Anda di halaman 1dari 5

Leukemia myeloid akut AML merupakan kasus leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa, dan kasus

ini meningkat pada pasien yang lansia. Untuk anak biasanya hanya 15-20%. Dengan kemoterapi dan pengobatan suportif, 65-85% pasien mampu mencapai CR dan 20-40% memerlukan waktu yang lama untuk sembuh. Durasi median remisinya adalah 1-2 tahun. Pada pasien dengan umur >60 thn, persentase mencapai CR lebih lambat (39-64%) dan durasi median remisi kurang dari satu tahun. Berbeda dengan ALL, terapi efeketif yang digunakan AML menyebabkan severe dan sering prolonged myelosuppression, kecuali tretinoin. Hasilnya pada pasien umur >65 thn memiliki resiko yang tinggi untuk infeksi yang serius dan komplikasi pendarahan. Perkembangan kesembuhan AML pada anak-anak selama 5 thn meningkat dari 17% tahun 1976 menjadi 50% pada thn 2000. Anak2 dengan penyakit sindrom down dan AML mendapatkan terapi yang lebih sedikit dan punya EFS 68-100%. Pengobatan AML berbeda dengan ALL, biasanya hanya dalam bentuk induksi dan terapi post-remisi. Profilaksis SSP tidak rutin diberikan pada pasien dewasa, karna umumnya diberikan kepada pasien pediatric. REMISSION INDUCTION (penurunan remisi) Tujuan dari penurunan remisi untuk AML adalah untuk menurunkan CR dengan cepat. Dibandingkan ALL, pasien AML lebih sedikit mencapai CR. Karena Laju CR berhubungan dengan intensitas regimen remission induction maka penggunaan obat diberikan dengan dosis yang seragam karna dapat menyebabkan severe marrow hipoplasia (kecuali tretinon). Salah satu alasan kenapa CR pada AML leboh rendah daripada pada ALL karena ketidakmampuan untuk memberikan dosis terapi yang optimal karena adanya toksisitas pada sumsum. Dengan peningkatan pengobatan suportif misalnya dengan kemoterapi, regimen pengobatan yang lebih intensif dapat menurunkan tingkat kekambuhan leukemia. Kebanyakan pasien mencapai CR setelah dua kali kemoterapi. Pasien yang mendapatkan terapi tambahan untuk kemoterapi biasanya mengalami prognosis yang buruk, walaupun setelah itu remisi tercapai. Agen yang paling aktif untuk AML (bukan M3) adalah 1. antibiotic antrasiklin (danorubicin, doxorubicin, idarubicin) 2. antracenedion ( mitoxantrone) 3. antimetabolite cytarabine. Regimen yang umum (7+3) kombinasi daunorubicin yang diberikan secara iv singkat 4560mg/m2 per hari selama hari 1-3. Selanjutnya dengan cytarabin 24 jam secara infus 100 mg/m2 sehari selama 7 hari. CR dengan regimen 7+3 biasanya pada pasien yang lebih muda. Laju remisi menurun 4050% pada pasien yang berumur besar dai 60 thn. Beberapa percobaan terus memperbaiki terapi 7+3 konvensional yaitu dengan: Meningkatkan cytarabine selama 10 hari

Menurunkan cytarabine selama 5 hari Mengganti doxorubicin dengan daunorubicin Menambah thioguanin Meningkatkan dosis cytarabine 200mg/cm2 perhari (secara continous infusion)

Uji klinis lain telah mengevaluasi idarubicin atau mitoxantrone sebagai alternatif, daripada kombinasi daunorubisin dengan cytarabine(continous infusion). Data awal menunjukkan bahwa idarubicin atau mitoxantrone meningkatkan tingkat CR pada orang dewasa < 60 tahun dan kelangsungan hidup meningkat. Sebaliknya, uji coba lain pada orang dewasa yang lebih tua menunjukkan tidak ada perbedaan dalam tingkat CR atau kelangsungan hidup, tapi tidak dilaporkan peningkatan jumlah pasien mencapai CR dengan pemberian idarubicin+sitarabin dibandingkan dengan daunorubisin+cytarabine. Dalam review jangka panjang hasil tindak lanjut dari percobaan acak mengevaluasi idarubicin dibandingkan daunorubisin, hanya satu percobaan mempertahankan perbedaan yang signifikan mendukung idarubicin. Efek pilihan anthracycline pada tingkat CR pada orang tua adalah dipelajari oleh (ECOG) . Lansia Pasien AML secara acak dosis standar sitarabin dikombinasikan dengan baik daunorubisin (45 mg/m2 selama 3 hari), idarubicin (12 mg/m2 selama 3 hari), atau mitoxantrone (12 mg/m2 selama 3 hari). Tidak ada perbedaan di DFS, OS, atau toksisitas terlihat antara tiga induksi regimens.

Kontroversi klinis : Apakah ada anthracycline unggul untuk digunakan sebagai bagian dari induksi rejimen untuk leukemia myeloid akut? Beberapa dokter percaya idarubicin lebih unggul dalam mencapai remisi lengkap berikut satu siklus induksi dibandingkan dengan anthracyclines alternatif atau anthracenediones. Percobaan acak pada orang tua menunjukkan tingkat remisi yang sama antara anthracyclines dan anthracenediones. Apakah ada perbedaan pada pasien yang muda? Pengguanaan antrasiklin ini pada regimen 7+3 masih menimbulkan kontroversi. Dimana adarubicin banyak digunakan pada pasien muda, dan dipilih untuk orangtua sesuai anjuran klinis dan biaya institusi. Penelitian lain mempelajari tentang efek penambahan agent lain etopopsida untuk menurunkan remisi AML. Jika dibandingkan dengan standar pengobatan 7+3 dengan atau tanpa etoposida pada hari 1-7 (7+3+7) tidak menimbulkan peningkatan CR pada pasien usia 15-70 tahun. Regimen 7+3+7 menimbulkan toksik pada pasien berumur >55 thn. Sebuah oercobaa sederhana menimbulkan relaps pada pasien dewasa yang lebih muda daripada pasien berumur 70 thn, dimana dilaporkan peningkatan durasi remisi pasien yang menerima etopsida yang dikombinasi dengan cytarabin dosis tinggi. NCCN (The National Comprehensive Cancer Network) telah mempublikasikan pengobatan untuk AML. Regimen klasik 7+3 kurang cocok utuk pasien berumur <60 thn karena durasi remisi nya lebih pendek daripada cytarabin dengan dosis tinggi. NCCN merekomendasikan pasien dewasa <60 thn diobati dengan kemoterapi dengan cytarabin dosis tinggi dengan antrasiklin atau antradione.pada pasien >60 thn dengan kondisi yang bagus, sebaiknya menggunakan regimen 7+3 konvensional. Pasien dengan gangguan hematologi sebaiknya dengan alloHSCT(apabila bertemu dgn donor yg cocok).pasien dengan usia >60 thn yg punya gangguan hematologic biasnya diberikan yerapi suportif untuk hasil yg lebih memuaskan bila dikombinasi dgn kemoterapi. Untuk anak2 yg paling efektif antrasiklin dan citarabin. Bias juga thioguanin atau etopsida. Selama pengobatan pasien harus dievaluasi. Jika ada pasien anak yang tidak juga mencapai CR dan butuh penambahan kemoterapi yg disebut reinduction. POST REMISSION THERAPY Tujuan :menghilangkan sisa sel leukemia dan mencegah resistensi obat Strategi terapi : 1. dosis turun, terapi perbaikan 2. kemoterapi intensif pendek-reggimen tunggal 3.kemoterapi dosis tinggi dgn atau tanpa radiasi diikuti alloHSCT Post remisi terapi ada 3 : 1. kemoterapi
Meskipun juga dapat digunakan sebagai terapi konsolidasi, metode ini merupakan bentuk utama terapi induksi remisi, yang menggunakan bahan kimia untuk membunuh sel kanker dalam tubuh. Karena obat kemoterapi menghancurkan banyak sel-sel darah normal dalam proses pembunuhan sel-sel leukemia,

sehingga pasien harus tinggal di rumah sakit selama terapi ini. Pengobatan ini mungkin perlu diulang satu atau lebih dari dua kali dalam kasus siklus pertama kemoterapi yang tidak menyebabkan remisi. Terapi kunci nya adalah sitarabin dosis tinggi. NCCN : - untuk pasien <60 thn : 4 siklus sitarabin dosis tinggi (sitogenetik baik) ->60 thn : sitarabin dosis standart, dgn atau tapa antrasiklin

-Anak:punya donor yg cocok lebih dianjurkan dgn alloHSCT. Tetapi jka tdk ada yg cocok lakukan kemoterapiyg mna pny hasil yg hmpir mirip dgn autoHSCT 2. transplantasi sel stem hematopoetic allogenic
AlloHSCT merupakan pendekatan yang paling agresif untuk pasca-remisi Terapi dalam pengelolaan AML. Banyak kontroversi seputar ini Pendekatan pengobatan, khususnya ketepatan, waktu, pengobatan desain, dan pemilihan donor. Kegiatan antileukemic dari alloHSCT didasarkan pada pemberian dari pretransplant kemoterapi dosis tinggi (atau kemoradioterapi) dan pengembangan antileukemic berbasis kekebalan posttransplant respon. Respon kekebalan berbasis, disebut sebagai graft-versus-leukemia (GVL) efek, seringkali menyertai graftversus- host penyakit (GVHD) reaksi. Manfaat kekebalan berbasis alloHSCT telah dibuktikan melalui pengamatan secara konsisten tingkat kambuh yang lebih rendah dengan alloHSCT dibandingkan dengan autologous atau syngeneic HSCT. Ini potensi manfaat alloHSCT dapat mengimbangi oleh risiko komplikasi posttransplant seperti GVHD, venooklusif penyakit, kegagalan graft, dan infeksi. AlloHSCT pertama dievaluasi sebagai modalitas pengobatan untuk AML pada pasien refrakter, tetapi karena keberhasilan awal dalam jumlah kecil dari pasien, juga telah dievaluasi sebagai intensif pasca-terapi remisi inAMLpatients di remisi pertama atau berikutnya. nonrandomized percobaan antigen leukosit manusia (HLA)-identik saudara alloHSCT dilakukan pada pasien AML dalam laporan CR pertama tingkat ketahanan hidup 5-tahun 45% sampai 60% dengan tingkat kekambuhan sebesar 10% sampai 20% .76,77 Transplantasi terkait kematian berikut alloHSCT saudara adalah 20% sampai 30% dalam seri kebanyakan. Seperti dokter telah memperoleh lebih banyak pengalaman dalam bentuk intensif terapi dan telah disediakan dengan lebih efektif imunosupresif dan antibiotik rejimen, transplantasi terkait angka kematian telah menurun dan tingkat kelangsungan hidup telah meningkat. Registri sumsum tulang Data menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup jangka panjang pada pasien AML yang menerima sebuah alloHSCT saudara kandung yang cocok sementara di remisi pertama telah meningkat dari sekitar 45% pada awal tahun 1980 menjadi sekitar 60% pada pertengahan 1990-an.

3. Transplantasi sel stem hematopoetic autologic

Anda mungkin juga menyukai