Anda di halaman 1dari 10

BAB V METODE PENELITIAN A.

Lokasi penelitian

B. Alat dan Bahan 1. Geologi Peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam penyelidikan lapangan adalah sebagai berikut : a) Kompas geologi, b) Altimeter, c) Global Positioning System (GPS) receiver, d) Palu geologi, e) Loupe (perbesaran 20 kali), f) Meteran (alat ukur jarak), g) Termometer, h) Larutan HCl, i) Plastik sampel, j) Kamera, k) Buku catatan lapangan dan alat tulis, dan l) Alat keselamatan kerja (tenda, payung, jas hujan dll)

2. Geokimia

Peralatan yang digunakan dalam penyelidikan panas bumi dengan metode geokimia adalah sebagai berikut : a) Termometer digital, b) Termometer maksimum, c) PH meter digital, d) PH meter paper universal, e) Pompa isap gas, f) Tabung detektor gas, g) Tabung vakum dan botol untuk sampel air, tanah dan gas, h) Corong poliethilen, i) Botol isotop 18O dan 2H. j) Selang karet silikon, k) Bor tangan (hand auger), l) Kimoto handy sampler, m) Altimeter, n) Syringe, filter holder dan kertas filter 0.45 m, o) Larutan HNO3 1:1, p) Larutan HCl 1 N, q) Kamera, r) Peralatan penunjang lainnya untuk analisis kimia di laboratorium, dan s) Alat keselamatan kerja (sarung tangan, sepatu boot, masker gas dll)

3. Gaya Berat

a. Gravimeter La Coste & Romberg,

b. Generator, c. Teodolit merk Wild (To), d. Bak ukur, e. Kaki tiga (tripod), f. GPS receiver portable tipe navigasi, g. Palu geologi h. Handy talky, dan i. Alat keselamatan kerja (tenda, payung, jas hujan dll)

4. Geomagnet Peralatan yang digunakan dalam penyelidikan geomagnet sebagai berikut : a. Magnetometer, b. Sensor dan stik, c. Susceptibilitymeter, d. Kompas dan GPS receiver, e. Palu geologi, f. Arloji, dan g. Alat keselamatan kerja (jas hujan, payung, sepatu dll)

5. Geolistrik a. Multimeter Poly Recorder b. Transmitter c. Radio Handy Talky d. Porouspot

e. Konverter f. Generator atau Accu g. Elektroda arus h. Kabel arus dan potensial i. Tambang sounding (2 set) j. Carry bone (2 buah) k. Kalkulator (1 buah) l. Terpal plastik m. Kamera. n. Alat keselamatan kerja (tenda, payung, jas hujan, masker dll)

C. Teknik Pengambilan Data 1. Geologi a. Pengamatan 1) Pengamatan manifestasi panas bumi seperti jenis, luas daerah dan batuan sekitarnya, 2) Pengamatan morfologi, meliputi keadaan bentangalam, pemanfaatan lahan dan jenis sungai yang melaluinya, 3) Pengamatan jenis batuan dan penyebarannya, dan 4) Pengamatan struktur geologi seperti triangulasi, gawir dan air terjun. b. Pengukuran 1) Pengukuran koordinat, letak dan posisi serta luas daerah manifestasi, 2) Pengukuran arah jurus/kemiringan (strike/dip) perlapisan batuan, dan 3) Pengukuran arah jurus/kemiringan (strike/dip) struktur geologi 4) Pengukuran heat loss (panas yang hilang) c. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel batuan dilakukan secara selektif terhadap batuan yang dianggap mewakili setiap satuan batuan dan penting dalam hubungannya dengan kepanasbumian. Sampel batuan berupa batuan segar maupun batuan ubahan hasil proses hidrotermal untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.

2. Geokimia Pengerjaan lapangan ini terdiri dari pengamatan terhadap kenampakan gejala panas bumi, pengukuran sifat fisik, pengambilan dan preparasi sampel air untuk bahan di laboratorium analisis major element (unsur utama), isotop dan gas, serta pengambilan sampel tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter 1) Pengukuran Melakukan pengukuran sifat fisik pada manifestasi panas bumi antara lain: a) temperatur manifestasi (air panas, hembusan uap, tanah panas, lumpur panas, fumarol) b) temperatur udara, c) pH manifestasi, d) debit air panas, e) daya hantar listrik. f) sampel air dingin di sekitar lokasi manifestasi. 2) Pengambilan sampel
a) melakukan pengambilan sampel air panas b) melakukan pengambilan sampel gas c) melakukan pengambilan sampel udara tanah kedalaman satu meter untuk

keperluan analisis H2O-, Hg, pH tanah dan CO2 udara tanah. 3) Analisis Laboratrium a) analisis sampel air, pH dan daya hantar listrik

b) analisis sampel isotop untuk mengetahui konsentrasi 18O dan deuterium c) analisis sampel tanah dan udara tanah untuk mengetahui pH, Hg dan CO2 3. Gaya Berat Pengukuran gaya berat menggunakan Gravimeter La Coste & Romberg pada titik-titik ukur yang telah diukur posisi dan ketinggiannya oleh regu topografi sesuai dengan peta rencana kerja. Penentuan lintasan dan titik gaya berat yang dilakukan, selain pertimbangan teknis juga menyangkut kemudahan pencapaian lokasi, kestabilan tanah dan distribusi titik-titik yang optimum, biaya serta waktu. Jarak titik ukur dalam lintasan adalah antara 250 meter untuk titik-titik di lintasan dan 500-1000 meter pada titik acak atau random.

4. Geomagnet Kegiatan lapangan meliputi penentuan base station (BS), pengukuran koordinat dan pemancangan patok ukur, pengukuran data geomagnet, pengambilan sampel batuan dan pengukuran kerentanan magnet terhadap sampel batuan di lokasi penelitian. Dalam pengambilan data penyelidikan geomagnet dilakukan pengukuran berupa data variasi harian dan data pengukuran di masing-masing titik ukur. Harga intensitas total magnetik titik amat tetap untuk daerah Massepe diperoleh dari peta IGRF, sedangkan harga intensitas magnet tetap lokal didapat dari rata-rata pengamatan selama 3 (tiga) hari yang dilakukan di titik ikat (base station). Pelaksanaan pengukuran magnet di lapangan dilakukan dengan sistem kisi-kisi/grid dan regional yang pengukurannya dilakukan pada setiap titik ukur berturut-turut dengan interval 250 meter dan 500 meter. Pada lintasan tertentu, misalnya di daerah sekitar kenampakan panas bumi dilakukan perapatan dari 250 meter menjadi 100 meter agar didapat hasil pengukuran yang lebih baik.

5. Geolistrik

Penelitian geolistrik terdiri atas tiga tujuan yaitu Pemetaan tahanan jenis (mapping), Pendugaan tahanan jenis (sounding), dan Head-On. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger bentangan simetris. Pengukuran dilakukan pada titik-titik ukur yang telah ditentukan. Metode penelitian ini menggunakan arus bolak-balik yang dialirkan melalui dua buah elektroda arus A dan arus B yang menghasilkan beda potensial di antara kedua titik tersebut dan selanjutnya diukur besar beda potensial MN yang terletak di antara A dan B sedangkan untuk Head-On ditambah satu elektroda yaitu C pada jarak 4 km tegak lurus lintasan AB. Pengukuran di daerah penyelidikan ini dilakukan dalam konfigurasi bentangan AB/2 = 250, 500, 800 dan 1000 meter untuk mapping, sedangkan untuk pengukuran sounding dimulai pada bentangan AB/2 = 1,6 meter sampai AB/2 = 2000 meter dengan jarak elektroda potensial MN 1/10 AB. Untuk HeadOn dilakukan pengukuran dengan AB/2 = 200, 400, 500, 600 dan 800 meter dan bentangan MN = 100 meter. a) Pengukuran Mapping Untuk mengetahui variasi tahanan jenis lateral, digunakan cara mapping (traversing), yakni mengukur dengan spasi AB/2 konstan pada setiap titik pengukuran (biasanya pada AB/2 = 250, 500, 800, dan 1000 m). b) Pengukuran Sounding (VES) VES dilakukan dengan cara menaikkan spasi AB/2 pada setiap titik pengukuran. Untuk kepraktisan, AB/2 dinaikkan secara logaritmik. Semakin besar AB/2, semakin dalam jangkauan arus, berarti semakin dalam informasi yang didapat. Namun, semakin besar AB/2, semakin besar arus yang dibutuhkan. Untuk setiap AB/2, dihitung tahanan jenis c) Pengukuran Head-On Untuk mengetahui jurus dan kemiringan dari struktur sesar yang telah diketahui, digunakan metode ini dengan cara mengukur tahanan jenis semu aAB, aAC, aBC dengan bentangan AB/2 = 200, 400, 500, 600, 800 m, dan MN = 100 m.

d) Lintasan dan Stasiun Pengukuran Untuk memudahkan pengolahan data, analisis, interpretasi dan keterpaduan dengan metode geofisika lainnya, baik titik-titik sounding maupun mapping dibuat dalam lintasan-lintasan pengukuran, lintasan pengukuran harus memotong struktur yang diperkirakan, karena dalam penyelidikan kali ini termasuk konfigurasi Head-On dimana konfigurasi ini tak berguna bila tidak ada struktur yang diperkirakan. Sebaran ini dibuat sedemikian sehingga diharapkan mampu melingkupi sebaran sistem panas bumi dengan berpegang pada ketersediaan anggaran dan jalur pencapaian.semunya (a). Dalam grafik log-log, a diplot terhadap AB/2 untuk menghasilkan kurva sounding tahanan jenis.

D. Teknik Pengolahan Data 1. Geologi Data yang diperoleh di lapangan kemudian diplot dalam peta kerangka geologi, berupa data lokasi titik pengamatan, pengambilan sampel batuan, deskripsi petrografi, PIMA dan fission track, arah/kemiringan perlapisan batuan, indikasi struktur geologi, dan lokasi serta penyebaran batuan alterasi. Penyelidikan ini menghasilkan peta geologi dan model tentatif hidrologi yang berhubungan dengan pemunculan manifestasi panas bumi dan penyebarannya.

2. Geokimia Sampel air, tanah dan sampel udara tanah yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Berikut ini adalah tahapan analisis di laboratorium. 1) Analisis kimia air untuk mengetahui konsentrasi tinggi senyawa kimia tertentu, tipe dan klasifikasi airpanas, serta latar belakang terbentuknya air panas yang erat hubungannya dengan jenis sumber dan proses kejadiannya mempergunakan diagram segitiga.

2) Analisis isotop 18O dan 2H, menggunakan spectrophotometer mass, untuk mengetahui kualitas interaksi fluida dengan mineral batuan yang mungkin telah terjadi. 3) Analisis sampel gas untuk mengetahui komposisi kimia gas terlarut dalam larutan NaOH serta gas-gas terkondensasi dalam tabung vakum. 4) Pendugaan temperatur bawah permukaan, berdasarkan perhitungan

geotermometer air dan atau geotermometer gas tergantung dari hasil analisis sampel air dan sampel gas. 5) Analisis sampel tanah dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), untuk mengetahui konsentrasi Hg dari tiap-tiap titik lokasi sampling. Sehingga dapat dibuat distribusi dan daerah anomali Hg. 6) Analisis sampel udara tanah untuk mengetahui konsentrasi CO2 dari tiap-tiap titik lokasi sampling, sehingga dapat dibuat distribusi dan daerah anomali CO2 konsentrasi tinggi

3. Gaya Berat Data yang diambil dari pengukuran gaya berat adalah nilai bacaan alat dan waktunya, serta data koreksi medan. Pengolahan data gaya berat menggunakan perangkat lunak GR 2003 buatan Tatang A, output sofware ini setelah diolah adalah anomali Bouguer, Bouguer regional dan Bouguer Sisa.

4. Geomagnet Data yang diambil dari pengukuran adalah nilai bacaan alat dan dan waktu pengukuran baik yang di titik ukur lintasan dan acak juga pengukuran di stasiun basis sebagai variasi harian magnet bumi. Berdasarkan nilai intensitas magnet total yang diperoleh, dapat

diinterpretasikan daerah anomali sebagai zona yang terkait aktivitas sistem panas bumi, juga struktur yang terdapat di daerah tersebut

5. Geolistrik Pengolahan data geolistrik dibagi dalam dua tahap, yaitu pengolahan data awal (di lapangan) dan pengolahan data lanjutan (di studio). Pengolahan data awal berupa kegiatan sebagai berikut. 1) Pemasukan data arus listrik (I), beda potensial (V), dan jarak bentangan AB/2 masing-masing metode untuk tiap titik ukur ke tabel data. 2) Penghitungan nilai tahanan jenis semu untuk tiap titik ukur 3) Pengeplotan nilai tahanan jenis semu pada kertas grafik skala log-log Sedangkan Pengolahan data geolistrik lanjutan (pasca lapangan/di studio) berupa tahapan kegiatan berikut ini. 1) Pengeplotan nilai tahanan jenis semu untuk masing-masing bentangan AB/2 pada peta dasar, untuk mengetahui sebaran tahanan jenis semu. 2) Pembuatan penampang tahanan jenis semu terhadap bentangan AB/4 untuk masing-masing lintasan.

Anda mungkin juga menyukai