Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMAKOLOGI

A. PYRAZINAMID (Corsazinamid, Neotibi, Pezeta-Ciba 500, Prazina,


Sanazet, Siramid, Tibicel) Pyrazinamide (Pirazinamid) merupakan obat antituberkulosis yang digunakan sebagai terapi kombinasi dengan antituberkulosis (TBC) lainnya. Pirazinamid aktif dalam suasana asam terhadap mikobakterium. Pirazinamid bersifat bakterisid terutama pada basil tuberkulosis intraselular. Pada pemberian oral pirazinamid mudah diserap dan tersebar luas ke seluruh jaringan tubuh. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam waktu kurang lebih 2 jam dan waktu paruh antara 10 16 jam. Pirazinamida mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam hidroksi pirazinoat yang merupakan metabolit utamanya dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus. Indikasi pirazinamid adalah untuk pengobatan tuberkulosis yang diberikan bersama antituberkulosis lainnya (terapi kombinasi). KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap pirazinamid, Penderita dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal, Hiperurisemia dan atau gout / asam urat, Hipoglikemia (kadar gula darah rendah), Penderita Diabetes. Dosis lazim adalah 20 30 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi, dengan dosis maksimal 2 gram per hari.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Pirazinamid sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan.

EFEK SAMPING

Efek samping berupa artralgia, anoreksia, nausea, disuria, malaise dan demam.

Porfiria, hepatomegali dan splenomegali, jaundice, kerusakan sel hati, fatal hemolysis, sideroblastik anemia, tukak lambung, trombositopenia, rash, urtikaria, pruritus, akne, fotosensitivitas dan interstitial nefritis.

B. ETAMBUTOL (Myambutol, Servambutol)


Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata. Peran utama dari obat ini adalah untuk mencegah resistensi obat lain. Dengan dosis 15 20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal1,25 gram/hari. Sifat etambutol adalah bakteriostatik dan bakterisidal. Toksisitas utama adalahneuritis optika berupa kebutaan terhadap warna merahhijau ( red-green color blindness). Efek ini cukup sering dijumpai pada orang dewasa. Insidensi dari toksisitas optalmologika cukup rendah. Oleh karena pemeriksaan lapang pandang dan warna pada anak-anak cukup sulit dilakukan makaetambutol tidak direkomendasikan untuk terapi rutin pada anak-anak. Etambutol bekerja dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri. Etambutol di absorbsi dengan baik di saluran gastrointestinal dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dengan baik.

C. STREPTOMISIN
Streptomisin bersifat bakterisidal dan bakteriostatik kuman ekstraseller pada keadaan basa atau netral, dan efektif membunuh kuman intraseluler. Streptomisin dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 15-40 mg/KgBB/hari , maksimal dosis 1 gr/hari. Obat ini dapat melewati selaput darah otak, berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, dan diekskresikan melalui ginjal. Toksisitas utama dari streptomisin terjadi pada nervus cranial VIII yang mengganggu keseimbangan dan pendengaran berupa tinismus dan pusing.

D. KANAMISIN
Kanamisin merupakan antibiotik aminoglikosida yang bersifat bakterisidal yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi. Kanamisin tersedia dalam

bentuk oral dan injeksi. Kanamisin bekerja dengan mempengaruhi ribosom 30S yang menyebabkan mutasi dan mencegah translasi RNA. Digunakan untuk bakteri tuberkulosis yang resisten streptomisin. Indikasi : Septikemia Infeksi saluran napas Meningitis Infeksi saluran kemih yang berkomplikasi Gonorea resisten penisilin Antituberkulosa sekunder

Kontraindikasi hipersensitivitas Interaksi obat neuromuskular bloker, obat-obatan lain yang menyebabkan ototoksik dan nefrotoksik dan diuretika.

E. LEVOFLOKSASIN
Levofloksasin adalah antibakteri sintetik golongan fluoroquinolon yang merupakan isomer dari ofloksasin dan memiliki aktivitas antibakteri 2x lebih besar dari pada ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif dan gram positif serta bakteri anaerob. Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah dengan menghambat enzim DNA girase sehingga merusak rantai DNA bakteri. Levofloksasin mengalami absorbsi yang cepat dan hampir sempurna untuk pemberian oral, konsentrasi maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 12 jam. Bioavaibilitas absolut dari tablet 500 mg dan 750 mg adalah sebesar 99% atau lebih. Konsumsi levofloksasin dengan makanan akan

memperpanjang waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum dan akan mengurangi konsentrasi plasma maksimum. Levofloksasin didistibusikan secara luas ke seluruh tubuh. Konsentrasi dalam jaringan paru-paru 2-5 kali lebih besar daripada konsentrasi dalam plasma.

Levofloksasin mengalami metabolisme terbatas dan diekskresikan melaui urin.

F. OFOFLOKSASIN
Ofloksasin adalah suatu bakterisidal golongan kuinolon yang aktif melawan sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif aerob. Ofloksasin bekerja dengan menghambat enzim DNA topoisomerase. Ofloksasisn memiliki mekanisme aksi ambahan yaitu tidak bergantung pada RNA dan sintesis protein. Indikasi infeksi saluran kemih atas dan bawah, infeksi saluran napas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak. Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap ofloksasin dan derivat kuinolon lainnya, wanita hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja sebelum akhir fase pertumbuhan.

G. TERIZIDONE
Terizidon merupakan salah satu obat yang digunakan untuk TB-MDR dan TB-XDR yang bersifat bakteriostatik. Terizidon bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Walaupun meliliki spektrum yang luas, terizidon tidak direkomendasikan untuk digunakan selain pengobatan tuberkulosis paru dan ekstraparu. Terizidon diabsorbsi cepat dengan pemberian oral. Konsentrasi maksimum dalam darah dicapai dalam waktu 2-4 jam. Dieksresi bersama urin, dan ekskresi lebih cepat untuk orang usia muda. Efek samping pusing, sakit kepala dan konvulsi, tremor, insomnia, depresi dan yang paling berbahaya yaitu kecenderungan untuk bunuh diri. Dosis untuk orang dewasa 15-20 mgKgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi, dengan dosis maksimum per hari yaitu 1 gr/hari.

H. ETHIONAMIDE
Etionamid merupakan salah satu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Etionamid diaktivasi oleh EthA, sebuah monooksigenase pada M. Tuberkulosis, dan berikatan dengan NAD dan menghambat InhA dengan cara yang sama seperti isoniazid. Etionamid digunakan untuk regimen TB-MDR dan TB-XDR. Kerja etionamid diganggu oleh asam mikolik. Dosis 15-20 mg/KgBB/hari dengan dosis maksimal 1 gr/hari. Kontraindikasi hipersensitivitas, penyakit hepar berat, porfiria. Efek samping kehilangan keseimbangan, kebingungan, depresi mental, perubahan mood, kebas, kesemutan, rasa terbakar, mata atau kulit berwarna kekuningan.

I. CLOFAZIMINE
Digunakan bersamaan dengan rifampisin dan dapson untuk MDT lepra. Dapat digunakn sebagai alternatif untuk pasien tuberkulosis yang tidak dapat menolerir efek dapson. Clofazimin bekerja dengan mengikat DNA bakteri yang berbasis guanin sehingga memblokir fungsi template DNA dan menghambat proliferasi bakteri. Clofazimin memiliki waktu paruh yang sangat lama yaitu sekitar 70 hari. Efek samping enteritis eosinofilia, iritasi saluran GI, ichtiosis.

J. CLARITROMISIN
Claritromisin adalah antibiotik makrolid yang digunakan untuk mengobati faringitis, tonsilitis dan sinusitis maksilaris akut, dll. Claritromisin bekerja dengan mencegah pertumbuhan bakteri dengan menghambat translasi peptida pada ribosom 50S. Claritromisin stabil dalam keadaan asam, tidak sperti ertromisin. Mudah diabsorbsi dan di distribusikan dengan luas dan ke fagosit. Saat fagositosis,

claritromisisn dalam jumlah besar dilepaskan. Konsentrasi tertinggi ditemukan di hepar, jaringan paru dan tinja. Claritromisin mengalami metabolisme tingkat satu di hepar dan

bioavaibilitasnya 50%. Efek samping diare, mual, nyeri abdomen, dll. Kontra indikasi pasien dengan penyakit hepar atau ginjal, beberapa penyakit jantung, dan elektrolit imbalance.

K. BEDAQUILINE
Bedaquilin merupakan obat antituberkulosis golongan diarilkuinolon. Bedaquilin mempengaruhi pompa proton dan ATP synthase. Mekanisme kerjanya sama seperti kuinolon yang targetnya adalah DNA girase. Bedakuilin digunakan untuk TB-MDR dan TB-XDR. Efek samping mual, nyeri sendi , nyeri dada, dan sakit kepala. Hati-hati pada pasien dengan arithmia. Dosis 400mg/oral tiap hari untuk 2 minggu pertama lalu 200 mg3x seminggu untuk 22 minggu. Dan digunakan bersama minimal 4 obat lain. Obat diminum bersama makanan.

Anda mungkin juga menyukai