Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah

kami dapat melakukan praktikum spirometri dengan lancar dan menyusun laporan hasil praktikum ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada dr.Linda Silvana Sari atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan praktikum. Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan-

kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. .

Mataram, 19 Juni 2011

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ........... Daftar Isi.. BAB I Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 1.4 BAB II Tinjauan Pustaka.... Tujuan.... Alat dan Bahan... Cara Kerja...

1 2

3 5 5 5

Hasil Pengamatan dan Pembahasan 2.1 2.2 Hasil Pengamatan. Pembahasan... 7 9

BAB III

Penutup 3.1 Kesimpulan.... 12 13

Daftar Pustaka..................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Pustaka

1.1.1 Volume statis paru-paru terdiri atas: Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml. Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml. Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 % TLC) Besarnya adalah 4800 ml. Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dlm paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml. Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRV. Nilai normalnya sekitar 3600 ml. Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal normal

1.1.2 Spirometri Metode sedrhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Pemeriksaan spirometry dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut spirometer. Alat ini dipakai untuk memeriksa salah satu fungsi paru, yaitu ventilasi. Analog dengan tekanan darah yang diukur dengan tensimeter, maka fungsi paru diukur dengan spirometry. Sebagaimana dengan pengukuran lainnya pekerjaan ini banyak memerlukan ketelitian, mulai dari: alatnya sendiri, yang
3

memeriksa, yang diperiksa, standar nasional, perhitungan dan lain-lainnya. Penggunaan komputer sebagai alat bantu harus selalu dipakai secara berhati-hati, karena komputer tidak bisa membedakan antara 79 dan 80. Jika 80 adalah batas normal, maka komputer akan memutuskan bahwa 79 adalah abnormal. Jika kesalahan pengukuran pada pemeriksaan spirometry bisa dicegah sedini mungkin, maka kekeliruan pengukuran dalam jumlah banyak (epidemiologi) akan berkurang juga. Untuk menentukan normalitas fungsi paru dengan bantuan spirometer, digunakan parameter FVC (jumlah udara yang dihembuskan dengan kuat setelah inspirasi penuh) dan FEV1 (jumlah udara yang dihembuskan dalam 1 detik dengan ekspirasi kuat setelah inspirasi penuh).

1.1.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan dengan Spirometri Obstructive Jalan nafas yang menyempit akan mengurangi voulume udara yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama dgn peningkatan perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik. Restrictive FEV1 dan FVC menurun. Karena jalan nafas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai dlm waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal. Mixed Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif.

1.2 Tujuan a. Mempelajari volume-volume udara pernapasan yang meliputi: Volume Tidal paru (TV)
4

Kapasitas vital paru (VC) b. Mempelajari fungsi paru dengan menentukan: Jumlah udara yang dihembuskan dengan kuat setelah inspirasi penuh (FVC) dan Jumlah udara yang dihembuskan dalam 1 detik dengan ekspirasi kuat setelah inspirasi penuh (FEV1) c. Menginterpretasikan hasil pengukuran fungsi paru.

1.3

Alat dan Bahan: 1. Spirometer 2. Alat pengukur tinggi badan dan berat badan 3. Kapas dan alkohol 4. Penjepit hidung 5. Alat tulis

1.4

Prosedur Kerja 1. Pastikan probandus tidak makan dan tidak beraktivitas berat sebelum pemeriksaan. 2. Tentukan umur, tinggi badan (cm), dan berat badan (kg) probandus. 3. Hitung estimasi kapasitas vital dengan menggunakan rumus yang tertera pada Nomogram dan catat hasilnya. 4. Siapkan spirometer dan bersihkan mouthpiece dengan kapas alkohol. 5. Dengan posisi berdiri, probandus menarik napas sedalam-dalamnya, mulut melekat erat pada mouthpiece spirometer, dan menghembuskan seperti napas biasa sampai benarbenar tidak ada udara lagi yang dihembuskan. 6. Catat hasil yang ditunjukkan oleh spirometer (lengkap dengan parameternya). 7. Probandus istirahat 5 menit. 8. Ulangi prosedur 3, tetapi dengan menghembuskan napas dengan tekanan dan kecepatan maksimal sampai benar-benar tidak ada udara lagi yang dihembuskan. 9. Catat hasil yang ditunjukkan oleh spirometer (lengkap dengan parameternya). 10. Tentukan: Estimated Vital Capacity (dari hasil penghitungan dengan rumus)
5

Respiratory Vital Capacity ( dari hasil pemeriksaan) Forced Vital Capacity (pada kondisi normal, nilai sesuai dengan Respiratory Vital Capacity) Forced Expiratory Volume (dari hasil pemeriksaan) Volume ratio (FEV1/FVC) 11. Plotkan hasil yang diperoleh pada grafik hubungan antara %FEV1 dan %FVC pada Nomogram.

BAB II HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN 2.1 Hasil Pengamatan o Rumus VC: Laki-laki: (27,73 0,112 x umur) x TB Perempuan: (21,78 0,101 x umur) x TB o Rumus FEV1 Laki-laki dan perempuan sama: 80% x VC o Rumus Rasio % Rasio: FEV1/VC x 100% o Rumus Persentasi VC: % VC= VC praktik/VC estimasi table x 100%

Probandus 1 (M. Rian Azhadi/laki-laki/19 tahun/ 169 cm) 1. Estimasi hasil VC dan FEV1 a Menggunakan Rumus VC = 4330 cc FEV1=3464 cc b Menggunakan Tabel (table terlampir) VC = 4400 cc FEV1=3520 cc 2. Hasil VC dan FEV1 dengan menggunakan spirometer

VC = 2910 cc FEV1=2840 cc 3. % rasio = 80,4 % 4. %VC = 66 %

Probandus 2 (Putu Ria Dharma Patni/perempuan/19 tahun/ 168 cm) 1. Estimasi hasil VC dan FEV1 a Menggunakan Rumus VC = 3340 cc FEV1=2672 cc b Menggunakan Tabel (table terlampir) VC = 3400 cc FEV1=2720 cc 2. Hasil VC dan FEV1 dengan menggunakan spirometer VC = 2680 cc FEV1=2240 cc 3. % Rasio = 83,5% 4. % VC = 78,8%

Probandus 3 (Amanda Rizky Taufika, jarang olahraga/perempuan/18 tahun/ 155 cm) 1. Estimasi hasil VC dan FEV1 a Menggunakan Rumus VC = 3094 cc FEV1=2400 cc b. Menggunakan Tabel (table terlampir)
8

VC = 3200 cc FEV1=2560 cc 2. Hasil VC dan FEV1 dengan menggunakan spirometer VC = 2090 cc FEV1=1630 cc 3. % Rasio =77,9% 4. % VC = 65,3%

Probandus 4 (Muhyidin, sering olahraga/ laki-laki/ 19 tahun/ 164 cm) 1. Estimasi hasil VC dan FEV1 a Menggunakan Rumus VC = 4198 cc FEV1=3358 cc b Menggunakan Tabel (table terlampir) VC = 4200 cc FEV1=3360 cc 2. Hasil VC dan FEV1 dengan menggunakan spirometer VC = 2500 cc FEV1=1950 cc 3. % Rasio = 78% 4. % VC = 59,5%

2.2 Pembahasan Dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh beberapa probandus, di antaranya; probandus yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang sama, probandus yang suka berolahraga, dan probandus yang jarang berolahraga, didapatkan hasil Forced Expiratory Volume dan Vital Capacity yang berbeda. Dari hasil pengamatan tersebut, dua probandus yang memiliki Indeks Massa Tubuh yang sama bisa menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, dia antaranya jenis kelamin yang berbeda, teknik penggunaan spirometri yang memberikan peluang kesalahan penghembusan, keadaan fisik probandus sebelum dan sesudah makan, dan kesalahan alat. Keadaan-keadaan tersebut dapat menjadi factor pendukung hasil percobaan yang dilakukan dan sangat menentukan validitas dari percobaan tersebut. Keadaan-keadaan demikian juga berlaku pada probandus yang suka berolahraga dan yang jarang berolahraga. Pada keadaan ini, didapatkan nilai ratio FEV1/FVC pada probandus yang suka olahraga nilainya lebih besar dibandingkan dengan nilai persentase ratio pada probandus yang tidak suka olahraga. Hal ini bisa disebabkan karena kapasitas paru pada orang yang suka berolahraga lebih besar, dan secara fisiologi respirasi kemampuan penggunaan oksigen lebih banyak karena dibutuhkan untuk metabolisme jaringan pada saat berolahraga. Sehingga kebutuhan oksigen meningkat untuk kebutuhan suplai jaringan.

10

Dari grafik hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai persentase ratio FEV1/FVC dengan ratio VC menentukan apakah ada kelainan respirasi pada probandus. Dalam hal ini kelainan yang dimaksud adalah kelainan obstruktif dan resriktif. Pada grafik tersebut, probandus yang memiliki Indeks Massa Tubuh yang sama dan probandus yang jarang berolahraga berada dalam kategori border line. Sementara probandus yang suka berolahraga nilai persentase rationya berada dalam kategori restrictive. Namun kesahihan nilai ini perlu diperhatikan. Karena ada factor-faktor yang memberikan pengaruh kevaliditasan hasil seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pada kategori border line, ada kemungkinan probandus bisa menghembuskan napas lebih dari hasil percobaan ini tergantung dari status fisik pasien pada saat pemeriksaan dan keadaan alat. Karena spirometri yang digunakan merupakan spirometri digital yang memiliki tingkat sensitivitas lebih rendah jika spirometri jarang dikalibrasi.

11

BAB III KESIMPULAN Setelah melakukan praktikum penghitungan spirometry dalam mengetahui volumevolume udara pernapasan yang meliputi volume tidal paru (TD), kapasitas vital paru (VC), kita dapat mengetahui fungsi paru dan menginterpretasikan hasil pengukuran fungsi paru dalam praktek kedokteran mendatang. Penghitungan spirometri bisa kita lakukan untuk mengetahui status kesehatan paru seseorang dalam penegakan diagnosis.

12

Daftar Pustaka

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Penerbit EGC . Jakarta.

Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit EGC. Jakarta.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit EGC. Jakarta.

Saladin, KS. 2007. Anatomy & Physiology 4th edition. McGraw-Hill.New York.

13

Anda mungkin juga menyukai