrak Selama satu minggu dicekok ekstrak, bobot badan semua tikus rata-rata mengalami penurunan. Hal ini didukung oleh menurunnya jumlah pakan kolesterol yang dikonsumsi (Gambar 7). Jumlah pakan yang dikonsumsi selama masa induksi rata-rata sebesar 14 gram, sedangkan setelah 1 minggu dicekok ekstrak jumlah pakan yang dikonsumsi rata-rata menjadi 12 gram. Penurunan jumlah pakan yang dikonsumsi ini kemungkinan disebabkan oleh stress tikus akibat belum terbiasa dengan rasa ekstrak. Selama pencekokan ekstrak, bobot badan tikus relatif stabil. Kenaikan ataupun penurunan yang terjadi tidak terlalu berpengaruh karena nilai kenaikan atau penurunannya rendah. Konsumsi pakan semua kelompok perlakuan ekstrak setelah empat dan lima minggu dicekok ekstrak terjadi peningkatan (Gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa semua tikus pada kelompok perlakuan ekstrak sudah terbiasa dengan ekstrak sehingga tidak mempengaruhi

nafsu makannya. Oleh karena itu, rata-rata bobot badan kelompok perlakuan ekstrak setelah empat dan lima minggu dicekok ekstrak diasumsikan tetap karena walaupun terjadi kenaikan ataupun penurunan bobot badan nilainya tidak signifikan (Gambar 8). Dengan kata lain, ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak tidak berpengaruh terhadap bobot badan tikus maupun nafsu makan tikus. Konsentrasi Kolesterol Hati Di dalam penelitian ini, kemampuan ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak dalam mengatasi hiperlipidemia dapat dilihat melalui kemampuannnya dalam menurunkan konsentrasi kolesterol hati. Konsentrasi Kolesterol Hati Kelompok Normal Untuk analisis kolesterol hati dilakukan dua kali pembedahan tikus. Pembedahan pertama dilakukan pada akhir masa induksi hiperlipidemia pada lima ekor tikus kelompok normal dan kelompok hiperlipidemia. Selanjutnya, pembedahan kedua dilakukan pada akhir masa percobaan pada lima ekor tikus dari masing-masing kelompok. Pembedahan ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan konsentrasi kolesterol hati tikus pada saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Kolesterol hati tikus kelompok normal sebelum masa perlakuan adalah sebesar 0.30

20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 0 5 Minggu ke10 15

Gambar 7 Konsumsi pakan tikus selama percobaan. Normal ( ), hiperlipidemia ( ), ), ekstrak ramuan daun jati belanda 1x:1y:1z ( ), ekstrak lovastatin ( ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak Normal ( ), ekstrakHiperlipidemia Lovastatin Ekstrak 1:1:1 ramuan daun jati belanda tanpa daun jambu biji 1x:0y:1z 2x:1y:1z ), dan2:1:1 ekstrak ramuan daun1:0:1 jati belanda tunggal 1x:0y:0z ( ). ( Ekstrak Ekstrak Ekstrak 1:0:0

Konsumsi Pakan (g)

Bobot badan (gram )

600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 Pencekokan ekstrak minggu ke5

Gambar 8 Perubahan bobot badan tikus normal ( ), hiperlipidemia ( ), lovastatin ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda 1x:1y:1z ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak 2x:1y:1z ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda tanpa daun jambu biji 1x:0y:1z ( ), dan ekstrak ramuan daun jati belanda tunggal 1x:0y:0z ( ) selama pencekokan ekstrak. mg/g dan setelah masa perlakuan sebesar 0.20 mg/g. Berdasarkan uji statistik nilai ini tidak berbeda nyata (P>0.1), sehingga ratarata konsentrasi kolesterol hati kelompok normal adalah sebesar 0.26 mg/g. Jika dilihat konsentrasi kolesterol darahnya, konsentrasi kolesterol darah kelompok normal pada saat dilakukan pengambilan hati rata-rata sebesar 71.7 + 13.10 mg/dL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malole Pramono (1989) bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus normal berkisar antara 40-130 mg/dL. Konsentrasi Kolesterol Hati Kelompok Hiperlipidemia dan Lovastatin Konsentrasi kolesterol hati kelompok hiperlipidemia sebelum masa perlakuan adalah sebesar 1.08 mg/g, sedangkan setelah masa perlakuan sebesar 0.83 mg/g. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai ini tidak berbeda nyata (P>0.1), sehingga rata-rata konsentrasi kolesterol hati kelompok hiperlipidemia adalah sebesar 0.94 + 0.51 mg/g. Nilai ini lebih besar dari nilai konsentrasi kolesterol kelompok normal. Sulistiyani et. al. (2007) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok hiperlipidemia pada akhir masa percobaan rata-rata sebesar 118.79 + 22.88 mg/dL. Konsentrasi kolesterol darah kelompok ini lebih besar daripada konsentrasi kolesterol kelompok normal. Konsentrasi kolesterol hati kelompok lovastatin rata-rata sebesar 1.05 mg/g (Gambar 9). Nilai ini tidak berbeda dengan konsentrasi kolesterol hati kelompok hiperlipidemia (P=0.371). Artinya, lovastatin tidak berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi kolesterol hati tikus. Oleh karena itu, dilakukan penggabungan data konsentrasi kolesterol hati kelompok lovastatin dengan kelompok hiperlipidemia, sehingga rata-rata konsentrasi kolesterol hati kelompok hiperlipidemia adalah sebesar 0.98 + 0.27 mg/g. Lovastatin tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol hati karena lovastatin tidak bekerja pada hati yang konsentrasi kolesterolnya tinggi. Konsentrasi kolesterol di hati dapat meningkat sebagai akibat dari konsumsi pakan kolesterol. Tingginya konsentrasi kolesterol di hati akan menghentikan biosintesis kolesterol di hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murray et. al. (1999) yang menyatakan bahwa sintesis kolesterol dapat terhenti jika enzim HMG-KoA reduktasenya terhambat oleh beberapa hal, antaralain obat-obatan golongan statin, mevalonat, asam empedu, dan kolesterol. Jadi, lovastatin lebih baik digunakan jika asupan makanan yang mengandung kolesterol dihentikan. Konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok lovastatin yang dilaporkan oleh Sulistiyani et. al. (2007) pada akhir masa percobaan adalah sebesar 124.6 + 324 mg/dL. Jika dibandingkan dengan konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok hiperlipidemia, nilai ini tidak berbeda nyata (P=0.687). Artinya lovastatin tidak berpengaruh da lam menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Hal ini mungkin terjadi oleh karena sifat lovastatin yang tidak larut dalam air. Sedangkan pencekokan lovastatin pada tikus dilarutkan dalam air. Jadi kemungkinan lovastatin yang masuk ke dalam tubuh tikus tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya masuk, yaitu sebesar 0,2857 mg/kg BB.

1.4

Kolesterol Hati (mg/g)

1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0


H ip er lip de m ia 2x :1 y: 1z 1x :0 y: 1z Lo va st at in 1x :0 y: 0z 1x :1 y: 1z N or m al

Ek st ra k

Ek st ra k

Ek st ra k

Kelompok

Gambar 9 Konsentrasi kolesterol hati tikus normal ( ), hiperlipidemia ( ), lovastatin ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda 1x:1y:1z ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak 2x:1y:1z ( ), ekstrak ramuan daun jati belanda tanpa daun jambu biji 1x:0y:1z ( ), dan ekstrak ramuan daun jati belanda tunggal 1x:0y:0z ( ). Konsentrasi Kolesterol Hati Kelompok Ekstrak Kelompok Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda Tunggal (1x:0y:0z). Tikus pada kelompok ekstrak ramuan daun jati belanda tunggal mempunyai konsentrasi kolesterol hati tikus rata-rata sebesar 0.83 + 0.16 mg/g. Jika dibandingkan dengan kelompok hiperlipidemia, nilai ini lebih rendah, namun berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata (P=0.657). Artinya, ekstrak ramuan daun jati belanda tunggal tidak memberikan efek dalam menurunkan konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Sulistiyani et. al. (2007) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol darah kelompok ekstrak daun jati belanda tunggal pada akhir percobaan rata-rata sebesar 89.94 + 30.49 mg/dL. Ekstrak ini dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah secara efektif (P=0.057) (Gambar 10). Kelompok Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda dan Temulawak (1x:0y:1z). Konsentrasi kolesterol hati kelompok ekstrak ramuan daun jati belanda dan temulawak rata-rata sebesar 0.93 + 0.28 mg/g. Berdasarkan uji statistik nilai konsentrasi kolesterol hati ini tidak berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia (P=0.924). Artinya, ekstrak ramuan daun jati belanda dan temulawak tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Konsentrasi kolesterol darah kelompok ekstrak ramuan daun jati belanda dan temulawak pada akhir percobaan rata-rta sebesar 103.94 + 41.72 mg/dL (Sulistiyani et. al. 2007). Ekstrak ini tidak berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi kolesterol darah, karena berdasarkan uji statistik nilai ini tidak berbeda nyata dengan nilai konsentrasi kolesterol darah kelompok hiperlipidemia (P=0.319). Kelompok Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda, Daun Jambu Biji, dan Temulawak (1x:1y:1z). Berdasarkan data yang diperoleh, konsentrasi kolesterol hati kelompok ekstrak ramuan daun jati belanda rata-rata sebesar 0.85 + 0.29 mg/g. Ekstrak ini tidak berpengaruh terhadap konsentrasi hati karena berdasarkan uji ANOVA dengan uji lanjut Duncan, nilai ini tidak berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia (P=0.461). Konsentrasi kolesterol darah kelompok ekstrak ini pada akhir percobaan rata-rata sebesar 86.88 + 24.59 mg/dL (Sulistiyani 2007). Berdasarkan uji statistik, nilai ini berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia (P=0.037). Artinya, ekstrak ini dapat menurunkan konsenrasi kolesterol darah dengan baik. Kelompok Ekstrak Ramuan Daun Jati Belanda yang Mengandung Daun Jati Belanda Lebih Banyak (2x:1y:1z). Ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak (2x:1y:1z) mempunyai nilai

Ek st ra k

K o lestero lD arah(m g /d L )

180 160 140 120 100 80 60 40 20 0


H ip er lip de m ia 1x :1 y: 1z 2x :1 y: 1z Lo va st at in 1x :0 y: 0z E ks tr ak 1x :0 y: 1z E ks tra k N or m al

Ek st ra k

Kelompok

Gambar Gambar 1010Konsentrasi Konsentrasi kolesterol kolesterol darah hati tikus tikus normal normal (( ), ), hiperlipidemia hiperlipidemia (( ), ), lovastatin lovastatin (( ), ), ), ekstrak ramuan ramuan daun daun jati jati belanda belanda ekstrak ekstrak ramuan ramuan daun daun jati jati belanda belanda 1x:1y:1z 1x:1y:1z ( (), ekstrak ), ), ekstrak ekstrak ramuan ramuan yang yang mengandung mengandung daun daun jati jati belanda belanda lebih lebih banyak banyak 2x:1y:1z 2x:1y:1z ( ( ), dan ), dan ekstrak ekstrak ramuan ramuan daun daun jati jati daun daun jati jati belanda belanda tanpa tanpa daun daun jambu jambu biji biji 1x:0y:1z 1x:0y:1z ( ( ) pada ). akhir percobaan. belanda belanda tunggal tunggal 1x:0y:0z 1x:0y:0z ( ( konsentrasi kolesterol hati rata-rata sebesar 0.70 + 0.12 mg/g. Nilai ini berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia (P=0.067). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak dapat menurunkan konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Sulistiyani et. al. (2007) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak (2x:1y:1z) rata-rata sebesar 97.12 + 22.93 mg/dL. Akan tetapi, berdasarkan uji statistik nilai ini tidak berbeda nyata dengan kelompok hiperlipidemia (P=0.149). Artinya, ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak tidak dapat menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Berdasarkan data-data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa adanya penambahan daun jambu biji dan temulawak pada ekstrak daun jati belanda yang lebih banyak dapat menurunkan konsentrasi kolesterol hati lebih efektif jika dibandingkan baik dengan ekstrak yang sama namun jumlah daun jati belandanya datu kali dosis efektif maupun dengan ekstrak yang dicampur dengan temulawak saja dan yang tidak dicampur sama sekali. Penurunan kolesterol hati ini dapat terjadi sebagai akibat dari zat-zat yang terkandung pada ekstrak, seperti tanin pada daun jati belanda, pektin pada dau jambu biji, dan kurkuminoid pada temulawak. Di dalam tubuh, tanin dapat mengendapkan mukosa protein yang ada pada permukaan usus halus, sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan. Jika makanan yang diserap sedikit, maka sari-sari makanan atau zat-zat yang masuk ke dalam hati untuk dimetabolisme akan sedikit. Bila makanan yang masuk adalah makanan yang tinggi lemak dan kolesterol, maka lemak dan kolesterol yang diangkut oleh kilomikron ke hati akan sedikit jumlahnya (Suharmiati & Maryani (2003); Dalimartha 2005). Pektin di dalam tubuh dapat mengikat asam empedu yang beredar dalam pencernaan, untuk mengembalikan konsentrasi asam empedu yang berkurang hati akan menarik kolesterol dalam darah untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu dalam saluran pencernaan akan dikeluarkan bersama-sama feses. Kurkuminoid mempunyai aktivitas kolagoga. Aktivitas kolagoga ini akan meningkatkan sekresi cairan empedu sehingga partikel padat pada kandung empedu akan berkurang (Dalimartha 2005). Korelasi antara Kolesterol Hati dengan Kolesterol Darah Nilai koefisien korelasi antar konsentrasi kolesterol darah dengan konsentrasi kolesterol hati pada tikus hiperlipidemia dan ekstrak bernilai positif (Gambar 11). Artinya, ada pengaruh positif dari konsentrasi kolesterol darah terhadap konsentrasi kolesterol hati. Jika nilai konsentrasi kolesterol darah tinggi, maka konsentrasi kolesterol di hati juga akan tinggi. Akan tetapi, pengaruhnya sangat lemah karena koefisien korelasinya kecil (<0,7). Jadi dapat dikatakan bahwa konsentrasi kolesterol darah tidak berpengaruh terhadap konsentrasi kolesterol hati (Tabel 3).

Ek st ra k

1.6

Kolesterol Hati (mg/g)

1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

TPC (mg/dL) Kolesterol Darah (mg/dL)

Gambar 11 Korelasi konsentrasi kolesterol darah dengan kolesterol hati kelompok Hiperlipidemia Ekstrak hiperlipidemia ( ) dan ekstrak ( ) .
Linear (Hiperlipidemia) Linear (Ekstrak)

Murray (1999) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keseimbangan kolesterol di dalam jaringan. Peningkatan kolesterol dapat terjadi akibat 1) ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor, seperti reseptor LDL; 2) ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya akan kolesterol ke membran sel; 3) sintesis kolesterol; dan 4) hidrolisis ester kolesteril oleh enzim ester kolesteril hidrolase. Penurunan terjadi sebagai akibat dari 1) aliran kolesterol keluar dari membran sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah yang didorong oleh enzim LCAT (Lesitin: kolesterol asiltransferase); 2) esterifikasi kolesterol oleh enzim ACAT (asil-KoA: kolesterol asil transferase); dan 3) penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawa steroid lainnya, seperti hormon atau asam empedu di hati.Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa hati akan mengatur metabolisme kolesterol di hati agar tetap dalam keadaan yang seimbang. Pengaturan yang dilakukan oleh hati pada percobaan ini kemungkinan adalah penurunan kolesterol hati dengan cara menggunakan kolesterol untuk sintesis asam empedu yang nantinya akan dikeluarkan bersama-sama dengan feses. Tabel 3 Korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dengan konsentrasi kolesterol hati
Kelompok Koef. Korelasi (KK) 0.413 0.047 R2 Signifikan (=0,05) 0.270tn 0.845tn

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak yang dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam hati adalah ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak yang mengandung ekstrak daun jati belanda lebih banyak (2x:1y:1z). Lovastatin tidak memberikan pengaruh pada penurunan konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. Tidak ada pengaruh dari kolesterol darah terhadap kolesterol hati. Saran Perlu dilakukan uji toksisitas ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak untuk semua dosis dan dilihat pengaruhnya terhadap kerusakan hati. Perlu juga dilakukan uji dengan menggunakan ekstrak ramuan daun jati belanda, daun jambu biji, dan temulawak dosis lain dengan menggunakan kontrol pembanding yang tepat dan dilakukan masa wash-out. Selain itu juga perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai mekanisme penurunan kolesterol di dalam hati. DAFTAR PUSTAKA Alexander RR, Griffith JM. 1993. Basic Biochemical Methods. New York: Wiley Liss. Andyana. 2004. Efek ekstrak daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah sebagai antidiare [catatan penelitian]. Acta pharmaceutica Indonesia. 29:19-27.

Hiperlipidemia Ekstrak

0.1706 0.0022

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada =0.05

American Society of Health-System Pharmacists. 2003. Lovastatin. http:// www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/ medmaster/a688006.html, [1 Maret 2006]. Berry A. 2004. Karakteristik kolesterol total, HDL, dan trigliserida dalam darah tikus putih (Sprague-Dawley) akibat pemberian Curdlan dari Agrobacterium sp. [skripsi]. Bogor: Program Studi Biokimia Departemen Kimia FMIPA IPB. Budhidjaja P. 1988. Pengaruh kurkuminoid dari temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) terhadap kolesterol total, trigliserida, dan HDL-kolesterol darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia. [laporan penelitian]. Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD. Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Surabaya: Penebar Swadaya. Goodman, Gilmans. 2001. The Pharmacological Basic of Therapeutics. 10th Ed. USA: Mc Graw Hill. Grundy SM. 1991. Multifactorial ethiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease. Artheriosclerosis and Thrombosis. 11:1619-1635. Hartanto B. 1986. Fitokimia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). [tesis]. Bandung: ITB. Ide T, Okamatsu, Sugano. 1978. Regulation by dietary fats of hydroxy-3metilglutaryl-coenzyme A reductase in rat liver. J. Nutrition 180:610-612. Kaneko JJ. 1980. Clinical Biochemistry. 3rd Ed. New York: Academic pr. Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. [KKI] Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993. Pedoman pengujiandan Pengembangan Fitofarmaka. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica. Kleiner K, Dotti LB. 1958. Laboratory Instruction in Biochemistry. 5th ed. New York: Mosby Company. Kristiani EBE. 2003. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk

hiperlipidemia: kajian in vivo dan in vitro. [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. Lestari, Muchtadi. 1997. Uji aktivitas antihiperlipidemia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada tikus. [laporan penelitian]. Bandung: Universitas Padjajaran. Lestariana W. 2005. Pengaruh pemberian ekstrak air daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara kronis terhadap konsentrasi glukosa darah, konsentrasi trigliserida, dan kolesterol serum tikus (Rattus norvegicus). Buku Panduan Seminar Nasional XVII dan Kongres X PPBMI. Pekan Baru 30 Nov-1 Des 2005. Merck. 2005. Tablets Mevacor (Lovastatin). USA: Merck & Co. Miradiono. 2002. Efektivitas senyawa flavonoid dari daun (Guazuma ulmifolia Lamk.). Bogor: Departemen Kimia IPB. pengekstrak jati belanda [skripsi]. FMIPA

Momuat LI, Sulistiyani, Khomsan A, Sajuthi D. 2001. Minyak sawit mempercepat regresi aterosklerosis aorta pada kelinci hiperkolesterolemia ringan, tetapi tidak pada yang hiperkolesterolemia berat. Media Gizi Keluarga XXV (2): 26-34. Monica WS, Farida. 1997. Pengaruh ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan konsentrasi kolesterol darah kelinci. In: daun dewa (Gynura procumbers (Lour.) Merr) dan jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk.). Buku Panduan Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII. Bandung, 26-27 Juni 1997. Muchtadi D, Palupi NS. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Murray RK, Granner DK, Meyes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Ed. 5. Jakarta: EGC. Naser A. 1987. Pengaruh ekstrak air temulawak terhadap HDL-kolesterol, kolesterol total, dan trigliserida darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia. [laporan penelitian]. Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD. Nelson D, Michael MC. 2000. Principles of Biochemistry. New York: Worth Publishers.

Purwanto A. 2003. Efek gizi tempe terhadap hiperlipidemia pasien rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. [laporan penelitian]. Jakarta: Depkes RI. Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan konsentrasi lipid pada darah tikus putih strain Wistar. [skripsi]. Bogor: Departemen Kimia FMIPA IPB. Rukayadi. 2006. In vitro anticandidal activity of xanthorrhizol isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb [catatan penelitian]. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 57:1231-1234. Sidik, Moelyono, Muhtadi A. 1995. Seri Pustaka Tanaman Obat, Temulawak (Curcuma xanthorriza (Roxb.)) Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Phyto Medica. Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaannya. Jakarta: Balai Pustaka. Soenarjo CH. 1985. temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) sebagai obat untuk memperbaiki kerja fisiologis dan kesuburan pada wanita dan ternak betina. Proseding Simposium Nasional Temulawak. Bandung, 17-18 September 1985. Sugati S, Syamsuhidayat, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Sugiyanto. 2000. Pengaruh lendir daun jati belanda terhadap bobot badan tikus putih betina [catatan penelitian]. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 6:14-15. Sujono H. 1985. temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) sebagai obat untuk memperbaiki kerja fisiologis dan kesuburan pada wanita dan ternak betina. Proseding Simposium Nasional Temulawak. Bandung, 17-18 September 1985. Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Depok: Agromedia Pustaka. Sundowo. 2000. Evaluasi aktivitas antibakteri dan antioksidan serta pemeriksaan fitokimia daun jambu biji

(Psidium guajava Linn.). Buku Panduan Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XVI. Undip, 5-6 Oktober 2000. Turner RA, Peter H. 1971. Screening Methods in Pharmacology. Volume II. New York: Academic Pr. Wahyuditomo. 2000. Pengaruh jati belanda terhadap keja enzim lipase secara In Vitro [catatan penelitian]. Warta Tumbuhan Obat Indonesia The Journal of Indonesian Medicinal Plants 6: 6-8.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tahap penelitian


Tikus n=45

Kelompok Normal n=10

Kelompok Hiperlipidemia n=10

Kelompok Pembanding n=5

Kelompok perlakuan ekstrak I n=5

Kelompok perlakuan ekstrak II n=5

Kelompok perlakuan ekstrak III n=5

Kelompok perlakuan ekstrak IV n=5

Masa adaptasi (2 minggu) Pembedahan Tikus Awal Induksi hiperlipidemia (10 minggu)

Analisis kolesterol darah (@2 minggu)

Proses pencekokan (5 minggu) Pembedahan Tikus Akhir Pembuatan homogenat hati Analisis kolesterol darah (@1 minggu)

Pembuatan pakan kolesterol

Analisis kolesterol

Analisis data statistik

Lampiran 2 Penentuan kolesterol metode CHOD-PAP Komposisi Konsentrasi 4-Aminoantipirin 0.30 mmol/L Fenol 6 mmol/L Peroksidase > 0.5 U/mL Kolesterol esterase > 0.15 U/mL Kolesterol oksidase > 0.1 U/mL Buffer pipes 80 mmol/L; pH 6.8 Standar 5.17 mmol/L (200 mg/dL) Konsentrasi kolesterol dapat diukur dengan metode CHOD-PAP dan mengikuti reaksi sebagai berikut: Ester kolesterol + H2O kolesterol-esterase kolesterol + asam lemak Kolesterol + O2 kolesterol-oksidase kolestin + H2O2 2H2O2 + fenol + 4-Aminoantipirin peroksidase Quinoneimin + 4H2O

Lampiran 3 Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah 25 50 100 150 200 Seri 0 konsentrasi (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) Stok standar yang 5 5 5 15 10 diambil (L) Akuades 10 35 15 5 5 (L) Standar yang 10 10 10 10 10 diambil (L) 1000 1000 1000 1000 1000 1000 Reagen (L) Dicampurkan, lalu diinkubasi selama 10 menit pada 20-25 C atau 5 menit pada 37 C, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 546 nm. Dilakukan duplo. Lampiran 4 Metode pengukuran konsentrasi kolesterol Blanko (L) Standar (L) Sampel (L) Air destilata 10 Standar 10 Sampel 10 Reagen 1000 1000 1000 Dicampurkan, lalu diinkubasi selama 10 menit pada 20-25 C atau 5 menit pada 37 C, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 546 nm. Kadar kolesterol diperoleh dengan cara dikonversi ke kurva standar.

Lampiran 5 Data bobot badan tikus selama percobaan

No N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 Rataan SD

Kelompok Normal Minggu ke- (gram) -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 175 200 190 200 200 210 210 220 235 240 245 245 245 195 220 210 210 230 235 240 255 260 260 260 260 260 270 270 255 255 190 210 210 210 225 230 235 245 35 230 225 230 220 235 230 240 250 155 180 190 190 195 210 215 225 230 240 245 255 255 270 270 260 260 200 230 220 230 235 250 240 250 250 250 270 270 255 155 180 180 190 200 190 205 215 190 200 220 240 240 260 260 270 270 280 295 295 310 300 310 315 310 300 295 270 305 200 220 220 210 210 215 220 220 240 240 240 225 215 210 220 220 210 230 210 245 230 240 245 245 181,43 212,50 210,00 214,44 220,56 225,56 232,22 237,22 221,67 243,33 250,56 253,89 249,44 268,75 266,25 256,25 267,50 19,94 26,59 23,45 24,55 23,38 26,86 26,82 27,05 76,69 26,93 27,09 26,90 27,44 26,58 26,89 12,50 25,33

No H2 H3 H4 H5 21 7 11 69 77 Rataan SD

Kelompok Hiperlipidemia Minggu ke- (gram) -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 190 190 190 230 260 290 295 305 330 360 360 370 220 230 220 240 265 250 235 260 295 320 310 325 180 190 190 220 230 235 240 250 270 265 270 300 210 210 220 250 270 270 270 305 325 315 330 360 260 270 275 320 350 350 370 385 425 435 470 465 465 465 465 470 490 210 230 235 295 330 350 375 375 430 460 470 475 490 510 485 495 510 220 260 265 295 330 350 385 390 430 455 490 495 510 520 495 475 460 230 260 250 305 340 320 345 365 410 420 455 460 445 455 445 445 450 220 250 245 280 290 310 330 340 370 390 410 410 390 390 370 370 385 215,56 232,22 232,22 270,56 296,11 302,78 316,11 330,56 365,00 380,00 396,11 406,67 460,00 468,00 452,00 451,00 459,00 19,24 15,17 15,97 14,75 22,80 19,49 22,75 19,81 25,40 28,42 30,08 31,50 46,23 51,79 49,70 48,66 47,75

Lanjutan lampiran 5

No Tikus 18 12 72 86 76 Rataan SD 1 315 340 285 390 320 330 38,89 2 350 355 235 410 330 336 63,78 8 430 480 400 550 450 462 57,18 9 420 470 430 560 475 471 55,27 10 425 470 420 540 465 464 48,14 11 420 470 440 540 465 467 45,50

-2 280 300 220 320 290 282 37,68

-1 290 310 210 330 290 286 45,61

0 295 320 265 335 280 299 28,59

12 410 460 440 525 450 457 42,37

13 405 450 450 530 450 457 45,22

14 420 460 455 545 450 466 46,82

No Tikus 73 29 19 27 51 Rataan SD 1 375 305 315 330 260 317 41,62 2 395 315 360 345 320 347 32,52 8 440 465 470 430 490 459 24,08

-2 340 190 280 260 190 252 63,80

-1 340 230 280 280 210 268 50,70

0 355 225 285 290 210 273 57,94

9 460 460 490 435 520 473 32,71

10 450 460 500 440 540 478 41,47

11 450 460 490 440 520 472 32,71

12 440 460 495 420 520 467 40,56

13 440 465 490 400 520 463 46,04

14 450 470 500 385 540 469 57,92

No Tikus 30 78 23 34 68 Rataan SD 1 325 320 290 360 310 321 25,59 2 335 340 350 385 315 345 25,74

-2 240 270 220 300 250 256 30,50

-1 260 290 240 330 270 278 34,21

0 265 285 240 335 250 275 37,58

Kelompok Lovastatin Minggu ke- (gram) 3 4 5 6 7 360 370 380 400 420 370 395 395 435 460 265 295 310 345 375 425 465 470 510 510 350 360 380 400 420 354 377 387 418 437 57,60 61,50 56,96 60,68 50,70 Kelompok perlakuan ekstrak 1x:1y:1z Minggu ke- (gram) 3 4 5 6 7 395 395 410 430 440 345 345 370 395 430 370 390 400 440 460 335 380 370 405 420 340 355 320 425 455 357 373 302 419 441 25,15 21,97 149,90 18,51 16,73 Kelompok perlakuan ekstrak 2x:1y:1z Minggu ke- (gram) 3 4 5 6 7 340 380 390 430 440 330 340 360 390 400 350 400 380 440 465 400 430 430 455 485 340 350 385 430 440 352 380 389 429 446 27,75 36,74 25,59 24,08 31,90 8 480 420 500 510 460 474 35,78 9 490 420 500 500 480 478 33,47 10 500 410 500 510 460 476 41,59 11 490 410 495 495 460 470 36,57

12 500 405 490 485 460 468 38,18

13 505 410 505 470 450 468 40,09

14 525 405 520 470 475 479 48,40

Lanjutan lampiran 5

No Tikus 49 8 57 3 1 Rataan SD 1 365 275 320 300 290 310 34,82 2 400 305 375 335 330 349 37,98 8 495 415 505 460 470 469 35,25 9 505 410 505 470 480 474 38,96 10 490 430 485 490 480 475 25,50 11 490 420 480 490 500 476 32,09

-2 300 200 270 230 200 240 44,16

-1 310 220 290 260 230 262 38,34

0 310 240 290 275 240 271 30,90

Kelompok perlakuan ekstrak 1x:0y:1z Minggu ke- (gram) 3 4 5 6 7 415 420 430 460 480 320 360 355 380 400 385 390 400 460 485 335 360 365 415 440 345 380 370 410 430 360 382 384 425 447 39,05 24,90 30,70 34,64 35,64

12 490 400 460 480 500 466 39,75

13 485 400 450 490 505 466 42,04

14 490 400 455 500 535 476 51,16

No Tikus 43 20 66 24 67 Rataan SD 1 265 265 275 320 310 287 26,12 2 290 280 320 340 350 316 30,50

-2 210 200 200 290 270 234 42,78

-1 240 220 210 300 280 250 38,73

0 225 230 230 290 280 251 31,30

Kelompok perlakuan ekstrak 1x:0y:0z Minggu ke- (gram) 3 4 5 6 7 300 340 330 360 375 290 330 320 380 390 315 315 365 395 400 350 360 365 395 405 345 340 365 395 400 320 337 349 385 394 26,69 16,43 22,19 15,41 11,94 8 380 420 435 425 425 417 21,39

9 380 400 450 420 430 416 27,02

10 380 405 460 425 430 420 29,79

11 375 405 470 430 430 422 35,11

12 375 385 465 410 420 411 35,25

13 380 490 460 410 420 432 43,24

14 395 410 480 420 430 427 32,33

Lampiran 6 Hasil uji Duncan bobot badan masa induksi hiperlipidemia


Bobot badan tikus Duncan Minggu 1 2 3 5 4 6 7 8 9 Sig.
a,b

Subset N 43 43 43 43 43 43 43 43 43 1.000 .438 .145 .091 .085 1 283.488 2 305.000 313.256 313.256 329.419 329.767 364.186 382.209 382.209 400.581 400.581 407.093 .541 3 4 5 6

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 2435.667. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 43.000. b. Alpha = .05.
Bobot badan tikus Duncan
a,b,c

Subset MingguxPerlakuan 11 21 61 31 41 51 71 81 91 12 22 32 52 42 62 72 82 92 Sig. N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 34 34 34 34 34 34 34 34 34 .073 .076 .167 .357 1 214.444 220.556 221.667 225.556 232.222 237.222 243.333 250.556 253.889 301.765 327.353 336.471 327.353 336.471 353.824 355.588 401.912 418.971 418.971 440.294 447.647 .145 2 3 4 5

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 2435.667. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 14.233. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed. c. Alpha = .05.

Lampiran 7 Data kolesterol hati tikus Bobot dipakai (mg) 1,0281 1,0267 1,0706 1,0623 1,0572 1,0272 1,0304 1,0777 1,0533 1,0482+0,02 Kelompok Normal Vol. Homogenat Total []terukur (mL) (mg/mL) A 10,281 0,069 0,0227 10,267 0,045 0,0141 10,706 0,066 0,0216 10,623 0,061 0,0198 10,572 0,053 0,0170 10,272 0,147 0,0504 10,304 0,071 0,0234 10,777 0,104 0,0351 10,533 0,081 0,0269 10,482+0,20 0,077+0,03 0,0257+0,01 []terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,23 0,14 0,22 0,20 0,17 0,50 0,23 0,35 0,27 0,26+0,11 TPC (mg/dL) 50,6 74,2 83,0 90,6 61,6 72,6 74,2 81,6 56,6 71,7+13,10

No Tikus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rataan +SD

Bobot Total Hati (mg) 4,9011 8,0459 7,8365 6,6798 5,1474 6,1055 6,374 6,9996 6,3381 6,4920 +1,06

No Tikus H2 H3 H4 H5 21 7 11 69 77 Rataan+SD

Bobot Total Hati (mg) 8,9245 7,8193 8,7590 10,5409 9,8255 16,7258 9,2774 9,2942 9,5187 10,0761+2,60

Bobot dipakai (mg) 1,0880 0,4980 1,0567 0,5016 1,0746 0,5028 1,5350 0,5012 1,0098 0,8631+0,38

Kelompok Hiperlipidemia Vol. Homogenat Total []terukur (mL) A (mg/mL) 10,88 0,238 0,0827 4,98 0,386 0,1197 10,567 0,249 0,0867 5,016 0,463 0,1432 10,746 0,144 0,0493 5,028 0,367 0,1139 10,535 0,262 0,0913 5,012 0,370 0,1148 10,098 0,210 0,0728 8,096+2,94 0,299+0,10 0,0971+0,03

[]terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,83 1,20 0,87 1,43 0,49 1,14 0,63 1,15 0,73 0,94+0,31

TPC (mg/dL) 127,1 131,6 66,1 144,6 111,24 110,65 125,35 137,12 115,35 118,79+22,88

Lanjutan lampiran 7
Bobot dipakai (mg) 1.0283 1.0927 0.5138 1.027 1.0402 0.9404 + 0.24 Kelompok Lovastatin Vol. Homogenat Total []terukur (mL) A (mg/mL) 10.283 0,301 0,1051 10.927 0,295 0,1030 5.138 0,438 0,1355 10.27 0,284 0,0991 10.402 0,241 0,0838 9.404 + 2.40 0,312+0,07 0,1053+0,02 []terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 1,05 1,03 1,36 0,99 0,84 1,05+0,19 TPC (mg/dL) 106,53 83,59 170,06 136,53 127,12 124,76+32,49

No Tikus 18 12 72 86 76 Rataan+SD

Bobot Total Hati (mg) 11.5701 12.6725 13.2522 15.6508 9.293 12.4877 + 2.33

No Tikus 73 29 19 27 51 0.9414 + 0.24 9.4136 + 2.40

Bobot Total Hati (mg) 10.8338 8.6796 10.9567 7.0682 12.3535

Bobot dipakai (mg) 1.0524 1.0557 1.0286 0.5129 1.0572

Kelompok perlakuan ekstrak 1x:1y:1z Vol. Homogenat Total (mL) A 10.524 0,159 10.557 0,149 10.286 0,286 5.129 0,362 10.572 0,301 []terukur (mg/mL) 0,0547 0,0511 0,0998 0,1123 0,1051

[]terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,55 0,51 1,00 1,12 1,05 0,85+0,29

TPC (mg/dL) 60,65 92,41 75,94 79,47 125,94 86,88+24,59

Rataan+SD

9.9784 + 2.09

0,251+0,09 0,0846+0,03

No Tikus 30 78 23 34 68 Rataan+SD

Bobot Total Hati (mg) 10.8663 12.1345 8.9543 9.556 14.6308 11.2284 + 2.26

Bobot dipakai (mg) 1.0989 1.0568 1.0302 1.0555 1.0936 1.0670 + 0.03

Kelompok perlakuan ekstrak 2x:1y:1z Vol. Homogenat Total []terukur (mL) A (mg/mL) 10.989 0,205 0,0710 10.568 0,233 0,0810 10.302 0,164 0,0564 10.555 0,174 0,0600 10.936 0,238 0,0827 10.67 + 0.29 0,203+0,03 0,0702+0,01

[]terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,71 0,81 0,56 0,60 0,83 0,70+0,12

TPC (mg/dL) 74,76 123,00 91,24 119,47 77,12 97,12+22,93

Lanjutan lampiran 7

No Tikus 49 8 57 3 1 Rataan+SD

Bobot Total Hati (mg) 13,9943 13,7156 11,4201 18,5202 13,993 14,3286+2,58

Bobot dipakai (mg) 1,087 1,0807 1,0756 1,0835 1,0954 1,0844+0,01

Kelompok perlakuan ekstrak 1x:0y:1z Vol. Homogenat Total []terukur (mL) A (mg/mL) 10,87 0,195 0,0614 10,807 0,382 0,1184 10,765 0,262 0,0818 10,835 0,24 0,0751 10,954 0,41 0,1270 10,8462+0,07 0,298+0,09 0,0927+0,03 []terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,61 1,18 0,82 0,75 1,27 0,93+0,28

TPC (mg/dL) 116,53 94,76 161,24 45,35 101,82 103,94+41,72

No Tikus 43 20 66 24 67 Rataan+SD
0,400 0,300 0,200 0,100 0,000 0,000 0,020 0,040 0,060 A b s o rb a n s i

Bobot Total Hati (mg) 11,1368 11,3527 13,8533 7,6356 12,9633 11,3883+2,38
y = 2,8122x + 0,0053 R2 = 0,897

Bobot dipakai (mg) 1,0957 1,0655 1,0149 1,0955 1,0775 1,0698+0,03

Kelompok perlakuan ekstrak 1x:0y:0z Vol. Homogenat Total []terukur (mL) (mg/mL) A 10,957 0,291 0,0907 10,655 0,331 0,1029 10,149 0,195 0,0614 10,955 0,313 0,0974 10,775 0,287 0,0894 10,6982+0,33 0,283+0,05 0,0883+0,02

[]terkoreksi (mg/g bbt bsh hati) 0,91 1,03 0,61 0,97 0,89 0,88+0,16

TPC (mg/dL) 56,53 68,88 95,94 135,94 92,41 89,94+30,49

0,080 konsentrasi standar (mg/mL)

Contoh Perhitungan: Tabel 1 Kurva standar kolesterol hati (4 Nov 2006) [] (mg/mL) A1 A2 Arata-rata 0,000 0,000 0,000 0,000 0,020 0,055 0,047 0,051 0,214 0,106 0,160 0,040 0,103 0,242 0,173 0,080 0,100 0,329 0,307 0,318

0,100

0,120

kurva standar kolesterol hati Rata-rata

Lanjutan lampiran 7
0,6 0,4 0,2 0 -0,2 0 konsentrasi standar (mg/m L) 0,05 0,1 0,15 0,2 Absorbansi y = 3,2762x - 0,006 R2 = 0,996

Tabel 2 Kurva standar kolesterol hati (6 Nov 2006) A1 A2 Arata-rata [](mg/mL) 0 0 0 0 0,02 0,056 0,057 0,0565 0,04 0,107 0,116 0,1115 0,08 0,243 0,256 0,2495 0,1 0,333 0,352 0,3425 0,12 0,386 0,399 0,3925 0,14 0,471 0,447 0,459 0,16 0,54 0,465 0,5025
kurva standar kolesterol hati rata-rata

Konsentrasi kolesterol untuk masing-masing tikus dihitung berdasarkan persamaan kurva standar yang diperoleh dari dua kali pengukuran (4 dan 6 November 2006) Kelompok normal, hiperlipidemia, lovastatin ekstrak 1x:1y:1z, dan ekstrak 2x:1y:1z menggunakan kurva standar tanggal 4 November, sedangkan kelompok perlakuan ekstrak 1x:0y:1z dan ekstrak 1x:0y:0z menggunakan kurva standar tanggal 6 November.

Konsentrasi kolesterol terkoreksi dihitung dengan cara: [kolesterol]terkoreksi = [kolesterol]terukur x Vol.total homogenat hati bobot total hati = 0.0227 mg/mL x 10.281mL 1.0281g = 0,2265 mg/g bobot basah hati

Lampiran 8 Rekapitulasi data konsentrasi kolesterol hati tikus


Kelompok Normal Hiperlipidemia Lovastatin Ekstrak ramuan daun jati belanda (1x:1y:1z) Ekstrak ramuan daun jati belanda yang mengandung daun jati belanda lebih banyak (2x:1y:1z) Ekstrak ramuan daun jati belanda tanpa daun jambu biji (1x:0y:1z) Ekstrak ramuan daun jati belanda tunggal (1x:0y:0z) [kolesterol hati] (mg/g) 0,26 + 0.11 0.95 + 0.31 1.05 + 0.19 0,85 + 0.29 0,70 + 0.12 0,93 + 0.28 0,88 + 0.16

Lampiran 9 Hasil uji statistik beda nyata terkecil (BNT) kolesterol hati
Multiple Comparisons Dependent Variable: DATA2 Mean Difference Std. Error (I-J) -,723591* 9,58E-02 -,589556* ,125071 -,445756* ,125071 -,670896* ,125071 -,626776* ,125071 ,723591* 9,58E-02 ,134036 ,116822 ,277836* ,116822 5,270E-02 ,116822 9,682E-02 ,116822 ,589556* ,125071 -,134036 ,116822 ,143800 ,141817 -8,134E-02 ,141817 -3,722E-02 ,141817 ,445756* ,125071 -,277836* ,116822 -,143800 ,141817 -,225140 ,141817 -,181020 ,141817 ,670896* ,125071 -5,270E-02 ,116822 8,134E-02 ,141817 ,225140 ,141817 4,412E-02 ,141817 ,626776* ,125071 -9,682E-02 ,116822 3,722E-02 ,141817 ,181020 ,141817 -4,412E-02 ,141817

LSD

(I) PRLK2 Normal

(J) PRLK2 Hiperlipidemia Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:1 Ekstrak 1:0:0 Hiperlipidemia Normal Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:1 Ekstrak 1:0:0 Ekstrak 1:1:1 Normal Hiperlipidemia Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:1 Ekstrak 1:0:0 Ekstrak 2:1:1 Normal Hiperlipidemia Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 1:0:1 Ekstrak 1:0:0 Ekstrak 1:0:1 Normal Hiperlipidemia Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:0 Ekstrak 1:0:0 Normal Hiperlipidemia Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:1

90% Confidence Interval Sig. Lower Bound Upper Bound ,000 -,885219 -,561964 ,000 -,800562 -,378549 ,001 -,656762 -,234749 ,000 -,881902 -,459889 ,000 -,837782 -,415769 ,000 ,561964 ,885219 ,259 -6,3054E-02 ,331126 ,023 8,07455E-02 ,474926 ,655 -,144394 ,249786 ,413 -,100274 ,293906 ,000 ,378549 ,800562 ,259 -,331126 6,30545E-02 ,317 -9,5458E-02 ,383058 ,570 -,320598 ,157918 ,794 -,276478 ,202038 ,001 ,234749 ,656762 ,023 -,474926 -8,0746E-02 ,317 -,383058 9,54584E-02 ,121 -,464398 1,41184E-02 ,210 -,420278 5,82384E-02 ,000 ,459889 ,881902 ,655 -,249786 ,144394 ,570 -,157918 ,320598 ,121 -1,4118E-02 ,464398 ,757 -,195138 ,283378 ,000 ,415769 ,837782 ,413 -,293906 ,100274 ,794 -,202038 ,276478 ,210 -5,8238E-02 ,420278 ,757 -,283378 ,195138

*. The mean difference is significant at the .1 level.

Lampiran 10 Hasil uji korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dengan kolesterol hati pada tikus kelompok hiperlipidemia
Correlations HIPER Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N HIPER 1.000 . 9 .413 .270 9 TPC_2 .413 .270 9 1.000 . 9

TPC_2

Lampiran 11 Hasil uji korelasi antara konsentrasi kolesterol darah dengan kolesterol hati pada tikus kelompok perlakuan ekstrak
Correlations EKS111 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N EKS111 1.000 . 20 .047 .845 20 TPC_4 .047 .845 20 1.000 . 20

TPC_4

Lampiran 12 Kondisi hati normal dan hiperlipidemia

Hiperlipidemia

Normal

Lampiran 13 Data konsumsi pakan selama masa pencekokan


Kelompok Normal Hiperlipidemia Lovastatin Ekstrak 1:1:1 Ekstrak 2:1:1 Ekstrak 1:0:1 Ekstrak 1:0:0 Minggu ke3 15,75 12,88 12,12 11,47 13,45 12,97 11,75

1 18,01 15,81 15,23 13,16 12,37 14,12 11,58

2 16,90 14,99 14,57 14,19 13,69 13,62 12,35

4 18,30 14,32 12,61 12,30 14,40 13,16 12,89

5 18,62 14,42 13,00 12,97 14,61 13,29 13,25

Lampiran 14 Perhitungan pakan kolesterol Jika diketahui kolesterol kuning telur 60 mg = 0.060 gram Pembuatan pakan dalam 30 kg, persentasi kuning telur 1.5%, maka kuning telur yang dibutuhkan adalah: 1.5 g x 30.000 g pakan = 450 g kolesterol

100 g

450 g 1 g kuning telur = 7500 g kuning telur x 0.060 g


Maka komposisi pakan kolesterol mengandung: 1.5% kuning telur : 7500 gram 10% lemak kambing : 3000 gram 1% minyak goreng curah : 300 gram + 10.800 gram Pakan standar 19.200 gram + 30.000 gram

Lampiran 15 Perhitungan pembuatan larutan PTU Diketahui konsentrasi PTU 0.01%, PTU 100mg, bobot tablet PTU 236 mg. Maka jumlah PTU yang ditimbang adalah: 0.01% = 0.01 g/100 mL air = 10 mg/100 mL air = 0.1 mg/1 mL PTU 100 mg ~ 236 mg Maka: 10mg x 236 mg = 23.6 mg = 0.0236/100 mL air 100mL Jika dosis yang ingin dicekokkan 0.5 mg/kg BB pada tikus dengan bobot 200 gram, maka volume yng dicekokkan 0.5 mg x 0.2 kg = 0.1 mg 1 kg [PTU] = dosis yang diinginkan 0.1 mg = 0.1 mg 1 mL x mL x = 1 mL, maka PTU yang harus dicekokkan jika BB tikus 200 g adalah 1mL Lampiran 16 Perhitungan lovastatin Diketahui dosis lovastatin untuk manusia = 20 mg (1 tablet), misal BB manusia 70 kg, jadi 20 mg/70 kg BB. 20 mg/70 kg = 0.2857 mg/g Jika BB = 400 g, maka: 400 g x 0.2857 mg/kg BB = 0.1143 mg 1000g 0.1143 mg dilarutkan dalam 1 mL air Bobot lovastatin 20 mg = 204 mg 0.1143 mg x 204 mg = 1.1657 mg/mL 20 mg Jika dibuat larutan lovastatin sebanyak 25 mL, maka: 1.1657 mg/mL x 25 mL = 29.1414 mg = 0.0291 g.

Anda mungkin juga menyukai