Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Praktek Kerja Lapang merupakan kegiatan wajib yang harus ditempuh

oleh oleh mahasiswa Strata 1 (S1) pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Adanya pelaksanaan Praktek Lapang adalah dimaksudkan untuk membantu mahasiswa untuk lebih mengenal dunia keprofesiannya, mengetahui kondisi lingkungan kerja dengan mengamati dan ikut serta secara langsung yaitu pada bidang teknologi dan proses pangan khususnya dalam bidang industri, sehingga akan meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan teori ilmu yang diperoleh. Perkembangan penduduk yang semakin pesat saat ini, mendorong masyarakat untuk membutuhkan makanan atau minuman yang memadai untuk kesehatan tubuh baik yang pokok maupun penunjang lainnya seperti sumber energi, penunjang aktivitas dan gaya hidup. Minuman sebagai sumber mineral untuk memenuhi keseimbangan daya tahan tubuh salah satunya adalah minuman rasa jenis Coca-Cola yang mengandung komposisi air berkarbonasi, gula, lemak total, protein, natrium, dan konsentrat Coca-Cola termasuk karamel, yang tidak memakai bahan pengawet dan memiliki rasa yang sangat digemari oleh hampir semua kalangan, khususnya kalangan muda baik di dalam negeri maupun diluar negeri dimana biasanya mereka dengan meminum minuman jenis Coca-Cola tersebut memiliki energi yang tinggi dan merupakan gaya hidup yang modern. Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Kemudian mencampurkan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma segar dan berwarna karamel, kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini kemudian dikenal dengan nama Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan dengan menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.

The Coca-Cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di Atlanta, yang juga mempatenkan merek dagang Coca-Cola. Perusahaan ini merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola diseluruh Negara didunia dengan menyediakan bahan baku konsentratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company membangun pabrik sirupnya diluar Atlanta. Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W. Woudruff, merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca-Cola Export Cooperation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman keseluruh pelosok negeri di dunia dengan cirri mutu, rasa, dan kesegaran yang sama. Di Indonesia, Coca-Cola mulai dikenal pada tahun 1927 melalui De Nederland Indische Mineral Water Fabrieck yang membotolkan nya untuk pertama kali di Batavia. Selanjutnya perusahaan tersebut diambil alih oleh pedagang Indonesia dan berubah nama menjadi The Indonesian Bottles Ltd. N. V. (IBL) yang berstatus perusahaan nasional (Putri, 2012). Pada pabrik Coca-Cola Botling Indonesia, penyimpanan dilakukan di dalam sebuah gudang yang biasa disebut pergudangan. Dimana gudang merupakan tempat penyimpanan produk sementara, sedangkan pergudangan adalah segala proses penyimpanan dan pengeluaran barang atau produk pada gudang. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian dalam rangka penyimpanan bahan pangan adalah keadaan tempat, keamanan dan pemeliharaan. Tempat penyimpanan atau gudang harus memenuhi persyarataan-persyaratan tertentu, demikian pula keamanan produk, baik dari pencurian maupun dari cuaca harus mendapat perhatian. Demikian pula pemeliharaan yang memerlukan alat, biaya dan tenaga pelaksanaan tidak boleh dilupakan. Dalam sistem dan proses pergudangan diperlukan saluran distribusi yang baik dari proses produksi sampai barang disimpan di dalam gudang. Untuk dapat menyimpan barang di dalam gudang perusahaan harus dapat memilih tipe gudang yang digunakan, peralatan yang digunakan dalam gudang, tata letak dan lokasi yang tepat dan sistem persediaan. Sistem dan proses pergudangan merupakan hal yang sangat penting bagi PT. Coca-

Cola Bottling Indonesia dalam hal keluar masuk barang, sehingga itu merupakan mata rantai utama yang menghubungkan produsen dengan konsumen. Dari mulai materi bahan baku ke proses awal menuju ke pabrik dan ke persediaan produk jadi dan kemudian didistribusikan kepada gudang kemudian ke ritel. I.2.Tujuan Praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung sistem dan proses pergudangan serta mendapatkan pengalaman kerja dan pengalaman teknis dilapangan pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl. Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. I.3. Metode Praktek lapang akan dilaksanakan dengan menggunakan metode data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pimpinan serta para karyawan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl. Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Adapun data sekunder diperoleh dari laporan instansi dan pihak-pihak terkait, studi kepustakaan, artikel serta bukubuku bacaan lainnya yang dapat mendukung penulisan laporan dan memudahkan dalam pembahasan dan pengambilan keputusan. I.4. Lokasi Dan Waktu Kegiatan praktek lapang dilaksanakan di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Medan berada di Jalan Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan - Sumatera Utara. Praktek Lapang dilaksanakan selama, mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 1 Agustus 2013.

I.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan praktek lapang pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jl. Medan Belawan Km. 14 Simpang Martubung, Medan Sumetara Utara 30 hari kerja, meliputi : 1. Pengamatan dan tata letak gudang 2. Pengamatan proses penggudangan bahan baku 3. Pengamatan proses penggudangan produk 4. Pengamatan karantina produk 5.Pengamatan transportasi produk 6.Pemasaran

I.6. Tabel Rencana Kegiatan Kegiatan 1. Pengamatan dan tata letak gudang 2. Pengamatan proses penggudangan bahan baku 3. Pengamatan penggudangan produk 4. Pengamatan karantina produk 5. Pengamatan transportasi produk 6. Pemasaran Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gudang adalah sebagai fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang dirancang untuk membantu mencapai target tingkat pelayanan yang baik dengan total biaya yang paling rendah. Gudang dikenal juga sebagai sistem logistik dari sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/produk yang disimpan dalam gudang sehingga informasi tersebut selalu up-to-date dan mudah diakses oleh siapapun. Pergudangan adalah segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian, pengendalian dan pemusnahan, serta pelaporan material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu memanfaatkan ruang untuk penyimpanan secara efektif agar dapat meningkatkan utilitas ruang serta meminimalisasi biaya material handling. Kurangnya pemanfaatan ruang serta penyimpanan yang kurang efektif akan menyebabkan banyaknya produk yang tidak tertampung dalam gudang dan biaya material handling yang tinggi (Heragu,1997). 2.2. Fungsi Gudang Dalam melakukan kegiatannya, pergudangan memiliki fungsi sebagai berikut : a. (Receiving) Penerimaan merupakan operasi menerima barang di gudang, biasanya dari truk, kapal, atau kapal terbang yang kemudian dimasukkan ke dalam gudang dengan tenaga mausia atau mekanik. b. (Put away) Penyimpanan barang pada tempatnya, pada rack yang sesuai dengan jenis barangnya masing-masing.

c. (Storage) Penyimpanan barang sampai barang itu diambil lagi dari rack masing-masing dan siap untuk di kemas. d. (Packing) Pembungkusan merupakan salah satu kegiatan membungkus barang atau muatan, yang bilamana barang tidak dibungkus akan mengalami kerusakan. e. (Sortation) Proses pemilihan barang sesuai dengan keinginan konsumen, atau proses pemilihan barang sesai alamat yang dituju. f. (Delivery) Proses pengiriman barang yang telah dituju dengan menggunakan alat angkut seperti mobil, truck, motor, dan lain-lain (Ardiansa, 2009). 2.3. Operasi Pergudangan Operasi gudang adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh gudang dan lapangan penumpukan. Kegiatan tersebut terdiri dari penerimaan muatan (receiving), penumpukan/penyimpanan dan pengeluaran/penyerahan (delivery). Kegiatan ini dilaksanakan untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap kapal dan kelancaran arus barang.
a.

Penerimaan barang di gudang. Dalam melakukan penerimaan barang di gudang, pabrik memiliki tujuan untuk mendapatkan barang sesuai dengan pesanan atau kontrak yang tercantum. Hal-hal yang berhubungan dengan penerimaan barang di gudang diantara lain pengadaan barang yang tiba di gudang, penerimaan di gudang dan lapangan, pengecekan barang yang masuk ke gudang, membuat berita acara pemeriksaan barang, persetujuan pembayaran dengan pihak supplier dan penyimpanan barang yang masuk (Ardiansa, 2009).

b. Kegiatan penyimpanan (storage) Aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan penumpukan : Tujuan penyimpanan adalah menghindarkan barang dari kerusakan dan kehilangan sehingga siap diberikan kepada pemakainya jika diperlukan. Sementara itu tugas pokok penyimpanan ialah :

1. Menerima barang dari pemasok sesuai prosedur dan mengadministrasikannya. 2. Menyimpan barang sehingga terhindar dari kerusakan dan kehilangan. 3. Memberikan barang kepada pemakai dan mengaministrasikannya. Untuk penumpukan barang-barang di gudang itu sendiri harus memperhatikan: 1. Aturan umum 2. Petugas 3. Ruangan penumpukan 4. Muatan 5. Rencana penumpukan 6. Cara penumpukan 7. Penyusunan penumpukan 8. Pengawasan operasi penumpukan (Ardiansa, 2009). c. Pengeluaran barang dari gudang Tujuannya menjamin pengeluaran barang sesuai dengan permintaan pemakainya (user) baik jenis maupun jumlahnya. Dengan mekanisme : 1. Nota permintaan barang dicocokan dengan status persediaan. 2. Kemudian transaksi pengeluaran barang. 3. Kemudian barang siap dikirimkan sesuai dengan pesanan (Ardiansa, 2009). 2.4. Syarat-syarat Gudang Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan obat yang baik (CPOB), diantaranya: 2.4.1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja bagian gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk. 2.4.2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur. 2.4.3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut organik).

2.4.4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status karantina dan ditolak. 2.4.5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room) dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area). 2.4.6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007). 2.5. Bangunan Area penyimpanan harus dirancang untuk memastikan kondisi penyimpanan yang baik sebagai berikut: a. Kebersihan dan hygiene. b. Kelembaban (kelembaban relatif tidak lebih dari 60%). c. Suhu harus berada dalam batasan yang diterima (8-250C). d. Bahan dan material yang disimpan tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai. e. Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi. f. Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat (United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control Department, 2006). 2.6. Tata Letak Gudang Gudang harus mempunyai tata letak ruang yang baik untuk memudahkan penerimaan, penyimpanan, penyusunan, pemeliharaan, pencarian, pendistribusian dan pengawasan material dan peralatan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak gudang adalah sebagai berikut: 1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat, kecuali jika diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan. 2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran material dan peralatan, tata letak ruang gudang perlu memiliki lorong yang ditata berdasarkan sistem: a. Arah garis lurus. b. Arah huruf U.

c. Arah huruf L. 3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan pencahayaan. 4. Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban dan efisiensi penanganan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). 2.7. Pembagian Area Gudang Gudang di industri pangan dan farmasi terbagi dalam beberapa area antara lain: 1. Area penyimpanan Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran. Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk mencegah pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area penyimpanan diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman. 2. Area penerimaan dan pengiriman Area penerimaan dan pengiriman barang harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahan dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan harus didesain dan dilengkapi dengan peralatan untuk pembersihan wadah barang. Suhu penyimpanan pada area ini sesuai dengan suhu kamar (30oC). 3. Area karantina Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan yang jelas berupa label kuning untuk produk karantina dan label hijau untuk produk yang diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang.

4. Area pengambilan sampel Area pengambilan sampel dibuat terpisah dengan lingkungan yang dikendalikan dan dipantau untuk mencegah pencemaran atau pencemaran silang dan tersedia prosedur pembersihan yang memadai untuk ruang pengambilan sampel. 5. Area bahan dan produk yang ditolak Bahan dan produk yang ditolak disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang. 6. Area bahan dan produk yang ditarik Produk yang ditarik kembali dari peredaran karena rusak atau kadaluarsa harus disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan yang jelas dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang. 7. Area penyimpanan produk berpotensi tinggi Bahan yang berpotensi tinggi, narkotika, psikotropika, dan bahan yang mudah terbakar atau meledak disimpan di daerah yang terjamin keamanannya. 8. Area bahan pengemas Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk. Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM, 2006). 2.8. Spesifikasi Gudang Gudang di industri farmasi mempunyai spesifikasi antara lain: 1. Lantai: a. Terbuat dari beton padat dengan hardener, bersifat menahan debu dan tidak tahan terhadap tumpahan larutan bahan kimia. b. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik berwarna putih dengan kriteria harus tahan terhadap bahan kimia dan goresan, mudah diperbaiki, memerlukan penutupan celah, keras, dan licin bila basah. 2. Pencahayaan: 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM, 2009). 2.9. Pembagian Gudang

Gudang di industri farmasi diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan Suhu Penyimpanan, yaitu: a. Gudang suhu kamar (30oC). b. Gudang ber-AC (25oC). c. Gudang dingin (2-8oC). d. Gudang beku (<0oC). 2. Berdasarkan Jenis, yaitu: a. Gudang bahan baku: gudang bahan padat dan bahan cair. b. Gudang bahan pengemas. c. Gudang bahan beracun. d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api). e. Gudang bahan yang ditolak (BPOM, 2009). 2.10. Kapasitas Gudang Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang adalah kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka keadaan yang harus dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai keadaan maksimum pada saat bahan pengemas belum dipakai, terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih cepat (Lachman, 2008). Untuk menghitung besarnya kapasitas gudang yang harus dipenuhi, maka diperlukan data tentang: 1. Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periode tertentu yang dilakukan. 2. Banyaknya bahan pengemas yang dibutuhkan. 3. Variasi lead time. 4. Fluktuasi pemakaian (Lachman, 2008). 2.11. Peralatan Peralatan yang terdapat di area penyimpanan hanya boleh digunakan untuk tujuan tertentu dan untuk kegiatan yang diperbolehkan dengan izin yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan

Obat dan Makanan. Semua peralatan harus dikalibrasi dan divalidasi secara berkala termasuk alat pengatur suhu, kelembaban dan timbangan (United Arab Emirates Ministry of Health Drug Control Department, 2006). Sarana penunjang yang harus ada di gudang, antara lain: pallet, forklift, rak, pengatur udara (AC, ventilator, kipas angin), timbangan, kulkas/lemari pendingin, troli, Pest control,
Pengatur kelembaban, termometer, komputer, generator,lemari, fire extinguisher (tabung pemadam kebakaran), alarm kebakaran (Anonim, 2010 dan BPOM, 2006).

2.12. Manajemen Pergudangan Manajemen Pergudangan memiliki cakupan antara lain: 1. Mengatur orang atau petugas (SDM). 2. Mengatur penerimaan barang. 3. Mengatur penataan atau penyimpanan barang. 4. Mengatur pelayanan akan permintaan barang (Priyambodo, 2007). Adapun sasaran pengelolaan gudang (manajemen pergudangan) adalah: 1. Fasilitas a. Penyediaan serta pengaturan yang baik terhadap fasilitas /perlengkapan/peralatan yang dibutuhkan dalam gudang. b. Pemakaian ruang seefektif mungkin. c. Memungkinkan pemeliharaan yang baik dan mudah untuk semua fasilitas gudang. d. Fleksibilitas terhadap perubahan. 2. Tenaga Kerja a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin. b. Mengurangi risiko kecelakaan. c. Memungkinkan pengawasan yang baik. 3. Barang a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi kualitasnya. b. Menghindari terjadinya kehilangan barang. c. Mengatur letak agar hemat tempat atau ruang.

d. Pengaturan aliran keluar masuknya barang (Priyambodo, 2007). 2.13. Administrasi Gudang Administrasi gudang diperlukan untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi yang meliputi: 1. Buku Induk. 2. Kartu Stok. 3. Buku Harian Penerimaan Barang. 4. Buku Harian Pengeluaran Barang. 5. Surat Bukti Barang Masuk (SBBM). 6. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). 2.14. Mekanisme Pergudangan Mekanisme pergudangan meliputi proses sebagai berikut: 1. Penerimaan Penerimaan merupakan proses penyerahan dan penerimaan material dan peralatan di gudang. Dalam proses penyerahan dan penerimaan ini dilakukan: a. Pendataan jumlah dan mutu material dan peralatan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Pencatatan administratif sebagai dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan oleh petugas yang bersangkutan. 2. Penyimpanan Penyimpanan merupakan proses kegiatan penyimpanan material dan peralatan di gudang dengan cara menempatkan material dan peralatan yang diterima: a. Penempatan sesuai dengan denah. b. Aman dari pencurian. c. Aman dari gangguan fisik. d. Aman dari pencemaran secara kimia dan biologi yang dapat merusak kualitas dan kuantitas.

e. Aman dari kebakaran. f. Penataan sesuai dengan standar pergudangan. 3. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan material dan peralatan agar kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk digunakan secara efektif, efisien dan dapat diterapkan, melalui prinsip material dan peralatan disusun di atas pallet secara rapi dan teratur, sesuai dengan ketentuan. 4. Pendistribusian Pendistribusian merupakan proses kegiatan pengeluaran dan penyaluran material dan peralatan dari gudang untuk diserahkan kepada yang berhak, melalui suatu proses serah terima yang dapat dipertanggungjawabkan, disertai dengan bukti serah terima. Hal ini dilakukan berdasarkan permintaan sesuai kebutuhan. 5. Pengendalian Pengendalian merupakan proses kegiatan pengawasan atas pergerakan masuk keluarnya material dan peralatan dari dan ke gudang agar persediaan dan penempatan dapat diketahui secara cepat, tepat, dan akurat serta dapat diterapkan. 6. Penghapusan a. Penghapusan merupakan rangkaian kegiatan pemusnahan material dan peralatan dalam rangka pembebasan milik/kekayaan negara dari tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Tujuan penghapusan adalah sebagai berikut: 1) Penghapusan merupakan bentuk pertanggungjawaban administrasi petugas terhadap material dan peralatan yang dikelola, yang sudah ditetapkan untuk dihapuskan/dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Menghindari pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan, dan lainlain) atau barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara. 3) Menjaga keselamatan agar terhindar dari pencemaran lingkungan. c. Kegiatan penghapusan adalah sebagai berikut: 1) Membuat daftar material dan peralatan yang akan dihapuskan beserta alasan-alasannya. 2) Pisahkan material dan peralatan yang kadaluarsa/rusak pada tempat tertentu sampai pelaksanaan pemusnahan.

3) Melaporkan kepada atasan mengenai material dan peralatan yang akan dihapuskan. 4) Membentuk panitia pencelaan dan penghapusan material dan peralatan melalui Surat Keputusan dari pejabat yang berwenang. 5) Membuat berita acara hasil pencelaan dan penghapusan material dan peralatan yang akan dihapuskan. 6) Melaporkan hasil pencelaan dan penghapusan kepada pejabat yang berwenang. 7) Melaksanakan penghapusan dan pemusnahan setelah ada keputusan dari pejabat yang berwenang (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009). 2.15 Pengelolaan Stok Aktivitas pengelolaan stok meliputi: 1. Pengecekan pada saat penerimaan produk. Saat penerimaan barang dilakukan pengecekan antara lain kemasannya tidak rusak, jumlah yang diantar, label produk, nama dan alamat pemasok, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. 2. Pengawasan stok. Sistem pergudangan harus dibuat sistematis, misalnya ruang untuk pergerakan barang atau petugas gudang agar mudah bergerak, kemudian proses pengecekan barang, dan juga penggunaan kartu stok untuk mengawasi pergerakan barang. Penggunaan label diperlukan untuk mengetahui kondisi produk baik, rusak, atau masih dalam pengecekan dan secara rutin dilakukan perhitungan stok. 3. Pengeluaran produk. Pengeluaran produk mengikuti mekanisme FEFO (First Expired First Out) artinya produk yang memiliki masa kadaluarsa yang lebih dekat harus diprioritaskan untuk dikeluarkan terlebih dahulu. 4. Pemusnahan produk. Pemusnahan produk diatur dalam prosedur tertulis. Setiap pabrikan produk dan dari pemerintah mengeluarkan aturan mengenai tata cara pemusnahan untuk menghindari penyalahgunaan ataupun dampak yang diakibatkan dari pemusnahan produk (Anonim, 2010).

Alur Penerimaan Barang Di Gudang

Sumber : Priyambodo, B. 2007

2.17. Standarisasi Gudang Berdasarkan ISO 22000 ISO 22000 mengambil seluruh pendekatan rantai keamanan makanan, memberikan suatu standar yang bukan hanya untuk pemroses makanan, tetapi juga seluruh aspek dari makanan yang belum diolah hingga makanan yang siap dihidangkan termasuk pengemasan dan supplier bahan, juru masak, gudang, dan fasilitas distribusi, pabrik kimia dan mesin dan dapat diaplikasikan pada para produsen utama seperti pertanian. Standar ISO 22000 merupakan program terakreditasi ISO/PDTS22003 yang dirancang untuk memastikan rantai suplai keamanan makanan ke seluruh dunia. ISO 22000 memperluas pendekatan system manajemen ISO 9001:2000 yang merupakan standar system manajemen yang berhasil diimplementasikan secara luas pada semua sektor tetapi tidak secara khusus menuju pada keamanan makanan dengan memadukan prinsip-prinsip Codex HACCP. Pengembangan ISO 22000 didasarkan pada asumsi system keamanan makanan paling efektif yang dirancang, dioperasikan dan dikembangkan secara berkesinambungan dalam kerangka kerja suatu sistem manajemen terstruktur, terintegrasi ke dalam seluruh kegiatan manajemen yang ada pada organisasi (Ikhwansyah, 2011).

Anda mungkin juga menyukai