Anda di halaman 1dari 63

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Arjuna Utara No.

6 Kebon Jeruk Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus Nama Mahasiswa : Wenny Fonda Tanda Tangan Nim ... Dr. Pembimbing : dr. Wahyu Jatmika Sp.OG Masuk Rumah Sakit : Tanggal 1 April IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Ny. S Umur : 40 tahun Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Alamat : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus Nama Suami: Tn. D (48thn) Pekerjaan: Swasta Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMP PIA0 Jam : 10.30 WIB : 11-2011-181

Alamat: : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus A. ANAMNESIS Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 2 April 2012 Jam : 10. 00 WIB

Keluhan Utama : menstruasi sejak 3 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : 3 hari yang lalu Pasien datang ke Poliklinik RS Mardi Rahayu karena menstruasi yang sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek darah bewarna merah hitam. Awalnya mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Pasien tidak merasa ada benjolan kecil di perutnya. Tidak ada mual, muntah maupun demam. Buang air besar dan kecil tidak ada gangguan. Tidak ada keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di kandungan. Dokter 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap menyarankan untuk operasi. Tanggal menjalankan operasi seperti yang disarankan dokter. Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat menstruasi. Pasien memiliki 1 anak, Pasien tidak pernah memijat perut sebelumnya. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma maupun alergi terhadap obat. Penyakit Dahulu DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-) Riwayat Keluarga DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-) Riwayat Haid Haid terakhir : 30 Desember 2012 Jumlah dan lamanya : 3 bulan Menarche : 13 tahun Haid banyak dan encer

Riwayat Perkawinan Sudah menikah 1 kali pada umur 21 tahun

Riwayat Obstretrik Ana Tahun k ke 1 n 1995 Jenis Umur Jenis Penolong Hidup/ Riwayat ASI mati nifas sampai umur 2 tahun Persalina Kelamin Kehamila Persalina n Spontan Dukun

n perempua 9 bulan n

hidup baik

Riwayat Kontrasepsi Tidak menggunakan KB B. PEMERIKSAAN JASMANI Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Tinggi badan Berat badan Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan Keadaan Gizi Kepala Wajah Mata Telinga Hidung Tenggorokan : Tampak sakit sedang : Compos mentis : 160 cm : 50 Kg : 120/80 mmHg : 80x/menit : 36,50C : 22x/menit : Baik : normocephali, rambut hitam, distribusi merata : simetris, pucat (-), sianosis (-) : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: normotia, serumen (+) : normosepta, sekret (-) : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang, uvula di

tengah Mulut (-) Leher membesar Kelenjar Limfe Dada Paru Inspeksi Kiri Depan Bentuk normal Pernapasan abdominotorakal Gerakan simetri Bernapas tertinggal Kana n Tidak mengi Bentuk normal Pernapasan abdominotorakal Gerakan simetri Bernapas tertinggal Tidak terdengar tidak ada bagian yang statis terdengar toraks tidak ada bagian yang statis Belakang toraks Bentuk toraks normal Pernapasan abdominotorakal Gerakan simetri Bernapas tidak ada bagian tertinggal Tidak mengi Bentuk toraks normal Pernapasan abdominotorakal Gerakan simetri Bernapas tidak ada bagian tertinggal Tidak mengi terdengar yang statis terdengar yang statis : tidak teraba pembesaran : simetris, puting payudara menonjol : trakea lurus di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis

Palpasi

Kiri Dan Kana n

mengi Sela iga normal Tidak ada bagian yang tertinggal Fremitus kiri dan

Sela iga normal Tidak ada kiri bagian dan

yang tertinggal Fremitus

Perkusi

kanan sama kanan sama Terdengan sonor Terdengan sonor diseluruh diseluruh lapangan lapangan paru Terdengan napas vesikuler Ronki (-) Mengi (-) suara paru Terdengan suara napas vesikuler Ronki (-) Mengi (-)

Auskultasi

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis : Ictus cordis teraba di sela iga V 1 jari medial linea : Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan. Batas kiri midklavikula kiri. Batas atas Auskultasi : sela iga II linea parasternal kiri. : Katup Trikuspid: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur Katup Mitral: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur Katup Pulmonal: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur Katup Aorta: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur Abdomen Inspeksi Palpasi : tampak membesar : supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa : sela iga V, 1cm sebelah medial linea

midclavicula kiri,tidak kuat angkat, diameter tidak melebar.

dengan ukuran 2 cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile. Perkusi : nyeri ketuk (+) Auskultasi : bising usus (+) normal Ekstremitas : pucat -/-, edema -/-, deformitas -/-

C. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI Inspeksi Perut bawah tampak sedikit membesar Vulva, perineum, anus: tidak tampak peradangan, darah keluar dari vagina (+), flour albus (-) Palpasi Teraba massa sebesar telur angsa, dapat digerakkan, konsistensi keras, permukaan licin, nyeri tekan. VT Fluksus (+), Fluor (-) Vulva uretra vagina dalam batas normal Porsio 1 jempol tangan, kenyal, licin Ostium uteri eksternum tertutup Corpus uteri sebesarkepalan tangan orangdewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar telur ayam Cavum douglasi tidak menonjol D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan lab Tanggal 1 April 2012 Pemeriksaan Hemoglobin Hasil 11.78g/dl Nilai Normal 11.7-15.5 g/dl

Leukosit Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit MCV MCH MCHC Hematokrit Trombosit Eritrosit Waktu Perdarahan/BT Waktu Pembekuan/ CT Golongan darah/Rh Imunoserologi HbsAG Stik : (-) Hasil USG Tanggal 1 April 2013 Kesan

6.78 ribu 6.0 % 0.10 % 55.90 % 29.7 % 6.0 % 80.70 fl 29.4 pg 36.40 % 35.8 % 213 ribu 3.98 juta 1.30 menit 5.00 menit A/+

3.6-11.0 ribu 1-3 % 0-1% 50-70 % 25-40 % 2-8 % 80-100 fl 26-34 pg 32-36 % 35-47 % 150-440 ribu 3.8-5.2 juta 1-3 menit 2-6 menit

Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm ) Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6)

E. RINGKASAN (RESUME) Wanita 40th, menstruasi yang sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek darah bewarna merah hitam. Awalnya mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Tidak ada keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di kandungan. Dokter menyarankan untuk operasi. Tanggal 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap

menjalankan operasi seperti yang disarankan dokter. Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat menstruasi. Tanda-tanda Vital dalam batas normal Inspeksi abdomen perut bawah tampak sedikit membesar. Palpasi Abdomen supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2 cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile.. VT: Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar telur bebek. Hasil USG Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm ) Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6cm)

F. DIAGNOSIS Diagnosis Kerja Menoragia ec Mioma Uteri Kistoma ovarii Dasar Diagnosis Menoragia perut bawah tampak sedikit membesar diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2 cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile. Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa, mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar telur bebek Hasil USG

o Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm) o Suspek kistoma ovarii kiri (3 x 2.6cm)

G. PENATALAKSANAAN Non Medika Mentosa Observasi keadaan umum dan tanda- tanda vital Bed rest Cek Hb Puasa pre operasi

Medika Mentosa Infus Ringer laktat 20 tetes per menit Hemafort 1x1 tablet peroral Renapar 3x1 peroral Amoxan 2 gr IV (setelah skin test -)

Tindakan Operasi laparotomi Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai keadaan pasien yaitu memiliki mioma uteri yang sebaiknya dioperasi yaitu diangkat kandungannya. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan operasi laparotomi yang akan dilakukan serta komplikasi yang ada seperi resiko pendarahan. Istirahat yang cukup serta puasa minumal 6 jam sebelum operasi

Edukasi:

H. PROGNOSIS Ad vitam Ad fungsionam Ad sanasionam : bonam : bonam : dubia ad bonam

Pada tanggal 2 April 2013 pukul 08.00 dilakukan operasi histerektomi dan salphingoooforektomi bilateral Diagnosa post operasi: mioma uteri Laporan operasi: Insisi linea mediana 10 cm diatas simpisis Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka Tampak eksplorasi, tampak uterus sebesar kepalan tangan orang dewasa Tampak kista sebesar telur bebek pada kedua adneksa. Dilakukan dengan salphingoooforektomi bilateral Saat dipecahkan kista berisi cairan coklat kehitaman Klem ligamentum rotundum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1 Klem ligamentum infundibulum pelvicum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1 Klem ligamentum latum kiri sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong , jahit dengan chromic cat gut no 1 Klem ligamentum rotundum kanan, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1 Klem ligamentum ovarii propium kanan , potong, jahit dengan chromic cat gut no 1 Klem ligamentum latum kanan sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1 Dibuka plika vesiko uterina

Dilakukan histerektomi supravaginal Pangkal vagina dikaitkan dengan dinding depan dan belakang Ligamentum latum kanan dan kiri dijahit dengan pangkal vagina Dilakukan reperitonialisasi Bersihkan cavum abdomen dari jendolan darah Kontrol pendarahan, pendarahan (-) Jahit lapis demi lapis Operasi selesai RL-D5-NACL 0,9% 30tpm Injeksi Bioceft 1x1 g IV Injeksi Alinamin 2x1 ampul IV Injeksi Tramadol 2x1 ampul IV Injeksi Vit C 1x1 gr IV Cek Hb

Terapi post operasi diberikan:

Follow up Tanggal 3 April 2012 S: O: pukul 08.00 nyeri pada tempat operasi, kentut + Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu 37,10C Napas: 20x/menit Mata : konjungtiva anemis Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah PPV : Laboratorium

2 April 2013 pukul 12.00 Hb : 11,0 g/dl

A: P:

Post histerektomi + salpingo ooforektomi Bilateral hari ke 1 Terapi lanjutkan pukul 07.00

Tanggal 4 Februari 2012 S: O:

Nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa duduk Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tekanan Darah: 120/80 Nadi: 84x/menit Suhu 370C Napas: 20x/menit Mata : konjungtiva anemis Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan + PPV : -

A: P:

Post histerektomi + salpingo ooforektomi bilateral hari ke 2 Terapi lanjutkan pukul 07.00

Tanggal 5 Februari 2012 S: O:

nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa berjalan Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis Tekanan Darah: 100/70 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu 370C Napas: 20x/menit Mata : konjungtiva anemis Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan + PPV : -

A: P:

Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 3 Ganti perban

DC aff Terapi lanjutkan Tanggal 6 Februari 2012 S: O: keluhan Keadaan umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis Tekanan Darah: 100/60 mmHg Nadi: 84x/menit Suhu 370C Napas: 20x/menit Mata : konjungtiva anemis Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan + PPV : A: P: Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 4 Boleh pulang Infus aff Kontrol 1 minggu Ganti dengan obat oral Zegavit 1x1 kaplet Amoxicilin 3x500 mg Ketoprofen 2x1 pukul 07.00

MIOMA UTERI PENDAHULUAN Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 25 %), kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri. Sejak tahun 1946 Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian hormon progesteron pada 7 wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran mioma uteri. Peneliti Segaloff tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena ini. Pada tahun 1966 Goldzieher mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat dihambat dengan pemberian dosis besar progesteron. Coutinho mengobservasi pengecilan ukuran mioma dengan menggunakan anti progestin gestrinon. Pada tahun 1983 De Cherney dan rekan-rekan mempresentasikan data awal yang melaporkan bahwa terapi danazol dapat mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan rekan-rekan tahun 1983 melaporkan bahwa pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma uteri. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya pembesaran massa mioma adalah histerektomi. Di Amerika Serikat diperkirakan 600.000 histerektomi dilakukan tiap tahunnya. Dengan semakin berkembangnya tehnologi kedokteran tindakan operatif

pada mioma uteri dapat dilakukan dengan bantuan alat laparoskopi maupun histeroskopi.

ISI Definisi Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Epidemiologi Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 25 %), kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri. Etiologi Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi

hormon estrogen. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Percobaan Lipschutz memberikan esterogen kepada kelinci ternyata menimbulkan tumor fibromatosa. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur bukan dari selaput otot yang matur. Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor 1 ( IGF 1 ), connexsin 43 Gap junction protein dan marker proliferasi. Awal somatik perubahan mulanya sel-sel pada pembentukan miometrium. baik tumor Mutasi secara adalah terjadinya ini mencakupi maupun parsial mutasi rentetan secara dari

kromosom,

keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 ( del ( 7 ) ( q 21 )/ q 21 q 32 ). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak. Pengaruh-pengaruh hormon : Estrogen Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrositik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Myoma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik ,siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium normal berkurang.Pada mioma

reseptor estrogen dapat ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama kehamilan. 17Beta hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal. Progesteron Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang merupakan siklus menstruasi natural dan dari kehamilan.Progesteron estrogen. Progesteron antagonis

menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor. Hormon pertumbuhan Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen. Pengamatan-pengamatan ini mendukung konsep bahwa hormon atau faktor pertumbuhan yang sama atau serupa yang biasanya merangsang pertumbuhan uterus selama kehamilan, juga merangsang pertumbuhan leiomioma pada awal kehamilan. Hal ini dapat menjelaskan pengamatan paradoks bahwa mioma besar tidak berubah atau mengecil pada akhir kehamilan.Mungkin selama kehamilan reseptor estrogen mioma mangalami penurunan (down regulated) akibat adanya estrogen dalam jumlah besar. Tanpa reseptor estrogen yang efektif (dan karenanya tanpa efek estrogen pada mioma), pengikatan faktor pertumbuhan epidermis juga berkurang. Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology , ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu

: 1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. 2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi. 3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. 4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Patologi Anatomi Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan psoudo kapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 20 sarang saja. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi pada beberapa kasus ternyata tumbuh dengan cepat.

Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain : Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%). 1. Mioma submukosa Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, di kenal sebagai Currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami pedinkulata. infeksi, Mioma terutama pada mioma submukosa submukosa pedinkulata

adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas. 2. Mioma intramural Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat

menimbulkan keluhan miksi. 3. Mioma subserosa Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4.

Mioma intraligamenter Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering / parasisic fibroid.

Mikroskopik Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk bangunan yang khas sebagai kumparan (whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa (giant cells).

Perubahan Sekunder Atrofi Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil. Degenerasi hialin Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. Degenerasi kistik Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti yang luas agar-agar, dan dapat juga limfe terjadi sehingga pembengkakan bendungan

menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. Degenerasi merah (carneous degeneration) Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada perabaan.Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.

Gejala Klinis Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Keluhan-keluhan yang biasa dikeluhkan sangat bermacam-macam. Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi : 1. Besarnya mioma uteri. 2. Lokalisasi mioma uteri / tempat mioma berada (serviks, intramural, submukus, subserus). 3. Perubahan-perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri

faktor-

Perdarahan menoragi,

abnormal, metroragi,

merupakan dan

gejala

klinik

yang

sering dapat

ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: hipermenorrhea. Perdarahan menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu : o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium. o Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa. o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik

Penekanan rahim yang membesar :


o o

Gangguan ini tergantung dari tempat dan besar mioma uteri. Terasa berat di abdomen bagian bawah.

Gejala traktus urinarius: penekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan urine frequency meningkat dan menimbulkan poliuri.

Gejala dan tanda penekanan pada rektum dapat meyebabkan obstipasi dan obstruksi intestinal. Penekanan pada uretra dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Gejala penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Nyeri : Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena :
o

Gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat pada peradangan. Pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan. Karena pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

o o

o o

Penekanan saraf. Torsi bertangkai (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Infertilitas dan abortus. Akibat penekanan atau penutupan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah

kelahiran. Pengaruh kehamilan dan persalian pada mioma uteri Sebaliknya , kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormona (estrogen) yang meningkat dalam kehamilan. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio karnosa) akibat infark hemoragik. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (steril). Sering kali terjadi lekositosis sedang. Kadang-kadang peritoneum parietalis yang menutupi mioma (yang mengalami infark) meradang dan terjadi friction rub (bising gesek) peritoneum. Tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk dan berwarna merah. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar atau setelah bayi lahir. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis pada tumor dan menimbulkan gambaran klinik perut mendadak merasakan nyeri hebat (acute abdomen). Mioma yang lokasi di belakang, dapat terdesak ke dalam kavum dauglasi dan terjadi inkaserasi. Mioma dapat terinfeksi apabila terjadi abortus septik atau metritis

masa nifas.Hal ini paling sering terjadi apabila miomanya terletak dekat dengan tempat implantasi plasenta atau terjadi perforasi mioma oleh instrumen, misalnya sonde atau kuret. Apabila mioma mengalami histerektomi. infark, resiko infeksi meningkatdan kecuali kemungkinan dilakukan penyembuhan infeksi berkurang, apabila

Diagnosis Berikut diagnosis yang dapat dilakukan terhadap pasien : Anamnesis 1. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama dan pasien merasa berat pada perut bagian bawah. 2. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar. 3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah. Pemeriksaan fisik (Pemeriksaan luar) Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi. Konsistensi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata. Mioma yang teraba lunak dan tidak menyebabkan kelainan

bentuk uterus sangat sulit untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahkan pada laparatomi, waktu perut terbuka kadang-kadang tidak mungkin dibuat diagnosa yang tepat. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, sering kali teraba berbenjol-benjol. Juga teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. Jangan lupa untuk memperhatikan tanda-tanda peradangan yang muncul serta perdarahan dan fluor albus. Pemeriksaan dalam Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas, hal ini biasanya ditemukan secara kebetulan. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan yang menggunakan uterus sonde. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri. Pemeriksaan laboratorium Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal. Pemeriksaan penunjang a. Ultrasonografi Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi

melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik. b. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan jelas, dari miometrium mioma yang normal. MRI MRI dapat menjadi mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan termasuk submukosa. dapat alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan. d. Foto BNO/IVP Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter. e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis. f. Tes kehamilan Diagnosis Banding Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah : Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan. Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri. Mioma intramural harus dibedakan dengan karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. khoriokarsinoma,

Tumor solid ovarium. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Beberapa gejala yang timbul dapat membuat keraguan beberapa dalam keluhan mendiagnosa yang hampir mioma sama. karena memberikan untuk Kecenderungan

melakukan implantasi di daerah perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites. Uterus gravid. Kelainan bawaan rahim. Adenomiosis uteri Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri. Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang umumnya infertil. Menurut kepustakaan frekuensi adenomiosis berkisar antara 10 47 %. Diagnosis untuk adenomiosis yang akurat sekarang dapat dilakukan dengan tehnik MRI. Endometriosis. Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar atau stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis. Perdarahan uterus disfungsional Yaitu perdarahan bukan haid.Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama dinamakan metroragia ,

yang kedua menometroragia .Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.Perdarahan-perdarahan dari uterus selain mioma uteri dapat disebabkan oleh kelainan pada : 1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisitis uteri. 2. Korpus uteri, seperti polip endometrium , abortus imminens, abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma , subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri. Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.Dua pertiga dari wanitawanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun.Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas , akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit kecuali perdarahan tersebut disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi mioma. Tumor solid rongga pelvis non ginekologis. Miosarkoma.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan mioma uteri tergantung dari segi umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor. Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam

menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera. 1. Konservatif Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. 2. Terapi medikamentosa Terapi medikammentosa yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari terapi operatif. Adapun preparat yang selalu analog digunakan GnRH, untuk terapi medikamentosa adalah progesteron,danazol,

gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti prostaglandin,agen-agen lain (gossipol,amantadine) Analog GnRH Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri yang diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67 %, pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80 %. Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri

yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan mioma subserosa tidak responsif dengan pemberian analog GnRH ini. Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH adalah 1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri 2. Mengurangi anemia akibat pendarahan 3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi 4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma 5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal 6. Mempermudah histeroskopi Progesteron Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma uteri dapat dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron. Dimana progesteron yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis. Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali seminggu atau 10 mg sehari selama 2 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri. Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg pr hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan ukuran mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya pengangkatan mioma submukosa dengan

dimulai berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron mungkin ada berhasil dalam pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini. Danazol Danazol merupakan dan progestogen kali sintetik yang untuk berasal dari testoteron, pertama digunakan pengobatan

endometrosis. Prof. Maheux tahun 1983 pada pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas Amerika, mempresentasikan hasil studinya di Universitas Yale, 8 pasien mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap hari, selama 6 bulan. Dosis substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20 25 %, dimana Tamaya, diperoleh dan fakta bahwa tahun damazol 1979, dan memiliki melaporkan endometrium substansi reseptor normal. androgenik. rekan-rekan dengan androgen pada mioma terjadi peningkatan aktivitas 5 - reduktase dibandingkan miometrium Yamamoto tahun 1984, dimana mioma uteri, memiliki suatu aktifitas aromatase yang tinggi dan dapat membentuk estrogen dari androgen. Gestrinon Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R 2323 yang terbukti tahun efektif dalam pengobatan 97 wanita, endometrosis. Coutinho 1986 melaporkan,

kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, dan kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3 kali seminggu.3,14 Data masing-masing pasien di evakuasi setelah 4 bulan pengobatan dengan gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5 %.

Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien mengalami amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai terapi preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan dengan mioma uteri. Tamoksifen Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai selective estrogen receptor modulator (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan sebagai kanker payudara maupun stadium lanjut. Karena khasiat peneliti estrogenik antiestrogenik. Beberapa

melaporkan, pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak berubah. Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron bila diberikan secara berkelanjutan. Goserelin Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. setengah Dan pada pemberian mioma goserelin dan dapat dapat mengurangi ukuran uteri

menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama pada saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan. Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping berupa keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh

mioma depot

kembali bulanan

atau

berulangnya

peredaran dengan

abnormal HRT

sulit

diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi goserelin dikombinasi (estrogen konjugasi 0.3 mg) dan medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi kolesterol. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian goserelin dikombinasi dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang, dengan keluhan berupa keringat dingin dan pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana kandungan mineral tulang berkurang bila pemberian pengobatan selama 6 bulan pertama. Tiga bulan setelah pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi sedangkan HDL plasma kolesterol meningkat selama pengobatan, selama trigliserida konsentrasi menetap

pemberian terapi. Antiprostaglandin Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri. Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500 1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi mioma, 35,7 meskipun % wanita hal ini mengurangi perdarahan menstruasi dengan

menoragia idiopatik. Studi ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik, sedangkan ukuran mioma tidak diukur. Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin ) Gossypol Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30 wanita dengan perdarahan menopause fungsional, mioma uteri

dan endometrosis. Kadar ekstrogen menurun pada 70 kasus endometrium, menunjukkan tingginya kejadian atrofi endometrium. Pada 65.5 % didapatkan pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik, dilaporkan kelelahan dan hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara langsung pada gonad atau kontrasepsi pria. Amantadin Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan parkinson, dan reaksi ekstra piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan pelepasan dopamin endogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik dan noradrenergik. Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya mengobati mioma simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160 pasien menerima amantadin (200 mg perhari) untuk 20 hari dalam sebulan selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat, dimana konsistensinya berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang. Mekanisme kerjanya tidak jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor berhubungan dengan penurunan aliran darah. Amantadin mungkin berguna untuk pengobatan mioma uteri, kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan hipotensi ortostatik. 3. Penangganan operatif : dengan melakukan tindakan operasi terhadap pasien. Berikut beberapa cara penangganan operatif : Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada miom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat

mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai karena jelas dan mudah dijepit serta diikat. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas, kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 50 %. Sejauh ini tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik. Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi carcinoma endometrium atau sarkoma uterus, pada masa kehamilan. Miomektomi dilakukan bila : o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 14 minggu. o Pertumbuhan tumor cepat. o Mioma subserosa bertangkai dan torsi. o Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya. o Hipermenorea pada mioma submukosa. o Penekanan pada organ sekitarnya. Laparoskopik Satu atau beberapa myoma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan membuat insisi kecil pada dinding abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya. Keuntungannya adalah pasien tidak perlu rawat inap dan penyembuhannya lebih cepat daripada laparatomi. Kerugiaannya adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk mengangkat myoma yang besar dari abdomen. juga dihindari

Penghancuran mioma

Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma: miolisis yaitu dengan laparaskop, laser fiber/alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan, sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada myomektomi dan penyembuhannya lebih cepat. Uterine Artery Embolization (UAE) Arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan karena terjadi distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan implantasi abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan myoma. Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat. Enukleasi Mioma Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, dengan juga dihindari dapat pada dijepit masa dan kehamilan.Tindakan diikat.Bila ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang mudah miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium , kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea. Kriteria preopersi menurut American College of Obstericians Gynecologist (ACOG) adalah sebagai berikut : Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang. Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas

tegas. Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang. Histerektomi Perlu disadari bahwa 25 35% dari penderita mioma masih memerlukan histerektomi.Histerektomi adalah pengangkatan uterus , yang umunya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma sevisis uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya. Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut : a) yang pasien. b) Perdarahan uterus berlebihan : c) Perdarahan yang banyak bergumpal gumpal atau terjadi berulang ulang selama lebih dari 8 hari. Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi : Nyeri hebat dan akut. Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis. Penekanan buli buli dan frekuensi urine yang berulang ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran

kemih. Penangganan Radioterapi Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient). Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.Karena itu tindakan ini tidak dilakukan pada wanita muda. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu. Bukan jenis submukosa. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum. Komplikasi 1. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemuken hanya 0.32 0.6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. Novak dan Woodruff melaporkan insiden leiomiosarkoma adalah dibawah 0.5 %. 2. Torsi ( putaran tangkai ) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering

adalah jenis mioma submukosa pendinkulata. 3. Komplikasi yang ditimbulkan mioma terhadap kehamilan: a. Sering terjadi abortus. b. Persalinan prematuritas. c. Tertutupnya infertilitas. d. Subferil sampai fertil dan kadang-kadang hanya mempunyai 1 anak saja. e. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim. f. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir. g. Inersia uteri pada kala I dan kala II. h. Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak. i. Kelainan letak plasenta. j. Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) sehingga dapat terjadi perdarahan saluran indung telur sehingga menimbulkan

KISTA OVARIUM I. PENDAHULUAN Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita. Berlokasi di pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk seperti buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran dan bentuknya seperti buah kenari. Ovarium organ menghasilkan sel telur dan hormon wanita. Hormon tertentu.1 Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium melalui tuba falopii menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan. Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan

praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid. ANATOMI Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Ovarium terdiri dari dua bagian: 1. Korteks Ovarii Mengandung folikel primordial Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff Terdapat korpus luteum dan albicantes

2. Medula Ovarii Dua Terdapat pembuluh darah dan limfe Terdapat serat saraf fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan

memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitive). Di antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan

fungsi wanita normal. KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM A. Tumor Non Neoplastik 1. Tumor akibat radang a. Abses ovarial b. Abses tubo ovarial c. Kista tubo ovarial 2. Tumor lain a. Kista folikel b. Kista korpus luteum c. Kista lutein d. Kista inklusi germinal e. Kista endometrium f. Kista steven leventhal B. Tumor Neoplastik Jinak 1. Kistik a. Kistoma ovarii simpleks b. Kistadenoma ovarii musinosum c. Kistadenoma ovarii serosum d. Kista endometroid e. Kista dermoid 2. Solid a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma b. Tumor Brenner c. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma) Definisi Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. Sedangkan Kista

Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita yang mulai menopause.

TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK 1. Tumor Akibat Radang Abses Ovarium Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina. Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan komplikasi intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya terjadi resolusi. 2. Tumor lain a. Kista Folikel Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan menimbulkan rasa nyeri dan tandatanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami

proses atresianya, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid berikutnya dan dapat menghilang spontan.

Kista Folikel b. Kista Korpus Luteum Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum

dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri, biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada trimester terakhir pada wanita hamil. c. Kista Teka L vutein Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi. d. Kista Inklusi Germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah memberikan gejala-gejala yang berarti. e. Kista Endometriosis Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan

akut abdomen. f. Kista Stein Leventhal Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal. Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif a. Kistoma ovarii simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. b. Kistadenoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor Tumor ini mempunyai ini asal yang sama dengan tumor Brenner. dengan Angka Kejadian ovarium terbanyak ditemukan bersama-sama

kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas. Gambaran Klinik Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral. Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadangkadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah. Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya selsel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan Akibat dengan sekresinya menyebabkan peritonei ialah pseudomiksoma peritonei. pseudomiksoma

timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan

menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan musinosum. Penanganan Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula. c. Kistadenoma Ovarii Serosum Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium). Angka Kejadian Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%. Gambaran Klinik ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadangkadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya Pada umumnya penuh dapat dengan pertumbuhan bahwa papiler tidak (solid papilloma). dikatakan mungkin membedakan gambaran makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas. Perubahan Ganas Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites,

maka

prognosis

penyakit

itu

kurang

baik,

meskipun

diagnosis

histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant). Terapi Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

d. Kista Endometrioid Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii. e. Kista Dermoid Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Angka Kejadian Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya

mencapai beberapa kilogram. Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut : Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun. Gambaran Klinik2 Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti konde. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal. Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor yang khas. Kista coklat (Kista Endometriosis)

kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut sebagai kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Penyebab kista coklat Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari proses peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak seimbangan hormon. Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.

Gejala kista coklat : 1. Perut terasa penuh, berat, kembung 2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) 3. Haid tidak teratur 4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. 5. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. 6. keluhan nyeri haid, 7. Pembesaran ovarium dan 8. Infertilitas. Komplikasi kista coklat Jika kista coklat pecah maka akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat tinggi pada daerah panggul, sehingga butuh pertolongan dokter dengan segera. Pengobatan kista coklat

Pengobatan kista coklat adalah dengan terapi hormon jika kista masih kecil atau dilakukakan operasi jika kista sudah sangat besar dan beresiko untuk pecah. Klinik Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumortumor tersebut. 1. Akibat pertumbuhan Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadangkadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain. 2. Akibat aktivitas hormonal Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. 3. Akibat komplikasi Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan.Karena vena lebih mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadilah pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-lahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada tumor tersebut.Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor parasite atau tumor pengembara. Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista dermoid cenderung mengalami

peradangan disusul dengan pernanahan. Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.Tetapi, kalau terjadi

robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut. Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat

mengakibatkan implantasi sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma peritonei. Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti tumor kistadenoma tersebut ovarii serosum, pada kistadenoma perlu dalam ovarii musinosum, dan kista dermoid.Oleh sebab itu, setelah tumordiangkat operasi, asites dilakukan hal ini pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Adanya mencurigakan; adanya anak sebar (metastasis) memperkuat diagnosis keganasan. 4. Sindrom Meigs Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan hidrotoraks. Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat ditemukan pula pada beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga menghilang.Cairan dari rongga toraks berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal ini dapat dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang kemudian dapat ditemukan dalam rongga toraks. Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks, yang ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas dalam sedimen cairan.

FAKTOR RISIKO

Usia Ras Nulipara Riwayat keluarga Obesitas

PATOGENESIS Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di

bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

Etiologi 1. Faktor genetik 2. Gangguan hormonal 3. Diet tinggi lemak 4. Merokok 5. Minum alkohol 6. Sosial ekonomi yang rendah

Gejala Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarii tidak memiliki gejala. Namun kadang-kadang dapat menyebabkan beberapa masalah seperti : Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit Nyeri selama hubungan seksual Peningkatan berat badan Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal Nausea dan vomiting Breast tenderness

Diagnosa Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadangkadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi. Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada

pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah 1.Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu 2.Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut 4.Histologi Penanganan Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan yang bebas dan yang tidak. 3. MRI dan CT-scan

operatif. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya : Torsi, ruptur, perdarahan, menjadi keganansan : potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas dapat sudah berubah dipostulasikan, menjadi ganas, kista akan dermoid tetapi dan dalam endometriosis

persentase yang relative sedikit. Prognosis Dubia ad Bonam

Daftar Pustaka 1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 8 2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam : Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003:; 151 - 156 3. Sivecney G.Mc, Shaw RW. Attempts at medical treatment of uterine fibroids. In : R.W. Shaw, eds. Advences in reproductive

endocrinology

uterine fibroids. England New Jersey : The

Phartenon Publishing Group, 1992 ; 95 101 2. Wattiez A, Cohen SB, Selvaggi L. Laparoscopy hysterectomy. Curr Opin Obstet Gynecol 2002;14:417-22 3. Joedosepoetra Wiknjosastro 45. 4. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III Larry,C Hauth John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21 Vol 2: Tentang Kelainan Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 1031-1035 5. Karim A, Murah Manoe IMS. Miooma Uteri. Dalam: Djuanna AA, et al, editors. Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi Pertama. Ujung Pandang; Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; 1999: 282 297. 6. Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam: Setiawan, Manuaba IBG, editors. 412. 7. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998: 600 603. 8. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma uterus. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta; POGIU; 1991: 21 22. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998: 409 MS, H., Tumor jinak A.B., pada alat genital. Dalam : Syaifuddin Rachimhadhi, editors. Ilmu

Kandungan. Edisi ke 2 Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka; 2005: 338

Anda mungkin juga menyukai