Anda di halaman 1dari 150

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

DI KANTOR KECAMATAN GUNUNG SARI


KABUPATEN SERANG
SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana Ilmu Sosial dan politik pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

ANDI SUPRIADI

NIM. 072785

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2012
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANDI SUPRIADI

NIM : 6661072785

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 13 Agustus 1989

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

“Analisis Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Serang” adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang

dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila

dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar

kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, April 2012

ANDI SUPRIADI
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : ANDI SUPRIADI


NIM : 6661072785
JUDUL :”ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI
KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN SERANG”

Serang, April 2012


Skripsi ini telah disetujui untuk diujikan

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Maulana Yusuf S,IP. M.Si Arenawati, Sos.M.si


NIP. 197603192005011004 NIP 197004102006042001

Mengetahui
Dekan FISIP
Universitras Sultan Ageng Tirtayasa

Dr. Agus Sjafari, M.Si


NIP 197108242005011002
PROGRAM STUDI ILMU ADMINSTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : ANDI SUPRIADI


NIM : 6661072785
JUDUL :”KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR
KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN SERANG”

Skripsi ini telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi Penelitian di
Serang, tanggal 27 April 2012 dan dinyatakan LULUS.

Serang April 2012

Mengesahkan,

Ketua Penguji

Rina Yulianti, S.Ip, M.Si


NIP. 197407052006042011 ................................................................

Anggota:

Drs. Hasuri Waseh, M.Si


NIP. 132384930 ................................................................

Anggota:

Arenawati S.Sos, M.Si


NIP. 197004102006042001 ................................................................

Mengetahui

DEKAN FISIP KETUA PRODI ILMU


UNIVERSITAS SULTAN AGENG ADMINISTRASI NEGARA
TIRTAYASA. UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA

Dr. Agus Sjafari, M.Si Rina yulianti S.Ip, M.Si


NIP.197108242005011002 NIP. 197407052006042011
Hidup Hanya Sesaat

Alangkah Baiknya Jika Hidup yang sesaat ini dapat berbagi kebahagian

Dan Bermanfaat bagi orang lain”

“Skripsi ini ku persembahkan untuk ayah dan ibu’ku

Terima kasih atas do’a yang selalu mengalir untuk ku

Berkat do’a kalian akhirnya saya dapat dengan mudah menjalani hidup”
ABSTRAK

Andi Supriadi. NIM. 6661072785. Analisis Kualitas Pelayanan Publik di


Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang.
Fokus penelitian ini adalah tentang kualitas pelayanan publik di Kecamatan
Gunung Sari Kabupaten Serang. Ada beberapa permasalahan yang melatar
belakangi peneliti dalam melakukan penelitian ini diantaranya adalah Waktu
penyelesaian pelayanan di Kecamatan tidak tepat janji atau melebihi waktu yang
telah ditetapkan, kurang memadainya jumlah tempat menuggu untuk masyarakat
yang hendak melakukan pelayanan, kurang responnya pertugas pelayanan dalam
melayani masyarakat serta kurang disiplinya aparatur Kecamatan dalam hal
masuk dan pulang kantor. Disamping itu adanya perbedaan atau perlakuan
pegawai Kecamatan dalam melayani masyarakat yang hendak melakukan
pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah tentang
bagaimana kualitas pelayanan publik di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten
Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kecamatan Gunung Sari yang
berjumlah 20054 jiwa dan jumlah sempel dalam penelitian ini 267 orang. Teknik
sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling yaitu sampling
insidental. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teori kualitas pelayanan
menurut Valarie A.Zeithaml, A.Parasuraman, dan Leonard L.Berry yang memuat
5 dimensi kualitas pelayanan. Teknis analisis data yang digunakan adalah Item by
item analysis, Dimension by dimension analysis. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kualitas pelayanan publik di Kecamatan Gunung Sari terdapat kesenjangan
antara Persepsi dan Ekspektasi responden atas pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara layanan.Skor Dari kelima dimensi tersebut ialah pada dimensi
Tangile (-0,75), Reliability (-1,06), Responsiveness (-0.92), Assurance (-0,8),
Emphaty (0,97). Skor yang paling tinggi angka kesenjanganya adalah pada
dimensi Realibility. Hal ini dikarenakan aparatur Kecamatan belum dapat
bersikap disiplin waktu baik itu dalam penyelesaian pelayanan maupun dengan
disiplin kerja dengan masuk dan pulang kerja tepat pada waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kata Kunci : Kualitas, Pelayanan Publik.
ABSTRACT

Andi Supriadi. NIM. 6661072785. The Analysis Quality of Public Service in


Gunung Sari Subdistrict, Serang Regency.
The focus of this research is about how the quality of publik service in Gunung
Sari subdistrict,Serang regency. They are some troubles and back ground in
doing this research such as the time of services in subdisrtict which is not on time
or the time is more than they have promised, the waiting romms are not effective
for the people who is waiting for service, the service are not in good respond to
the people who need a service and the servicside are not disclipline in coming
and living the office. Beside that there are some differences services from
employeers to the citizen who need a service. The aim of this research is to
answer the formula of the problem about the quality of public service in Gunung
Sari subdistrict the method that used in this research is quantitative descriptive,
the population of this research is the citizen of gunung sari subdistrict that about
20054 people and the sample in this research is 267 people the sample technicque
that used is nonprobability technique sampling which is sampling insidental. The
instrument of this research used the theory service quality according to Valarie A
Zeithaml A Parasuraman and Leonard L. Berry that have 5 dimension of service
quality the techque of data analysis that used is item by item analiysis dimension
by dimension analysis the result of this research shows that the quality of public
service in Gunung Sari subdistrict have some differences between the perception
and expectation respondent about the service that given by the servicess.The score
of five dimensions is on the tangible dimension (0,75). Reliability (-1,06),
Responsiveness (0,92), Assurance (-0,8), Emphaty (0,97). The highest score of
asymmetry rate is based on reliabilty dimension. This thing happens be cause the
subtrict employeers are not discipline in managing the time, whether in doing the
service or discipline in the office by time that have arranged before.

The keyword : Public service, Quality.


KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam

senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,

kepada keluarga, sahabat, serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu istiqomah

dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Dan atas berkat rahmat, karunia, dan ridho-

Nya pula peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan publik Di Kantor

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang”. Hasil skripsi ini tentunya tak lepas

dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moriil dan

materiil. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terima

kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Prof.Dr.H.Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

2. Dr.Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos.M.si selaku pembantu Dekan I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.


4. Mia Dwiana Widyaningtyas S.Sos M.Ikom selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Gandung Ismanto S,Sos, M.Si selaku pembantu dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rina Yulianti S.SIP, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Anis Fuad S.Sos, M.Si selaku sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Maulana Yusuf S.IP, M.Si selaku Dosen Pembibing I sekaligus Dosen

pembimbing Akademik Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

9. Arenawati S.Sos,M.Si selaku Dosen Pembibing II yang senantiasa

memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah

dilakukan.

10. Semua Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11. Bpk. Drs.H. Timan. selaku Camat di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten

Serang yang senantiasa memberikan saran kepada peneliti dalam setiap

bimbingan yang telah dilakukan.

12. Drs. A.Fatoni Ibnu Shofa M,Si selaku Seketaris camat Kecamatan Gunung

Sari yang telah membantu mencarikan data-data yang dibutuhkan peneliti.


13. Seluruh Staf dan Pegawai Kecamatan Gunung Sari yang telah memberi

bantuan kepada peneliti untuk mencari data sesuai dengan yang peneliti

butuhkan.

14. Bapak dan Ibu yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa,

dorongan dan segala-galanya.

15. Sahabat-sahabatku, Abdurahman, Anjar, Fandi, Adit dan semua teman-

teman kelas F angkatan „07, dan tidak lupa juga teman hidupku kelak

fitriani, terimakasih atas perhatian dan dukungannya, semoga harapan dan

cita-cita kita tercapai.

16. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu hingga selesainya Skripsi ini, semoga kebaikan kalian

mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang

telah coba dipaparkan dan dibahas dalam Skripsi penelitian ini. Maka dari itu,

peneliti, dengan segala keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada,

bersedia menerima segala masukan, baik itu berupa saran ataupun kritik yang

dapat membangun peneliti dalam melangkah dan memutuskan, serta membuat

karya lebih baik dan lebih bermanfaat lagi untuk kemudian hari.

Serang, Desember 2012

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINILITAS

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

1.2. Identifikasi Masalah...............................................................................12

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................13

1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................13

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................13

1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................14

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI PENELITIAN ..........................18

2.1 Deskripsi Teori .......................................................................................18

2.1.1. Teori Kualitas Pelayanan Publik ....................................................18


2.2 Kerangka Berfikir ...............................................................................35

2.3 Asumsi Penelitian................................................................................40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................41

3.1. Metode Penelitian ..................................................................................41

3.2. Instrumen Penelitian ..............................................................................42

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................45

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................47

3.4.1. Uji Validitas Instrumen ...............................................................51

3.4.2. Uji Reabilitas Instrumen ..............................................................52

3.5. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................53

BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................54

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian .....................................................................54

4.1.1. Profil Geogerafis Kecamatan Gunung Sari....................................54

4.1.2 Profil Demografis Kecamatan Gunung Sari. ..................................55

4.1.3 Susunan Organisasi .........................................................................58

4.1.4. Tugas dan Fungsi Aparatur Kecamatan .........................................60

4.1.4.1 Tugas Aparatur Kecamatan ..............................................60

4.1.4.2 Fungsi Aparatur Kecamatan .............................................61

4.1.5. Jenis pelayanan ..............................................................................69

4.2. Deskripsi Data .......................................................................................70

4.2.1. Identitas Responden.....................................................................70

4.3 Pengujian Persyaratan Statistik...............................................................73

4.3.1 Uji Validitas Instrumen ................................................................73


4.3.2. Uji Realibilitas Instrumen ..............................................................76

4.3.3. Analisis Data ..................................................................................78

4.3.3.1 Dimensi Tangible .............................................................80

4.3.3.2 Dimensi Reliability...........................................................87

4.3.3.3 Dimensi Resposiveness ....................................................96

4.3.3.4 Dimensi Assurance ........................................................102

4.3.3.5 Dimensi Emphaty. ..........................................................110

4.4 Pembahasan ..........................................................................................119

BAB V PENUTUP ..............................................................................................129

5.1. Kesimpulan .........................................................................................129

5.2 Saran .....................................................................................................130


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Pelayanan yang Bermasalah............................................................9

Tabel 2.1 Pengukuran Dimensi Kualitas Pelayanan..............................................34

Tabel 3.1 Skoring/Nilai..........................................................................................43

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen................................................................................43

Tabel 3.3 Daftar Jumlah Penduduk.......................................................................46

Tabel 3.4 Waktu penelitian...................................................................................53

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk..................................................................................55

Tabel 4.2 Jumlah Jiwa menurut Umur...................................................................56

Tabel 4.3Jumlah RT/RW.......................................................................................56

Tabel 4.4 Pekerjaan Keluarga Miskin....................................................................57

Tabel 4.5 Daftar Nama Pegawai Kecamatan.........................................................59

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..................................70

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia....................................71

Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan.......................................72

Tabel 4.9 Identitas Responden Berdasarkan Asal Desa.........................................73

Tabel 4.10 Uji Validitas Persepsi...........................................................................74

Tabel 4.11 Uji Validitas Ekspektasi.......................................................................75

Tabel 4.12 Uji Relibiltas Persepsi..........................................................................77

Tabel 4.13 Uji Realibilitas Ekpektasi....................................................................77

Tabel 4.14 Skor Dimensi Tangible........................................................................86

Tabel 4.15 Skor Dimensi Relibelity.......................................................................95


Tabel 4.16 Skor Dimensi Responsivenees...........................................................101

Tabel 4.17 Skor Dimensi Assurance....................................................................108

Tabel 4.18. Skor Dimensi Emphaty.....................................................................117

Tabel 4.19. Skor Keseluruhan Kualitas Peleyanan..............................................121


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konseptual Model Kualitas Pelayanan.............................................31

Gambar 2.2 Kerangka Brrfikir..............................................................................39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi............................................................................59


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.

Pernyataan ini jelas tertuang pada ayat pertama dan pada pasal yang pertama pula,

Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia.

Perjuangan dalam rangka mencapai kemerdekaan itu telah dimulai jauh sebelum

detik proklamasi.

Cita-cita yang dicetuskan pada waktu proklamasi kemerdekaan saat

lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dirumuskan dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial. Secara umum, cita-cita itu adalah membentuk masyarakat yang adil dan

makmur, rohaniah, dan jasmaniah dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdaulat dan berdasarkan pancasila.

Guna mencapai cita-cita nasional, salah satu landasan pemerintahan atau

penyelenggaraan Negara adalah penyelenggaran otonomi daerah. Otonomi daerah

adalkah suatu hal yang telah lama direkomendasikan oleh para akademis dalam

forum-forum ilmiah dan didambakan oleh para praktisi dan birokrat didaerah.

Prinsip otonomi daerah lahir karena keyakinan bahwa tidak semua urusan dapat
dilaksanakan pemerintahan pusat. Ada urusan-urusan pemerintahan yang lebih

baik dan efektif jika dilakukan oleh daerah. Dengan demikian penyelenggaraan

otonomi daerah harus di pahami sebagai bagian upaya memberikan pelayanan

yang lebih baik kepada masyarakat guna terciptanya cita-cita nasional.

Sejalan dengan di tetapkanya Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang

pemerintahan daerah yang di sempurnakan dengan dikeluarkanya Undang-

Undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah mengakibatkan

perubahan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang

berimplikasi pada terjadinya perubahan beban tugas dan struktur organisasi yang

mewadahinya.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

mengatur persyaratan yang pasti dalam pembentukan daerah otonom yang pada

dasarnya juga menunjukan persyaratan hukum yang melandasi pemekaran daerah.

Persyaratan dalam pembentukan daerah otonom menurut pasal 5 ayat 1 UU No 32

Tahun 2004 adalah syarat administratf, syarat teknis dan syarat kewilayahan.

Ketiga syarat tersebut bukan menjadi formalitas bagi tingkat pengambil

kebijakan,tetapi menjadi pedoman dan panduan dalam menentukan dapat tidaknya

suatu daerah dimekarkan. Atas dasar rumusan ke tiga syarat diatas daerah otonom

akan berfugsi demi peningkatan peranan pemerintah daerah secara aktif dalam

melayani kegiatan publik dan mendekatkan fungsi kepemerintahan kepada

masyarakat. Pemekaran daerah otonom juga harus menjadi dasar pertisipasinya

birokrasi daerah yang di mekarkan dalam melayani kegiatan publik. Sehingga

diharapkan komitmen birokrasi daerah tersebut dalam melayani publik secara


professional dan semakin membudaya. Disamping itu ,memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara professional,langsung maupun tidak langsung akan

memberdayakan daerah sebagai sokoguru pemerintahan Negara secara

keseluruhan (Sabarno,2007:190).

Sebagaimana dipahami bahwa esensi pemerintahan adalah pelayanan

kepada masyarakat oleh karena itu pemerintah tidak diadakan untuk dirinya

sendiri tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang

memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama.

Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena

perbaikan pelayanan publik di Indonesia Cenderung “berjalan di tempat”

sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi,politik,sosial

budaya dan lain-lain. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik

akan bisa memperbaiki iklim investasi yang sangat di perlukan bangsa ini agar

bisa segera keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kehidupan

sosial dan budaya , pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya

psikologi masyarakat yang terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai

di kalangan masyarakat, timbilnya saling curiga yang pada akhirnya menimbilkan

ketidak pedulian masyarakat baik kepada pemerintah maupun terhadap sesama.

Sementara itu dari kehidupan politik, perbaikan pelayana publik juga sangat

berimplikasi luas khususnya dalam memperbaiki kepercayaan kepada pemerintah.

Buruknya pelayanan publik selama ini menjadi salah satu variabel penting yang

mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemarintah.krisis


kepercayaan masyarakat teraktualisasi dalam bentuk protes dan demontrasi yang

cenderung tidak sehat menunjukan kefrustasian publik terhadap pemerintahanya.

Oleh karena itu, perbaikan pelayanan publik mutlak diperlukan agar image buruk

masyarakat kepada pemerintah dapat diperbaiki, karena dengan perbaikan kualitas

pelayanan publik yang semakin baik, dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat

sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat di bangun kembali.

Peningkatan kualitas pelayanan adalah salah satu isu yang sangat krusial

dimana hal ini terjadi karena disatu sisi tuntutan masyarakat terhadap kualitas

pelayanan dari tahun ketahun semakin besar. Sementara itu praktek penyelenggara

pelayanan tidak mengalami perubahan yang berarti.Masyarakat yang setiap waktu

menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan

tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan

publik yang terjadi selama ini masih bercirikan : berbelit-belit, lambat, mahal, dan

melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih

diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang dilayani. Oleh karena itu,

pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan

dan mendudukan “pelayan” dan yang “dilayani” ke pengertian yang

sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan kepada masyarakat umum

kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat kepada negara, meskipun negara

berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.

Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan yang terbaik

kepada masyarakat.
Pengukuran kinerja pelayanan publik sering kali di pertukarkan dengan

pengukuran kinerja pemerintah. Hal ini tidaklah terlalu mengherankan kerena

pada dasarnya pelayanan publik memang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Birokrasi pemerintahan yang dilaksanakan oleh para birokrat harus selalu

mengarah kepada kepentingan masyarakat. Kekuasaan yang selama ini berada

pada tangan birokrat haruslah beralih lokusnya pada masyarakat, karena segala

sesuatunya yang nenjadi dan dibuat kebijakan oleh para birokrat bersumber dari

aspirasi, kebutuhan dan kepentingan masyarakat,yang tidak kalah pentingnya bagi

masyarakat adalah para birokrat sadar dimana dia harus bertindak dan bersikap

dengan memperguanakan wibawa dan kekuasaan negara, serta bila mana dia harus

bersikap pelayan dan abdi masyarakat, yang tidak boleh menunjukan sikap hanya

main kekuatan dan kuasa.

Kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan

tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari sistem kemampuan

kelembagaan, Kepegawaian dan ketatalaksanaan dalam mendorong,

menumbuhkan serta memberikan pengayoman terhadap prakarsa dan pemenuhan

kebutuhan pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat. Pelayanan yang

diharapkan dan menjadi tuntutan pelayanan publik oleh organisasi publik yaitu

pemerintah lebih mengarah pada pemberian layanan publik yang lebih

professional, efektif, efisien, responsif, transparan, dan akuntabel.

Dewasa ini masyarakat semakin modern sehingga kebutuhannya semakin

kompleks. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat melakukan berbagai usaha, seperti halnya di Kabupaten Serang dalam


rangka meningkatkan pelayanan dan percepatan pembangunan membentuk

Kecamatan–Kecamatan baru. Kecamatan merupakan organisasi/lembaga

perangkat daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas pemerintah kabupaten/kota yang di limpahkan bupati/walikota. Seperti

halnya pada Kecamatan Gunung Sari yang terbentuk atas dasar Peraturan daerah

Kabupaten Serang Nomer 19 Tahun 2003 yang merupakan hasil pemekaran dari

Kecamatan Pabuaran di Kabupaten Serang. Salah satu tujuan dari wilayah

memekarkan diri menjadi Kecamatan adalah agar pelayanan publik dapat

terlaksana dengan baik ,artinya kesejahtraan masyarakat dapat di tingkatkan dan

dapat mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Terutama pada

pelayanan pokok yang di berikan oleh aparatur Kecamatan terhadap Masyarakat.

Sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

Disebutkan bahwa "Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa

daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah

menjadi dua daerah atau lebih". Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (4), disebutkan

"Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagai-mana

dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia

penyelenggaraan pemerintahan".

Bila melihat dari Keputusan Menteri dalam Negeri (Kepmendagri) No.04

tahun 2000 tentang Syarat pemekaran yaitu:

a. Jumlah Penduduk,berdasarkan Kepmendagri jumlah penduduk dalam

pemekaran kecamatan untuk wilayah Jawa dan Bali minimal 10.000


jiwa.kecamatan Gunung sari memenuhi kriteria jumlah penduduk yang di

sebutkan oleh Kepmendagri dengan jumlah penduduk mencapai 20054.

b. Luas Wilayah,berdasarkan Kepmendagri Luas wilayah yang akan di

mekarkan untuk wilayah Jawa dan Bali minimal 7,5 km persegi.kemudian

jika melihat Kecamatan Gunung Sari yang memiliki Luas Wilayah

mencapai + 7,5 Km persegi.

c. Jumlah Desa/Kelurahan,Kecamatan yang di mekarkan menurut

Kepmendagri No.04 Tahun 2000 minimal terdiri 4 Desa/Kelurahan.

Sedangkan Kecamatan Gunung Sari memiliki 7 Desa.

Maka jika melihat dari Kriteria di atas Kecamatan Gunung Sari sudah

memenuhi syarat yang tertuang pada Keputuan Menteri dalam Negeri sebagai

Kecamatan baru hasil pemekarkan dari Kecamatan Pabuaran sebagai Kecamatan

yang berdiri sendiri dengan jumlah penduduk 20054 (hasil observasi di kantor

Kecamatan Gunung Sari) Kecamatan Gunung Sari ini memiliki Visi

“Terwujudnya Pelayanan masyarakat untuk kesejahteraan yang lebih baik, serta

terdepan, islami dan berkeadilan “ visi Kecamatan Gunung Sari sebagai

pendukung suksesnya Visi dam Misi Kabupaten Serang” Sedangkan salah satu

Misi dari Kecamatan Gunung Sari iyalah “Memberikan Pelayanan yang optimal

kepada masyarakat”.

Sebelum dibentuknya Kecamatan Gunung Sari masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan tidaklah mudah, memerlukan biaya dan waktu yang tidak

sedikit karena letak kantor Kecamatan terdahulu sebelum dimekarkan jaraknya

cukup jauh. Maka tidaklah mengherankan jika pada waktu itu banyak masyarakat
mengabaikan pentingnya kewajiban sebagai warga negara yang baik dengan tidak

melengkapi diri dengan berbagai catatan sipil sebagai identitas diri sehingga

pemerintah sulit memberikan akses pelayanan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut

pemerintah akhirnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dengan

melakukan pemekaran wilayah. Namun ironisnya walau sudah menjadi

Kecamatan yang berdiri sendiri dalam hal kartu tanda penduduk saja menurut

hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti, masyarakat yang memiliki KTP

dengan yang belum memiliki KTP jumlahnya sangat memprihatinkan. Dimana

jumlah wajib KTP di Kecamatan Gunungsari berjumlah 12.026 jiwa, yang hanya

memiliki KTP berjumlah 5.064 jiwa dan yang belim memiliki KTP berjumlah

6.962 jiwa.

Realisasi tentang tujuan pemekaran wilayah dalam peningkatan kualitas

pelayanan nampaknya belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Pembentukan

Kantor Kecamatan Gunung Sari yang diharapkan banyak dapat menjawab

permasalahan yang ada, Ternyata belum dapat berkata banyak dengan melihat

kualitas pelayanan yang diberikan belum maksimal. Hal yang tidak dapat di tawar

lagi bahwa pelayanan yang maksimal merupakan hak bagi semua mayarakat dan

pemerintah wajib memberikan pelayanan sebagai bentuk pengabdian pada

masyarakatnya. Namun hal tersebut rupanya masih menjadi momok yang masih

belum terwujud. Kualitas pelayanan di kecamatan gunung sari hasil pemekaran ini

masih kurang maksimal hal ini terlihat dari :

Pertama, dari segi kecepatan pelayanan administrasi yang masyarakat lakukan

yang di berikan oleh penyelenggara pelayanan yang lamban dan melebihi waktu
yang di tetapkan. pelayanan administrasi setelah Kecamatan Gunung Sari

terbentuk menurut masyarakat masih dirasa kurang maksimal. Adapun dari semua

jenis pelayanan yang diberikan di Kecamatan Gunung Sari dan waktu

penyeleaianya dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Jenis pelayanan di Kecamatan Gunung Sari

Standar Fakta waktu


No Jenis pelayanan waktu penyelesaianya

1 KTP 2 Hari 2-5 hari

2 KK 3 Hari 1 minggu

3 Akte Tanah 3 Hari + 1 minggu

4 Surat Akte kelahiran 5 hari + 5 hari

5 Surat Pendistribusian Raskin 2 hari + 2 hari

Sumber: hasil observasi lapangan

Berdasrkan tabel di atas dapat diketahui jenis pelayanan dan waktu

penyelesaian pelayanan di Kecamatan Gunung Sari. Dimana terdapat masalah

dalam waktu penyelesaian pelayanannya. Misalnya saja dalam penyelesaian

pelayanan kartu tanda penduduk(KTP) dan Kartu Keluarga (KK), Akte kelahiran,

Akte Tanah, Surat pendistribusian raskin yang melebihi standar waktu yang telah

di tetapkan. Ketidak konsistenan dalam penyelesaian pelayanan merupakan hal

yang miris terjadi di lingkungan organisasi yang tentu sagat merugikan

masyarakat.
Kedua, Masalah yang di temukan dalam hasil observasi yang peneliti

lakukan yakni sarana dan prasarana yang tersedia belum memadai baik sarana

operasional, fasilitas fisik serta prasarana pendukung lainya. Dapat diambil salah

satu contoh kurang memadainya tempat menunggu untuk masyarakat yang akan

melakukan pelayanan. Sehingga masyarakat yang akan melakukan pelayanan

seperti di telantarkan hal ini di karenakan jumlah tempat duduk yang tidak

memadai dengan jumlah masyarakat yang melakukan pelayanan. Sehingga pada

akhirnya tidak sedikit masyarakat yang kelelahan berdiri mununggu giliranya

dilayani oleh pihak Kecamatan.

Ketiga, Masalah yang peneliti temukan dalam observasi lapangan yaitu

Kurang responya petugas pelayanan kepada masyarakat yang hendak melakukan

pelayanan. Kurangnya perhatian terhadap pengguna layanan secara individual

yang di berikan oleh pihak penyelenggara pelayanan.Sehingga masyarakat yang

akan melakukan pelayanan kebingungan dan tidak merasa nyaman dan

terbantu.Karena tidak semua masyarakat tahu bagaimana prosedur tahapan alur

pelayanan di kantor Kecamatan tersebut.

Keempat, masalah yang di temukan oleh peneliti dilapangan yaitu dari segi

kedisiplinan pegawai Kecamatan. Misalnya saja dari observasi lapangan peneliti

menemukan masalah salah satunya yakni kehadiran Camat yang tidak maksimal.

Hal lain yang di temukan peneliti ialah kurangnya kedisiplinan pegawai dalam

waktu masuk dan pulang kantor. Seharusnya pegawai Kecamatan mulai bekerja

dari pukul 07:30 s/d 17:00 WIB. Namun dari hasil observasi lapangan peneliti

menemukan masalah tidak sedikit pegawai yang masuk melebihi waktu yang di
tetapkan yakni rata-rata masuk kantor pada pukul 08:15 WIB dan pulang lebih

awal sekitar pukul 15:00 WIB kantor kecamatan sudah sepi pegawai.Hal ini tentu

menghambat dan merugikan masyarakat yang seharusnya memperoleh pelayanan

yang optimal. Pembentukan Kecamatan dimaksudakan untuk memeprmudah

masyarakat dalam mengakses pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing –

masing. Namun rupanya untuk mendapatkan pelayanan yang prima rupanya

masih menjadi hal yang sulit di capai,Salah satu penyebabnya yaitu kurang

disiplinanya pegawai dalm hal masuk dan pulang kantor.dimana pada saat jam

masuk kerja pegawai dan jam pulang kerja pegawai mangkir dari pukul waktu

yang telah di tetapkan sebelumnya.

Kelima, dari observasi lapangan yang peneliti lakukan menemukan Adanya

perbedaan atau perlakuan pegawai Kecamatan kepada masyarakat yang akan

melakukan pelayanan (Diskriminatif). Misalnya saja bila yang hendak melakukan

pelayananya tersebut masyarakat dari kalangan orang biasa atau mungkin masuk

kedalam golongan bawah dalam status sosialnya, pegawai Kecamatan bersikap

kurang perhatian dan kurang ramah. Namun sebaliknya bila yang hendak

melakukan pelayananya itu orang yang terpandang sampai dengan orang yang

memiliki status sosial di daerah lingkup Kecamatan cenderung lebih diperhatikan

dan di dahulukan. Jadi tidak semua masyarakat mendapat perlakuan yang sama

oleh pegawai Kecamatan tergantung siapa yang akan melakukan pelayanan.

Hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat perlakuan lebih di perhatikan

kebutuhan dan didahulukan pelayananya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hak
sebagai warga yang berhak mendapatkan perlakuan yang sama sebagai warga

negara Indonesia.

Dari uraian di atas di simpulkan bahwa perlu dilakukan penelitian

mengenai “Kualitas Pelayanan Publik Di Kantor Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Serang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada

beberapa hal yang dapat diidentifikasikan guna mengerucutkan permasalahan,

meliputi :

1. Waktu penyelesaian pelayanan di kecamatan Gunungsari baru selesai

melebihi standar waktu yang telah di tetapkan.

2. Kurang memadainya tempat menunggu untuk masyarakat yang akan

melakukan pelayanan.

3. Kurang responya petugas pelayanan kepada masyarakat yang hendak

melakukan pelayanan.

4. Kurang disiplinanya pegawai Kecamatan dalam kehadiran dan waktu

masuk dan pulang kantor..

5. Adanya perbedaan atau perlakuan pegawai Kecamatan kepada

masyarakat yang akan melakukan pelayanan


1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terjadi di Kantor

Kecamatan Gunung Sari, maka peneliti melakukan batasan ruang lingkup

permasalahan yang akan diteliti, yaitu kualitas pelayanan publik di Kantor

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang.

Berdasarkan batasan masalah tersebut, untuk mengkaji lebih mendalam

tentang kualitas pelayanan publik di Kecamatan Gunung Sari. Maka peneliti

mengarahkan untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah sebagai

berikut : Bagaimana kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan

Gunung Sari?

1.4 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan batasan dan rumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini peneliti berusaha menganalisis, mengidentifikasi dan

mendeskripsikan dari rumusan masalah penelitian. Dalam hal ini maka penelitian

bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kualitas pelayanan publik di

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Akademis/Teoritis


1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan

keilmuan dan pengetahuan, karena akan menambah khasanah

keilmuan dan pengetahuan yang ada terutama yang berkaitan dengan

pelayanan publik.

2) Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya mengenai

dampak Pemekaran dan tentang kualitas pelayanan di Kantor

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Dari hasil penelitian, diharapkan mampu memberikan masukan yang

berguna bagi Pemerintah dan secara khusus bagi pihak yang terkait

yaitu di Kecamatan Gunung Sari.

2) Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna untuk

pengembangan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah

diperoleh peneliti selama mengikuti program pendidikan di Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

1.6 Sistematika Penulisan

Sisitematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum

tentang penelitian yang dilakukan, sistematika penulisan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang

lingkup dan kedudukan masalah yang diteliti.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menyebutkan permasalahan yang muncul atau

yang ada pada obyek yang diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan

pada studi pendahuluan ke obyek yang diteliti, observasi dan wawancara

ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah dan menghemat penelitian maka penelitian

membatasi dan merumuskan masalah. Pembatasan masalah mencakup

pembatasan lokus dan fokus penelitian. Sedangkan perumusan masalah

adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan berdasarkan

desain penelitian. Perumusan masalah disusun dengan memperhatikan

maksud dan tujuan penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah

dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan

rumusan masalah penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Sub bab ini menjelaskan manfaat teoritis atau kegunaan terhadap

dunia akademik dan manfaat praktis (membantu memecahkan dan


mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti) hasil

penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Sub bab terakhir pada bab pendahuluan ini adalah sistematika

penulisan yaitu menjelaskan bab per bab secara singkat dan jelas.

BAB II. DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh

konsep penelitian yang jelas.

2.2 Kerangka Berfikir

Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari

deskripsi teori.

2.3 Asumsi Dasar

Pada sub bab ini memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan

yang diteliti dan akan diuji kebenarannya.

BAB III. METOD0LOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Instrumen Penelitian


Sub bab instrumen penelitian menjelaskan tentang proses

penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam sub bab ini menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal

penelitian. Selain itu, menjelaskan penetapan besarnya sampel dan teknik

pengambilan sampel serta rasionalisasinya.

3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai

dengan sifat data yang diteliti.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian yang

dilaksanakan.
BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang

teori dan hasil – hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti,

melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai

referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prdiksi terhadap hubungan

antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarahAdapun yang

dimaksud dengan teori, dimana teori (theoria) kadang – kadang disebut sebagai

hukum atau dalil. Sistem yang terdiri dari dalil – dalil dan hipotesa – hipotesa

dengan dasar tertentu Demikian pula hubungan dalam penelitian ini, teori yang di

pergunakan adalah teori yang berisikan konsep – konsep yang saling berhubungan

untuk menjelaskan hubungan antara variabel yang akan di teliti.

2.1.1 Teori Kualitas Pelayanan Publik

Istilah Pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan

pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani

adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.

Pengertian Pelayanan menurut Kotler dalam Sinambela (2006:4) adalah

“setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan
menawarkan keputusan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara

fisik.”

Sedangkan menurut Lukman dalam Sinambela (2006:5) bahwa pelayanan

adalah “suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung

antara seseorang dengan orang lain atau masih secara fisik dan menyediakan

kepausan pengggan.”

Pendapat lain mengenai pelayanan menurut Gronross dalam Ratminto dan

Winarsih (2006:3) :

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang


bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat
adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal – hal lain
yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan
untuk pemberi pelayanan yang di maksudkan untuk memcahkan
permasalahan konsumen/ pelanggan.”

Pelayanan berkaitan erat dengan masyarakat. Sehingga pelayanan lebih

dikenal dengan istilah pelayanan publik. Publik berasal dari bahasa inggris Public

yang berarti masyarakat umum dan negara, kata publik dalam bahasa indonesia

diartikan sebagai umum orang banyak dan ramai.Pelayanan publik menurut

Sinambela (2006:5) adalah “ pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat

oleh penyelenggara negara”

Pendapat lain mengenai pelayanan umum dikemukakan oleh Moenir

(2006:26) adalah

“ kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan


landasan faktor material, melalui sistem, prosedur dan metode tertentu
dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya”
Secara Teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarya adalah memuaskan

masyarakat untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang

tercermin dari asas – asas pelayanan publik berdasarkan Surat Keputusan Mentri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor( Kepmen PAN) No.63 Tahun 2003,

dalam sinambela (2006:5) yaitu :

a. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta

mudah dimengerti

b. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang – undangan.

c. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsif efisiensi dan

efektivitas.

d. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan

suku, ras, dan agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban : pelayanan yang memperhitungkan

aspek keadilan antara pembeli dan penerima pelayanan.

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik

guna mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas
barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. Menjelaskan bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan :

1. Kepentingan umum;

2. Kepastian hukum;

3. Kesamaan hak;

4. Keseimbangan hak dan kewajiban;

5. Ke profesionalan;

6. Partisipatif;

7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

8. Keterbukaan;

9. Akuntabilitas;

10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

11. Ketepatan waktu; dan Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

Kepuasan masyarakat sangat perlu diperhatikan oleh aparat pemberi

pelayanan untuk mengetahui kualitas pelayanan publik. Indikator kepuasan

masyarakat tersebut menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(MEN.PAN) No.25 Tahun 2004 terdiri dari 14 unsur, yaitu :

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan;
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif

yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya;

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas

yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan

tanggung jawabnya);

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai ketentuan yang berlaku;

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan;

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan

ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan

pelayanan kepada masyarakat;

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan;

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan

dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

ramah serta saling menghargai dan menghormati;


10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

terhadap besamya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana

pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan

rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

14.Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan

lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang

digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan

pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan

pelayanan.

Sedangkan menurut Fitzsimmons dalam Budiman dalam Sinambela

(2006:7 ) terdapat lima indikator pelayanan publik, yaitu

a. Reliabilty : pemberian pelayanan dengan tepat dan benar


b. Tangibles : penyedian yang memadai sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
c. Responsiviness : keinginan melayani konsumen dengan cepat.
d. Assurance : tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam
memberikan pelayanan.
e. Empathy : tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan bersama.
Dalam pelayanan menurut Sinambela (2006:8) aparat pelayanan

hendaknya memahami variabel – variabel pelayanan prima seperti yang terdapat

dalam agenda perilaku pelayanan prima sektor publik SESPANAS Lembaga

Administrasi Negara, variabel – variabel itu anata lain:

a. Pemerintah yang bertugas melayani


b. Masyarakat yang dilayani pemerintah
c. Kebijaksanaan yang disajikan landasan pelayanan publik
d. Peralatan atau sarana pelayanan yang canggih
e. Resorces yang tersedia untuk diracik dalam bentuk kegiatan pelayanan
f. kualitas pelayanan yang merumuskan masyarakat sesuai dengan standar
dan asas pelayanan masyarakat
g. Manajemen dan kepemimpinan serta organisasi pelayanan masyarakat
h. Perilaku pejabat yang terlibat dalam pelayanan masyarakat, apakah
masing – masing telah menjalankan fungsi mereka.

Kemudian Selanjutnya yang akan Dipaparkan berikutnya yaitu tentang

kualitas.Istilah Kualitas telah didefinisikan dalam banyak cara. Kualitas menurut

Kamus Bahasa Indonesia yaitu tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan

pengertian kualitas menurut Goetsch dan Davis (1994:4) dalam Arief (2007:117)

bahwa kualitas merupakan “suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan.

Menurut Tjiptono (1995) dalam sarah (2011:27) terdapat lima sumber

kualitas, yaitu

a. Program, kebijakan dan sikap yang melibatkan komitmen dari


manajeman puncak.
b. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik waktu maupun
detail
c. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif
produk sebelum ke pasar.
d. Kebijakan produksi dengan tenaga kerja yang menekankan peralatan
yang terpelihara dengan baik pekerja yang terlatih dengan baik dan
penemuan penyimpanan secara cepat.
e. Manajeman vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama

Konsep kualitas menurut Tjiptono (1996) dalam Tangkilisan (2005:209)

memiliki dua dimensi, yaitu :

a. Dimensi produk, memandang kualitas barang dan jasa dari persfektif


drajat konformitas dengan spesifikasinya yakni memandang kualitas
dari sosok yang dapat dilihat, kasat mata dan dapat diidentifikasikan
melalui pemeriksaan dan pengamatan.
b. Dimensi lingkungan anatara produk dan pemakai merupakan suatu
karakteristik lingkungan dimana kualitas produk adalah dinamis,
sehingga produk harus disesuaikan dengan perubahan dari pemakai
produk.
Sementara itu Menurut Juran dalam Arief (2007:112), unsur-unsur dari

kualitas jasa adalah sebagai berikut :

1. Feature (keistimewaan jasa)


2. Performance (kinerja jasa)
3. Competitiveness (daya saing)
4. Promptness (ketepatan waktu)
5. Courtesy (kesopanan)
6. Process capability (kemampuan proses)
7. Freedom from errors (bebas dari kesalahan dan kekurangan)
8. Conformance to standars, procerdures (kesesuaian dengan standar,
prosedur)

menurut Sinambela (2006:6) Kualitas memiliki definisi konvensional dan

strategis. Kualitas dalam definisi strategis adalah segala sesuatu yang mampu

memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan, sedangkan definisi konvensional

dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk,

seperti :
a. kinerja,
b. keandalan,
c. mudah dalam penggunaan, dan
d. estetika.

Sedangkan Menurut Gasperz dalam sinambela (2006:6) Kualitas mengacu

kepada pengertian pokok :

1. kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan


atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan kepuasan
atau penggunaan produk.
2. kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekuarangan atau
kerusakan.

Sementara itu Valerie A. Zeithamel, A. Parasuraman, dan Leonard L.

Berry (1990) dalam Tjiptono (2008:108) menyatakan bahwa dalam menilai

kualitas jasa/pelayanan,terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa /pelayanan, yaitu ten

dimension of SERVQUAL (SERVice QUALity) :

1. Realibility yang meliputi konsitensi kerja dan kemampuan untuk di


percaya.
2. Responsivioness, yang merupakan kemampuan atau kesiapan sumber
daya manusia dalam memberikan jasa layanan yang dibutuhkan
pelanggan.
3. Competence, Artinya setip orang dalam suatu perusahaan atau lembaga
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar
memberikan jasa tertentu.
4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui.
5. Courtsey, meliputi sikap sopan santun,respek,perhatian, dan keramahan
yang dimiliki petugas.
6. Comunication, artinya member informasi kepada pelanggan dalam bahas
yang dapat merreka pahami.
7. Credilibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
8. Security, Yaitu aman dari bahaya,resiko atau keragu-raguan.
9. Understanding/Knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami
kebutuhan pelanggan.
10. Tanggibles, yaitu bukti fisik,peralatan yang digunakan dan penampilan
fisik karyawan.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan

adanya dimensi mutu pelayanan yang siling tumpang tindih satu dengan yang

lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Menurut Zaithamel, Berry

dan parasuraman (1990) dalm Sarah (2088:43) telah melakukan berbagai

penelitian terhadap beberapa jenis jasa,sehinggaa selanjutnya dimensi tersebut

difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan yang digunakan

oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitatas pelayanan yaitu :

1. Relibility is ability to perform the promised servise dependably and

accuratery. Dimensi Realibility adalah kemampuan untuk

menyelenggarakan pelayanan secara handal dan akurat. Hal ini merujuk

konsitensi penyelenggaraan layanan sesuai dengan apa yang telah

dijanjikan. Kepastian dalam pelayanan merupakan sebuah keharusan

sebab pada sisi inilah akan dibina rasa kepercayaan antara pengguna

layanan dan organisasi penyedia layanan. Oleh karena itu konsistensi

pelayanan merupakan sebuah kondisi yang hendaknya hadir dalam setiap

penyelenggaran pelayanan.

2. Responsiviness, is willingness to help customer and to provivide prompt

service. Dimensi Responciviness adalah kesediaan untuk membantu

pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan tepat waktu. Hal ini

merujuk kepada ketanggapan dari petugas pelayanan yang akan

meningkatkan rasa kenyamanan pengguna layanan. Meskipun organisasi


publik tidak menghadapi masalah dengan kekhwatiran akan kehilangan

pelanggan akan tetapi dalam negara demokrasi,masyarakat atau warga

negara adalah fokus perhatian dari penyelenggaraan pemerintahan.

3. Assurance is Knowledge and courtesy of employees and their ability

inspire trust and confidence. Dimensi Assurance adalah pengetahuan dan

keramahan petugas pemberi layanan serta kemampuan mereka untuk

menginspirasi kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna layanan.

Aspek ini salah satu yang paling di harapkan pelanggan. Petugas yang

ramah akan menjadi salah satu faktor determinan bagi pengguna layanan

untuk memberikan penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan.

Hal yang penting lainya adalah cara penyampaian penjelasan atau

penjelasan yang disampaikan petugas layanan.semakin ramah dan sopan

penyampaian penjelasan pelayanan maka akan semakin baik pula

penerimaan pengguna layanan yang disajikan.

4. Emphaty is Caring Individualized attention the form provides its.

Dimensi Emphaty adalah kepedulian dan perhatian terhadap pengguna

layanan secara individual yang diberikan oleh pihak penyelenggara

pelayanan.

5. Tanggibles is phisycal facilities,equipment, and appearance of personal.

Aspek kelima adalah Tanggibles yaitu fasilitas fisik, Perlengkapan, dan

penampilan petugas pelayanan. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang

terlihat dalam pelayanan seperti fasilitas ruang tunggu, sistem

komputerisasi yang berjaring sehingga memudahkan alur informasi dan


lain sebagainya.tentunya semakin baik alat-alat tersebut dan dapat

diandalkan menurut persepsi pengguna layanan maka akan

mempengaruhi penilaian terhadap kualitas pelayanan.

menurut Zeithaml, Berry dan parasuraman dalam Arief (2007:135)

menjelaskan Dimensi Kualitas pelayanan, menyatakan bahwa terdapat lima

dimensi kualitas pelayanan yaitu:

1. Tangibels (bukti langsung), yaitu penampilan fasilitas – fasilitas


fisik, perlengkapan, peralatan, penampilan pegawai, dan sarana
komunikasi yang disediakan.
2. Realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberi janji
terhadap pelayanan yang meliputi dua hal yaitu dapat dipercaya dan
akurat (tepat dan diteliti).
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan untuk membantu
para pengguna dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.
4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan para
karyawan dan kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pengguna.
5. Empathy (emapati), yaitu perhatian atensi perorangan dan
perusahaan kepada pengguana.

Dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan

Parasuraman tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang

mereka terima. Jika kenyataanya pelanggan menerima pelayanan melebihi

harapanya,maka pelanggan akan mengatakan pelayananya berkualitas dan jika

sebaliknya pelanggan menerima pelayanan yang kurang atau sama dari harapanya,

maka pelanggan akan mengatakan pelayananya tidak berkualitas atau tidak

memuaskan.
Berdasarkan pada konsepsi tersebut Zeithaml, Berry dan parasuraman

(1985) dalam Sarah (2011:45) menyimpulkan tiga kondisi yang mengekspresikan

kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan yang diterimanya yaitu:

1. Saat harapan pelanggan lebih rendah dari persepsi terhadap


pelayanan yang diperoleh, maka hal tersebut menjadi kejutan yang
menyenangkan nagi pengguna layanan.
2. Pada saat harapan pelanggan sesuai dengan persepsi terhardap
pelayanan yang di peroleh maka pelanggan akan merasa puas.
3. Pada saat harapan pelanggan lebih besar dari pada persepsi terhadap
pelayanan yang diperoleh maka pelanggan akan merasa tidak puas
terhadap pelayanan.

Sementara itu, Zeithaml, Berry, dan parasuraman dalam Aief (2007:136)

mengemukakan bahwa menejemen pelayanan yang baik tidak bisa diwujudkan

karena adanya 5 gap yaitu:

1. Gap 1 (Gap between consumer expection and management


perception).kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi
manajemen timbul karena manajemen tidak selalu awas,tidak
mengetahui sepenuhnya keinginan konsumen.
2. Gap 2 (gap between management perception and service quality
specifications). Gap persepsi kualitas akan terjadi apabila terdapat
perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan-harapan
konsumen dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang di rumuskan.
3. Gap 3 (gap between service quality specivication and service
delivery). Gap ini lahir karena adanya kesenjanagn jasa dan
penyampaian jasa.
4. Gap 4 (gap between service delivery and externak comunications).

Gap 4 lahir sebagai kesenjanagan jasa dan komunikasi ekstenal

dapat menjadi akibat pebedaan antara jasa yang diberikan dan janji-

janji yang di berikan.


5. Gap 5 (gap between perceived service and expected service). Gap
ini terjadi kerena pelayanan yang di harapkan oleh konsumen tidak
sama dengan pelayanan yang senyatanya diterima atau dirasakan
oleh konsumen.

Gambar 2.1
The conceptual Model of Service Quality
(Konseptual Model Kualitas Pelayanan)
Customers (Konsumen)
Past eksperiance
World-of-mouth Personal needs

(Kebutuhan individu) ( Pengalaman masa lalu)


Comuniocation

(komunikasi) Expected Service

(Pelayanan yang di harapkan)

Gap 5

Percaived Service

(Pelayanan yang diterima)

Gap 4
Provuders( Penyelenggara) Service Delivery
External Comunication to
(Pelayanan yang diberikan) customers

(Komunikasi external)
Gap 3
Service Quality specifikation

(Pelayanan yang di berikan)

Gap 1
Gap 2
Manajemen Perception of Customer
expection

(Persepsi manajemen tentang keinginan


konsumen)

Sumber : diadaptasi oleh Arief (2007:138) dari Zeithaml, Parasuraman & Berry.
Selanjutnya Zeithaml, Berry, dan parasuraman dalam Arief (2007:139)

Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya gap. Misalnya gap 1 (gap persepsi

manajemen) atau adanya perbedaan antara harapan-harapan konsumen dengan

persepsi manajemen terhadap harapan-harapan konsumen, terjadi karena faktor-

faktor berikut:

1. Perusahaan atau Organisasi Kurangnya riset pemasaran atau tidak


menggunakan temuan-temuan riset yang berfungsi untuk
pengambilan keputusan tentang keinginan.
2. Ketidakcukupan komunikasi ke atas di dalam organisasi
penyuelenggara pelayanan
3. Banyaknya tingkatan-tingkatam dalam struktur organisi akan
menjauhkan jarak pengambilan keputusan dari ats ke bawah atau
sebaliknya.
4.
Gap 2 (Gap persepsi kualitas) atau perbedaan antara persepsi manajemen

tentang harapan-harapan dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan

disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Kurangnya komitmen manajemen terhjadap kualitas pelayanan.


2. Tidak adanya standar.

Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan) yaitu perbedaan pelayanan yang

di berikan dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang telah dirumuskan, timbul

karena:

1. Role ambiguity, yaitu kecenderungan yang menumpa pegawai


terhadap kondisi bimbang dalam memberikan pelayanan.
2. Role conflict, adanya konflik peran
3. Tidak cada kesesuaian antara skill pegawai-bidang yang sesuai.
4. Kurangnya tekhnologi yang sesuai.
5. Tidak ada kesesuaian antara sistem kontrol dengan sistem imbalan
bagi pegawai.
6. Kurang teamwork
Gap 4 (Gap komunikasi pasar) atau adanya perbedaan antara pelayanan

yang diberikan dengan komunikasi eksternal terhadp konsumen terjadi karena

faktor-faktor:

1. Kurangnya komunikasi horizontal


2. Kencenderungan menjanjikan sesuatu pada pelanggan secara
berlebihan.

Sedangkan gap 5 (Gap kualitas pelayanan) atau perbedaan pelayanan yang

di harapkan oleh konsumen dengan pelayanan yang senyatanya diteima atau

dirasakan oleh konsumen,terjadi sebagai akibat dari akumulasi empat macam gap

tersebut diatas.

Berdasarkan penelitianya tersebut Zeithmal. Berry dan Parasuraman

mengidentifikasi bahwa fokus pengukuran kualitas pelayanan adalah gap ke lima

yaitu kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan pelayanan yang

diharapkan oleh pengguna layanan. Oleh Karenanya, pengukuran kualitas

pelayanan (measuring service quality) pada prisipnya adalah memperoleh skor

kesenjangan berdasarkan selisih antara persepsi (P) dan Ekspekltasi (E) Pengguna

layananatas pelayanan yang diajukan oleh penyelenggara layanan. Sehingga

muncul rumus Q (kualitas Pelayanan) = (P) Persepsi – (E) Ekspektasi.

Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1990) dalam Sarah (2011:55)

mengembangkan sebuah pengukuran multi-item dengan 22 pertanyaan/ item

instrument yang di sebut item SERVQUAL untuk mengukur lima

dimensi/indikator dari kualitas pelayanan. Instrumen SERVQUAL ini terbagi


menjadi dua bagian yaitu item ekspektasi dan item persepsi. 22 pertanyaan/item

instrumen dalam survey mewakili dan menggambarkan 5 dimensi kualitas

pelayanan. Penggunaan 22 peertanyaan/ item instrumen adalah untuk menilai

ekspektasi dan persepsi Customer (pelanggan) terhadap kualitas pelayanan.

Prosedur ini di hasilkan dari perbaikan item pengukuran (SERVQUAL) dengan

22 item yang tersebar diantara 5 dimensi/indikator kualitas pelayanan.

Tabel 2.1

Pengukuran dimensi kualitas pelayanan

Dimension Label Number Of Item Items


Tangibles F1 4 Q1
Q2
Q3
Q4
Realibility F2 5 Q5
Q6
Q7
Q8
Q9

Responsiviniess F3 4 Q10
Q11
Q12
Q13
Assurance F4 4 Q14
Q15
Q16
Q17
Emphaty F5 5 Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Sumber: Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1990)
Dengan demikian pengertian kualiats secara singakat yaitu bahwa kualitas

adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan

pelanggan secara tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi kebutuhan.

2.2 Kerangka Berfikir

Dalam Proses penelitian perlu di buat suatu pola / kerangka pemikiran yang

benar dengan memperhatikan beberapa konsep teori yang di kemukakan oleh para

ahli serta acuan – acuan lain yang di anggap relevan dengan judul penelitian ini.

Peneliti menekankan bahwa, pemekaran wilayah bukanlah suatu hal yang

baru di Indonesia pada era otonomi daerah, pemekaran wilayah berkaitan erat

dengan pelayanan publik, karena salah satu tujuan dari pemekaran wilayah adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui

peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Kecamatan Gunung Sari terbentuk berdasarkan peraturan daerah Kabupaten

Serang Nomor 19 Tahun 2003 Kabupaten Serang. Pemekaran wilayah Kecamatan

seharusnya dapat mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

khususnya pada pelayanan-pelayanan yang ada di Kecamatan Gunung Sari. Akan

tetapi dalam pelaksanaannya kurang efektif karena masih ada hal-hal yang kurang

diperhatikan respon oleh aparat pemberi layanan di Kecamatan Gunung Sari dan

pada kenyataannya yang terjadi dengan pelaksanaan pemekaran wilayah ini

pelayanan publik menjadi kurang dinikmati secara wajar oleh masyarakat Gunung

Sari.Untuk mengetahui berkualitas apa tidaknya suatu pelayanan di suatu instansi


yang mana dalam hal ini Kecamatan Gunung Sari dapat di ukur dengan jalan

melihat kesenjangan antara ekspektasi dan persepsi para penggunanya.

Ekspektasi konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum membeli

prodak atau jasa dan menjadi acuan dalam menilai pelayanan dan membuat

persepsi. Ekspektasi konsumen berperan dalam menentukan kualitas produk

karena merupakan keinginan konsumen tentang kinerja pelayanan yang

seharusnya diterima. Maka setelah konsumen merasakan layanan yang diterima

akan muncul sebuah persepsi dimana seseorang seseorang memberikan

pelayanan,pengamatan, pertimbangan terhadap hal yang di tanggapinya. Dengan

demikian persepsi akan muncul baik persepsi negatif maupun positif setelah

adanya pengamatan dari pengguna layanan yang telah di berikan.Jika kualitas

layanan yang di rasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang di harapkan,

maka dikatakan berkualitas dan memuaskan.

Dalam hal ini Pendapat peneliti menggunakan teori menurut Zeithaml

yang menyebutkan bahwa dimensi kualitas pelayanan, menyatakan bahwa

terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:

1. Tangibels (bukti langsung), yaitu penampilan fasilitas – fasilitas


fisik, perlengkapan, peralatan, penampilan pegawai, dan sarana
komunikasi yang disediakan.
2. realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberi janji
terhadap pelayanan yang meliputi dua hal yaitu dapat dipercaya dan
akurat (tepat dan diteliti).
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan untuk membantu
para pengguna dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.
4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan para
karyawan dan kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pengguna.
5. Empathy (empati), yaitu perhatian atensi perorangan dan perusahaan
kepada pengguana.

Selanjutnya, berdasarkan kualitas pelayanan dari teori yang telah dipaparkan

diatas peneliti menggunakan model Service Quality (SERVQUAL) merupakan

model yang menganalisi skesenjangan antara layanan yang diharapkan (expected

service) dan persepsi masyarakat pengguna jasa pelayanan di Kantor Kecamatan

terhadap layanan yang diterima (perceived service).

Kuesoner yang akan dibuat memiliki dua buah kolom. Kolom pertama

adalah kolom ekspektas responden pada kolom ini pertanyaan yang diajukan

sesuai dengan dimensi dan indikator yang telah dikembangkan dalam

operasionalisasi variable dan lebih merujuk pada ekspektasi responden tentang

bagaimana sedianya (ideal condition) pengguna jasa pelayanan di kantor

Kecamatan Gunungsari Kabupaten Serang. Kolom ini selanjutnya diberi kode (E).

Berikutnya, kolom kedua yaitu kolom persepsi para pengguna jasa

pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang.dalam kolom ini

pertanyaan yang dikembangkan masih mengikuti dimensi dan indikator yang

masih di kembangkan dalam operasionalisasi variable,hanya saja pertanyaan lebih

merujuk pada persepsi responden atas pertanyaan pelayanan di kantor Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Serang. Kolom ini selanjutnya diberi kode (P).

Selanjutnya,berdasarkan devinisi kualitas pelayanan yaitu ketidaksuaian

antara perspeksi pengguna layanan terhadap pelayanan yang diterima dan


ekspektasi pengguna layanan tentang bagaimana sedianya pelayanan tersebut di

selenggarakan, maka Berry,Parasuraman Zeithaml mengembangkan rumus

berikut ini (Tjiptono,2008:121-125):

Q=P-E

Q = Kualitas Pelayanan

P = Persepsi pengguna layanan

E = Ekspektasi pengguna Layanan


Adapun kerangka gambar pemikiran kualitas layanan di kantor Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Serang dapat peneliti gambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Berfikir

Kecamatan Gunung Sari Mengukur kualitas


pelayanan(Zaithaml, Parasuraman,
dan L. Berry)

Identifikasi masalah: 1. Tangible


2. Realibility
1. Waktu penyelesaian
3. Responsiveness
pelayanan di kecamatan 4. Assurance
Gunungsari baru selesai 5. Emphaty
melebihi standar waktu yang
telah di tetapkan Expected Service (E) Perceived Service (P)
2. Kurang memadainya tempat
Pelayanan yang Pelayanan yang
menunggu untuk masyarakat
diharapkan dirasakan
yang akan melakukan
pelayanan.
3. Kurang responya petugas
Kualitas pelayanan di Kecamatan
pelayanan kepada masyarakat
yang hendak melakukan Q=P-E
pelayanan.
4. Kurang disiplinanya pegawai
Kecamatan dalam kehadiran
1. Jika E > P, Berarti nilai yang diterima lebih kecil
dan waktu masuk dan pulang
dari apa yang dirasakan, sehingga konsumen tidak
kantor..
merasa puas.
5. Adanya perbedaan atau
2. Jika E = P, berarti nilai yang diberikan sama
perlakuan pegawai dengan harapan konsume, sehingga konsumen
Kecamatan kepada merasa puas
masyarakat yang akan 3. Jika E < P, berarti nilai yang diterima lebih besar
melakukan pelayanan dari harapan konsumen, sehingga konsumen
merasa puas
Feed back
2.3 Asumsi penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti memiliki

asumsi sebagai berikut:

”Pada saat Harapan/ ekspektasi pengguna layanan masyarakat kantor Kecamatan

Gunung Sari lebih besar dari persepsi terhadap pelayanan yang di peroleh, maka

pengguna layanan di kantor Kecamatan Gunung Sari akan merasa tidak puas

terhadap pelayanan yang diterima atau pelayanan yang ada di kantor Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Serang”


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan untuk mendapatkan

informasi secara tepat dan gambaran yang lengkap dan faktual mengenai

pembentukan Kecamatan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan di kantor

Kecamatan Gunungsari.

Pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yakni suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu situasi kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (Najir 2003:54).

Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti satu variabel saja (variabel

mandiri), yaitu Variabel kualitas pelayanan publik di Kantor Kecamatan Gunung

Sari Kabupaten Serang. Variabel indikator kualitas pelayanan Menurut Pada

penelitian ini peneliti menggunakan teori menurut Zeithaml yang menyebutkan

bahwa dimensi kualitas pelayanan, menyatakan bahwa terdapat lima dimensi

kualitas pelayanan yaitu:


1. Tangibels (bukti langsung), yaitu penampilan fasilitas – fasilitas
fisik, perlengkapan, peralatan, penampilan pegawai, dan sarana
komunikasi yang disediakan.

2. realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberi janji


terhadap pelayanan yang meliputi dua hal yaitu dapat dipercaya dan
akurat (tepat dan diteliti).

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan untuk membantu


para pengguna dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.

4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan para


karyawan dan kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pengguna.

5. Empathy (emapati), yaitu perhatian atensi perorangan dan


perusahaan kepada pengguna.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian digunakan

untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dan diukur dari indikator-indikator

variabel yang diberikan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk

variabel kualitas pelayanan adalah skala pengukuran instrumen dengan

menggunakan Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata-kata antara lain:
Tabel 3.1
Skoring/ Nilai

Jawaban Skor

Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Berikut indikator dari variabel Kualitas Pelayanan Publik di Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Serang , yang akan dipaparkan tentang instrumen dan kisi

– kisi penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kisi-Kisi instrument yang diperlukan untuk mengukur kualitas pelayanan


publik di Kecamatan Gunung Sari kabupaten Serang.

DIMENSI Indikator Sub-Indikator No. Item


Instrumen
KUALITAS  Perlengkapan 1,2
PELAYANAN DI Fasilitas fisik dan peralatan
KANTOR (tangibles)
KECAMATAN  Kebersihan 3
GUNUNGSARI tempat

 Penampilan 4
Pegawai

 Kemampuan 5,6,7
Reliabilitas untuk dipercaya
(reliability) (dependability).

 konsistensi kerja 8,
(performance) 9
 Ketanggapan 10,11
Responsivitas aparatur
(responsiveness)
 Kecepatan 12,13
pelayanan

 Pengetahuan 14,15
Assurance pegawai
(jaminan)  Kesopanan 16,17
pegawai
 Perhatian pada 18
Empathy (emapati) pelanggan 19
20
21
22

Penelitian kuantitatif sangat berbeda dengan penelitian kualitatif, dimana

dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu

sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitatif umumnya peneliti menggunakan

instrumen sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini,

instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah berdasarkan teknik pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Observasi / pengamatan

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan

data dalam suatu penelitian, merupakan suatu studi yang disengaja dan

sistematis tentang keadaan sosial dengan jalan mengamati dan mencatat.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada


pihak yang menjadi obyek penelitian guna mencari data. Wawancara

dilakukan secara berstruktur melalui penyebaran angket.

3. Kuesioner/ angket

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang diajukan

kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan

informasi yang diperlukan oleh peneliti.

4. Studi Dokumentasi

Yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data

sekunder berupa peraturan perundang-undangan, laporan, artikel online,

jurnal online, catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan

masalah yang diteliti.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2005:97) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas subjek / objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.

Populasi pada penelitian ini adalah penduduk di Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Serang yang berusia 17 tahun ke atas, karena pelayanan administrasi

yang di kantor Kecamatan Gunung Sari umumnya dilakukan oleh penduduk yang
berusia 17 tahun ke atas, populasi pada penelitian ini berjumlah 20.054

jiwa,klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin. Seperti dibawah ini :

Tabel 3.3
Daftar Jumlah Penduduk tahun 2010

NO DESA JUMLAH PENDUDUK


LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 CIHERANG 1780 1670 3450
2 GUNUNG SARI 1968 1828 3796
3 TAMIANG 1179 1650 2829
4 SUKALABA 1289 1141 2430
5 KADU AGUNG 1631 1549 3180
6 LUWUK 1068 1043 2111
7 CURUG SULANJANA 1179 1079 2258
JUMLAH 10094 9960 20054
Sumber : Profil Kecamatan Gunung Sari, 2010

Pada penelitian ini tidak semua populasi di jadikan sampel karena

keterbatasan waktu, tenaga dan lain – lain. Dalam menentukan jumlah atau ukuran

sampel (sample size), berdasarkan Sugiyono (2005:98) peneliti menggunakan

rumus Issac and Michael, yaitu sebagai berikut :

 2 .N .P.Q
s
d 2 ( N  1)   2 .P.Q

Keterangan :

2 : dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%


P.Q : 0,5
d : 0,05
s : jumlah sampel.
Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan,

maka Issac and Michael menuangkan rumus tersebut kedalam bentuk tabel

sehingga peneliti dapat dengan langsung menggunakan tabel tersebut dengan taraf

signifikansi 10%. Berdasarkan populasi peneliti sebesar 20.054 jiwa dan peneliti

juga menggunakan taraf kesalahan 10% dengan menggunakan tabel pembantu

Issac and Michael maka di peroleh jumlah sampel sebesar 267 jiwa.

Seterusnya Teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik

pengambilan sampel nonprobability sampling , teknik ini merupakan teknik

sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Setelah jumlah sampel

didapat melalui perhitungan Issac and Michael maka, langkah selanjutnya adalah

menentukan pembagian sampel dengan teknik Acidental Sampling dimana

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data. Proses

pengolahan data merupakan data tahapan, di mana data dipersiapkan,

diklasifikasikan dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses

berikutnya yaitu analisis data. Data yang dikumpul diolah menjadi beberapa

proses berikuti ini:

1. Coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu


2. Editing, yaitu tahap mengoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus

dilakukan secara berulang-ulang dan cermat.

3. Tabulating, yaitu tahapan penyusunan data berdasarkan jenis-jenis data,

serta perhitungan kualitas dan frekuensi data yang disajikan dalam bentuk

tabel-tabel.

Sedangkan teknis analisia data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data deskriktif. Ulber (2010:336) mengemikakan bahwa statiska deskriftif

berhubungan dengan teknik utuk pencatatan, perorganisasian dan peringkasan

informasi dari data numerik. Statistik deskriktif merupakan prosedur-prosedur

mengorganisasikan dan menyajikan informasi dalam satu bentuk yang dapat

digunakan dan dapat dikomunikasikan atau dapat dimengerti. Seperti yang telah

disinggung sebelumnya ,bahwa model service quality (SERVQUAL) merupakan

model yang menganalisis kesenjangan antara layanan yang diharapkan (expected

service) dan persepsi masyarakat pengguna jasa Kecamatan terhadap layanan

yang diterima (perceived service).

Pengukuran menggunakan SERVQUAL didasarkan pada skala multi-item

yang di rancang untuk mengukur ekspektasi dan persepsi penggunaan layanan

Kecamatan serta gap diantara keduanya pada lima dimensi kualitas pelayanan

(tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty). kelima dimensi

tersebut dijabarkan kedalam 22 pertanyaan/pernyataan. dimana 22 pertanyaan

untuk ekspektasi responya di tuangkan dalam bentuk skala likert. Dimana

responden diminta untuk memilih angka diantara angka 1(satu) hingga 4 (empat).

Angka 1(satu) mempersentasikan sikap responden yang sangat tidak setuju


(strongly desagree) terhadap pelayanan yang tertera didalam kuisoner dan

penilaian tersebut memiliki makna bahwa penilaian tingkat layanan yang di

rasakan masih rendah sedangkan angka 4 (empat) menunjukan setidaknya yaitu

sikap responden yang sangat setuju dan penilaian tersebut memiliki makna bahwa

penilaian tingkat layanan yang diasakan sudah tinggi (Tjiptono,2008:121).

Kuesoner yang akan dibuat memiliki dua buah kolom. Kolom pertama

adalah kolom ekspektasi responden. Pada kolom ini pertanyaan/pernyataan yang

diajukan sesuai dengan dimensi dan indikator yang telah dikembangkan dalam

operasionalisasi variabel dan lebih merujuk pada ekspektasi responden tentang

bagaimana sedianya (idel condition) pelayanan pengguna jasa pelayanan di

Kantor Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang. Kolom ini selanjutnya diberi

kode (E).

Berikutnya, kolom kedua yaitu kolom persepsi para pengguna jasa

pelayanan Kecamatan Kabupaten Serang. dalam kolom ini pertanyaan/pernyataan

yang dikembangkan masih mengikuti dimensi dan indikator yang masih di

kembangkan dalam operasionalisasi variabel, hanya saja pertanyaan/pernyataan

lebih merujuk pada persepsi responden atas pertanyaan/pernyataan pelayanan di

kantor Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang,kolom ini selanjutnya diberi

kode (P).

Selanjutnya,berdasarkan devinisi kualitas pelayanan yaitu ketidaksuaian

antara perspeksi pengguna layanan terhadap pelayanan yang diterima dan

ekspektasi pengguna layanan tentang bagaimana sedianya pelayanan tersebut di


selenggarakan,maka Berry,Parasuraman Zeithaml mengembangkan rumus berikut

ini (Tjiptono,2008:121-125):

Q=P-E

Q = Kualitas Pelayanan

P = Persepsi pengguna layanan

E = Ekspektasi pengguna Layanan

Data yang doperoleh melalui instrumen SERVQUAL selanjutnya

dianalisis pada level-level berikut ini (Tjiptono,2008:121-125):

a. Item-by-item analysis. Dalam pertanyaan ini setiap pertanyaan yang

diajukan dalam kuisoner dicarikan skor kesenjanganya.pada skor

yang paling minimum maka dapat dinyatakan perludilakukan upaya

perbaikan yang mengarah pada aspek aspek spesifik dimaksud

dengan rumus:

P1-H1(Persepsi item 1-Ekspektasi item 1),P2-H2(Persepsi item 2-

Ekspektasi item 2) dan seterusnya.dengan maksud menghitung rata-

raya per item.

b. Dimention-by-dimention analysis .pada analysis ini skor rata-rata tip

dimensi baik utuk kolom ekspektasi maupun persepsi dihitung

dengan cermat.selanjutnya skor rata-rata tersebut diaplikasikan

kedalam rumus SERVQUAL. Pada hasil yang paling minimum


maka dapat di rekomendasikan untuk dilakukan upaya-upaya

perbaikan dengan rumus:

PI+P2+P3+P4-H1+H2+H3+H4, dan seterusnya.


4 4
Dimana P1 sampai P4 dan H1-H4 mencerminkan empat pertanyaan

persepsi dan ekspektasi berkaitan dengan dimensi pertama dan

seterusnya.

3.4.1. Uji Validitas Instrumen

Uji Validitas digunakan untuk sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Kevaliditasan instrument menggambarkan bahwa suatu instrument benar - benar

mampu mengukur variabel - variabel yang akan diukur dalam penelitian serta

mampu menunjukan tingkat kesesuaian antar konsep dan hasil pengukuran.

Rumus uji validitas ini menurut Sugiyono (2005:212) adalah:

n  XY   X  Y
r
n  X 2

 ( x) 2 n  Y 2  ( y ) 2 
Dimana :

r : Koefisien Korelasi Product Moment

ΣX : Jumlah skor dalam sebaran X

ΣY : Jumlah skor dalam sebaran Y

ΣXY : Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan

ΣX2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalan sebaran X

ΣY2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n : Jumlah sampel.
3.4.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris Rely, yang berarti

percaya, dan Reliable yang artinya dapat dipercaya. Uji reliabilitas digunakan

untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen

apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau

responden.

Pengujian Reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal konsistensi

dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu penghitungan yang dilakukan

dengan menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan dalam

kuesioner, variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0.30. dengan

dilakukan uji reliabilitas maka akan menghasilkan suatu instrumen yang benar-

benar tepat atau akurat dan mantap. Apabila koefisien reliabilitas instrumen yang

dihasilkan lebih besar berarti intrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup

baik. Rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut :

n ∑ Si²

r11 = ( )(1- )

n–1 ∑ St²

Dimana:

n = jumlah butir

Si2 = Variasi butir

Si2 = Variasi total


3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Kecamatan Gunung Sari Kabupaten

Serang. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut

ini :

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian

Tahun 2011-2012
Kegiatan
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
Perizinan,
Observasi
Awal
Penentuan
Instrumen

Pengolahan
Data
Bimbingan
skripsi

Seminar
Proposal
Penelitian
Revisi
Proposal
Penelitian
Penyebaran
Angket/
kuisioner
Pengolahan
dan analisis
data
Sidang hasil
penelitian
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Geografis Kecamatan Gunung Sari

Kecamatan Gunung Sari adalah Kecamatan yang berada di wailayah

kabupaten Serang, Kecamatan Gunung sari terbentuk atas peraturan daerah

Serang nomer 19 tahun 2003 dan di resmikan pada tanggal 12 mei 2004 oleh

bapak Bupati kabupaten Serang. Kecamatan Gunung Sari memiliki luas wilayah

3.720 Ha dengan jumlah desa sebanyak 7 desa yang terdiri dari :

1. Desa Tamiang.

2. Desa Ciherang.

3. Desa Gunung Sari.

4. Desa Suka Laba.

5. Desa Curug Sulanjana.

6. Desa Kadu Agung.

7. Desa Luwuk.

Dilihat dari letak Geografis Kecamatan Gunung Sari berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Waringin Kurung dan

Kecamatan Mancak

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Taktakan


3. Sebelah Selatan berbatasan dngan Kecamatan Pabuaran

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padarincang

4.1.2 Profil Demografis Kecamatan Gunung Sari

Secara Gambaran umum kecamatan Gunung Sari memiliki jumlah

penduduk sebagai berikut :

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Gunung Sari, 2010

JUMLAH PENDUDUK
NO DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 CIHERANG 1780 1670 3450
2 GUNUNG SARI 1968 1828 3796
3 TAMIANG 1179 1650 2829
4 SUKALABA 1289 1141 2430
5 KADU AGUNG 1631 1549 3180
6 LUWUK 1068 1043 2111
7 CURUG SULANJANA 1179 1079 2258
JUMLAH 10094 9960 20054
Sumber : Profil Kecamatan Gunung Sari,2010

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gunung

Sari adalah sebesar 20054 jiwa. Dari jumlah tersebut Desa Gunung Sari

merupakan desa yang paling banyak penduduknya dikarenakan sebagai ibu kota

Kecamatan, dan desa yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah desa

Luwuk.
Kemudian jika melihat jumlah jiwa menurut kelompok umur sebagai berikut:

Tabel 4.2
Jumlah jiwa menurut kelompok umur, 2010

No Desa 0-1 1-5 5-6 7-15 16-21 22-59 60>

1 CIHERANG 67 128 205 1054 811 1120 65


2 GUNUNG SARI 54 189 232 810 1205 1246 60
3 TAMIANG 59 217 147 311 751 1264 80
4 SUKALABA 42 159 61 494 480 1085 109
5 KADU AGUNG 60 298 243 1104 553 847 75
6 LUWUK 43 204 157 759 294 609 45
7 CURUG 49 135 132 474 538 876 54
SULANJANA
Jumlah 374 1330 1177 5006 4632 7047 488
Sumber : Profil Kecamatan Gunung Sari,2010

Dapat dilihat bahwa usia produktif di Kecamatan Gunung Sari sangat

mendominasi penduduk di Kecamatan Gunung Sari sehingga diharapkan dari ini

dapat membangun perekonomian di Kecamatan Gunung Sari.

Sedangkan bila di tinjau dari Jumlah Rukun Tangga (RT) dan Rukun

Warga (RW) yang ada di Kecamatan Gunung Sari adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Jumlah RT/RW di Kecamatan Gunung Sari, 2010

NO DESA RT RW

1 CIHERANG 12 4
2 GUNUNG SARI 13 3
3 TAMIANG 12 4
4 SUKALABA 9 2
5 KADU AGUNG 11 3
6 LUWUK 11 3
7 CURUG SULANJANA 10 2
JUMLAH 78 21
Sumber: Profil Kecamatan Gunug Sari,2010
Dapat digambarkan bahwa jumlah RT terbanyak di Kecamatan Gunung

Sari adalah di Desa Gunung Sari sebagi ibu kota Kecamatan. Kemudian yang

paling sedikit adalah desa Suka Laba dimana desa tersebut merupakan desa yang

mengalami proses pemekaran,yang mana hasil pemekaran dari desa tersebut yakni

desa Curug Sulanjana sebagai desa baru di Kecamatan Gunung Sari.

Adapun bila melihat gambaran umum tingkat pendididkan yang berada di

Kecamatan Gunung Sari adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Kecamatan Gunung Sari,2010

TINGKAT PENDIDIKAN
N DESA Tidak/belum SD SLTP SLTA D II D III SI SII
O sekolah
1 CIHERANG 918 1875 380 228 19 13 17 0
2 GUNUNG 920 2096 507 230 10 7 25 1
SARI
3 TAMIANG 755 1421 369 240 12 8 24 0
4 SUKALABA 636 1301 326 143 3 7 14 0
5 KADU 851 1706 408 204 6 3 2 0
AGUNG
6 LUWUK 705 1188 144 71 2 0 1 0
7 CURUG 641 1177 305 120 4 1 10 0
SULANJANA
Jumlah 5426 10764 2439 1236 56 39 93 1
Sumber: Profil Kecamatan Gunung Sari, 2010

Jumlah tingkat pendidikan di Kecamatan Gunung Sari masih relatif rendah

yang mana di Kacamatan Gunung Sari Jumlah tingkat pendidikan terbanyak

adalah pada tingkat SD/sederajat. Kemudian pada jenjang perguruan Tinggi

jumlahnya masih relatif rendah karena dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga

yang masih rendah. Sehingga berdampak pada kemampuan orang tua memberikan

pendidikan anaknya kejenjang yang lebih tinggi.


4.1.3 Susunan Organisasi

Susunan organisasi Kecamatan Gunung Sari telah mengacu pada Peraturan

Daerah Kabupaten Serang nomer 3 tahun 2009, Namun ada beberapa jabatan yang

masih belum terisi hal ini di sebabkan jumlah personil aparat Kecamatan yang

masih sedikit.

Adapun jumlah pegawai Kecamatan Gunung Sari adalah sebanyak 15

orang, 9 orang diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2 orang Tenaga Kerja

Kontrak (TKK) dan 4 orang lainya Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Daftar nama

Pegawai Kecamatan Gunung Sari tersebut terdiri dari :

Tabel 4.5
Daftar Nama Pegawai Kecamatan Gunung Sari,2010

No Nama Jabatan Keteranagan


1 Drs. H. Timan Camat PNS
2 Drs.A, Fatoni Ibnu Shofa M.Si Sekmat PNS
3 Siti Rohmah S.Sos Kasubag Keuangan PNS
4 Sukma Jaya S.Ip Kasubag Umum PNS
5 Abu Suja, SE Kasi Tata PNS
pemerintahan
6 Mustandi Kasi Kesejahteraan PNS
Sosial
7 H.Didi Rachmadi Kasi Ekonomi dan PNS
Pembangunan
8 Budi Soedirman Kasi Trantib PNS
9 Tubi S.Sos M.si Kasi PMD PNS
10 Budiman SE Pelaksana TKK
11 Hikmatullah SE Pelaksana TKK
12 Jaed Pelaksana TKS
13 Rohman Pelaksana TKS
14 Tati Laela Pelaksana TKS
15 Supardi Pelaksana TKS
Sumber : Profil Kecamatan Gunung Sari.
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Kecamatan Gunung Sari.

CAMAT

SEKMAT

KELOMPOK JABATAN
FONGSIONAL

KASUBAG KASUBAG
KEUANGAN UMUM

KASI TRANTIB KASI PMD KASI KASI EKBANG KASI KESUS


PEMERINTAHAN

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Sumber : Struktur Kecamatan Gunung Sari,2010


4.1.4 Tugas dan Fungsi Aparatur Pemerintah Kecamatan

4.1.4.1 Tugas

1. Camat

Memimpin, mengkoordinasi serta mengendalikan penyelenggaraan tugas

umum pemerintah dan melaksanakan kewenangan pemerintahan yang

dililmpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan daerah, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku serta melaporkan kegiatan pemerintahan kepada Bupati.

2. Sekertaris Camat

Memimpin, mengkoordinir penyusunan rencana program pengendalian

kegiatan sekretariat, mengendalikan anggaran sekertariat, penyiapan koordinasi

penyusunan kebijakan kepegawaian, pengaturan pengelolaan ketatausahaan,

rumah tangga dan perlengkapan Kecamatan serta pelaksaan pelaporan

akuntabilitas, evaluasi kerja kecamatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Tata Pemerintahan.

Melaksanakan urusan pemerintah, pembinaan administrasi pemerintahan

desa dan administrasi kependudukan, administrasi pertanahan serta membimbing

bawahan, memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan membuat laporan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Kesejahtraan Sosial

Melaksanakan urusan Kesejahtraan Sosial, serta membimbing bawahan,

memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan membuat laporan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.


5. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa

Melaksanakan Urusan Pemberdayaan masyarakat dan desa serta

membimbing bawahan, memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan

membuat laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Ekonomi dan Pembangunan

Melaksanakan Urusan ekonomi dan pembangunan, serta membimbing

bawahan, memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan membuat laporan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

Melaksanakan urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum, serta

membimbing bawahan, memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan

membuat laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.1.4.2 Fungsi

1. Camat

1. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraaan ketentraman dan ketertiban

umum.

3. Pengkoordinasian, penerapan dan penegakan peraturan perundang

undangan.

4. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

5. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat

Kecamatan.
6. Pembinaan penyelenggaraan Pemerintah Desa

7. Pelaksanaan pelayanan masyarakat sesuai dengan ruang lingkup

8. Tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan oleh Pemerintahan

Desa

9. Pelaksanaan kewenangan Pemerintah yang dlimpahkan oleh Bupati untuk

menangani sebagai urusan otonomi daerah, sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

10. Penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintahan yang menjadi tugas

pokok da fungsi Kecamatan.

11. Pelaksanaan urusan tata usaha.

2. Sekretaris Camat

1. Penyelenggaraan program dan pengendalian kegiatan pada sekretariat

2. Pengkoordinasian penyusunan program kerja, rencana kegiatan dan

pelaporan kinerja Kecamatan.

3. Penghimpunan rencana kerja Kecamatan.

4. Penyusunan rencana strategis Kecamatan.

5. Penyelenggaraan pengelolaan urusan administrasi umum, protokoler,

kepegawaian dan keuangan Kecamatan.

6. Penyelenggaraan pengelolaan rumah tangga dan perlengkapan Kecamatan

7. Pengkoordinasian dan pembinaan tugas-tugas sub bagian pada Sekretariat

8. Pengkoordinasian dan singkronisasi tugas, program dan kegiatan tiaptiap

seksi pada Kecamatan.


9. Penyusunan laporan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan kinerja

Kecamatan.

10. Penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintahan yang menjadi tugas

pokok dan fungsi Kecamatan.

3. Kepala Seksi Tata Pemerintahan

1. Penyusun program kegiatan di bidang Pemerintahan.

2. Pelaksanaan kegiatan administrasi Pemerintahan Kecamatan.

3. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penelenggaraan Pemerintah

Desa.

4. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi Pemerintahan

Desa.

5. Pelaksanaan bimbingan, supervisi, fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan

administrasi Desa.

6. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja kepala Desa.

7. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja perangkat Desa.

8. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan Pemerintah Desa di tingkat

Kecamatan.

9. Pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian administrasi kependudukan

dan catatan sipil.

10. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian administrasi pertanahan.

11. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di bidang Pemerintahan.

12. Pelaksanaan kewenangan lain yang dilimpahkan oleh Bupati kepada

Camat sesuai dengan ruang lingkup kerja seksi tata Pemerintahan.


13. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/ pihak terkait di bidang

Pemerintahan.

14. Penyusunan laporan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan.

15. penyelenggaraan Pemerintahan Desa di tingkat Kecamatan.

16. Penyusunan laporan atas pelaksanaan tugas seksi tata Pemerintahan.

4. Kepala Seksi Ekomoni dan Pembangunan

1. Penyusunan program kegiatan seksi ekonomi dan pembangunan.

2. Pelaksanaan pembinaan perekonomian, perbankan, perkreditan rakyat dan

pengkoperasian.

3. Pelaksanaan pembinaan peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan dan kelautan.

4. Pelaksanaan pembinaan kebersihan, persampahan dan pertamanan.

5. Pelaksanaan pembinaan pertambangan dan energi.

6. Pelaksanaan pembinaan perindustrian, kepariwisataan, produksi dan

distribusi.

7. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di bidang ekonomi dan

pembangunan

8. Pelaksanaan pembinaan usaha informal, industri kecil dan kerajinan

perekonomian rakyat.

9. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan atau

instansi vertikal yang tugas dan fungsinya di bidang pemeliharaan

prasarana dan fasilitas pelayanan umum.


10. Pelaksanaan kewenangan lain yang dilimpahkan oleh Bupati kepada

Camat sesuai dengan lingkup kerja seksi ekonomi dan pembangunan.

11. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan

pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

12. Pelaksanaan koordinasi monitoring atas harga sembilan bahan pokok.

13. Pelaksanaan penyusunan dan pendataan profile Kecamatan.

14. Pelaksanaan penghimpunan data profil Desa.

15. Penyusunan laoran atas pelaksanaan tugas seksi ekonomi dan

Pembangunan.

5. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial

1. Penyusunan program kegiatan bidang kesejahteraan sosial.

2. Pelaksanaan pembinaan kehidupan kemasyarakatan, pendidikan,

kebudayaan dan kesenian.

3. Pelaksanaan pembinaan kepemudaan, olahraga dan perberdayaan

perempuan.

4. Pelaksanaan pembinaan di bidang kesehatan, keluarga berencana dan

ketenagakerjaan.

5. Pelaksanaan pembinaan di bidang sosial yang meliputi pengentasan

kemiskinan, bantuan sosial dan anak terlantar serta bantuan korban

bencana alam.

6. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan sosial.

7. Pelaksanaan kewenangan lain yang dilimpahkan Bupati kepada Camat

sesuai dengan lingkup kerja seksi kesejahteraan sosial.


8. Penyusunan laporan atas pelaksanaan tugas seksi kesejahteraan sosial.

6. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Penyusunan program kegiatan seksi pemberdayaan masyarakat dan Desa.

2. Pelaksanaan pembinaan pemberdayaan masyarakat dan Desa.

3. Penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong dan wadaya

masyarakat.

4. Penggerakan dan pengembangan partisipasi masyarakat unuk ikut serta

dalam perencanaan pembangunan lingkup Kecamatan dalam forum

musyawarah perencanaan pembangunan di Desa dan Kecamatan.

5. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap keseluruhan unit kerja

baik Pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan

kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja Kecamatan.

6. Pelaksanaan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pemberdayaan

masyarakat di wilayah Kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja

Pemerintah maupun swasta.

7. Pelaksanaan tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan masyarakat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

8. Pelaksanaan kewenangan lain yang dilimpahkan oleh Bupati kepada

Camat sesuai dengan lingkup kerja seksi pemberdayaan masyarakat dan

Desa.

9. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait di bidang pemberdayaan

masyarakat dan Desa.


10. Penyusunan laporan pelaksanaan tugas pemberdayaan masyarakat di

wilayah kerja Kecamatan.

7. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum

1. Penyusunan program kegiatan seksi ketentraman dan ketertiban umum.

2. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian ketentraman dan ketertiban,

kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat.

3. Pelaksanaan koordinasi kegiatan penegakkan peraturan daerah dan

penertiban perijinan.

4. Pelaksanaan pembinaan penanggulangan dan pemulihan akibat bencana

alam, bencana non alam dan bencana sosial.

5. Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di bidang ketentraman dan

ketertiban umum.

6. Pelaksanaan fasilitasi pemberian perijinan dan atau rekomendasi yang

berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban umum.

7. Pelaksanaan koordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan

atau Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan kegiatan

penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum di wilayah Kecamatan.

8. Pelaksanaan koordinasi dengan pemuka agama yang berada di wilayah

kerja Kecamatan untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum

masyarakat di wilayah Kecamatan.

9. Pelaksanaan kewenangan lain yang dilimpahkn oleh Bupati kepada Camat

sesuai dengan lingkup kerja seksi ketentraman dan ketertiban umum


10. Penyusunan laporan atas pelaksanaan tugas seksi ketentraman dan

ketertiban umum.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

1. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas dan fungsi kecamatan sesuai dengan keahlia dan kebutuhan.

2. Kelompok jabatan Fungsional sebagaimana ayat 1 pasal ini terdiri dari

sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam

berbagai kelompokm sesuai dengan bidang keahliannya

3. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang

ditunjuk oleh kepala kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala

Kecamatan

4. Jumlah Jabatan Fungsional tersebut, ditentukan berdasarkan sifat jenis

kebutuhan dan beban kerja.

5. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut, diatur sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku.


4.1.5 Jenis Pelayanan di Kecamatan Gunung Sari

Kecamatan adalah wilayah administrtif diatas Kelurahan/Desa sebagai

instansi pemerintah yang sering di kunjungi masyarakat dalam kegiatan

pelayanan. Pelayanan yang umum di Kecamatan Gunung Sari diantara adalah

sebagai berikut :

1. Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

2. Pelayanan Kartu Keluarga (KK).

3. Akte Kelahiran.

4. Surat pengantar SKCK.

5. Surat Keterangan Usaha.

6. Surat Izin Usaha (SIU).

7. Surat Keterangan Domisili.

8. Surat Keteranagan Pindah.

9. Surat Keterangan Lahir.

10. Surat Keteranagan Kematian.

11. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

12. Surat Pendistribusian Raskin.

13. Surat Pengantar Jamaah Haji.

14. Surat Ijin Rame-Rame.

15. Akte Tanah.

Ada berbagai pelayanan yang ada di Kecamatan Gunung Sari, dan yang

paling sering Jenis Pelayanan yang umum dilakukan masyarakat Gunung Sari

adalah sebagai mana yang dimaksud diatas.


4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan

kegiatan pelayanan di Kantor Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang .

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Sampling Insidental, jumlah

yang seluruhnya di jadikan sampel adalah sebanyak 267 jiwa dari jumlah

populasi sebesar 20054 jiwa.

Dalam mengisi kuesoner, responden diminta untuk memberikan identitas

diri sebagai penunjang data. Dimana identitas diri terdiri meliputi jenis kelamin,

tingkat usia, asal desa dan tingkat pendidikan terakhir.

Data yang di peroleh dari data jenis kelamin, tingkat usia, asal desa

responden dan tingkat pendidikan terakhir responden lebih lengkapnya sebagai

berikut :

Tabel 4.6
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase


Laki – Laki 157 59%
Perempuan 110 41%
Jumlah 267 100%
Sumber : Hasil Penelitian lapangan
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui Bahwa Jumlah responden

sebanyak 267 jiwa, terdiri dari 157 laki-laki dan 110 perempuan. Jumlah tersebut

di dapat atas penelitian yang di lakukan oleh peneliti.

Tabel 4.7
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Tingkat Usia Jumlah Responden Persentase


20-29 153 57 %
30-39 70 26%
40-49 35 13%
>50 9 4%
Jumlah 267 100%
Sumber: Hasil Penelitian lapangan

Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dideskripsikan bahwa

responden memiliki usia yang bervariasi, mulai dari usia 20 tahun hingga lebih

dari 50 tahun. Komposisi usia responden dengan rincian tingkat usia 20-29 tahun

sebanyak 153 dari keseluruhan sampel, tingkat usia 30-39 tahun sebanyak 70

responden, tingkat usia 40-49 sebanyak 35 responden dan tingkat usia lebih dari

50 tahun sebanyak 9 responden. Dari keseluruhan responden diatas dapat terlihat

bahwa frekuensi responden terbesar responden berada pada rentang usia 20-29

tahun yakni sebesar 57%. Sedangkan frekuensi terkecil responden berada pada

rentang usia 50 tahun keatas yakni sebesar 4%. Hal ini menunjukan bahwa

mayoritas yang melakukan pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Serang adalah usia produktif.


Tabel 4.8
Identiras Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Persentase


SD/sederajat 70 26%

SMP/sederajat 107 40%


SMA/sederajat 54 20%
S1 16 6%

Lainya diluar pilihan 20 8%


diatas
Jumlah 267 100%
Sumber : Hasil penelitian lapanagan

Berdasarkan data tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

memiliki tingkatan usia yang berbeda-beda. Responden yang berlatar belakang

SD/sederajat sebanyak 26%, yang berlatar belakang SMP/sederajat sebanyak

40%, yang berlatar belakang SMA/sederajat sebanyak 20%, yang berlatar

belakang S1 hanya 6% dan yang berlatar belakang diluar kreteria di atas misalnya

saja yang tidak mengenyam pendidikan formal bahkan melebihi tingkat

pendidikan diatas yakni sebesar 8 %. Hal ini dapat disimpulakan bahwa tingkat

pendidikan responden di dominasi oleh responden yang berlatar belakang SMP

yakni sebesar 40%. Hal ini menggambarkan bahwa di Kecamatan Gunung Sari

rata-rata tingkat pendidikan hanya mencapai SMP di karenakan rata-rata

masyarakat Gunung Sari hanya berpencaharian sebagai buruh dan petani yang

bepenghasilan hanya cukup memenuhi kebutuhanya sehari-hari sehingga

mempengaruhi kemampuan orang tua dalam memberikan pendidikan bagi

anaknya di jenjang yang lebih tinggi.


Tabel 4.9
Identitas Responden Berdasarkan Asal Desa Responden

Asal Desa Jumlah responden Persentase

Ciherang 45 17 %
Gunung Sari 49 18%
Tamiang 44 17%
Suka Laba 32 12%
Luwuk 41 15%
Kadu Agung 27 10%
Curug Sulanjana 29 11%
Jumlah 267 100%
Sumber : Hasil penelitian lapangan

Berdasarkan tabel Tersebut diatas dapat di gambarkan bahwa responden

terdiri dari semua desa yang ada di Kecamatan Gunung Sari, Hal ini bertujuan

agar hasilnya lebih maksimal jika diujikan kepada semua aspek masyarakat yang

ada di lingkungan desa yang ada di Kecamtan Gunung Sari.

4.3 Pengujian Persyaratan Statistik

4.3.1 Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah melakukan

uji validitas instrument, karena hal tersebut dimaksudkan untuk kecermatan dan

ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan suatu fungsi alat ukurnya serta

digunakan untuk tidak validnya suatu kuisoner. Kevaliditasan instrument dapat

menggambarkan bahwa suatu instrument benar-benar mampu mengukur variabel-

variabel yang akan diukur dalam penelitian serta mampu menunjukan tingkat
kesesuaian antar konsep dengan hasil pengukuran. Jenis pernyataan instrumen

penelitian ini terdiri dari dua jenis pernyataan, dimana kedua kolom pernyataan ini

di beri nama masing-masing diantaranya kolom pertama kolom Persepsi dan

kolom Ekspektasi. Adapun rumus yang digunakan adalah menggunakan statistik

kolerasi product moment dengan bantuan SPSS statistics 17.0 dengan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.10
Hasil uji Validitas instrumen Persepsi

No Butir Pertanyaan Koefisien korelasi r tabel Keteranagan


1 1 0,420 0,361 Valid
2 2 0,500 0,361 Valid
3 3 0,556 0,361 Valid
4 4 0,487 0,361 Valid
5 5 0,483 0,361 Valid
6 6 0,649 0,361 Valid
7 7 0,466 0,361 Valid
8 8 0,376 0,361 Valid
9 9 0,533 0,361 Valid
10 10 0,475 0,361 Valid
11 11 0,370 0,361 Valid
12 12 0,533 0,361 Valid
13 13 0,501 0,361 Valid
14 14 0,557 0,361 Valid
15 15 0,398 0,361 Valid
16 16 0,484 0,361 Valid
17 17 0,510 0,361 Valid
18 18 0,542 0,361 Valid
19 19 0,612 0,361 Valid
20 20 0,570 0,361 Valid
21 21 0,644 0,361 Valid
22 22 0,573 0,361 Valid
Sumber : Data yang diolah dari hasil penelitian.
Tabel 4.11
Hasil uji Validitas instrumen Ekspektasi

No Butir Pertanyaan Koefisien korelasi r tabel Keteranagan


1 1 0,571 0,361 Valid
2 2 0,680 0,361 Valid
3 3 0,712 0,361 Valid
4 4 0,748 0,361 Valid
5 5 0,403 0,361 Valid
6 6 0,563 0,361 Valid
7 7 0,666 0,361 Valid
8 8 0,602 0,361 Valid
9 9 0,478 0,361 Valid
10 10 0,446 0,361 Valid
11 11 0,486 0,361 Valid
12 12 0,578 0,361 Valid
13 13 0,636 0,361 Valid
14 14 0,558 0,361 Valid
15 15 0,578 0,361 Valid
16 16 0,548 0,361 Valid
17 17 0,552 0,361 Valid
18 18 0,731 0,361 Valid
19 19 0,578 0,361 Valid
20 20 0,411 0,361 Valid
21 21 0,571 0,361 Valid
22 22 0,636 0,361 Valid
Sumber : Data yang diolah dari hasil penelitian.

Pengujian instrumen penelitian ini dilakukan pada 30 responden awal dan

r tabel pada masing-masing kolom tersebut menurut Sugiyono (2005:339) diambil


dari nilai r tabel dengan 5 % yakni 0,361. Adapun dalam kriteria pengujian

item/butir yang digunakan adalah dimana jika r hitung ≥ r tabel, berarti item/butir

instrumen bisa dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir

intrumen bisa dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

bahwa semua instrumen dinyatakan valid artinya instrumen tidak perlu diganti

karena indikator sudah terukur dari instrumen lainnya.

4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk menjaga kehandalan dari sebuah instrumen atau alat ukur maka

peneliti melakukan uji reliabilitas, dimana instrumen yang dilakukan uji

reliabilitas adalah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang

tidak dinyatakan valid maka tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam

pengukuran reliabilitas dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach. Adapun hasil

uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai Alpha

Cronbach dari koolm persepsi maupun ekspektasi. Dimana pada kolom Persepsi

sebesar 0,762 kemudian Ekspektasi sebesar 0.905. Pedoman reliability instrumen

menurut Sugiyono (2005:142) adalah sebesar 0.3 artinya artinya 0,762 pada

persepsi dan 0,905 pada ekspektasi lebih besar dari 0,3, sehingga instrumen yang

diuji bisa dikatakan reliable.


Tabel 4.12
Reliability Statistics Perception

Cronbach‟s N of Item
Alpha
.762 22
Sumber : Data primer diolah

Tabel 4.13
Reliability Statistics Ekspectation

Cronbach‟s N of Item
Alpha
.905 22
Sumber : Data Primer diolah
4.3.3 Analisis Data

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuantitatif deskriptif, Maka data yang di peroleh tidak hanya berbentuk kalimat

dari hasil wawancara dan pernyataan dari hasil penyebaran kuisoner, melainkan di

tampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah.

Skala yang dipakai dalam kuesoner adalah skala likert, dimana pemilihan jawaban

terdiri atas 4 item, antara lain 4 untuk penilaian sangat setuju, 3 untuk penilaian

setuju, angka 2 untuk penilian tidak setuju dan angka 1 untuk penilaian sangat

tidak setuju.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya ,bahwa model service quality

(SERVQUAL) merupakan model yang menganalisis kesenjangan antara layanan

yang diharapkan (expected service) dan persepsi masyarakat pengguna jasa

Kecamatan terhadap layanan yang diterima (perceived service). Pengukuran

menggunakan SERVQUAL didasarkan pada skala multi-item yang di rancang

untuk mengukur ekspektasi dan persepsi penggunaan layanan Kecamatan

Gunung Sari. Pada penelitian ini peneliti menggunakan lima dimensi kualitas

pelayanan (tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty). Kelima

dimensi tersebut dijabarkan kedalam 22 pernyataan. Dimana 22 pernyataan

untuk ekspektasi dan 22 pernyataan untuk persepsi kemudian responya di

tuangkan dalam bentuk skala likert. Dimana responden diminta untuk memilih

angka diantara angka 1(satu) hingga 4 (empat) seperti yang di jelaskan

sebelumnya.
Kemudian Data yang diperoleh melalui instrumen SERVQUAL

selanjutnya dianalisis pada level-level berikut ini :

c. Item-by-item analysis. Dalam pertanyaan ini setiap pertanyaan yang

diajukan dalam kuisoner dicarikan skor kesenjanganya.pada skor

yang paling minimum maka dapat dinyatakan perlu dilakukan upaya

perbaikan yang mengarah pada aspek aspek spesifik dimaksud

dengan rumus:

P1-H1(Persepsi item 1-Ekspektasi item 1),P2-H2(Persepsi item 2-

Ekspektasi item 2) dan seterusnya.dengan maksud menghitung rata-

rata per item.

d. Dimention-by-dimention analysis .pada analisis ini skor rata-rata

tiap dimensi baik untuk kolom ekspektasi maupun persepsi dihitung

dengan cermat. Selanjutnya skor rata-rata tersebut diaplikasikan

kedalam rumus SERVQUAL. Pada hasil yang paling minimum maka

dapat di rekomendasikan untuk dilakukan upaya-upaya perbaikan

dengan rumus:

PI+P2+P3+P4-H1+H2+H3+H4, dan seterusnya.

4 4

Dimana P1 sampai P4 dan H1-H4 mencerminkan empat pernyataan

persepsi dan ekspektasi berkaitan dengan dimensi pertama dan

seterusnya.
Untuk mengetahui dan menjelaskan lebih dalam mengenai seberapa besar

kualitas pelayanan publik di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang terkait

dengan lima indikator dari teori yang telah di rumuskan sesuai dengan yang telah

di temukan di apanagan. Adapun lebih lengkapnya peneliti menguraikanya dan

menjelaskan serta menyimpulkan hasil jawaban dari pernyataan yang diajukan

kepada para responden melalui penyebaran kuisoner sebagai berikut:

4.3.2.1 Dimensi Tangible (Fasilitas Fisik)

Dimensi Tangible yaitu fasilitas fisik, Perlengkapan, dan penampilan

petugas pelayanan. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang terlihat dalam pelayanan

seperti fasilitas ruang tunggu, sistem komputerisasi yang berjaring sehingga

memudahkan alur informasi dan lain sebagainya.tentunya semakin baik alat-alat

tersebut dan dapat diandalkan menurut persepsi pengguna layanan maka akan

mempengaruhi penilaian terhadap kualitas pelayanan. Pada dimensi ini peneliti

menggunkan 4 item pernyataan guna mengukur kualitas pelayanan pada dimensi

tangible, lebih lengkapnya sebagai berikut :

4.3.2.1.1 Kecamatan Gunung Sari di lengkapi komputer untuk kelancaran

kegiatan pelayanan

Pernyataan pertama Pada Dimensi tangible tentang kantor kecamatan

gunung sari dilengkapi dengan alat teknologi guna menunjang kelancaran

pelayanan dimana hal ini yang dimaksud adalah komputer. Dari hasil kuesoner

yang di sebarkan didapatkan data bahwa pada kolom harapan pengguna


layanan/ekspektasi 162 responden menjawab sangat setuju dengan adanya

komputerisasi guna penunjang pelayanan dan 105 responden menjawab setuju.

Namun apa yang dirasakan masyarakat menjawab 134 sangat setuju,127

responden menjawab setuju dan 6 responden lainya menjawab tidak setuju.

Dengan perhitungan :

Hasil Ekspektasi (162x4)+(105x3) = 3,6


267
Hasil Persepsi (134x4)+(127x3)+(6x2) = 3,4
267

Serqual Q= P-E 3,4 - 3,6 = -0,2

Dari perhitungan di atas hasilnya adalah (-0,2). Hasil ini dapat disimpulkan

bahwa masyarakat belum merasa puas. Kemudian dapat analisis bahwa fasilias

yang ada di Kecamatan Gunung Sari yang mana dalam hal ini ialah komputer

sebagian masyarakat merasakan manfaat dari adanya alat penunjang pelayanan ini

namun harapan masyarakat jauh lebih besar dari apa yang di rasakan walaupun

dari hasil perhitungan menghasilkan angka minus namun hasilnya tidak terlalu

buruk. Sebagai peneliti merasakan bahwa fasilitas fisik di Kecamatan Gunung

Sari sudah lengkap misalnya saja komputer, namun dari segi kuantitas memang

dirasakan kurang, Kecamatan Gunung Sari berjumlah 3 buah namun beberapa

tidak berfungsi sebagai mana mestinya,hal ini tentunya yang menjadi batu

sandungan ketidakpuasan masyarakat atas pengadaan alat penunjang pelayanan

masyarakat yang mana dalam hal lebih di fokuskan pada komputer.


4.3.2.1.2 Kecamatan Gunung Sari menyediakan tempat menuggu baik itu

ruangan atau jumlah tempat duduk yang memadai guna

kenyamanan pelayanan.

Pernyataan Kedua pada dimensi tangible/fasilitas fisik yakni pernyataan

yang berkaitan dengan jumlah tempat menunggu pengguna layanan di kecamatan

Gunung Sari yang mana di fungsikan untuk kenyamanan masyarakat yang akan

melakukan pelayanan. Dari data hasil penelitian yang dilakukan bahwa harapan

masyarakat 188 responden menjawab sangat setuju jumlah tempat duduk harus

memadai pengguna layanan dan 79 responden lainya menjawab setuju dari

pernyataan yang di ajukan.Namun apa yang pengguna rasakan dari pernyataan

yang berkaitan dengan jumlah tempat duduk di Kecamatan Gunung Sari sebagian

besar responden menjawab 151 orang tidak setuju, 69 orang menjawab sangat

tidak setuju berbalik dengan sebagian kecil masyarakat menjawab 12 orang

menjawab sangat setuju jumlah tempat duduk memadai,35 responden menjawab

setuju.

Dengan Perhitungan :

Ekspektasi E= (188x79)+(79X3) = 3,7


267

Persepsi P= (12x4)+(35x3)+(151x2)+(69x1)= = 1,39


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 1,39 - 3,7 = -2,3


Dari hasil perhitungan di atas skornya (-2,3) hal ini menunjukan ketidak

puasan masyarakat dalam item pernyataan mengenai pengadaan tempat duduk

yang memadai jumlah masyarakat yang akan melakukan pelayanan. Faktor

kenyamanan merupakan salah satu penentu dari kualitas pelayanan yang diberikan

oleh pemberi layanan. Jika konsumen/masyarakat sudah merasa nyaman sudah

tentu pendapat masyarakat akan baik dan puas atas pelayanan yang

diberikan.Namun Dari data di atas dapat di deskpsikan bahwa mayoritas

masyarakat pengguna layanan tidak merasa puas/tidak setuju kantor kecamatan

Gunung Sari menyediakan tempat duduk yang memadai jumlahnya guna

kenyamanan pelayanan di kecamatan Gunung Sari,karena tidak sedikit

masyarakat yang akan melakukan pelayanan dalam menuggu giliran harus berdiri

dan tentunya hal tersebut sangat melelahkan dan mengurangi kepuasan pelayanan

yang di berikan oleh aparatur Kecamatan terhadap masyarakatnya pengguna

layanan.

4.3.2.1.3 Kebersihan Kantor Kecamatan

Pernyataan Ketiga dari dimensi tangible ialah pernyataan yang berkaitan

dengan kebersihan dan kerapihan dikantor Kecamatan Gunung Sari. Dari 267

responden yang di teliti Harapan masyarakat terhadap kebersihan kantor

kecamatan Gunung Sari ialah 172 responden menjawab Sangat setuju dan 95

responden lainya menjawab setuju kecamatan Gunung Sari ini harus bersih serta

tidak berantakan. Tetapi sedikit berbeda jika melihat jawaban dari apa yang di

rasakan para responden yang mana 100 responden menjawab sangat setuju,151
reesponden menjawab setuju, dan 16 responden lainya menjawab tidak setuju

bahwa kantor Kecamatan Gunung Sari bersih serta tidak berantakan.

Dengan Perhitungan :

Ekspektasi E= (172x4)+(95X3) = 3,6


267
Persepsi P= (100x4)+(151x3)+(16x2) = 3,3
267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,3 - 3,6 = -0,3

Dari hasil perhitungan di atas skornya (-0,3) Kebersihan merupakan salah

satu tolak ukur kualitas pelayanan, karena jika lingkungan kantor dimana kita

akan melakukan pelayanan bersih dan tidak berantakan tentunya mencerminkan

orang-orang di dalam instansi tersebut juga mencintai kebersihan dan bagi

masyarakat hal ini menjadi kenyaman untuk melakukan kegiatan pelayanan.

Namun lagi-lagi ekspektasi masyarakat lebih besar dari apa yang di terima oleh

masyarakat sebagai pengguna layanan walaupun nilainya tidak signifikan antara

harapan dan apa yang di rasakan oleh pengguna layanan. Tetapi hal ini harus

menjadi acuan bagi aparatur Kecamatan untuk lebih baik lagi dan lebih giat lagi

dalam menjaga kebersihan lingkungan agar kenyamanan bagi masyarakat yang

hendak melakukan pelayanan dapat dirasakan secara maksimal.

4.3.2.1.4 Aparatur Kecamatan dalam memberikan pelayanan memakai

seragam pegawai sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

Pernyataan Keempat dalam dimensi tangible, pernyataan yang berkaitan

dengan aparatur Kecamatan dalam memberi pelayanan terhadap masyarakat


memakai seragam sesuai dengan apa yang telah di tetapkan di kecamatan tersebut.

Dari 267 responden harapan masyarakat pengguna layanan 186 responden

menjawab sangat setuju dan 81 responden lainya menjawab setuju bahwa dalam

memberikan pelayanan aparatur kecamatan harus rapi dan memakai seragam

kecamatan sesuai dengan apa yang di tetapkan. Namun menurut nilai yang

diterima oleh pengguna layanan yakni 121 responden menjawab sangat setuju

pegawai kecamatan memakai seragam kecamatan,138 responden menjawab setuju

dan 8 responden menjawab tidak setuju dari pernyataan yang di ajukan oleh

peneliti. Dengan perhitungan :

Ekspektasi. E= (186x4)+(81X3) = 3,6


267
Persepsi, P = (121x4)+(138x3)+(8x2) = 3,4
267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,4 - 3,6 = -0,2

Dari hasil perhitungan di atas skornya (-0,2), maka Hal ini dapat di

simpulkan bahwa masyarakat pengguna layanan belum merasa puas terhadap

penampilan pegawai Kecamatan karena ada beberapa pegawai yang terkadang

tidak memakai seragam yang di tetapkan dan terlihat kurang rapi. walaupun nilai

yang di peroleh hanya (-0,2) dimana nilai tersebut hampir memenuhi nilai

kepuasan pengguna layanan tetapi harapan masyarakat sekali lagi lebih besar dari

apa yang masyarakat rasakan sehingga ini sebagai acuan kedepan agar tidak ada

lagi pegawai kecamatan yang tidak mentaati peraturan di Kecamatan terutama

dengan hal ini yakni masalah seragam pegawai. Karena bila semua pegawai dapat
mentaati dalam hal ini memakai seragam maka akan terlihat rapi dan masyarakat

pun merasa puas atas kedisiplinan pegawai Kecamatan tersebut.

4.3.2.1.5 . Skor Service Quality dimensi Tangible (Fasilitas fisik)

Hal yang seterusnya dilakukan oleh peneliti setelah menganalisis item per

item selanjutnya menganalisis dimension by dimension. Pada analisis ini skor rata

rata tiap dimensi baik untuk kolom Ekspektasi maupun Persepsi di hitung dengan

cermat. Selanjutnya rata-rata tersebut diaplikasikan kedalam rumus SERVQUAL.

Pada hasil yang paling minimum maka dapat di rekomendasikan untuk dilakukan

upaya-upaya perbaikan agar kedepanya dapat lebih baik lagi. Perhitunganya

sebagai berikut:

Tabel 4.14
Skor Dimensi Tangible

NO Skor Skor P,E Skor rata-rata perdimensi


persepsi Ekspektasi rata-rata rata-rata Jumlah
Dimensi
Persepsi Ekspekta P-E
si
1 3,4 3,6 -0,2
2 1,39 3,7 -2,3 2,87 3,62 -0,75
Tangible
3 3,3 3,6 -0,3
4 3,4 3,6 0,2
Sumber : Hasil olah data

Dari hasil perhitungan di atas skornya (-0.75), dapat di gambarkan bahwa

dimensi tangible atau yang berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di

kecamatan Gunung Sari baik itu sarana-sarana penunjang pelayanan dan

kenyamanan pengguna layananan nampaknya masyarakat pengguna layanan

masih kurang puas terhadap aparatur pemberi layanan.diperlukan komitmen yang


lebih kuat dari aparatur/pegawai Kecamatan untuk dapat berusaha lebih keras

memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang akan melakukan pelayanan. Hal

yang lebih mencorong lagi jika melihat dari skor item peritem yang ada di

dimensi tangible/fasilitas fisik dimana item yang berhubungan dengan jumlah

tempat duduk guna pengguna layanan yang akan melakukan pelayanan dimana

sebagian besar responden mengeluhkan jumlah tempat duduk yang kurang

memadai bagi masyarakat yang akan melakukan pelayanan. Hal ini harus segera

dibenahi dengan cara menambah jumlah kursi tempat duduk agar masyarakat

merasa nyaman dalam menuggu pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari

serta tidak lupa pula kebersihan dan kerapihan pegawai kecamatan harus di

perhatikan dan diutamakan agar masyarakat merasa puas dan nyaman melakukan

pelayanan di kantor kecamatan Gunung Sari.

4.3.2.2. Dimensi Reliability

Dimensi Reliability adalah kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan secara handal dan akurat. Hal ini merujuk konsitensi penyelenggaraan

layanan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan. Kepastian dalam pelayanan

merupakan sebuah keharusan sebab pada sisi inilah akan dibina rasa kepercayaan

antara pengguna layanan dan organisasi penyedia layanan. Oleh karena itu

konsistensi pelayanan merupakan sebuah kondisi yang hendaknya hadir dalam

setiap penyelenggaran pelayanan. Sehingga terjalin kepercayaan antara

masyarakat dan pihak kecamatan.Untuk mengukur dimensi tersebut peneliti

menggunakan 5 item pernyataan sebagai berikut:


4.3.2.2.1 Tepat janji waktu penyelesaian pelayanan oleh aparatur kecamatan.

Pernyataan Pertama pada dimensi reliability adalah pernyataan yang

berkaitan dengan aparatur Kecamatan Gunung Sari tepat janji dalam memberikan

pelayanan di kantor kecamatan. Harapan masyarakat terhadap pernyataan tersebut

223 responden menjawab sangat setuju dan 44 responden lainya menjawab setuju

seharusnya aparatur kecamatan dapat tepat janji dalam memberikan pelayanan

seperi halnya KTP, KK, Akte kelahiran dan sebagainya. Namun dari apa yang di

rasakan pengguna layanan jawabanya sangat berfariasi dimana 135 responden

menjawab tidak setuju dan 19 responden lainya menjawab sangat tidak setuju,

sedangkan hanya 98 responden yang menjawab setuju dan 15 responden lainya

menjawab sangat setuju bahwa aparatur Kecamatan tepat waktu dalm memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (223x4)+(44X3) = 3,8


267

Perspsi P= (15x4)+(98x3)+(135x2)+(19x1) = 2,4


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,4 - 3,8 = -1,4

Dari hasil perhitungan di atas skornya pada item pernyataan tentang

ketepatan waktu penyelesaian pelayanan adalah (-1,4), sebuah pelayanan yang

baik akan terlihat dari kepastian waktu pelayanan yang tepat, selain itu pelayanan

yang baik juga diindikasikan adanya kedisiplinan dari pegawai dalam

memanfaatkan waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan seelumnya. Dari
skor servqual yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa ketidak puasan

masyarakat dengan kinerja aparatur Kecamatan dalam memberikan ketepatan

waktu penyelesaian pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari. Ini akibat dari

Tidak/ Kurang kesadaran terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi tanggung

jawabnya.sehingga mereka bekerja dan melayani seenaknya /santai, padahal

orang/masyarakat yang menuggu hasil kerjanya sudah gelisah.akibat dari wajar ini

ialah tidak adanya disiplin kerja yang diterapkan oleh aparatur Kecamatan.

4.2.3.2.2 Kegiatan pelayanan di kecamatan Gunung Sari bebas dari

kesalahan pencatatan/ akurat.

Pernyataan Kedua dari dimensi reliability adalah pernyataan yang

berkaiatan dengan kegitan pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari bebas dari

kesalahan pencatatan/ akurat. Dari hasil penelitian harapan masyarakat 235

responden menjawab sangat setuju dan 32 responden lainya menjawab setuju

bahwa seharusnya keggiatan pelayanan bebas dari kesalahan pengetikan identitas

dan sebagainya. Namun dari apa yang di terima masyarakat 66 responden

menjawab sangat setuju,151 responden menjawab setuju tetapi ada responden

yang menjawab tidak setuju dan 5 responden lainya menjawab sangat tidak setuju

bahwa di kantor Kecamatan Gunung Sari bebas dari kesalahan pencatatan

identitas dan sebagainya. Dengan Perhitungan :

Ekspektasi E= (235x4)+(32X3) = 3,8


267

Persepsi P= (66x4)+(151x3)+(45x2)+(5x1) = 3,04


267
Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,04 - 3,8 = -07
Dari hasil perhitungan di atas skornya (-0,7) hal ini dapat di simpulkan

bahwa ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja aparatur Kecamatan dalam hal

pencatatan sipil. Walaupun sebagian masyarakat sudah setuju bahwasanya di

Kecamatan Gunung Sari sudah bebas dari kesalahan-kesalahan pencataan namun

hal itu belum sebanding dengan harapan masyarakat agar pencatatan harus bebas

dari kesalahan hingga tidak ada satu wargapun yang merasa dirugikan atas

kelalaian petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

pengguna layanan. Walaupun aparatur Kecamatan juga hanya seorang manusia

yang tidak luput dari salah tetapi adabaiknya juga aparatur kecamatan lebih fokus

dan lebih teliti lagi dalam memberikan pelayanan.

4.2.3.2.3 Aparatur kecamatan tepat waktu dalam masuk kantor.

Pernyataan Ketiga dalam dimensi reliability, pernyataan yang berkaitan

dengan ketepatan aparatur Kecamatan dalam masuk kantor. Dari 267 responden

yang diteliti, harapan masyarakat sebagai pengguna layanan 237 responden

menjawab sangat setuju jika aparatur seharusnya tepat waktu dalam masuk kerja

dan 30 responden lainya menjawab setuju. Tetapi dari penilaian masyarakat dari

apa yang masyarakat rasakan yang mana 107 responden menjawab tidak setuju,

34 responden menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa aparatur

Kecamatan tepat waktu dalam masuk kantor. Walaupun sebagian masyarakat juga

ada yang 109 responden menjawab setuju dan 17 responden lainya menjawab

sangat setuju.
Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (237x4)+(30X3) = 3,8


267

Persepsi P= (17x4)+(109x3)+(107x2)+(34x1) = 2,4


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,4 - 3,8 = -1,4

Dari hasil perhitungan di atas hasilnya (-1,4), ini menunjukan bahwa

ketidak puasan masyarakat terhadap layanan yang diterima. Ada berbagai persepsi

masyarakat dalam menilai aparatur kecamatan, hal yang sangat wajar karena

memang ada berbagai kepentingan masyarakat yang tidak sama satu sama laianya

dan dalam melakukan pelayanan masyarakatpun tidak selalu bersama-sama dan

tidak pula dengan waktu yang bersamaan. Jadi ada masyarakat yang meras tidak

puas dan ada masyarakat yang merasa cukup puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh aparatur kecamatan terutama yang berkaitan dengan ketepatan

waktu pelayanan. Namun rupanya terlalu banyak masyarakat yang merasa tidak

puas dengan pelayanan yan di berikan. Ini karena tidak semua aparatur kecamatan

dapat disiplin terutama dalam hal ini disiplin waktu dan menyadari bahwa

pekerjaanya adalah sebagai wujud abdi kepada masyarakat bukan sebaliknya

masyarakat yang mengabdi kepada aparatur Kecamatan. Sehingga masyarakat

harus menunggu aparatur kecamatan datang agar kebutuhan pelayananya

terpenuhi. Lebih masyarakat harapkan lagi aparatur kecamatan harus lebih disiplin

lagi dalam datang tepat waktu,agar masyarakat terlayani dengan baik. Karena jika

apartur kecamatan tepat dalam masuk kantor maka dapat membuka pelayanan
tepat waktu pula.Sehingga pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dapat segera

terselesaikan dengan cepat.

4.2.3.2.4 aparatur kecamatan pulang kerja tepat waktu sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan

Pernyataan Keempat dalam dimensi reliabilty adalah perrnyataan yang

berkaitan dengan ketepatan Pulang kerja sesuai dengan waktu yang telah di

teapkan. Dari 267 responden harapan masyarakat,236 menjawab sangat setuju

dan 31 responden sianya menjawab setuju. Namun jika melihat persepsi

masyarakat atau yang responden terima 140 menjawab tidak setuju,40 responden

menjawab sangat tidak setuju. Hanya 79 responden menjawab setuju dan 8

rersponden saja yang menjawab sangat setuju.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E = (236x4)+(31X3) = 3,8


267

Persepsi P = (8x4)+(79x3)+(140x2)+(40x1) = 2,2


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,2 - 3,8 = -1,6

Dari hasil perhitungan di atas hasinya (-1,6) ini berarti masyarakat tidak

merasa puas atas layanan yang diberikan. Dapat di gambarkan ketidak puasan

masyarakat atas pelayanan di Kecamatan Gunung Sari ini karena lagi-lagi ketidak

disiplinan aparatur Kecamatan dalam menjalankan pekerjaanya dan kewajibanya

sebagai abdi masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari sikap semaunya sendiri dari

aparatur kecamatan dengan datang terlambat sehingga menghambat kelancaran


pelayanan di tambah lagi degan pulang semaunya sendiri. Walaupun Kecamatan

tingkat rutinitas pelayananya tidak begitu tinggi dari masyarakat hanya sewaktu-

waktu saja masyarakat melakukan pelayanan buakan berarti bersikap semaunya

sendiri tanpa menghiraukan jam kerja yang sudah ditetapkan yakni dari pukul

07:30 -17:00 seperti yang telah ditetapkan seblumnya. Sikap disiplin waktu

pegawai/aparatur kecamatan harus selalu di wujudkan dan ditingkatkan agar citra

positif kecamatan dapat terbangun.

4.2.3.2.5 Aparatur kecamatan tidak mangkir kerja ketika jam kerja kantor

Pernyataan Kelima dalam dimensi reliabilty adalah pernyataan yang

berkaitan dengan aparatur kecamatan tidak mangkir kerja ketika sedang jam kerja

kantor. Dari 267 responden harapan masyarakat menjawab 216 responden sangat

setuju dan 51 responden menjawab setuju dengan pernyataan aparatur kecamatan

seharusnya tidak mangkir kerja ketika sedang jam kerja kantor. Namun nilai yang

di terima masyarakat dari 267 responden menjawab 70 responden menjawab

sangat setuju, 168 responden menjawab setuju dan hanya 29 responden saja yag

menjawab tidak setuju, tidak satupun responden yang menjawab sangat tidak

setuju.

Dengan Perhitungan :

Ekspektasi E= (216x4)+(51X3) = 3,8


267
Persepsi P= (70x4)+(168x3)+(29x2) = 3,1
267
Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,1 - 3,8 = - 0,7
Dari hasil perhitungan skor item tersebut adalah (-0,7) hal ini menunjukan

ketidak puasan masyarakat akan pernyataan tersebut. Hal ini dapat di deskripsikan

bahwa walupun sebagian besar responden menjawab setuju dengan pernyataan

bahwa aparatur kecamatan tidak mengkir kerja, namun sekali lagi harapan dari

masyarakat jauh lebih besar dari persepsi atau nilai yang di terima oleh

masyarakat sebagai pengguna layanan. Ini terbukti dari masih ada responden yang

belum puas atas prilaku aparatur Kecamatan.masih adanya apartur Kecamatan

yang masih magkir kerja untuk kepentingan pribadinya sangat merugikan

masyarakat. Disiplin kerja dalam pelaksanaanya harus senantiasa dipantau dan

diawasi. Disamping hal itu seharusnya harus menjadi prilaku yang baku bagi

setiap aparatur kecamatan dalam suatu organisasi. Karena pengawasa sangat

penting sebab ada kecenderungan umum manusia untuk menyimpang baik

penyimpangan itu hanya sekedar lari dari tangung jawab ataupun untuk mencari

keuntungan pribadi. sehingga aparatur terkait di tuntut lebih gigih lagi dalam

perbaikan mutu pelayanan agar nilai positif selalu di dapat masyarakat kepada

aparatur Kecamatan Gunung Sari.

4.2.3.2.6 Skor Servqual dimensi Reliabilty

. Hal yang sama dilakukan dengan dimensi tangible sebalumnya pada

dimensi realibilty juga dilakukan perhitungan skor keseluruhan dari servquanya,

hal yang sama dilakukan oleh peneliti setelah menganalisis item per item

selanjutnya menganalisis dimension by dimension. Pada analisis ini skor rata rata

tiap dimensi baik untuk kolom ekspektasi maupun Persepsi di hitung denagan
cermat. Selanjutnya rata-rata tersebut diaplikasikan kedalam rumus SERVQUAL.

Pada hasil yang paling mnimum maka dapat di rekomendasikan untuk dilakukan

upaya-upaya perbaikan agar kedepanya dapat lebih baik lagi. Perhitunganya

sebagai berikut:

Tabel 4.15
Skor Dimensi Realibility

No Nilai Nilai P,E Dimensi Skor Rata- rata perdimensi


Ekspekrasi persepsi Persepsi Ekspektasi P-E
5 3,8 2,6 -1,4
6 3,8 3,04 -0,7 Realibiilty 2,74 3,8 -1,06
7 3,8 2,4 -1,4
8 3,8 2,2 -1,6
9 3,8 3,1 -0,7
Sumber : Hasil data yang diolah

Dari hasil perhitungan di atas pada dimensi Reliability skornya (-1,06) itu

artinya dapat simpulkan bahwa masyarakat tidak puas dengan pelayanan yang

diberikan apartur Kecamatan terutama dengan sikap disiplin aparatur kecamatan

dan ketepatan waktu pelayanan.Sehigga kedepanya lagi menjadi cambukan bagi

aparatur kecamatan untuk meningkatkan kedisiplinan kerja dan kedisiplinan

waktu, kemudian menyadarkan diri bahwa mereka sebagai abdi masyarakat

tugasnya melayani masyarakat. Walaupun intensitas pelayanan di kecamatan tidak

padat namun sekali lagi kebetuhan masyarakat sewaktu-maktu membutuhkan

ketepatan waktu karena kebutuhan antara satu dengan lainya sudah tentu berbeda.
4.2.3.3 Dimensi Responsiveness

Dimensi Responciveness adalah kesediaan untuk membantu pengguna

layanan dan menyelenggarakan pelayanan tepat waktu. Hal ini merujuk kepada

ketanggapan dari petugas pelayanan yang akan meningkatkan rasa kenyamanan

pengguna layanan. Meskipun organisasi publik tidak menghadapi masalah dengan

kekhwatiran akan kehilangan pelanggan akan tetapi dalam negara

demokrasi,masyarakat atau warga negara adalah fokus perhatian dari

penyelenggaraan pemerintahan.dalam dimensi ini peneliti menggunakan empat

pernyataan untuk meneliti kualitas pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari.

Untuk lebih jelasnya lagi item peritem pernyataanya sebagai berikut.

4.2.3.3.1 Aparatur kecamatan tanggap dalm melayani masyarakat yang

hendak melakukan pelayanan.

Pernyataan Pertama pada dimensi responsiveness adalah pernyataan yang

berkaitan dengan ketanggapan daparatur Kecamatan dalam menagani masyarakat

yang hendak melakukan pelayanan. Pada kolom ekspektasi/harapan masyarakat

dari 267 responden menjawab 175 responden sangat setuju seharusnya aparatur

kecamatan tanggap dalm melayani masyarakat dan 92 sisanya menjawab setuju.

Tetapi nilai yang di terima masyarakat atau persepsi masyarakat hanya 24

responden yang menjawab sangat setuju,168 responden menjawab setuju dan 45

responden sisanya menjawab tidak setuju.

Dengan perhitungan :
Ekspektasi/ E= (175x4)+(92X3) = 3,6
267

Persepsi P= (24x4)+(198x3)+(45x2) = 2,9


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,9 – 3,6 = - 0,7

Dari hasil perhitungan hasilnya (-0,7).maka dapat disimpulkan bahwa

pelayanan di kecamatan Gunung Sari kurang memuaskan, karena ada sebagian

kecil aparatur yang kurang tanggap karena ini terbukti dengan masih adanya 45

responden/masyarakat yang menjawab tidak setuju. Sikap apatis/kurang peduli

dari beberapa aparatur Kecamatan ini tentunya sangat besar efeknya yang mana

dapat berupa kesan negatif terhadap oraganisasi/instansi tempat kerja yang

bersangkutan.

4.3.2.3.2 Aparatur kecamatan membantu masyarakat yang merasa kesulitan

dalam melakukan pelayanan.

Pernyataan Kedua dalam dimensi responsiveness, pernyataan yang

berkaitan dengan sikap aparatur kecamatan dalm membantu masyarakat yang

merasa kesulitan ketika akan melakukan pelayanan. Dari harapan masyarakat/

ekspektasi 211 responden menjawab sangat setuju dan sisanya 56 responden

menjawab setuju. Namun nilai yang masyarakat terima atau persepsi masyarakat

masih ada responden yang menjawab tidak setuju yakni 32 responden menjawab

tidak setuju walaupun sebagian besar menjawab sangat setuju dan setuju dengan

pernyataan aparatur Kecamatan membantu masyarakat yang kurang mengeri


dalam melakukan pelayanan jumlahnya yakni 45 responden menjawab sangat

setuju dan 190 responden laianya menjawab setuju dengan pernyataan bahwa

aparatur Kecamatan membantu masyarakat dalam melakukan pelayanan.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (211x4)+(56X3) = 3,7


267

Persepsi P= (45x4)+(190x3)+(32x2) = 3,0


267
Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,0 - 3,7 = - 0,7

Dari hasil perhitungan tersebut hasilnya (-0,7) Maka dapat di simpulkan

masyarakat belum merasa puas dengan pelayanan yang diberikan aparatur

Kecamatan. Masih adanya aparatur yang kurang peduli akan kesulitan atau

ketidak mengertian masyarakat yang akan melakukan pelayanan masih rendah.

Rendahnya Kesadaran dari aparatur kecamatan akan tugasnya melayani

masyarakat dengan sebaik-baiknya hanya menjadi sebuah wacana aturan yang

tidak dijalankan makna dari kesadaran sebagi abdi masyarakat.

4.2.3.3.3 Setiap kegiatan Pelayanan dilaksanakan secara tepat tanpa

menunda pelayanan.

Pernyataan Ketiga, Pernyataan yang berkaitan dengan kecepatan

pelayanan dengan tanpa pmenunda pelayanan sehingga membuat masyarakat

yang akan melakukan pelayanan tidak menunggu terlalu lama, dari 267 responden

pada kolom harapan/ekspektasi masyarakat menjawab 199 sanagat setuju dan 68

reaponden menjawab setuju dengan pernyaatan seharusnya aparatur kecamatan

dalam melayani masyarakat secara tepat tanpa menunda pelayanan.namun nilai


yang di terima atau ekspektasi masyarakat menjawab 99 responden tidak setuju,

13 responden sangat tidak setuju, 137 responden setuju dan hanya 18 responden

yang menjawab sangat setuju. Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (199x4)+(68X3) = 3,7


267

Persepsi P= (18x4)+(137x3)+(99x2+(13x1) = 2,5


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,5 - 3,7 = - 1,2

Dari hasil perhitungan tersebut hasilnya (-1,2) Maka dapat disimpulkan

bahwa masyarakat tidak merasa puas dan kualitas pelayanan di kantor

Kecamatan Gunung Sari pada aspek kecepatan pelayanan tanpa menunda

pelayanan sangat buruk. Hal yang umum yang terjadi di Kecamatan Gunung Sari

ialah ketidak puasan akan kecepatan pelayanan,Hal ini terjadi karena salah

satunmya ialah kehadiran camat yang tidak tepat waktu dalam masuk kantor dan

kurang maksimal. Sehinga terkadang masyarakat menuggu kehadiran camat untuk

memperoleh legalitas bubuhan tanda tangan sebagai bentuk pengesahan apa yang

dibutuhkan masyarakat. Hal ini diperparah jika camat tidak masuk kantor

terkadang pelayananya harus ditunda esokan harinya karena semua pelayanan di

kantor Kecamatan Gunung Sari harus dengan di ketahui dan harus dengan seijin

dari seorang Camat sebagi pemegang pelimpahan wewenang dari

Bupati/walikota.
4.2.3.3.4 Apartur kecamatan dapat memberikan respon yang cepat terhadap

permintaan yang diajukan masyarakat.

Pernyataan Keempat dalam dimensi responsiveness adalah Pernayataan

yang berkaitan dengan sikap respon aparatur Kecamatan yang cepat terhadap

permintaan yang diajukan masyarakat. Dari kuesoner yang disebar kepada 267

responden untuk harapan/Ekspektasi masyarakat menjawab 196 sangat setuju dan

71 responden menjawab setuju dengan pernyataan seharusnya aparatur

Kecamatan dapat memberikan respon yang cepat terhadap permintaan

masyarakat. Tetapi nilai yang di terima/ Persepsi masyarakat menjawab 28

responden saja yang menjawab sangat setuju kemudian 195 responden menjawab

setuju dan masih ada responden yang menjawanb tidak setuju dengan pernyataan

tersebut yakni jumlahnya 44 responden. Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (196x4)+(71X3) = 3,7


267

Persepsi P= (28x4)+(195x3)+(44x2) = 2,9


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,9 - 3,7 = - 0,8

Hasil perhitungan diatas skornya (-0,8) hal ini dapat disimpulkan bahwa

untuk item pernyatan ini masyarakat masih belum puas atas kinerja aparatur

kecamatan dalm melayani masyarakat. Walupun sebagian besar responden

menjawab setuju aparatur kecamatan mempunyai respon yang cepat atas

permintaan yang diajukan tetapi ada sebagian kecil yang merasa tidak setuju.

Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat direspon dengan baik dan
cepat. Masih adanya masyarakat yang tidak puas atas sikap Respon yang cepat

yang diberikan aparatur kecamatn tentunya merupakan sikap perwujudan yang

negatif yang dibangun aparatur kecamatan. Hal tersebut tentunya merugikan

dirinya dan instansi yang bersangkutan. Hal yang sangat harus diingat ialah

respon yang cepat harus di imbangi dengan penyelesaian yang cepat pula.

4.2.3.3.5 Skor Dimensi Responsiviness

Dari hasil perhitungan item peritem pada aspek responsiveness maka dapat

di ketahui Skor keseluruhan Servqualnya sebagi berikut:

Tabel 4.16
Skor Dimensi Responsiveness

No Nilai Nilai P,E Dimensi Skor Rata- rata dimensi


Persepsi Ekspektasi Persepsi Ekspektasi P-E
10 2,9 3,6 -0,7
11 3 3,7 -0,7 Responsiveness -0,92
12 2,5 3,7 -1,2 2,75 3,67

13 2,9 3,7 -0,8

Sumber : Hasil data yang diolah

Dari hasil perhitungan di atas pada aspek Responsiveness/kecepatan

pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kecamatan skornya (-0,92) itu artinya

masyarakat belum merasa puas atau dapat pelayananya masih belum dikatakan

baik. Ketidak puasan ini penyebabnya antara lain sikap kurang profesionalnya

paratur Kecamatan dalm menjalankan fungsinya sebagai abdi masyrakat. Dapat


diambil contoh kehadiran camat yang tidak maksimal sehingga terkadang

pelyanan dikecamatan harus terganggu yang mana terkadang pegawai staf

Kecamatan menunda pelayanan masyarakat dikarenakan camatnya tidak masuk

kantor.walupun masuk camat terkadang tidak tepat waktu sehingga terkadang

masyarakat harus menunggu lama dari pagi-pagi saat Kecamatan dibuka dan

menanti kedatanagan camat untuk memperoleh tanda tangan sebgai bentuk

legalitas persyaratan pelayanan. Hal ini memang tidak wajar dan tidak seharusnya

terjadi dimana masyarakat harus menuggu lama untuk memperoleh pelayanan

dikarenakan sikap profesinal dari seorang Camat sendiri yang tidak

mencerminkan mementingan masyarakat. Kemudian dapat dipastikan jika seorang

Camatanya menenunjukan sikap tidak disiplin kerja dan disiplin waktu maka

dapat dipastikan pelayanan di kantor Kecamatan tersebut buruk.

4.2.3.4. Dimensi Accurance

Dimensi Assurance adalah pengetahuan dan keramahan petugas pemberi

layanan serta kemampuan mereka untuk menginspirasi kepercayaan dan

kenyamanan bagi pengguna layanan. Aspek ini salah satu yang paling di

harapkan pelanggan. Petugas yang ramah akan menjadi salah satu faktor

determinan bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian yang baik atas

pelayanan yang disajikan. Hal yang penting lainya adalah cara penyampaian

penjelasan atau penjelasan yang disampaikan petugas layanan.semakin ramah dan

sopan penyampaian penjelasan pelayanan maka akan semakin baik pula

penerimaan pengguna layanan yang disajikan.dalam dimensi ini peneliti mencoba


menggunakan 4 item pernyataan guna mengukur kualitas pelayanan pada dimensi

accurance berikut ini:

4.2.3.4.1 Aparatur Kecamatan mampu meguasai fasilitas teknologi yang

tersedia di kantor Kecamatan Gunung Sari seprti halnya

komputer.

Pernyataan Pertama pada dimensi Assurance ini adalah pernyataan yang

berkaitan dengan kemampuan aparatur Kecamatan dalam menggunakan fasilitas

teknologi yang tersedia di kantor Kecamatan seperti halnya komputerisasi.

Harapan/ Ekspektasi masyarakat pada item pernyatan ini menjawab 173

responden sangat setuju dan 94 responden lainya menjawab setuju seharusnya

paratur Kecamatan dapat meguasai fasilitas seperti komputer di Kecamatan guna

kelancaran pelayanan masyarakat. Tetapi nilai yang diterima masyarakat/ persepsi

masyarakat tidak sebanding dengan harapan masyarakat hanya 23 responden

menjawab sangat setuju kemudian 209 responden menjawab setuju dan sisanya 35

responden menjawab tidak setuju aparatur kecamatan mampu meguasai fasilitas

teknologi yang tersedia guna kelancaran pelayanan.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (173x4)+(94X3) = 3,64


267

Persepsi P= (23x4)+(209x3)+(35x2) = 2,95


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,95 - 3,64 = - 0,6


Dari hasil perhitungan di atas skornya (-0,6) ini dapat disimpulkan kembali

bahwa masyarakat belum puas dengan kemampuan aparatur Kecamatan dalam

memanfaatkan teknologi yang ada di kecamatan gunung sari. Hal ini terjadi

karena tingkat SDM yang kurang dan ditambah lagi dengan kurangnya komputer

yang tersedia di kantor Kecamatan Gunung Sari sehingga beban pelayanan

terkadang dibebankan kepada seorang pegawai saja yang memakai komputer

tersebut.

4.2.3.4.2 Apartur Kecamatan dapat dengan baik menjawab komplain/

masalah yang terjadi ketika melakukan pelayanan.

Pernyataan Kedua, pernyataan yang berkaitan dengan kemampuan

aparatur Kecamatan dalam menjawab komplain masyarakat ketika melakukan

pelayanan. Dari data yang didapat pada kolom Ekspektasi, harapan masyarakat

menjawab 184 responden menjawab sangat setuju dan 83 responden menjawab

setuju seharusnya aparatur kecamatan mampu menjawab setiap masalah/komplain

yang terjadi ketika melakukan pelayanan. Namun nilai yang diterima atau

persepsi masyarakat hanya menjawab 16 sanagat setuju, 211 responden menjawab

setuju dan masih ada responden yang menjawab tidak setuju yakni sebanyak 40

responden. Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (184x4)+(83X3) = 3,68


267

Persepsi P= (16x4)+(211x3)+(40x2)= 2,91


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,91 - 3,68 = - 0,78


Dari data hasil perhitungan tersebut skornya (-0,78) hal ini dapat

disimpulkan bahwa masyarakat belum merasa puas. walaupun sebagian besar

responden menjawab setuju namun sekali lagi skor kesenjangan antara persepsi

dan ekspektasi terpaut jauh. Aparatur yang baik adalah aparatur yang memahami

segala kegiatan yang ditangani oleh yang bersangkutan. Pegawai pelaksana yang

akan terlibat langsung berhadapan dengan masyarakat. Sudah sepatutnya pegawai

tersebut memahami maksud dan arti pelayanan tersebut. Sebab petugas itulah

yang akan berhadapan langsung dengan orang yang berkepentingan, sehingga ia

harus mampu memberikan penjelasan serta pelayanan yang tepat dan cepat.

4.2.3.4.3. Sikap santun aparatur kecamatan memberikan pelayagnan kepada

masyarakat.

Pernyataan Ketiga, pernyataan yang berkaitan Dengan sikap santun

aparatur Kecamatan dalam melayani masyarakat. Pada kolom Ekspektasi 184

responden menjawab sangat setuju dan 83 responden lainya menjawab setuju

seharusnya aparatur Kecamatan bersikap santun dalam melayani masyarakat.

Tetapi nilai yang didapat/persepsi masyarakat menjawab 22 responden sangat

setuju, 178 responden setuju kemudian 66 responden menjawab tidak setuju dan

hanya ada 1 responden menjawab sangat tidak setuju. Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (184x4)+(83X3) = 3,64


267

Persepsi P= (22x4)+(178x3)+(66x2)+(1x1) = 2,82


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,82- 3,64 = - 0,82


Dari hasil perhitungan tersebut nilainya (-0,82) hal ini dapat disimpulkan

kembali bahwa masyarakat tidak puas dengan sikap aparatur Kecamatan dalam

melayani masyarakat. Sikap santun seorang pegawai dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat menentukan kenyamanan bagi pengguna layanan

itu sendiri. Karena jika pagawainya bersikap santun masyarakat pun tidak

canggung dan merasa tidak terbebani dengan perasaan takut merepotkan, takut

menggangu dan sebagainya. Walaupun sudah kewajiban aparatur kecamatan

melayani masyarakat dan hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan yang

baik. Sehingga kedepanya lagi diharapkan sikap sntun ini harus dipupuk serta di

tingkatkan lagi karena ini menyangkut kepentingan umum dan sikap itu tentunya

harus berdasarkan keiklasan dari hati nurani yang paling dalam pada setiap

aparatur Kecamatan sehingga tidak ada paksaan atas kewajiban yang membebani

aparatur Kecamatan dalam melayani masyarakat dengan setulus hati.

4.2.3.4.4 Sikap ramah tamah Aparatur kecamatan terhadap masyarakat

yang hendak melakukan pelayanan.

Pernyataan Keempat pada dimensi assurance adalah Pernyataan yang

berkaitan dengan sikap ramah tamah aparatur kecamatan terhadap masyarakat

yang hendak melakukan kegiatan pelayanan. Ekspektasi masyarakat menjawab

177 responden sangat setuju dan 99 responden menjawab setuju seharusnya

aparatur kecamatan bersikap ramah tamah kepada masyarakat yang akan

melakukan pelayanan. Tetapi bila melihat persepsi/ nilai yang di terima

masyarakat hanya menjawab 22 responden sangat setuju,156 responden setuju, 87


responden menjawab tidak setuju dan 2 responden menjawab sangat tidak setuju.

Dengan perhitungan :

Ekspektas E= (177x4)+(90X3) = 3,66


267

Persepsi P= (22x4)+(156x3)+(87x2)+(2x1) = 2,74


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,74 - 3,66 = - 0,92

Dari hasil perhitungan di atas nilainya (-0,92), dapat disimpulkan bahwa

masyarakat tidak puas terhadap sikap yang ditunjukan aparatur kecamatan

terhadap masyarakat. Karena tidak semua aparatur Kecamatan mempunyai sikap

maupun yang sama satu sama lain,ada yang sadar akan pentingnya bersikap ramah

dan ada pula yang acuh kepada masyarakat.walupun demikian hal ini tidak boleh

ditujukan pada masyarakat karena masyarakat adalah fokus utama bagi aparatur

Kecamatan yang harus mengabdi dan melayani masyarakat sebaik mungkin tanpa

membedakan golongan tertentu dalam status sosianya saja agar semuanya dapat

merasakan kenyamanan dalam melakukan pelayanan.


4.2.3.4.5 Skor Dimensi Assurance

Dari hasil perhitungan item peritem pada aspek Assurance maka dapat di

ketahui Skor keseluruhan Servqualnya sebagi berikut:

Tabel 4.17
Skor Dimensi Accurance

No Nilai Nilai P,E Dimensi Skor Rata- rata per dimensi


Persepsi Ekspektasi Persepsi Ekspektasi P-E
14 2,95 3,64 -0,95 Assurance 2,85 3,65 -0,8
15 2,91 3,68 -0,7
16 2,82 3,64 -0,82

17 2,74 3,66 -0,92

Sumber : Hasil data yang diolah

Dari hasil perhitungan di atas, pada aspek assurance yang menyangkut

aspek pengetahuan dan keramahan petugas pelayanan, hasilnya adalah (-0,8), itu

artinya masyarakat belum merasapuas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak

penyelenggara layanan. Ketidak puasan ini disebabkan antara lain terutama

kemampuan petugas pelayanan dalam meguasai fasilitas yang ada seperti

komputer dan dalam menjawab komplan atau maslah dalam melakukan

pelayanan, dimana masyarakat masih belum puas akan kemampuan aparatur

kecamatan. Kecamatan merupakan wilayah administrasi, suatu kegiatan

administratif yang dilakukan organisasi kantor dengan menggunakan alat-alat atau

fasilitas yang ada dalam kantor yang bersangkutan yang mana fungsinya sebagai

pendukung utama upaya pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan dalam

bentuk pelayanan.
Skor dari dimensi assurance yang paling buruk adalah kemampuan dalam

hal pengoprasian alat-alat seprti komputer. Jumlah alat yang minim ditambah

dengan SDM yang kurang telaten mengakibatkan pelayanan menjadi

lambat.kemudian pada aspek penaganan komplan. Masih ada apartur Kecamatan

kurang memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidangnya

sehingga kurang mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar,

sinkat dan jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh

kejelasan mengenai sesuatu.

Seterusnya skor yang negatif lainya pada aspek keramah tamahan apartur

Kecamatan, sudah menjadi norma masyarakat bahwa sopan santun merupakan

suatu bentuk penghargaan atau penghormatan kepada orang lain.dengan sopan

santun, orang merasa dihormati sebagimana layaknya dalam hubungan

kemanusiaan,dan dengan demikian merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi

yang bersangkutan. Kesopanan tingkah laku tidak terbatas pada tindak-tanduk saja

melainkan ada rangkaian dengan tegur sapa dan tutur kata. Miaslanya saja seorang

tamu akan merasa puas apabila di tegur terlebih dahulu oleh petugas pelayanan

yang menayakan kepentingan/keperluanya. Hal ini sangat berbeda dalam kegiatan

sehari-hari di Kecamatan Gunung Sari seorang tamu /masyarakat dibiarkan saja

berdiri sambil menvcari kesempatan untuk bertanya kepada petugas pelayanan,

itupun dijawab oleh petugas pelayanan dengan cara yang kurang sopan. Kesan ini

jelas tidak baik, karena menimbulkan kedongkolan pada masyarakat, sehingga ia

mudah tersinggung yang demikian ini jelas bukan maksud layanan yang baik dan

memuaskan.
4.2.3.5 Dimensi Emphaty

Dimensi Emphaty adalah kepedulian dan perhatian terhadap pengguna

layanan secara individual yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan.

Pada dimensi ini peneliti menggunakan 5 item pernyataan dimana ke lima item

tersebut dikelompokan kedalam dua kolom jenis pernyataan yakni kolom

persepsi/ nilai yang diterima masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dan

kolom Ekspektasi/harapan pengguna layanan.

4.2.3.5.1 Apartur kecamatan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat

dibandigkan kepentingan pribadi

Pernyataan Pertama dalam dimensi emphaty, pernyataan yang berkaiatan

dengan sikap aparatur Kecamatan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat

yang hendak melakukan pelayanan dibandingkan kepentingan pribadinya.dari

data yang didapat pada 267 responden untuk kolom Ekspektasi atau harapan

masyarakat pengguna layanan menjawab 219 responden sangat setuju dan 48

responden menjawab setuju seharusnya aparatur kecamatan lebih mengedepankan

kepentingan masyarakat yang akan melakukan pelayanan dibandingkan

kepentingan pribadinya. Namun pada kolom Persepsi/nilai yang diterima

masyarakat masih ada responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan

aparatur kecamatan lebih mempentingkan kepentingan masyarakat dibanding

kepentingan pribadinya yakni sebanyak 45 responden, walaupun sebagian besar

menjawab setuju yakni sebanyak 203 responden dan 19 responden lainya

menjawab sangat setuju.


Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (219x4)+(48X3) = 3,82


267

Persepsi P= (19x4)+(203x3)+(45x2) = 2,90


267
Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,90 - 3,82 = - 0,92

Dari hasil di atas skornya (-0,92) artinya masyarakat belum merasa puas

atas layanan yang diberikan dan dapat dikatakan pelayanan di Kecamatan masih

buruk. Sudah seharusnya aparatur Kecamatan lebih mementingkan kepentingan

masyarakat dibandigkan kepentigan pribadinya. Hal itu merupakan kewajiban

sebagi abdi negara untuk melayani keperluan masyarakat yang mempunyai

kepentigan dengan instansi tersebut sesuai denagan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan.tetapi Masih adanya aparatur Kecamatan yang belum

profesinalnya dalam bekerja. Sebagai contoh masih ada apartur Kecamatan yang

sering mangkir kerja karena ada urusan pribadinya mengelola usaha lain diluar

pekrjaanya sebagai apartur Kecamatan. Hal ini tentunya sangat merugikan

masyarakat yang sudah tentu bagi pribadi aparaturnya sebuah keuntungan

pribadinya.

4.2.3.5.2 Aparatur Kecamatan dalam memberikan pelayanan berprilaku adil

dan tidak pandang bulu.

Pernyataan Kedua dalam dimensi emphaty, Item pernyataan yang

berkaitan dengan aparatur kecamatan berlaku adil dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat atau dapat disebut juga tindak diskriminatif. Pada kolom

Ekspektasi/harapan masyarakat menjawab 235 responden sangat setuju dan 32


responden menjawab setuju seharusnya aparatur kecamatan tidak pandang bulu

atau diskriminatif dan berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Namun pada kolom persepsi hanya 26 responden yang menjawab

sangat setuju,122 responden menjawab setuju, 108 responden menjawab tidak

setuju dan 11 responden menjawab sangat tidak setuju.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (235x4)+(32X3) = 3,88


267

Persepsi P= (26x4)+(122x3)+(108x2)+(11x1) = 2,61


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,61 - 3,88 = - 1,27

Dari hasil di atas skornya (-1,27) Maka dapat disimpulkan kualitas

pelayanan pada item ini sagat buruk atau dapat disimpulkan masyarakat tidak

puas terhadap aparatur Kecamatan dalam memberikan pelayanan karena masih

terdapat aparatur Kecamatan yang tidak bekrja secara profesional dalam melayani

masyarakat. Sebagai warga negara kita mempunyai hak yang sama dengan warga

negara lainya tidak terkecuali. Pelayanan yang secara umum didambakan adalah

mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilh kasih. Kurang profesionalnya

aparatur kecamatan dalam memberikan layanan merupakan sumber dari ketidak

adilan pada masyarakat,masih banyak masyarakat yang tidak puas akan sikap

profesional petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan ini karena apartur

kecamatan cenderung lebih merespon orang yang kenal dengan aparatur

kecamatan dibandigkan orang baru yang akan melakukan pelayanan walaupun


orang tersebut datang terlebih dahulu,sehingga masyarakat masih kecewa dengan

sikap aparatur kecamatan tersebut.

4.2.3.5.3 Apartur Kecamatan menunjukan simpatik yang tulus membantu

masyarakat yang merasa kesulitan dalam penyeleaian pelayanan.

Pernyataan Ketiga dalm dimensi emphaty adalah Pernyataan yang

berkaitan dengan aparatur Kecamatan menunjukan rasa simpatik yang tulus untuk

membantu masyarakat yang merasa kesulitan ketika sedang melakukan pelayanan.

Pada kolom Ekspektasi, 219 responden menjawab sangat setuju dan 48 lainya

menjawab setuju seharusnya aparatur menunjukan rasa simpatik yang tulus untuk

membantu masyarakat yang merasa kesulitan ketika sedang melakukan pelayanan.

Tetapi Persepsi yang diterima lebih kecil dari harapan/ekspektasi masyarakat

hanya 42 responden yang menjawab sangat setuju, 182 responden menjawab

setuju dan masih terdapat responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 43

responden. Maka skor kualitas pelayananya adalah :

Ekspektasi E= (219x4)+(48X3) = 3,82


267

Persepsi P= (42x4)+(182x3)+(43x2) =2,99


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,99 - 3,82 = - 0,83

Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum puas dan pelayanan

yang diberikan dapat dikatakan masih buruk. Memperoleh pelayanan secara wajar

tanpa gerutu, sindiran atau untaian katat laian semacam itu yang nadanya

mengarah permintaan sesuatu, baik alasan pembelian kertas, onkos fotocopy,

biaya bensin dan sebaginya ini masih terjadi di Kecamatan Gunung Sari. Rasa
simpatik untuk membantu masyarakat belum tertanam pada semua aparatur

kecamatan. Masih adanya aparatur Kecamatan yang belum tulus membantu

masyarakat yang merasa kesulitan akhirnya menjadi citra buruk bagi

organisasi/instansi yang bersangkutan.

4.2.3.5.4 Apartur kecamatan dapat dengan mudah ditemui masyarakat yang

hendak melakukan pelayanan.

Pernyataan Keempat dalam dimensi emphaty adalah pernyataan yang

berkaitan dengan kemudahan aparatur Kecamatan untuk ditemui masyarakat. Pada

kolom Ekspektasi/harapan masyarakat menjawab 225 responden sangat setuju dan

42 responden menjawab setuju sharusnya aparatur Kecamatan dapat dengan

mudah ditemui masyarakat yang hendak melakukan pelayanan. Namun nilai yang

masyarakat rasakan atau persepsi masyarakat hanya 18 responden menjawab

sangat setuju,105 responden menjawab setuju dan lebih banyak lagi yang

menjawab tidak setuju yakni sebanyak 118 responden menjawab tidak setuju dan

33 responden lainya menjawab sangat tidak setuju.

Dengan perhitungan :

Ekspektasi E= (225x4)+(42X3) = 3,84


267

Persepsi P= (11x4)+(105x3)+(118x2)+(33x1) = 2,35


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 2,35 - 3,84 = - 1,49

Dari skor Servqual hasilnya (-1,49) hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

masyarakat tidak puasan akan item pernyataan tersebut. Sudah semestinya pada
jam kerja aparatur Kecamatan dapat dengan mudah ditemui oleh masyarakat yang

akan melakukan pelayanan. Tetapi hal ini berbalik dengan apa yang ada di

Kecamatan Gunung Sari. Sikap kurang disiplin kerja pegawai sebagai salah satu

contoh masalah yang ada di Kecamatan Gunung Sari dan peneliti yakini hal yang

sama juga masih terjadi di Kecamatan-Kecamatan lainya. Sebagi contoh

Kecamatan Gunung Sari kehadiran Camatanya kurang maksimal sehingga dapat

menghambat pelayanan di kecamatan tersebut. Tidak jarang masyarakat harus

menunggu lama kehadiran Camatanya agar supaya urusanya dapat segera selesai.

Sesuatu yang miris jika seorang camatnya saja semaunya sendiri dapat

dibayangkan bagaimana pelayanannya akan baik. Hal tersebut harus segera di

benahi agar citra positif dapat dibangun yang pada akhirnya dapat memuaskan

masyarakat.

4.2.3.5.5. Apartur kecamatan mempunyai sikap bertanggung jawab

memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam kegiatan pelayanan.

Pernyataan Kelima, pernyataan terakhir pada dimensi Emphaty. Untuk

pernyataan terakhir ini yang berkaitan dengan pernyataan sikap tanggung jawab

pegawai dalam memperbaiki kesalahan yang terjadi apabila dalam kegiatan

pelayanan terjadi kesalahan dalam pengetikan catatan. Pada kolom Ekspektasi

masyarakat menjawab 251 responden sangat setuju dan 16 responden setuju.

Kemudian pada kolom Persepsi 173 responden menjawab sangat setuju dan 94

responden lainya menjawab setuju.


Dengan perhitungan:

Ekspektasi E= (251x4)+(16X3) = 3,94


267

Persepsi P= (173x4)+(94x3) = 3,64


267

Kualitas pelayananya ialah Q= P-E Q = 3,64- 3,94 = - 0,3

Pada hasil perhitungan di atas skornya (-0,3) yang mana hasil tersebut

mandekati kepuasan masyarakat tetapi nilai harapan masyarakat lebih besar

dibandingkan nilai yang diterima maka dapat disimpulkan kualitas pelayananya

masih kurang baik. Sudah sepatutnya aparatur Kecamatan bertanggung jawab

akan kesalahan dalam melakukan pelayanan hal ini memang sudah tercermin

dengan tidak adanya responden yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Namun nilai yang diterima belum melebihi

harapan masyarakat sehingga pelayananya dikatakan kurang memuaskan. Hal ini

bisa saja pada kecepatan perbaikan pelayanan yang mana masayarakat belum

merasapuas. Hal ini tetunya harus menjadi acuan agar lebih baik lagi dalam hal

pertanggung jawaban apataur kecamatan dengan memberikan pelayanan kembali

dengan cepat dan tepat.


4.2.3.5.6 Skor Dimensi Emphaty

Dari hasil perhitungan item peritem pada aspek Emphaty maka dapat di

ketahui Skor keseluruhan Servqualnya sebagi berikut:

Tabel 4.18
Skor Dimensi Emphaty

No Nilai Nilai P,E Dimensi Skor Rata- rata dimensi


persepsi Ekspektasi Persepsi Ekspektasi P-E
18 2,90 3,82 -0,92
19 2,61 3.88 -1,27
20 2,99 3.82 -0,83 Emphaty 2,89 3,86 -0,97
21 2,35 3,84 -1,49
22 3,64 3,94 -0,3
Sumber : Hasil data yang diolah.

Dari hasil perhitungan diatas skor pada aspek Emphaty perhatian

pelanggan yang diberikan oleh aparatur kecamatan yakni sebesar (-0,97) ini

menandakan masih belum dikatakan baik atau masyarakat belum merasa puas.

Ketidak puasan ini penyebabnya antara lain sikap kurang profesionalnya aparatur

Kecamatan dalam menjalankan fungsinya sebagai abdi masyrakat. Salah satunya

yang paling mencorong adalah tentang bagaimana aparatur Kecamatan bersikap

adil dan tidak pandang bulu, dimana masyarakat masih megeluhkan adanya

aparatur Kecamatan yang masih belum adil dalam melayani masyarakat. Sebagi

contoh dalam pembuatan E-KTP saja baru-baru ini masyarakat ada yang

mengeluhkan sikap dari beberapa aparatur Kecamatan yang mendahulukan

masyarakat yang lain yang jelas datang di Kecamatan jauh sebelum masyarakat

yang menganteri duluan namun dilayani terlebih dahulu oleh aparatur


kecamatan,dengan alasan sudah mempunyai nomer urut sebelumnya. Hal yang

tidak wajar memang karena orang/masyarakat tersebut yang dilayani adalah ada

hubungan dekat dengan apartur kecamatan. Hal kecil yang tidak perlu dilakukan

oleh aparatur Kecamatan yang berdampak besar dengan image/citra buruk yang

dibangun oleh aparatur kecamatan itu sendiri.

Seturusnya skor yang paling mencorong yakni mengenai dengan

kemudahan aparatur Kecamatan di temui oleh masyarakat yang mempunyai

keperluan pelayanan. Dimana masih ada aparatur Kecamatan yang masih susah

ditemui oleh masyarakat, terutama adalah Camat Kecamatan itu sendiri dimana

kehadiran Camat yang tidak maksimal sebagi fungsi seorang Camat. Camat

fungsinya sangat besar dan sangat krusial di Kecamatan sehingga dapat disebut

juga orang nomer satu di kantor Kecamatan Gunung Sari. Namun sikapnya tidak

mencerminkan sebagimana fungsi sentralnya di Kecamatan. Kehadiran Camat

yang tidak maksimal ditambah dengan ketidak disiplinan dalam jam mesuk kerja

kantor mengakibatkan masalah yang besar dan sangat merugikan masyarakat.

Terkadang masyarakat menuggu terlalu lama kedatangan seorang Camat agar

berkas pelayananya untuk sekedar meminta ijin, keterangan dan tanda tangan

seorang Camat. Bahkan jika Camatanya tidak masuk dapat ditunda esokan

harinya. Hal ini sangat merugikan waktu dan tenaga masyarakat yang seharusnya

mendapatkan pelayanan yang maksimal dari aparatur Kecamatan.mengingat

bahwa keperluan akan berkas atau pelayanan yang dibutuhkan sifatnya tidak

selalu dapat diulur waktunya,yang mana ada keperluan mendadak atau berkas

yang harus segera terpenuhi oleh masyarakat. Sesuatu yang dapat disimpulkan
bahwa seorang Camat dalam menjalankan fungsinya kurang maksimal dapat

dipastikan kualitas pelayananya buruk karena camat merupakan peran sentral di

Kecamatan.

4.3. Pembahasan

Dari hasil penelitian dan hasil analisis data pada kesemua aspek Kualitas

pelayanan yang mana menurut Zeithaml, Berry dan parasuraman dalam Arief

(2007:135) menjelaskan Dimensi Kualitas pelayanan, menyatakan bahwa terdapat

lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:

1. Tangibels (bukti langsung), yaitu penampilan fasilitas – fasilitas


fisik, perlengkapan, peralatan, penampilan pegawai, dan sarana
komunikasi yang disediakan.

2. Realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberi janji


terhadap pelayanan yang meliputi dua hal yaitu dapat dipercaya dan
akurat (tepat dan diteliti).

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan untuk membantu


para pengguna dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat.

4. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan para


karyawan dan kemampuannya untuk menumbuhkan kepercayaan
dan keyakinan kepada pengguna layanan.

5. Empathy (empati), yaitu perhatian atensi perorangan dan perusahaan


kepada pengguna layanan.

Dimensi kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan

Parasuraman tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang

mereka terima. Jika kenyataanya pelanggan menerima pelayanan melebihi

harapanya,maka pelanggan akan mengatakan pelayananya berkualitas dan jika


sebaliknya pelanggan menerima pelayanan yang kurang atau sama dari harapanya,

maka pelanggan akan mengatakan pelayananya tidak berkualitas atau tidak

memuaskan.

Berdasarkan pada konsepsi tersebut Zeithaml, Berry dan parasuraman

(1985) dalam Sarah (2011:33) menyimpulkan tiga kondisi yang mengekspresikan

kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan yang diterimanya yaitu:

4. Saat harapan pelanggan lebih rendah dari persepsi terhadap


pelayanan yang diperoleh, maka hal tersebut menjadi kejutan yang
menyenangkan nagi pengguna layanan.
5. Pada saat harapan pelanggan sesuai dengan persepsi terhardap
pelayanan yang di peroleh maka pelanggan akan merasa puas.
6. Pada saat harapan pelanggan lebih besar dari pada persepsi terhadap
pelayanan yang diperoleh maka pelanggan akan merasa tidak puas
terhadap pelayanan.

Atas konsepsi tersebut maka dari hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya dapat diketahui seberapa besar kualitas pelayanan di Kecamatan

Gunung Sari.
Skor SERVQUAL keseluruhan ke lima dimensi kualitas pelayanan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.19
Skor Keseluruhan Kualitas pelayanan dikecamatan Gunung Sari

Skor rata-rata Skor rata-rata


No P E P-E DIMENSI Persepsi ekspektasi Jumlah
1 3,4 3,6 -0,2
2 1,39 3,7 -2,3 Tangible 2,87 3,62 -0,75
3 3,3 3,6 -0,3
4 3,4 3,6 -0,2
5 2,6 3,8 -1,4
6 3,04 3,8 -0,7 Realibility 2,74 3,8 -1,06
7 2,4 3,8 -1,4
8 2,2 3,8 -1,6
9 3,1 3,8 -0,7
10 2,9 3,6 -0,7
11 3 3,7 -0,7 Responsiveness 2,75 3,67 -0,92
12 2,5 3,7 -1,2
13 2,9 3,7 -0,8
14 2,95 3,64 -0,95
15 2,91 3,68 -0,7 Accurance 2,85 3,65 -0,8
16 2,82 3,64 -0,82
17 2,74 3,66 -0,92
18 2,90 3,82 -0,92
19 2,61 3,88 -1,27 Emphaty 2,89 3,86 -0,97
20 2,99 3,82 -0,83
21 2,35 3,84 -1,49
22 2,64 3,94 -0,3
Sumber : hasil keseluruhan data yang diolah
Dari hasil perhitungan di atas kesemua dimensi kualitas pelayanan yang

telah diteliti dan telah dianaliasis oleh peneliti maka dari kelima dimensi tersebut

hasilnya negatif. Jika melihat konsep teori yang digunakan oleh peneliti dimana

jika harapan pelanggan lebih rendah dari persepsi terhadap pelayanan yang

diperoleh, maka dapat dikatakan pelayananya sangat puas, jika harapan

pelanggan sesuai dengan persepsi terhardap pelayanan yang di peroleh maka

pelanggan akan merasa puas, Namun jika harapan pelanggan lebih besar dari

pada persepsi terhadap pelayanan yang diperoleh maka pelanggan akan merasa

tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kecamatan.

Untuk menjawab Rumusan masalah yang terdapat di bab 1 yaitu bagaimana

kualitas pelayanan di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang, yaitu di

Kecamatan Gunung Sari dimana Harapan masyarakat lebih besar dari pada

persepsi terhadap pelayanan yang diperoleh sehingga dapat di katakan pelayanan

di Kecamatan Gunung Sari sangat buruk dan tidak memuaskan masyarakat.

Berdasarkan Hasil penelitian pada dimensi Tangible dimana dimensi

tersebut terdapat 4 pernyatan yang diajukan kepada setiap responden, dan hasilnya

adalah masyarakat belum merasa puas atas pelayanan yang diberikan yang mana

skornya (-0,75). Skor item pernyataan yang paling besar kesenjanagannya antara

persepsi dan ekspektasi pada dimensi tangble ialah item pernyataan nomer 2

dimana item ini berkaitan dengan aparatur Kecamatan menyediakan jumlah

tempat duduk yang memadai guna kenyamanan pelayanan dengan skor (-2.3).

Pada relitanya di Kecamatan Gunung Sari belum memadainya jumlah tempat

duduk sangat menggangu kenyamanan pelayanan. Sebagian besar responden


mengeluhkan jumlah tempat duduk yang kurang memadai bagi masyarakat yang

akan melakukan pelayanan. Hal ini harus segera dibenahi dengan cara menambah

jumlah kursi tempat duduk agar masyarakat merasa nyaman dalam menuggu

pelayanan di kantor Kecamatan Gunung Sari serta tidak lupa pula kebersihan dan

kerapihan pegawai Kecamatan harus di perhatikan dan diutamakan agar

masyarakat merasa puas dan nyaman melakukan pelayanan di kantor Kecamatan

Gunung Sari.

Pada Dimensi Reliabilty, pada dimensi ini mencakup tentang kemampuan

untuk menyelenggarakan pelayanan secara handal dan akurat. Dari 5 pernyataan

yang diajukan peneliti untuk menjawab identifikasi maslah yang telah dipaparkan

sebelunya pada bab 1 yakni hampir semua item pernyataan melebihi rata-rata item

pernyataan pada dimensi laianya, terutama item yang paling tinggi skor

kesenjanganya antara ekspektasi dan persepsi adalah item pernyataan nomer 5

skornya (-1,4) nomer 7 (-1,4) dan nomer 8 skornya (-1,6 ) dimana item tersebut

berkaiatan dengan ketepatan penyelesaian janji pelayanan, kedisiplinan masuk dan

pulang kerja pegawai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini

dikarenakan tidak tepat janjinya dalam penyelesaian dikarenakan masih adanya

tumpang tindih pekerjaan dan tupoksi yang masih belum berjalan dengan baik

dikarenakan penguasaan teknologi pada sebagian aparatur Kecamatan yang masih

kurang baik dan ditamnbah lagi dengan tingkat Kehadiran Camat yang tidak

maksimal sehingga menjadi alasan dalam pengerjaan tugas kantor.

Kemudian dari pada itu ketidak puasan masyarakat atas pelayanan di

Kecamatan Gunung Sari ini karena ketidak disiplinan aparatur Kecamatan dalam
menjalankan pekerjaanya dan kewajibanya sebagai abdi masyarakat. Kurang

disiplinya aparatur Kecamatan dapat terlihat dari banyaknya apartur Kecamatan

yang datang dan pulang kerja bukan pada waktu yang telah ditntukan. sikap

semaunya sendiri dari aparatur Kecamatan dengan datang terlambat sehingga

menghambat kelancaran pelayanan di tambah lagi degan pulang semaunya

sendiri. Walaupun Kecamatan tingkat rutinitas pelayananya tidak begitu tinggi

dari masyarakat bukan berarti bersikap semaunya sendiri tanpa menghiraukan jam

kerja yang sudah ditetapkan sebelumnya yakni dari pukul 08:30-17:00. Sikap

tepat janji dan disiplin waktu pegawai/aparatur Kecamatan harus selalu di

wujudkan daan ditingkatkan agar kedepanya citra positif di masyarakat akan baik

pula.

Pada dimensi Responsiveness/Responsivitas yang berkaitan dengan

kecepatan pelayanan, terdapat 4 item pernyataan dari ke epat item pernyataan

tersebut yang paling tinggi skor negatifnya adalah nomer item nomer 12 yang

mana berkaiatan dengan setiap kegiatan pelayanan di Kecamatan Gunung Sari

dilaksanakan oleh aparatur secara cepat tanpa menunda pelayanan. dimana

skornya ialah (-1,2). Sudah seharusnya kegiatan pelayanan di lakukan segera oleh

apartur tanpa menunda pelayanan, namun pada kenyataanya masih merasa tidak

puas karena salah satu penyebabnya ialah berkairan dengan dimensi reliability

dimana kehadiran Camat yang tidak tepat waktu dalam masuk kantor, sehinga

terkadang masyarakat menuggu kehadiran Camat intuk memperoleh legalitas

bubuhan tanda tangan sebagai bentuk pengesahan apa yang dibutuhkan

masyarakat. Hal ini diperparah jika Camat tidak masuk kantor terkadang
pelayananya harus ditunda esokan harinya karena semua pelayanan di kantor

Kecamatan Gunung Sari harus dengan di ketahui dan harus dengan seijin dari

seorang Camat sebagi pemegang pelimpahan wewenang dari Bupati/Walikota.

Hal yang tidak wajar dan tidak seharusnya terjadi dimana masyarakat

harus menuggu lama untuk memperoleh pelayanan dikarenakan sikap profesional

dari seorang Camat sendiri yang tidak mencerminkan mementingan masyarakat.

Sungguh ironis memang jika seorang Camatnya saja kurang disiplin maka

bagaimana dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Pada dimensi Assurance, peneliti menggunakanan 4 item pernyataan guna

mengukur dimensi tersebut. Dimensi Assurance adalah dimensi dari kualitas

pelayanan yang berkaiatan dengan pengetahuan dan keramahan petugas pemberi

layanan serta kemampuan mereka untuk menginspirasi kepercayaan dan

kenyamanan bagi pengguna layanan. Aspek ini salah satu yang paling di

harapkan pelanggan. Petugas yang ramah akan menjadi salah satu faktor

determinan bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian yang baik atas

pelayanan yang disajikan, namun pada penelitian yang dilakukan skornya (-0,8).

Itu berarti masyarakat belum merasa puas akan pelayanan yang diberikan pada

aspek assurance.

Hal yang penting lainya adalah cara penyampaian penjelasan atau

penjelasan yang disampaikan petugas layanan. Semakin ramah dan sopan

penyampaian penjelasan pelayanan maka akan semakin baik pula penerimaan

pengguna layanan yang disajikan. Akan tetapi pada kenyataanya setelah dilakukan

penelitian tepatnya pada sub-indikator mengenai aparatur Kecamatan mampu


meguasai fasilitas teknologi yang tersedia di Kecamatan Gunung Sari seperti

halnya komputer untuk kegiatan pelayanan skornya yang paling tinggi angka

minusnya yakni (-0,95). Masih adanya aparatur yang masih belum dapat

menguasai komputer sehingga ketika ada masyarakat yang hendak melakukan

pelayanan yang berhubungan langsung dengan komputer ketika petugas yang

dapat menguasai komputer tersebut sedang tidak ada ditempat maka pelayanan

akan tertunda dan belum dapat dilaksanakan sampai petugas yang biasanya

berurusan dengan komputer. Ini terjadi kerena salah satu penyebabanya adalah

pegawai di Kecamatan banyak yang berusia 40 tahun keatas dan diantara pegawai

banyak yang tidak bisa menguasai teknologi secara keseluruhan dan kurang

adanya semangat untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang teknologi.

Kemudian menyakut sub-indikator lainya pada dimensi Assurance yakni

tentang keramahan dalam memberikan pelayanan, skornya. Sudah dipaparkan

sebelumnya bahwa sikap sopan-santun dalam melayani masyarakat merupakan

salah satu faktor determinan bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian

yang baik atas pelayanan yang disajikan, namun pada kenyatanya masih adanya

aparatur yang belum dapat memberikan sikap yang baik ketika sedang melakukan

pelayanan menjadikan masyarakat menjadi enggan dan takut bertanya ketika

sedang melakukan pelayanan sehingga hal ini beresiko tejadinya kesalahan

pelayanan seperti halnya kesalahan pada pencatatan.

Selanjunya pada dimensi Emphaty, Dimensi Emphaty adalah kepedulian dan

perhatian terhadap pengguna layanan secara individual yang diberikan oleh pihak

penyelenggara pelayanan. Dalam dimensi ini peneliti mencoba menggunakan 5


indikator guna mengukur kualitas pelayanan dalam dimensi tersebut, dalam yang

paling tinggi skor kesenjaganaya antara harapan masyarakat/ Ekspektasi dan yang

diterima masyarakat sebagai pengguna jasa/ Persepsi yakni pada sub-indikator

yang berkaiatan dengan Aparatur Kecamatan Gunung Sari dapat dengan mudah

ditemui oleh masyarakat yang hendak melakukan pelayanan. Pada realita yang

ada masyarakat masih kecewa terutama kepada Camat Kecamatan Gunung Sari

itu sendiri.

Camat di perumpamakan sebagai tokoh sentral di Kecamatan dan

menjalankan fungsi yang krusial dimana apapun yang bersangkutan di wilayah

administrasi pada sektor Kecamatan, atas sepengetahuan camat dan seijin camat

itu sendiri. Tetapi faktanya Camat tidak maksimal dalam menjalankan amanah

tersebut dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan kehadiran yang kurang maksimal

dan kedisiplinan akan waktu kerja kantor yang sering sekali ditunjukan dengan

terlambat masuk kantor sehingga masyarakat harus menuggu kehadiran camat

yang mana tentunya mengakibatkan pelayanan dikecamatan menjadi tersendat.

Maka jika melihat kelima dimensi di atas yang telah dipaparkan, dimensi

yang paling tinggi angaka minusnya adalah pada dimensi Reliability. Pada

dimensi ini harus dilkukan perbaikan karena keadanya sangat memperhatinkan

jika melihat kesenjangan antara Persepsi masyarakat dan Ekspektasi masyarakat

itu sendiri terutama yang berkaiatan dengan ketepatan penyelesaian janji

pelayanan,kedisiplinan masuk dan pulang kerja pegawai sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan.


Pembahasan ini intinya menyatakan bahwa kualitas pelayanan di kentor

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang belum dikatakan Baik dan

memuaskan karena Harapan masyarakat akan pelayanan yang seharusnya

diberikan jauh berbeda dengan pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat. Hal ini

dibuktikan dengan Skor dari kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut

menunjukan hasil yang negatif, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat

belum merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara

layanan sehingga pelayananya dapat dikatakan buruk.


BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dalam penelitian kualitas pelayanan di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten

serang, Peneliti menggunakan teori menurut Valarie A,Zeithaml, A.Parasuraman,

dan L.Berry memeiliki lima sub variabel yaitu, Tangible, Reliabelitas,

Responsiviness, Assurance, Emphaty. Maka peneliti membuat kesimpulan :

1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisisi data yang telah dilakukan

oleh peneliti dan penjabaran teori yang dipakai maka dapat

disimpulkan bahwa kualitas pelayanan di Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Serang dapat dikatakan kurang memuaskan dan dapat

disimpulkan pelayananya kurang baik.

2. Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan menunjukan bahwa dari

kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut masing-masing skornya

adalah dimensi Tangible skornya (-0,75) dimensi Reliabelitas

skornya (-1,06), dimensi Responsiveness skornya (-0,92), dimensi

Assurance skornya (-0,8),dan pada dimensi Emphaty skornya

(-0,97). Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kualitas pelayanan di

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang dapat dikatakan kurang

memuaskan/buruk, dikarenakan kesenjanagan antara harapan

masyarakat sebagai pengguna layanan/Ekspektasi dan nilai yang


diterima masyarakat terhadap pelayanan tersebut/Persepsi tidak

seimbang. Dari kelima indikator kualitas pelayanan menurut teori

yang peneliti gunakan, semua nilai Ekspektasi masyarakat lebih

besar dari persepsi masyarakat itu sendiri mengakibatkan gap/jarak

antara keduanya. Sehingga skor kualitas pelayananya menunjukan

angka negatif. Dengan demikian jika melihat asumsi Dasar yang

dugunakan oleh peneliti yang mana jika ekspektasi masyarakat lebih

besar dari persepsi maka dikatakan kualitas pelayananya buruk.

Maka asumsi dasar sesuai dengan hasil penelitian.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang kualitas pelayanan publik di

Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Serang, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Aparatur Kecamatan lebih bertanggung jawab lagi akan tugas-tugas

yang seharusnya dijalankan dengan baik. Dan aparatur Kecamatan

juga harus lebih disiplin dalam bekerja untuk memperbaiki citra

aparatur kecamatan yang dianggap kurang disiplin dalam bekerja

terutama pada masuk dan puilang kerja sesuai dengan yang telah

ditetapkan. Hal yang dapat dirkomendasikan peneliti adalah dengan

pemberian sanksi bagi siapa saja pegawai Kecamatan yang

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.


2. Aparatur Kecamatan dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat tidak membedakan golongan status sosial di Kecamatan

tersebut karena semua masyarakat mempunyai hak yang sama

sebagai warga negara dan kewajiban pemerintah melayani sebaik-

baiknya atas hak masyarakat tersebut.

3. Aparatur Kecamatan menyediakan Jumlah tempat duduk yang

memadai dengan masyarakat yang akan melakukan pelayanan,

sehingga masyarakat merasa nyaman dan tidak merasa lelah

menuggu giliran dilayani oleh pihak Kecamatan Gunung Sari.

4. Pada penelitian yang dilakukan ternyata masalah ketepatan janji

penyelesaian pelayanan,kecepatan pelayanan tanpa menunda

pelayananan, masih dikatakan buruk hal ini berkaiatan dengan camat

Kecamatan Gunung Sari itu sendiri yang sulit di temui sehingga

palayanan menjadi terhambat dan hasilnya adalah pelayanan tidak

dapat selesai tepat pada waktunya. Hal yang dapat disampaikan

sebagai saran oleh peneliti bahwa kiranya sebagai seorang camat

yang memiliki peran krusial di Kecamatan menyadari akan tugas

yang dibebankan sebagai abdi negara dan dapat lebih disiplin lagi

dalam segala hal yang berkaiatan dengan kepentingan masyarakat.

Agar cita-cita dari otonomi daerah sebagai bentuk untuk

kesejahteraan masyarakat dapat terwujud secara nyata.


DAFTAR PUSTAKA

Arief,Mts. 2007. Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Malang :


Banyumedia.

Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta : Bumi


Aksara

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Nogi, Hessel Tangklilisan. 2005. Manajmen Publik. Jakarta : Gramedia Widia


Sarana
Parasuraman A, Valarie A.Zaithaml and Leonard L.Berry.1988. Multple-Item
Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Vol 64
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta :
Pustaka pelajar
Sabarno,Hari. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa.
Jakarta: Sinar Grafik
Silalahi,Ulber.2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama
Sinambela, Lajian Poltak dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi
Aksara
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Tjiptono, Fandi. 2008. Service Managemen, Mewujudkan Layanan Prima.


Yogyakarta : Andi Offse

Widjaja, HAW. 2007. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada
DOKUMEN-DOKUMEN

Kepmenpan No.25 Tahun 2004 Tentang Indikator Kepuasan Masyarakat

Kepmendagri No 4 Tahun 2000 Tentang pedoman pembentukan kecamatan

Kepmendagri No.158 Tentang Pedoman Organisasi Kecamatan

Peraturan Pemerintah No.129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan


Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.19 Tahun 2003 Tentang Pembentukan
Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Bandung
Undang-Undang No.25 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang pemerintahan Daerah

SUMBER LAIN

Profil Kecamatan Gunung Sari

Sarah.2011. Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cibodas


Kota Tanggerang. Universiras Sultan Agang Tirtayasa. Tidak di terbitkan
RIWAYAT HIDUP

NAMA : ANDI SUPRIADI

NIM : 6661072785

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 13 Agustus 1989

Alamat : Ds.Gunung Sari RT01/RW01 Kec.Gunung


Sari,Kab Serang

Agama : ISLAM

RIWAYAT PENDIDIKAN

 SDN Gunung Sari 1 Kecamatan Pabuaran


 SLTPN 2 Pabuaran Kecamatan Pabuaran
 SMA Informatika, Serang
 FISIP- Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Prodi Ilmu Administrasi
Negara, Tahun 2007 s/d sekarang

Anda mungkin juga menyukai