Anda di halaman 1dari 3

Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Latar Belakang dan Sebab-sebab Jepang datang ke Indonesia Industri Jepang semakin berkembang

dengan pesat

Jumlah penduduk semakin bertambah sementara luas lahan semakin sempit (tidak sebanding dengan jumlah penduduk) Sebagai negara yang merasa telah kuat maka Jepang ingin mengikuti negara Barat yaitu berlomba untuk mendapatkan daerah jajahan. Daerah jajahan tersebut dapat digunakan sebagai daerah pemasok hasil industri dan daerah penghasil bahan baku industri.

Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.

Jepang pernah menjadi satu satunya negara di Asia yang mampu menjadi negara imperialis.Dengan usaha-usaha yang dilakukannya yaitu melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Hindia Belanda,akhirnya memperoleh kedudukan terkemuka dalam ilmu pengetahuan,ekonomi,politik,industri dan perdagangan.Bahkan pada tahun 1930 armada niaga Jepang telah menempati urutan ketiga setelah Inggris dan Amerika Serikat.Hal ini tentulah dilatari oleh beberapa faktor yang kesemuanya dilatari oleh keberhasilan proses modernisasi sejak dibukannya Politik Isolasi Jepang pada tahun 1868.Diantara faktor-faktor yang mendorong Jepang sebagai negara ekspansionis adalah : 1. Keinginan Jepang,terutama bagi penguasanya yang berambisi untuk menjadi negara besar sejajar dengan negara-negara besar lain di dunia,seperti Amerika Seriakt,Inggris,Jerman dan Prancis. 2. Walaupun Jepang terdiri dari ribuan pulau,tetapi luasnya tidak seberapa ditambah lagi sebagian besar negerinya tandus, tidak terdapat potensi bahan tambang dan daerah pegunungan tidak menguntungkan bagi usaha pertanian.Hasil dari pertanian tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 3. Pertumbuhan penduduk Jepang sangat pesat sehingga tidak mudah untuk mencari lapangan pekerjaan yang dapat mensejahterakan rakyat setempat. Hal inilah yang menjadi masalah bagi negeri Jepang.Sehingga untuk mengatasi hal ini maka Jepang saat itu mencoba dengan dua jalan,yaitu memperluas kawasan industrialisasi dan melaksanakan emigrasi.[7] Dalam prakteknya,Jepang menerapkan kedua cara tersebut.Malahan karena kedua cara inilah mendorong Jepang menjadi negara ekspansionis.Dalam melaksaksanakan strategi Emigrasi tersebut Jepang mengirimkan sebagian besar penduduknya untuk mengadu nasib ke daerah-daerah di

sekitar Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Hindia Belanda.Bahkan hubungan dagang antara Hindia Belanda dengan Jepang telah berlangsung sejak tahun 1868. Ternyata bukan hanya ke daerah sekitar Asia Tenggara saja,tetapi negara Amerika serikat dan Australia pun menjadi bagian strategi Emigrasinya.Namun,kedua negara tersebut menutup negerinya terhadap kedatangan orang-orang Jepang.Untuk itulah Jepang melakukan politik ekspansi dengan merebut daerah daerah sekitar negerinya disekitar Asia Pasifik. Maka untuk mensukseskan ambisinya ,Jepang membentuk suatu angkatan perang yang sangat kuat serta dibumbui dengan semangat nasionalisme (fasisme militeristik) yang bercokol kuat dalam hati setiap tentara Jepang.Disamping itu,kampanye perang pembebasan rakyat Asia dari cengkraman penjajahan berhasil memperoleh dukungan mayoritas rakyat Jepang.Di luar Jepang,Sendenbu (organisasi propaganda) sangat efektif membentuk opini di tengah tengah rakyat Asia Timur dan Asia Tenggara bahwa perang Jepang adalah perang pembebasan untuk kemakmuran bersama Asia Timur Raya.Sehingga seluruh rakyat Asia harus berhimpun di bawah pimpinannya untuk melenyapkan penjajahan. Perang Pasifik merupakan penanda lahirnya Perang Dunia II yang diawali dengan serangan udara mendadak Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor ,Hawaii pada 7 Desember 1941.Serangan ini benar benar membuat Amerika Serikat hampir putus asa,karena praktis kekuatan tempur armada Pasifik yang terdiri dari kapal-kapal tempur dan penjelajahnya luluh lantak. Pada awal peperangan di Pasifik,kekuatan udara Jepang memang lebih besar dibanding Sekutu (Amerika Serikat,Inggris,Belanda dan Australia).Armada tentara Sekutu di Pasifik tercatat 1.284 pesawat yang tersebar dari Malaya,Hawaii,Hindia Belanda sampai Australia.Sementara Jepang memiliki 2.620 pesawat,baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.[8] Pada peperangan selanjutnya posisi Amerika Serikat dan Jepang dinilai seimbang,namun memasuki tahun 1943 ,Amerika Serikat mulai melancarkan ofensif (serangan) balik yang dimulai dari Papua Nugini yang saat itu dikuasai Jepang. Sejak saat itulah kekalahan demi kekalahan dialami Jepang di Pasifik.Ketika kondisi perang dirasa Jepang makin terpepet ,akhirnya melahirkan gagasan dalam sejarah peperangan udara yang dianggap unik,yakni serangan kamikaze atau Dewa Angin.Konsep kamikaze dalam Perang Dunia II bukanlah bunuh diri fanatik,karena motivasinya lebih pada satu orang,satu kapal perang .Hal ini dianggap sebagai satu-satunya kesempatan untuk mengatasi superioritas Amerika yang mulai dirasakan sejak akhir 1944.Namun harga yang dibayar penerbangan kamikaze pun sangat tinggi.Pilot kawakan Saburo Sakai menyatakan,kamikaze merupakan pemborosan.Namun,dia menghormati motivasi mereka yang melaksanakannya. Sejarah menunjukkan ,kali ini Dewa Angin tidak menolong.Banyak kota di Jepang setiap waktu diguyur bom api dari pesawat-pesawat pembom Amerika Serikat.Sampai akhirnya,pesawat B-29 menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki ,pada 6 dan 9 Agustus 1945,yang menewaskan lebih dari 100.000 orang.

Inilah akhir dari superioritas Jepang dalam ekspansinya ke kawasan Asia Pasifik.Melemahnya kekuatan Jepang dalam perang Asia Psifik ,membuatnya kalang kabut dan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia negara yang didudukinya,salah satunya Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai