Anda di halaman 1dari 1

Geligi sulung mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan gigi permanen, karena ciri dan anomali

tertentu pada geligi sulung sexing masih terlihat pada geligi permanen. Di samping itu beberapa kelainan oklusi atau maloklusi yang dapat terjadi pada periode geligi sulung, bila tidak dicegah dan dirawat sedini mungkin, dapat menetap pada geligi permanen. Sebenamya, maloklusi pada geligi bukan suatu penyakit, tetapi bila tidak dirawat dapat menimbulkan gangguan pada fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian wajah, yang berakibat pada gangguan fisik maupun mental penderita. Di Indonesia, prevalensi maloklusi masih tinggi yaitu sekitar 80%, dan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar setelah karies gigi dan penyakit periodontal. Mengingat akan akibat yang ditimbulkan, maloklusi seharusnya dirawat. Namun apabila maloklusi di masyarakat hams ditangani, maka Pemerintah harus menyediakan dana yang cukup besar, sedangkan dana Pemerintah saat ini tampaknya masih dibutuhkan untuk menangani masalah kesehatan lainnya yang lebih mendesak. Karena jumlah dan keparahan maloklusi bertambah dengan bertambahnya usia, maka malokusi seharusnya dicegah atau ditangani sedini mungkin. Untuk melakukan upaya pencegahan, perlu diketahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan maloklusi. Salah satu faktor penting yang dapat menimbulkan maloklusi ialah kebiasaan mengisap jari. Kebiasan mengisap jari, terutama ibu jari, cukup banyak dilakukan oleh anak, dan prevalensinya berkisar antara 13-45%. Kebiasaan mengisap jari sebenarnya merupakan hal yang normal bagi bayi atau anak kecil, namun apabila kebiasaan ini dilakukan melebihi usia tiga setengah tahun maka dapat menimbulkan malokusi. Mencegah atau menghentikan kebiasaan mengisap jari sebelum menimbulkan kelainan yang menetap, merupakan salah satu upaya dalam mencegah terjadinya maloklusi. Sebagai salah satu faktor lingkungan, kebiasaan mengisap jari dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Maka dalam hal upaya pencegahan atau penanganan dini kebiasaan mengisap jari pada anak, faktor perilaku khususnya perilaku ibu terhadap kebiasaan mengisap jari, diduga memegang peranan yang sangat penting, karena umumnya yang merawat anak khususnya anak balita adalah ibu. Secara psikologis kebiasaan mengisap jari dapat disebabkan oleh gangguan emosi pada anak, misalnya kesepian, kekecewaan, marah, atau dalam keadaan stres. Akibat kemajuan di segala bidang, di kota besar seperti Jakarta, dapat dijumpai berbagai macam pola keluarga, dan hal ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan ibu-anak yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan emosi pada anak. Maka dalam hal pencegahan kebiasaan mengisap jari pada anak, pola keluarga mungkin juga memegang peranan yang cukup penting. Bagaimana pengaruh perilaku ibu terhadap kebiasaan mengisap jari dan pola keluarga, terutama di kota besar seperti Jakarta, pada timbulnya kebiasaan mengisap jari pada anak, dikaitkan dengan status oklusi geligi, belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan masalah yang periu diteliti, yaitu apakah ada pengaruh perilaku ibu dan pola keluarga pada kebiasaan mengisap jari pada anak, dikaitkan dengan status oklusi geligi sulung? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku ibu dan pola keluarga pada kebiasaan mengisap jari pada anak, dikaitkan dengan status oklusi geligi sulung.

Anda mungkin juga menyukai