ANATOMI
Prostat : organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuk : Buah kemiri Ukuran : 4x3x2,5 cm Berat : 20 gram
Jaringan fibromuskular Jaringan Glandular Zona perifer Zona Sentral Zona Transisional Zona prepostatik sfingter Zona Anterior
Lobus Medius Lobus lateralis (2 lobus) Lobus anterior Lobus posterior
Lobus
Basis : Bagian bawah VU Apex : Fascia Superior dari diaphragma urogenitale Permukaan anterior : dipisahkan dari spatium retropubic (cavum retzius) oleh ligamentum puboprostatic dan dari bagian bawah symphysis pubis oleh jaringan fibroadiposa dan plexus venous Permukaan posterior: Mendatar dan berbatasan dengan rectum, yang dapat dirasakan pada pemeriksaan colok dubur Permukaan lateral (inferolateral) : Berbentuk cembung dan diperkuat oleh serabut anterior musculus levator ani
EPIDEMIOLOGI
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna Dialami oleh 15% pria berusia 40-49 tahun 25% berusia 50-59 tahun, 43% berusia 60 tahun.
ETIOLOGI
Hormonal (esterogen testosteron) Growth factor Sel stem DHT (Dihydro Testosteron)
PATOFISIOLOGI
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, retensi pada leher vesika urinaria dan daerah prostat akan meningkat, otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi (terbentuk kantung namun masih ada otot untuk berkontraksi) atau divertikel (terbentuk kantung namun sudah tidak terdapat otot lagi) dan mudah terangsang. Kandung kemih mudah berkontraksi walaupun jumlah urin masih sedikit, sehingga frekuensi berkemih akan bertambah. Fase ini disebut fase kompensasi. Bila berlanjut maka otot detrusor akan lelah dan tidak dapat berkontraksi sehingga terjadi retensio urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Fase ini adalah fase dekompensasi.
Manifestasi Klinis
Obstruktif Hesistency Straining Intermittency Terminal dribbling Kencing tidak lampias Pancaran lemah Iritatif Frequeny Nocturia Urgency Disuria
DIAGNOSIS
ANAMNESIS Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, atau pembedahan) Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.
PEMERIKSAAN FISIK Rectal toucher PEMERIKSAAN PENUNJANG Urinalisis Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen) Catatan harian miksi (voiding diaries) Uroflometri Pemeriksaan Residual urine Pemeriksaan Urodinamika
PENATALAKSANAAN
Watchful Waiting Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH : Dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Edukasi pasien : (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat) (3) Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin (4) kurangi makanan pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama. Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine.
Medikamentosa
-adrenergic
Prostate Gland
Pelvic Floor
External Sphincter
Alfa Blockers
Mekanisme1,2:
Relaksasi otot polos pada prostat dan vesika urinaria Memperbaiki output urin (Qmax) dan keluhan lainnya
DHT
Type I 5AR
Prostate enlargement
Testosterone
DHT
Type I 5AR
Dutasteride
Bartsch G et al. Eur Urol. 2000;37:367380.
Complications of TUR-Prostate
Peri-operative bleeding Urinary tract infection and urosepsis Electrolyte imbalance, hemolysis, acute tubular necrosis Acute pulmonary edema Bladder neck or urethral contracture Retrograde ejaculation and erectile dysfunction Urge or stress urinary incontinence
Creation of a Lesion
Intra-Prostatic Stent