Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG TERAKTIFKAN (AKTIVASI FISIK) SEBAGAI PENUKAR KATION PADA PENURUNAN KESADAHAN AIR YANG

MENGANDUNG ION MAGNESIUM Simparmin br Ginting Jurusan Teknik Kimia, Universitas Lampung ABSTRAK This report outlines an investigation into the effectiveness of physical activated Lampung Natural Zeolites (size of -10+20 and -20+30 mesh) in reducing the concentration of Mg++ in hardening water (the initial concentration of Mg++ in the water was 113.8 mg/lt). The concentrations (water-zeolites ratio or RZA) used were 30 : 1000 ( RZA 3 %) and 50 : 1000 (RZA 5 %). The investigation was performed at 10 times of immersion i.e. 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, and 100 minutes. The results showed that higher concentration of zeolites in the hardening water could reduce more ion Mg++. The highest reduction of ion Mg++ in the hardening water, in general, occurred after the immersion time of the first 10 minutes and second 10 minutes. The reduction rates of ion Mg++ after the first 10 minutes were 12.98 mg/lt (11.41%), 16.04 mg/lt (14.09%), 25.3 mg/lt (22,23%), and 29.78 mg/lt (26.17%) for the use of zeolite -10+20 mesh-3%, -20+30 mesh-3%, -10+20 mesh-5%, and -20+30 mesh-5%, respectively. Meanwhile, after subsequent 10 minutes, the reduction were not significant, this means that the rate of reduction were slow. However, after 90 minutes, there were no adsorption of Mg++ anymore. Kata Kunci: adsorption by zeolite, activated zeolites, hardening water. PENDAHULUAN Air adalah pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan zat-zat dari batu-batuan yang berkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut antara lain: CaCO3, MgCO3, CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak mengandung ion-ion kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Kesadahan air ini dapat menyebabkan kesukaran pembentukan busa oleh sabun. Sabun dalam air bereaksi lebih dulu dengan ion-ion ini sebelum dapat berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air, akibatnya pemakaian sabun akan meningkat jika air itu digunakan sebagai air pencuci. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian melekat pada logam (wadah) dan menjadi keras sehingga mengakibatkan timbulnya kerak. Karena air merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia, maka manusia berusaha memanfaatkan air dari berbagai sumber yang dapat digunakan secara langsung maupun melalui tahap pengolahan terlebih dahulu. Salah satu sumber air yang paling mudah didapat adalah air tanah permukaan, tetapi pada umumnya kualitas air tanah permukaan belum memenuhi standar air minum yang disyaratkan oleh Dinas Kesehatan. Air tanah permukaan belum terbebas dari mineral-mineral yang membentuk kesadahan. Maka tidak berlebihan bila masalah air minum yang berasal dari air tanah permukaan ini merupakan masalah nasional, karena sebagian besar

rakyat Indonesia tergantung sepenuhnya kepada air tanah permukaan untuk memenuhi hajat hidup utama, yaitu air minum. Oleh sebab itu, sangat diperlukan suatu cara untuk dapat meningkatkan mutu air tanah permukaan agar layak digunakan untuk kebutuhan air minum. Salah satu cara terbaik yaitu dengan mengolah/ menyaring air tanah permukaan tersebut terlebih dahulu. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengolah air minum, yaitu: 1). secara kimia, misalnya dengan menggunakan tawas dan kaporit, 2). secara fisik dengan menggunakan aneka ragam bahan sebagai penyaring seperti batu kerikil, pasir, ijuk, dan zeolit alam, dan 3). gabungan secara kimiawi dan fisik. Pengolahan atau penyaringan logam-logam berat, penurunan kesadahan dan turbidity dalam air tanah permukaan yang dilakukan secara fisik (menggunakan zeolit alam) telah dilakukan oleh banyak peneliti, diantaranya Ginting (2003), Suyartono dan Husaini (1992), dan Atastina (1999). Disamping itu, zeolit alam ini tersedia sangat melimpah di Propinsi Lampung. Simparmin (2003) telah membuktikan kemampuan zeolit alam Lampung dalam menjerap logam berat Fe++ dalam air tanah sebesar 0,2168 mg/lt, sedangkan terhadap logam Mn ++ sebesar 4,1468 mg/lt. Di lain penelitian, Suyartono dan Husaini (1992) menyatakan bahwa zeolit alam Bayah teraktifkan mampu menurunkan kesadahan air tanah dari 4,03 mg/lt menjadi 1,79 mg/lt. Sementara itu, Atastina (1999) melaporkan bahwa zeolit alam Lampung teraktifkan mampu menurunkan konsentrasi ion Kalsium dalam air sadah dari 1200 ppm hingga di bawah 500 ppm. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemakaian zeolit alam jenis klinoptilolit (zeolit alam Lampung) untuk menjerap ion magnesium (Mg++) sangat baik dilakukan, dan hal ini dapat berakibat semakin rendahnya tingkat kesadahan air yang diolah. Oleh karena itu, serangkaian percobaan telah dilakukan untuk mengamati kemampuan zeolit alam Lampung teraktivasi fisik dalam menjerap ion magnesium dalam air tanah. Aktivasi fisik terhadap zeolit bertujuan untuk menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit, sehingga jumlah pori-pori dan luas permukaan spesifiknya bertambah. Dengan demikian, daya adsorb zeolit terhadap ion Mg++ menjadi lebih meningkat. METODE PENELITIAN Persiapan Bahan Zeolit alam Lampung pertama-tama digerus menggunakan lumpang porselin sampai ukuran butir tertentu, lalu disaring dengan menggunakan ayakan untuk mendapatkan ukuran -10 + 20 mesh dan - 20 + 30 mesh. Selanjutnya, zeolit alam yang telah disaring ini diaktivasi secara fisik dengan cara dipanaskan di dalam oven pada temperatur 300 oC selama 3 jam (Hendri, 2000 dan Saksono, 1997). Zeolit yang telah dipanaskan ini kemudian didinginkan di dalam desikator, lalu disimpan di dalam container-nya sebelum digunakan. Di sisi lain, kesadahan air dibuat dengan melarutkan MgCl2 ke dalam air. Dalam air, MgCl2 terionisasi menjadi Mg++ dan Cl-. Ion Mg++ inilah yang diturunkan konsentrasinya dalam air. Rasio zeolit-air sadah (RZA) divariasikan: 30 : 1000 (g/ ml) atau 3%, dan 50 : 1000 (g/ ml) atau 5%. Waktu kontak antara zeolit dengan air sadah juga divariasikan : 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 menit.

Prosedur Penelitian Pertama-tama air sampel simulasi (air sadah buatan) dianalisis dengan Spektrofotokopi Serapan Atom (SSA). Selanjutnya, zeolit alam teraktivasi fisik ukuran -10 + 20 mesh dicampurkan dengan air sampel simulasi dengan RZA 3 % selama 10 menit. Air sadah yang telah berkontak dengan zeolit selama 10 menit ini diambil untuk dianalisis. Pengujian dilanjutkan untuk waktu kontak lainnya, yaitu 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 menit. Setelah itu, pengujian dengan kondisi yang sama dilakukan lagi untuk kondisi RZA yang berbeda, yaitu 5%. Pengujian dengan kondisi yang sama kemudian dilakukan menggunakan zeolit alam teraktivasi fisik ukuran lainnya, yaitu -20 + 30 mesh. Pada setiap pengujian dilakukan pengukuran besaran. Besaran yang diukur adalah banyaknya kandungan ion magnesium (Mg++) yang dinyatakan dalam mg/lt. Kondisi operasi untuk proses filtrasi ini adalah pada suhu kamar dan tekanan atmosfir. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi ion Mg++ dalam air sadah simulasi setelah dikontakkan dengan zeolit teraktivasi fisik pada dua RZA, untuk waktu perendaman 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 menit ditunjukkan pada Gambar 1.
120

Konsentrasi Mg++, mg/lt

110 100 90 80 70 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100


30F1020 30F2030 50F1020 50F2030

Waktu Perendaman, menit

Gambar 1. Penurunan Konsentrasi ion Magnesium (Mg++) oleh Zeolit Aktivasi Fisik, pada beragam RZA Dari Gambar 1 terlihat bahwa zeolit alam Sidomulyo-Lampung yang telah diaktivasi secara fisik dapat menurunkan konsentrasi ion Mg ++ secara cukup signifikan, terutama pada 10 menit pertama dan kedua. Hal ini dikarenakan pada saat awal masih terdapat beda konsentrasi yang sangat besar antara permukaan adsorben dengan larutan sampel, hal inilah yang menjadi driving force untuk terjadinya transfer massa dari larutan sampel ke permukaan adsorben. Semakin kecil ukuran zeolit, maka penurunan konsentrasi Mg ++ dalam air sadah semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena

semakin kecil ukuran zeolit yang digunakan, maka semakin besar pula luas permukaan kontak zeolit, sehingga air sadah berkontak lebih besar dengan zeolit. Hal yang serupa juga terjadi pada nilai ++ RZA yang lebih tinggi, semakin tinggi nilai RZA, makin besar Mg yang mampu diadsorb. Semakin besar nilai RZA berarti jumlah zeolit yang digunakan lebih banyak, sehingga air sadah berkontak dengan permukaan zeolit yang lebih banyak. Gambar 1 menunjukkan bahwa zeolit aktivasi fisik hingga 10 menit pertama mampu menurunkan konsentrasi Mg ++ sebesar 12,98 mg/lt (11,41 %), 16,04 mg/lt (14,09 %), 25,3 mg/lt (22,23 %), dan 29,78 mg/lt (26,17 %) dari konsentrasi awal air sadah sebesar 113,8 mg/lt, masing-masing menggunakan zeolit aktivasi fisik 3 % ukuran -10+20 mesh dan -20+30 mesh (disingkat 30F1020 dan 30F2030), 5 % ukuran -10+20 mesh dan -20+30 mesh (disingkat 50F1020 dan ++ 50F2030). Sedangkan hingga 10 menit kedua, laju penurunan Mg yang terjadi untuk keempat zeolit tersebut jauh lebih kecil dibanding setelah 10 menit pertama. Laju penurunan yang terjadi adalah 6,16 mg/lt (5,41%), 8,03 mg/lt (7,06%), 3,69 mg/lt (3,24%), dan 3,56 mg/lt (3,13%), secara berturut-turut. paling besar juga diturunkan oleh zeolit 50F2030 yaitu sebesar 33,34 mg/lt (29,30 %). ++ Dari keempat zeolit aktivasi tersebut, nilai konsentrasi Mg maksimum yang mampu diturunkan oleh masing-masing zeolit yaitu sebesar 27,14 mg/lt (23,85 %), 32,88 mg/lt (28,89 %), 40,37 mg/lt (35,47 %), dan 42,53 mg/lt (37,37 %). Hasil maksimum ini terjadi pada waktu kontak yang berbeda. Hal lain yang dapat dikaji dari Gambar 1 adalah secara umum ++ penurunan konsentrasi ion Mg pada menit-menit berikutnya (di atas 20 menit, apalagi setelah 30 menit), tidak lagi terlihat ++ signifikan, artinya laju penurunan konsentrasi ion telah Mg sangat lambat. Zeolit 30F1020 masih mampu menjerap ion Mg ++ hingga waktu perendaman 100 menit. Zeolit 30F2030 dan 50F1020 tidak mampu lagi menjerap ion Mg ++ di atas 80 menit, sedangkan zeolit 50F2030 di atas 70 menit. Artinya laju penurunan ion ++ Mg di atas waktu-waktu perendaman yang disebutkan tadi untuk masingmasing zeolit sudah menurun, daya adsorb zeolitnya telah lebih buruk dari waktu perendaman sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan oleh muatan kerangka zeolit telah hampir netral/ jenuh. ++ Akibatnya ion-ion Mg yang telah diadsorb oleh kerangka zeolit tadi dapat terlarut kembali, sehingga konsentrasi air sadah menjadi lebih meningkat. Alasan lain dapat disebabkan oleh mutu zeolit alam Sidomulyo-Lampung ini kurang baik, jadi zeolit teraktifkan tersebut hanya mampu menjerap ion Mg ++ hanya hingga nilai tertentu. Sebagai contoh, pada penggunaan zeolit 50F2030, setelah waktu perendaman 70 menit konsentrasi ion Mg++ dalam air sadah adalah sebesar 71,27 mg/lt. Akan tetapi setelah waktu perendaman ++ 80 menit, konsentrasi ion Mg dalam air sadah menjadi 72,73 mg/lt, lebih tinggi dari sebelumnya. Begitu pula untuk menit-menit

berikutnya, konsentrasi ion ++ Mg dalam air sadah setelah pengujian selalu lebih besar dari 71,27 mg/lt. SIMPULAN Keefektifan zeolit alam Lampung teraktivasi fisik dalam menurunkan konsentrasi ion Mg++ dalam air sadah telah dibuktikan melalui penelitian ini. Ukuran zeolit, RZA, dan waktu perendaman benar-benar mempengaruhi daya adsorb terhadap ion Mg++. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa zeolit teraktivasi fisik 50F2030 mampu menurunkan konsentrasi ion Mg++ lebih tinggi dibanding zeolit teraktivasi fisik lainnya. Secara umum penurunan konsentrasi ion Mg ++ paling tinggi terjadi setelah pengontakan 10 menit pertama dan 10 menit kedua untuk semua jenis zeolit teraktivasi. Sedangkan pada menit-menit berikutnya, penurunan yang signifikan tidak terlihat lagi, artinya laju penurunan konsentrasi ion Mg++ telah sangat lambat ( hampir mendekati konstan). Semakin kecil ukuran zeolit yang digunakan, memberikan laju penurunan ion Mg++ yang lebih tinggi. Begitu pula pada operasi RZA yang lebih tinggi, memberikan laju penurunan ion Mg++ yang lebih tinggi pula. Waktu kontak lebih lama tidak selalu menjamin terjadinya penjerapan ion Mg++ yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Atastina, S.B., Praswasti P.D,K., Wulan, dan Syarifudin, 1999, Penghilangan Kesadahan Air Yang Mengandung Ion Ca2+ Dengan Menggunakan Zeolit Alam Lampung Sebagai Penukar Kation, Laporan Penelitian Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta. Bekkum V.H., Flanigen E.M., and Jansen J.C. , 1991, Introduction to Zeolite Science and Practice, Elsevier Science Publishers B.V., Netherlands. Hendri J., 2000, Gabungan Aktifasi Asam Sulfat dan Pemanasan Zeolit Lampung Terhadap Daya Adsorbsi Ion Amonium, Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 6 No. 1, Bandarlampung. Ribeiro F.R., Rodrigues A.E., Rollman L.D., and Naccache C., 1984, Zeolites: Science and Technology, Proceedings of the NATO ASI Series, The Netherlands. Saksono N., Roekmijati W.S., dan Jannah P. , 1997, Pengaruh Panas Terhadap Ketahanan Zeolit Alam dan Sintesis H-Zeolit dengan Larutan Ammonium Asetat dan Ammonium Hidroksida, Jurnal Teknologi no.4 FT-UI, Jakarta. Ginting S.B., 2003, Kemampuan Zeolit Alam Dalam Menjerap Logam-Logam Berat (Fe++ dan Mn++) Dalam Air Tanah, Prosiding Seminar Hari Air Sedunia IX Di Propinsi Lampung, Pemda Prov. Lampung-Universitas Lampung, Bandarlampung. Suyartono dan Husaini, 1992, Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan Zeolit Indonesia Periode 1980-1981, Majalah Pertambangan & Energi Nomor 5 Tahun XVII, PPTM, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai