Anda di halaman 1dari 3

TERAPI PSIKOFARMAKA SKIZOFRENIA PARANOID PADA WANITA 31 TAHUN

Dibuat oleh: Yutha Perdana,Modifikasi terakhir pada Mon 11 of Jul, 2011 [05:47 UTC] Abstrak Gangguan jiwa dilihat dari berat ringannya gejala dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu gangguan jiwa neurotik (ringan) dan gangguan jiwa psikotik (berat). Kriteria diagnosis untuk skizofrenia menurut PPDGJ III adalah thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought broadcasting; waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity, yang jelas merujuk pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional; suara yang berkomentar terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh; wahamwaham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil. Atau terdapat sedikitnya dua gejala dari kelompok halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide- ide berlebihan (overvalued idea) yang menetap, atau bila terjadi setiap hari selama bermingguminggu atau berbulanbulan terus menerus; arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme; perilaku katatonik; gejalagejala negatif; suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keselurahan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial. Semua keadaan diatas harus ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan. Pada skizofrenia paranoid ditandai dengan adanya waham yang menonjol, seperti keyakinan dikejar-kejar oleh intel luar negeri dan halusinasi pembau. Kata kunci : skizofrenia, paranoid, waham, halusinasi

Kasus Seorang wanita, 31 tahun, dibawa ke rumah sakit karena sering marah dan mencurigai anggota keluarganya dengan tuduhan ingin mencelakakan dirinya. Pasien merasa selalu ingin dijahili, dipasang monitor di lampu kamar, perawat memasukkan chip kecil ke dalam jari tangan pasien untuk mengakses pasien atas perintah intel luar negeri. Dari internet pasien mengetahui bahwa chip tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengakses data pasien, termasuk isi pikirannya. Pasien merasa bahwa semua bau yang dicium, status kesehatan, dan tindakan orang lain di sekelilingnya adalah suatu program. Pasien pernah melihat gambar dirinya sedang diakses melalui telepon genggam oleh adiknya. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan orang yang mengomentari apa yang ingin dia kerjakan. Pasien dapat

memanggil roh. Pasien juga merasa apa yang dilakukan oleh orang lain adalah seperti apa yang sebelumnya telah dia bayangkan. Dari pemeriksaan ditemukan gejala paranoid, magik mistik, siar pikir, dikendalikan, halusinasi visual, halusinasi auditorik, dan halusinasi olfaktorik.

Diagnosis Aksis 1. F20.0 Skizofrenia paranoid Aksis 2. Gambaran kepribadian paranoid Aksis 3. Tidak ada diagnosis Aksis 4. Belum memiliki pasangan Aksis 5. GAF 70-61

Terapi 1. Psikofarmaka : haloperidol 2 x 5 mg (1 0 1), trihexyphenidyl (THP) 2 x 2 mg ( 1 0 1 ). 2. 3. 4. Psikoterapi Terapi sosiokultural Terapi Rehabilitatif

Diskusi Bila dicocokkan dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien ini, maka diagnosis yang tepat adalah skizofrenia paranoid. Adapun alasan dipilihnya diagnosis ini yaitu karena adanya waham yang menonjol, seperti keyakinan dikejar-kejar oleh intel luar negeri dan halusinasi pembau. Haloperidol merupakan obat anti psikosis dengan potensi tinggi, afek sedasi rendah dan memberikan efek extrapiramidal yang besar. Obat dengan dosis tersebut diberikan untuk menekan gejala psikosik. Adapun efek samping antipsikosis long term yaitu Extra Pyramidal Symptom (EPS) dengan gejala tremor, rigiditas, bradikinesia, hipersalivasi, distonia akut (mata melirik ke atas, lidah menjulur ke luar), dan tardive diskinesia (gerakan berulang involunter pada lidah, wajah, mulut/rahang, pada waktu tidur gejala tersebut menghilang).

Trihexyphenydil merupakan antidotum untuk efek samping dari penggunaan haloperidol berupa gejala ekstrapiramidal seperti tremor, sindrom parkinson, dan lain-lain. Digunakan sesuai kebutuhan bersamaan dengan pemberian haloperidol. Dosis untuk pagi dan malam hari.

Kesimpulan Gangguan jiwa dilihat dari berat ringannya gejala dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu gangguan jiwa neurotik (ringan) dan gangguan jiwa psikotik (berat). Gangguan psikotik contohnya adalah skizofrenia. Pada skizofrenia paranoid ditandai dengan adanya waham yang menonjol, seperti keyakinan dikejar-kejar oleh intel luar negeri dan halusinasi pembau. Salah satu terapinya adalah dengan menggunakan psikofarmaka, seperti haloperidol dan trihexyphenydil.

Referensi 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III. Jakarta : Depkes RI. 2. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2007. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia Volume 42. Jakarta : Penerbit ISFI. 3. Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

4. Soekarto, A.. 2002. Psikiatri Klinik Edisi Ke-4. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM. 5. Soewadi. 2002. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM.

Penulis Yutha Perdana, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, RSD. Panembahan Senopati Bantul

Anda mungkin juga menyukai