Anda di halaman 1dari 33

1 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia: yang artinya jiwa. dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Dewasa ini ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang pesat dengan diketemukannya mekanisme terjadinya skizofrenia dan obat-obatan anti-skizofrenia, sehingga penderita skizofrenia dapat pulih dan dapat kembali menjalani kehidupan yang normal. Skizofrenia merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat Sebab di AS angka pasien skizofrenia cukup tinggi (lifetime prevalance rates) mencapai 1/100 penduduk. Berdasarkan data di AS: 1. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut; 2. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi dari penyakit Alzheimer, multipel sklerosis, pasien diabetes yang memakai insulin, dan penyakit otot (muscular dystrophy); 3. 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya berhasil (mati bunuh diri); 4. Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya. Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi. Skizofrenia termasuk salah satu gangguan jiwa yang sering dijumpai dalam masyarakat, dan termasuk penyakit yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Menurut The Global Burden of Disease, a World Health Organization (WHO), skizofrenia merupakan salah satu dari

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

2 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

10 penyebab kelumpuhan kemampuan di dunia di antara umur 15-44 tahun. Dan ini tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi baik dari efek langsung yaitu biaya pengobatan dan efek tidak langsung yaitu ketidakmampuan untuk bekerja secara produktif. Melihat dari onset umur penderita, skizofrenia menyerang pada masa puncak mereka akan memperoleh pertumbuhan dan produktifitas.

I.2

Batasan Masalah Makalah ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi,gejala klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan skizofrenia

I.3

Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi,gejala klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan skizofrenia. 2. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati dan Rumah Sakit jiwa provinsi Sumatera Utara.

I.4

Manfaat Penulisan Menambah wawasan dan pemahaman mengenai skizofrenia serta penatalaksanaan yang tepat.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

3 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Dari sekian banyak konsep yang disertakan pada skizofrenia, diantaranya terhadap konsep skizofrenia menurut Kurt Scheneider (1939). Menurut Scheneider, konsep skizofrenia, tersusun atas dua kelompok yaitu first rank symptoms (gejala-gejala rangking pertama) dan second rank symptoms (gejala-gejala rangking kedua). Kriteria lainnya yaitu menurut Bleuler, yang membedakan menjadi gejala primer dan gejala sekunder utuk mendiagnosis skizofrenia.

Kriteria Kurt Scheneider dan Bleuler untuk mendiagnosis skizofrenia, yaitu : 1. Kriteria Kurt Scheneider, First and Second Rank Symptoms

Skizofrenia berasal dari kata Schizos (pecah-belah), dan Phren (jiwa), yaitu jiwa yang terpecah belah. Sering pula disebut sebagai Splitting of the mind atau retaknya jiwa dan kepribadian. Definisi skizofrenia menurut Kurt Scheneider adalah merupakan gangguan dengan (penyebab), etiologi yang tidak diketahui. Ditandai dengan adanya gejala psikotik yang secara berarti mengganggu atau telah terjadi disharmoni dalam proses pikir, perasaan dan perilaku. Dari sekian banyak konsep yang disertakan pada skizofrenia, diantaranya terhadap konsep skizofrenia menurut Kurt Scheneider (1939). Menurut Scheneider, konsep skizofrenia, tersusun atas dua kelompok yaitu first rank symptoms (gejala-gejala rangking pertama) dan second rank symptoms (gejala-gejala rangking kedua).

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

4 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

First rank (rangking) Symptoms terdiri dari : 1. Halusinasi pendengaran Pada skizofrenia halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hamper tidak dijumpai pada keadaan lain. Suara tersebut dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Misalnya : Halusinasi dengar (Third order pada skizofrenia). Ada suara berdebat antara dua orang yang memperdebatkan penderita atau mengomentari perilaku penderita (selaku orang ketiga) padahal tidak ada orang lain.

2. Gangguan batas ego ( Ego boundary disturbances) a. Somatic passivity Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar. Contoh gaib. b. Thought withdrawal Pikiran penderita diambil atau disedot keluar Contoh : pikirannya telah diambil keluar kepalanya. c. Thought insersion Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya itu dimasukkan ke dalam otaknya oleh orang lain. Contoh : seseorang merasa yakin bahwa buah pikirannya yang bukan berasal dari dirinya sendiri dimasukkan dari luar ke dalam pikirannya. : seseorang merasa yakin bahwa gerakan tubuhnya dipengaruhi oleh hal- hal yang

d. Thought broadcasting Pikirannya diketahui oleh orang lain atau pikirannya itu disiarkan keluar secara umum. Contohnya : seseorang merasa yakin bahwa pikirannya dapat disiarkan dari

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

5 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

kepalanya ke dunia luar sehingga orang lai tahu atau mendengarnya. Misalnya melalui televisi, radio, koran, dan lain-lain. e. Made-feeling Perasaannya dibuat oleh orang lain. f. Made-impuls Kemauannya atau tindakannya atau seolah-olah dipengaruhi oleh orang lain.

Second rank symptoms dari Scheneider terdiri dari : 1. Kelainan persepsi Persepsi adalah daya mengenal kualitas hubungan serta perbedaan suatu benda melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan, yaitu setelah panca inderanya mendapat rangsangan. Keadaan ini terjadi pada keadaan sadar atau dalam keadaan bangun. Gangguan persepsi terdiri dari : a. b. c. Halusinasi Ilusi Derealisasi

d. Depersonalisasi 2. Ide delusional mendadak Delusi atau waham adalah keyakinan yang patologis, tidak dapat dikoreksi, walaupun telah ditunjukkan bukti-bukti yang nyata dan di luar jangkauan social budayanya.Dasar terbentuknya wahan bersebab pada kelainan atau penyimpangan dari proses pikir.Ide delusional mendadak atau ide waham mendadak, masuk ke dalam kelompok waham atau delusi menurut proses terjadinya waham dalam bentuk primer.Waham atau delusi primer disebut juga sebagai penghayatan primer (primary delusion), berbentuk penghayatan terhadap suatu arti baru, yang tidak dapatditelusuri berdasarkan peristiwa psikologis yang mendahuluinya.

Waham primer ada tiga jenis :

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

6 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

a.

Waham perasaan (delusion mood)

Merupakan suatu penghayatan baru yang muncul dan dialami oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi si dekelilingnya oleh pasien, tentang ada sesuatu yang terjadi di sekelilingnya serta berkaitan dengan dirinya, namun dia sendiri tidak dapat mengetahui mengenai hal tersebut. b. c. Waham pikiran (delusion ideas) Waham persepsi (delusional perception)

Munculnya arti baru yang berasal dari suatu obyek, yang tidak dimengerti dipandang dari sudut perasaan atau sikap pasien.Waham waham yang muncul secara mendadak, biasanya tidak bisa dikoreksi atau tidak logis dan tanpa tilikan (insight). 3. Kebingungan (preplexity) Keadaan ini merupakan suatu kondisi mental yang ditandai dengan adanya kesadaran yang berkabut, diorientasi (meski tidak sehebat pada kebingungan organik), dan penurunan kemampuan untuk berinteraksi. Sering disertai dengan aktivitas yang berlebihan dan tampaknya dicetuskan oleh stress emosional.Kebingungan semacam itu muncul dan dapat diketemukan pada skizofrenia. 4. Perubahan alam perasaan depresif dan euforik. Dalam alam perasaan atau keadaan afektif, merupakan suatu nada perasaan, yang menyenangkan ataupun tidak (rasa bangga, kekecewaan, kasih saying yang menyertai suatu pikiran). Biasanya berlangsung lama, bersifat menetap dan umumnya tidak disertai dengan komponen fisiologis. Merupakan suatu kesinambungan yang normal antara sedih dan gembira. Gangguan mood (alam perasaan), ditandai dengan perasaan abnormal, dari depresi atau euphoria dengan gambaran psikotik yang terkait dalam beberapa kasus berat. Depresi adalah nada perasaan yang menyertai pikiran serta berlangsung lama,disertai dengan komponen psikologis, misalnya rasa sedih, susah, putus asa, tidak ada harapan, rasa tidak berguna, gagal dan penyesalan yang patologis.Pada umumnya depresi disertai dengan komponen somatik, seperti anoreksia,konstipasi, kulit lembab (dingin), tekanan darah atau nadi menurn, timbulgangguan tidur, semangat bekerja dan nafs u seksual menurun.Sedangkan euphoria menunjukkan rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan.Perubahan mood (alam perasaan) yang terjadi antara mood depresif dan mood euforik dapat dimasukkan ke dalam tipe afek yang labil, dimana afek berubah-ubah secara cepa tanpa pengawasan yang baik. Contohnya tiba-tiba marah-marah atau menangis ataupun tiba-tiba tertawa. Suasana perasaan yang berubahubah dan tidak menetap, berpindah-pindah dari satu suasana perasaan ke suasana perasaan lain sering disebut sebagai poikilothym.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

7 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

5. Perasaan pemiskinan emosional Hal ini merupakan perasaan emosional yang minim dan seadanya. Afek yang tidak semestinya, khas atau tipikal dan diketemukan pada gangguan skizofrenia. Ungkapan atau penampakan emosi pasien terlihat tidak serasi (inappropriate). Kadang-kadang perasaan emosional pasien seperti dibatasi sehingga terlihat diam karena terpaku pada dunianya sendiri (private world). Keadaan seperti ini cenderung menjadi atau dalam keadaan hipomanik.

2. Menurut Bleuler Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. Gejala primer (4A) Autisme

Orang tersebut cenderung menarik diri dari dunia luar dan berdialog dengan dunianya sendiri. Afek yang terganggu

Gangguan afek dan emosi berupa penampilan, pendataran dan ketidakserasian. Asosiasi yang terganggu

Proses pikir yang terganggu pada umumnya meliputi pelonggaran asosiasi, yaitu ide yang satu belum habis diutarakan sudah muncul ide yang lain, sehingga pembicaraan tidak dapat diikuti atau dimengerti. Ambivalensi

Dua hal yang berlawanan dan timbul pada waktu yang bersamaan dan pada satu obyek yang sama. Selain gejala 4A di atas, beberapa ahli menambahakan adanya gejala A yang lain yang dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis seperti abulia, menurunnya atensi, apati, alienasi, anhedonia, automatisme dan lain-lain. b. Gejala sekunder Waham Halusinasi Ilusi

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

8 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Depersonalisasi Negativism Automatisasi Echolalia Achopraxia Mannerism Stereotipi Fleksibilitas Cerea Katalepsi

EPIDEMIOLOGI Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.

ETIOLOGI Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

9 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma. Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya. (A) Faktor Neurobiologi Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial. (B)Hipotesa Dopamin Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa : Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

(C)Faktor Genetika Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.
Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa RS Jiwa provinsi Sumatra Utara FK Malahayati 2013

10 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

(D)Faktor Psikososial 1.Teori Tentang Individu Pasien Teori Psikoanalitik Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara ide dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk.Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain. Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan. Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak. Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

Teori Psikodinamik Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

11 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar. Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.

Teori Belajar Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional. 2. Teori Tentang Keluarga Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia.

3. Teori Sosial Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan penyakit.

GEJALA KLINIS Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu primer dan sekunder. Gejala-gejala primer :

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

12 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

1.Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran). Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan sawah. Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.

2.Gangguan afek dan emosi Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa : Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang. Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah : Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain sandiwara. Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

13 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

untuk melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.Gangguan kemauan.Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan. Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik. Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan. Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan. Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

4. Gejala psikomotor Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa kali.
Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa RS Jiwa provinsi Sumatra Utara FK Malahayati 2013

14 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya. Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).

Gejala-gejala sekunder : 1.Waham Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations). Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.

2.Halusinasi Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

15 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.

3. Ilusi Penderita salah mempersepsikan sesuatu yang dia dengar, dia lihat, dia cium, atau dia rasakan, misalnya penderita mendengar suara kucing tapi ia mengatakan tadi ia mendengar suara malaikat yang mengatakan sesuatu. Atau penderita melihat baju hitam di lemari tapi mengatakan ada setan di lemari, penderita makan salak tapi ia mengatakan sedang menikmati buah apel dll. Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau double personality, misalnya penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu. Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya. Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.

Tahapan halusinasi dan delusi atau waham yang biasa menyertai gangguan jiwa: Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa tahapan antara lain : 1. Tahap Comforting :

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

16 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman. 2. Tahap Condeming : Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (Withdrawal). 3. Tahap Controling : Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih. 4. Tahap Conquering : Pasien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia adalah: 1. Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia. 2. Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah. 3. Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

17 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

PERJALANAN PENYAKIT Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat. Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup. Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah. Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.

DIAGNOSIS Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia a. Kriteria 1 Gejala

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

18 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

1.

Thought Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

2.

Delusion o Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau o Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau o Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar. o Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3.

Halusinasi Auditorik Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh

4.

Waham Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

19 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

atau kekuatan dam kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

b.

Kriteria 2 Gejala Paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai Ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

PENATALAKSANAAN A.Farmakoterapi Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain : 1) 2) Haloperidol Thioridazine

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

20 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

3) 4) 5) 6) 7)

Thiothixene Fluphenazine Trifluoperazine Chlorpromazine Pherpenazine

Akbat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.5,6 Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain : o Risperdal (risperidone) o Seroquel (quetiapine) o Zyprexa (olanzopine) Para ahli banyak yang merekomendasikan obat-obat ini digunakan sebagai terapi untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.

B.Psikoterapi Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.3 da juga yang mengatakan bahwa Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seseorang pasien yan dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.8

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

21 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Penggolongan psikoterapi secara umum adalah sebagai berikut : Psikoterapi individual Psikoterapi kelompok Psikoterapi keluarga Manajemen kasus Assertive Community Treatment (ACT)

PROGNOSIS Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada : Usia pertama kali timbul ( onset) : makin muda makin buruk Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik Tipe skizofrenia : episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat Ada atau tidaknya faktor pencetusnya : jika ada lebih baik Ada atau tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek Kepribadian prepsikotik : jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. Keadaan sosial ekonomi : bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) Menikah
Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa RS Jiwa provinsi Sumatra Utara FK Malahayati 2013

22 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Riwayat keluarga gangguan mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif

Prognosa buruk Onset muda Tidak ada factor pencetus Onset tidak jelas Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk Prilaku menarik diri atau autistic Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologist Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

KLASIFIKASI Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di atas, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut : 1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa RS Jiwa provinsi Sumatra Utara FK Malahayati 2013

23 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol : 1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. 2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. 3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

24 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : 1. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara): 2. Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal) 3. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh); 4. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan); 5. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya); 6. Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan 7. Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

25 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated). Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu: 1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia 2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. 3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau : 1. Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini; 2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan 3. Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

26 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua 1. Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; 2. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia; 3. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia; 4. Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, danmdisertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

27 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

8. Skizofrenia lainnya 9. Skizofrenia YTT

Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya: Bouffe delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia. Skizofrenia laten. Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu. Oneiroid. Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut. Pseudoneurotik. Parafrenia.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

28 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi. Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe I. Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan. Skizofrenia tipe II. Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

29 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

BAB III KESIMPULAN

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.Etiologi merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan. Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

30 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia a. Kriteria 1 Gejala

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): 1. Thought Thought echo Thought insertion or withdrawal Thought broadcasting

2. Delusion 3. 4. Delusion of control Delusion of influence Delusion of passivity Delusional perception Halusinasi Auditorik Waham

b.

Kriteria 2 Gejala Paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: 1. 2. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja Ide-ide berlebihan (over- valued ideas) yang menetap

3. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme 4. 5. Perilaku katatonik Gejala-gejala "negative

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

31 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

Penatalaksanaan skizofrenia yaitu: 1.Farmakoterapi Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Haloperidol Thioridazine Thiothixene Fluphenazine Trifluoperazine Chlorpromazine Pherpenazine

2.Psikoterapi Penggolongan psikoterapi secara umum adalah sebagai berikut : Psikoterapi individual Psikoterapi kelompok Psikoterapi keluarga

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

32 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

Manajemen kasus Assertive Community Treatment (ACT)

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada : Usia pertama kali timbul ( onset) : makin muda makin buruk Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik Tipe skizofrenia : episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat Ada atau tidaknya faktor pencetusnya : jika ada lebih baik Ada atau tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek Kepribadian prepsikotik : jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. Keadaan sosial ekonomi : bila rendah lebih jelek.

Skizofrenia di bagi menjadi 9 yaitu Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Hebefrenik Skizofrenia Katatonik Skizofrenia Tak Terinci(Undiferentiated) Depresi Pasca Skizofrenia Skizofrenia Residual Skizofrenia Simpleks Skizofrenia Lainnya Skizofrenia YTT

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

33 Skizofrenia Amelia Farina 04310007

DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Greb J.A: Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi ke-7, Bina rupa Aksara, 1997. 2. PPDGJ III, Edisi II, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI. 3. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005. 4. Ilmu kedokteran jiwa (PSIKIATRI), Tony Setiabudhi, 2010 5. http://id.wikipedia.org/wiki/Skizofrenia

Bagian/ SMF Ilmu kedokteran jiwa

RS Jiwa provinsi Sumatra Utara

FK Malahayati 2013

Anda mungkin juga menyukai