Anda di halaman 1dari 2

Marak, Kolonialisme Keagamaan di Indonesia

Penulis : Alfiyyatur Rohmah Kamis, 19 Juli 2012 |

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejala kolonialisme keagamaan di masyarakat yang menguak akhir-akhir ini merupakan salah satu manivestasi dari gejala konservasi. Gejala tersebut ditandai dengan maraknya tren intoleransi terhadap kelompok yang berbeda seperti kelompok minoritas Syi'ah dan Ahmadiah. "Intoleran ini berimbas dengan munculnya kebencian pada kelompok-kelompok minoritas baik satu agama maupun agama lain. Ini merupakan gejala yang tidak hanya terjadi di Indonesia dan Islam, tetapi gejala kemanusiaan. Ada zaman di mana manusia itu toleran, namun ada masa lain yang memang masyarakatnya mayoritas intoleran," ujar Ulil Abdal Abshar usai dialog Agama dan Toleransi di Persimpangan Jalan di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu (18/7/2012). Ulil menyebutkan, hubungan antaragama sedang dipersimpangan jalan sejak reformasi terjadi. Perkembangan unik yang muncul seperti neokonservatisme dalam masyarakat Islam. Ulil membenarkan jika ada yang mengatakan tren intoleransi muncul dalam masyarakat. Dirinya juga mengatakan, Indonesia membutuhkan sosok seperti Gus Dur yang berpikir secara plural, ia juga mendukung berdirinya Abdurrahman Wahid Centre (AWC) di UI. Bagi Ulil, ide orang-orang seperti Gus Dur penting untuk dirawat. Alasan pertama, karena Gus Dur menerjemahkan ide secara langsung mengenai Pancasila dalam konteks ajaran Islam. Kedua, ide ini diperlukan untuk menjaga keamanan suatu negara. Wawasan keagamaan yang pluralisme dan toleran. "Ide Gus Dur itu penting dirawat terus menerus melalui centre yang sekarang berdiri di UI," kata Ulil, pendidi Jaringan Islam Liberal. Seperti diberitakan sebelumnya, Universitas Indonesia telah lounching Abdurrahman Wahid Centre (AWC) di Perpustakaan Utama UI lantai 3, Depok. Kegiatan yang dilakukan AWC-UI meliputi, menyediakan

bacaan dan tempat baca seputar konflik, perdamaian, budaya, serta agama dan kepercayaan. Kegiatan lain yang dilakukan AWC adalah menyelenggarakan forum diskusi dan dialog, kuliah-kuliah umum dan publikasi menyelenggarakan berbagai kajian, riset, dan pengajaran, serta melakukan fasilitasi dialog dan mediasi perdamaian pada berbagai level yang dimungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai