Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2012 ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH SIANIDA PADA TAMBANG EMAS BERDASARKAN EFEK IRADIASI RADIUM Oleh Aris arianto D62109291 ABSTRAK Radium (Ra-226) adalah radionuklida berpemancar , dengan umur paroh sekitar 1600 tahun, meluruh dengan menghasilkan gas radon (Rn-222). Sumber bekas Ra-226 dari rumah sakit dan industri sudah tidak efisien untuk dipakai lagi, digantikan dengan sumber jenis lain, maka sumber bekas tersebut digolongkan sebagai limbah dan diserahkan ke PTLR-BATAN. Untuk pengamanan penyimpanannya, sumber radium bekas tersebut diolah secara kapsulasi dalam tabung stainless steel SS 304 (diameter 20 mm dan tinggi 110 mm) yang tahan karat dan tekanan, dan ditempatkan ke dalam LTSS (long term shield storage) dari bahan timbal. Paparan radiasi sumber bekas Ra-226 dalam kapsul stainless steel adalah 760 mSv/jam pada jarak 1 m dari permukaan kapsul, maka perlu dilakukan pengkajian pemanfatannya untuk penguraian sianida dalam limbah industry pertambangan emas (tailing effluent). Pengkajian dilakukan dengan cara mempelajari sistem proses yang beroperasi dan dilanjutkan dengan percobaan awal radiolitik sampel simulasi limbah KCN sebanyak 700 ml pada berkonsentrasi 1500 ppm, dan memakai iradiator radium terkapsulasi tersebut. Hasil percobaan menunjukkan penurunan konsentrasi sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm pada waktu iradiasi secara perendaman selama 33 hari. Untuk meningkatkan keselamatan di pemakaian dan optimalnya proses yang akan dilakukan, maka diperlukan berbagai penelitian lanjutan yang terkait. Kata kunci : Sianida, iradiasi gamma ABSTRACT Radium (Ra-226) is - emitter radio nuclide having half time about 1600 years, produces radon gas (Rn-222) during its decay periode Ra-226 spent sources from hospitals and industries being in efficient for utilization again are replaced with another sources, then delivered as solid waste to Radioactive Waste Treatment Centre at Serpong. For safety aspect of its storage, thats sources are treated by capsulation using stainless steel 304 can (diameter 20 mm and height 110 mm). Fives pieces of cans are putted on the lead canister of long term storage shield type.
mikroorganisme dan biota air. Foto visual tailling dam, tailling efluent dan salah satu sumber air pengenceran serta pengendalian dispersi hasil pengolahannya dapat dilihat pada Gambar : 2,3,4 dan 5 Gambar 2. menunjukkan aliran tailing effluent yang masuk fasilitas dam, Gambar 3. adalah salah satu sumber air untuk pengenceran maksimum dan Gambar 4. mengambarkan besarnya daya tampung fasilitas tailing dam serta Gambar 5. adalah kolam pengendalian limbah olahan yang siap dispersi ke aliran sungai. Kemudian untuk menjaga supaya proses penguraian berjalan optimal, konsentrasi sianida (tailling dam input) diatur dengan cara pengenceran sehingga konsentrasinya turun dari 500 ppm menjadi 125 ppm. Proses penguraian alamiah
atas, limbah keluaran tailling dam dioksidasi dengan H2O2 sehingga konsentrasinya turun dari 10 ppm menjadi < 0,1 ppm yang selanjutnya dapat didispersikan ke aliran Sungai Cikaniki. Jika kapasitas produksi ditingkatkan, maka akan menimbulkan tambahan sejumlah limbah yang harus diolah. Pada keadaan tersebut, permasalahan yang dihadapi adalah meningkatnya beban sianida di tailing dam yang dapat mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan atau penyebab matinya mikroorganisme dan biota air. Kondisi tersebut mengakibatkan proses penguraian alamiah berjalan lambat bahkan dapat berhenti tidak seperti yang diharapkan. Bila perlakuan pengenceran diintensifkan sampai batas yang ditentukan, maka debit aliran limbah yang masuk ke talling dam akan bertambah besar dan berakibat pada turunnya waktu tinggal limbah di talling dam. Pada kejadian tersebut proses penguraian secara alamiah berjalan tidak optimal dan mengakibatkan rendahnya penurunan kadar sianida dalam limbah. Kedua keadaan tersebut akan mempengaruhi proses selanjutnya, yaitu oksidasi secara kimia dengan H2O2. Permasalahan lain yang akan dihadapi adalah semakin sulitnya mendapatkan sumber mata air baru untuk tambahan pengenceran. Tindakan penyelesaian yang harus dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kapasitas tampung tailing dam sehingga waktu tinggal limbahnya tidak berubah atau menurunkan konsentrasi kandungan sianida limbah keluaran sistem prosesnya. Penyelesaian dengan cara meningkatkan kapasitas tailling dam akan menemui kendala oleh keterbatasan lahan dan membutuhkan biaya yang sangat besar karena lokasi keberadaannya di daerah pegunungan. Upaya untuk menurunkan kandungan sianida limbah awal (fresh waste) adalah merupakan salah satu solusi yang harus dilakukan, sehingga dibutuhkan berbagai penelitian untuk mereduksi konsentrasi sianida limbah. Metode iradiasi dipandang efisien untuk penguraian sianida dalam limbah yang keluar dari proses (fresh waste) karena volumenya relatif masih kecil. Fenomena pembentukan ion-ion radikal air yang reaktif oleh akibat interaksi iradiasi akan menyebabkan penguraian molekul sianida. Pada penelitian awal dilakukan iradiasi limbah simulasi KCN menggunakan sumber Ra-226 bekas terkapsulisasi dengan laju dosis 760 mSv/jam hasil pengolahan PTLR. Tujuan penelitian awal ini adalah untuk mempelajari pengaruh efek iradiasi Ra-226 terhadap senyawa sianida dalam limbah. Pengolahan bijih tambang emas dan pengolahan limbahnya Bijih hasil penambangan diolah untuk mengambil logam emasnya dengan proses sianidasi. Fasilitas proses sianidasi Pongkor I dirancang mampu mengolah bijih sebanyak 182.500 ton/th,
Elektronik Elektronik Elektronik Deformasi ikatan Deformasi ikatan Deformasi ikatan Rotasi Perpindahan spin dan elektron
Untuk mengawali pengkajian aplikasi iradiasi reduksi sianida limbah di tailling effluent keluaran industri pertambangan emas, maka dilakukan percobaan distruksi sianida dengan sampel limbah simulasi KCN. Percobaan iradiasi dilakukan dengan cara merendamkan kapsul radium hasil pengolahan PTLR ke dalam sampel selama selang waktu iradiasi tertentu guna menurunkan konsentrasi sianida. Besarnya nilai penurunan konsentrasi sianida tersebut mengindikasikan potensi kemungkinan penerapan metode tersebut dipakai untuk mereduksi kandungan sianida limbah sehingga beban sianida sistem tailling dam dapat diatur dan mekanisme proses destruksi secara alamiah yang diharapkan dapat berjalan optimal. Upaya meningkatkan kapasitas produksi pengolahan bijih emas secara sianidasi terkendala oleh bertambah besarnya volume limbah cair berupa tailing effluent yang mengandung sianida. Sampai batas konsentrasi tertentu, senyawa sianida mudah terdegradasi secara alamiah sehingga proses pengolahan tailing effluent ekonomis dilakukan dengan cara mengkondisikan cairan limbah dengan pengenceran sampai batas
Kebutuhan waktu iradiasi tersebut dapat diperkecil dengan cara meningkatkan besaran laju dosis iradiator yang dipakai. Selanjutnya apabila diterapkan pada limbah sesungguhnya maka diperlukan dosis yang lebih besar lagi mengingat keberadaan polutan di limbah sungguhan adalah besar. Sangat dimungkinkan terjadinya mekanisme proses lain sehubungan dengan bertambahnya kandungan senyawa di limbah. Untuk menelusuri proses yang terjadi masih diperlukan analisis secara kuantikualitatif dengan berbagai metode seperti spektrofotometer IR dan UV.
Sumberdaya dan kelayakan pemakaian Lokasi fasilitas pengolahan bijih tambang yang berada di perbukitan dan tertutup untuk umum merupakan faktor yang menguntungkan jika metode aplikasi iradiasi diterapkan di sistem pengolahan limbahnya. Jauh dari pemukiman penduduk dan merupakan daerah terpencil dengan akses jalan transportasi yang hanya mengarah ke fasilitas industri tersebut adalah gambaran untuk memudahkan monitoring yang harus dilakukan. Faktor ketersediaan akan sumber bekas Ra-226 terkapsulasi yang masih dapat dimanfaatkan relatif besar, apalagi jika ditunjang dengan sumber jenis lain seperti Co-60, Iridium dan Cesium yang juga banyak jumlahnya. Ketentuan dan peraturan yang mengatur terhadap pemakaian bahan radioaktif adalah hal yang harus diperhatikan. . KESIMPULAN Sumber Ra-226 bekas yang tersimpan di PTLR relatif banyak jumlahnya dan setelah dikapsulasi dengan isolator bahan baja tahan karat jenis SS.304 masih berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai iradiator g karena umur parohnya panjang. Pada percobaan iradiasi limbah simulasi KCN menggunakan sumber jenis tersebut dengan laju dosis 760 mSv/jam pada jarak 1 m mampu menurunkan konsentrasi sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm dalam waktu iradiasi 33 hari.
REFERENSI Christian R. Proao, (2010) Stabilizing an Unstable Economy: On the Choice of Proper Policy Measures Macroeconomic Policy Institute, Dsseldorf
Dietz, S. (2012) The Treatment of Risk and Uncertainty in the US Social Cost of Carbon for Regulatory Impact Analysis, Grantham Research Institute on Climate Change and the Environment, and Department of Geography and Environment, London School of Economics and Political Science (LSE) Setiawan, B (1996) Effect Of Ca Ions In Solution To Cs-137 Sorption Into Soil Samples Proc. Seminar of Safety and NPP Tech. PSPKR/PRSG /PPEN - BATAN, Serpong p 423 (in Indonesian).
Siregar, D., Yulianto, A(1999) Tambang Emas Pongkor Pertambangan Emas Berwawasan Lingkungan. Proc Seminar Teknologi Pengolahan Limbah II BATAN, Jakarta
Sutoto, (2007) Efek Radiasi Emas,Pusat Teknologi Radioaktif Limbah. BATAN, Jakarta
Robert, M Davidson, Modes Of Occurance Of Trace Elements In Coal. Results From An International Collabotative Programme. London SW 15 AA, united kingdom Vogel (1979) Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Longman Group Limited, London
Gambar 1. Diagram proses pengambilan emas Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif
Gambar 7. Grafik hubungan antara dosis terpancarkan terhadap dosis sianida Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif
LAMPIRAN REFERENSI