Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTUKTUR PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI

OLEH : KELOMPOK 5

YOLA ENDING NAFIAH CISKA ARTIKA INDAH PERTIWI

G1B011042 G1B010030 G1B009015

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2012

BAB I DESKRIPSI KASUS

Seorang wanita beumur 46 tahun sudah menikah selama 22 tahun. Suaminya berumur 48 tahun. Selama pernikahannya, mereka dikaruniai 3 orang anak yang masing-masing berumur 21 tahun, 19 tahun dan 15 tahun. Setelah kelahiran anak ketiga, pasutri (pasangan suami istri) ini memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Dalam menentukan alat kontrasepsi, mereka sepakat bahwa sang istri yang akan menggunakan alat kontrasepsi. Selama 12 tahun sang istri menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi. Selama jangka waktu itu, tidak ada keluhan atau efek samping yang dirasakan. Dalam 12 tahun itu, istri sudah mengganti IUD selama 2 kali. Sebulan lalu, saat buang air kecil IUD yang digunakan lepas. Pada akhirnya pasangan suami istri ini sepakat untuk mengganti alat kontrasepsi, namun tetap dalam kesepakatan awal yaitu sang istri yang mengunakan alat kontrasepsi. Saat konsultasi pada dokter untuk mengganti alat kontrasepsi, dokter menyarankan untuk mengunakan suntikan. Pada saat mengunakan suntikan, sang istri dalam keadaan menstruasi. Setelah menggunakan suntikan, sang istri mengalami kontradiksi yaitu menstruasinya tidak berhenti selama 2 minggu dan mengalami nyeri pada bagian rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga.(Syafrudin, 2007) Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan). Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.

B. Macam-Macam Metode Kontrasepsi a. Metode Sederhana

1) Tanpa alat a. KB Alamiah (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lender serviks, metode symptom-termal) b. Coitus Interuptus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita. 2) Dengan Alat a. Mekanis (Barrier) Terdiri dari kondom pria dan Barier Intra-vaginal : Diafragma, Cap serviks, spons, dan kondom wanita. b. Kimiawi Kimiawi adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam vagina (spermisid). seperti vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal supositoria, vaginal tablet (busa), vaginal soluable film.

b. Metode Modern 1) Kontrasepsi Hormonal : a. Per Oral seperti Pil Oral Kombinasi (POK), Mini pil, dan Morning after pill. b. Injeksi/ suntikan seperti DMPA, Microspheres, Microcapsule. c. Sub Kutis : Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK) - Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon) - Implant biodegradable (Capronor, Pellets) 2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR) 3) Kontrasepsi Mantap : Pada wanita = Medis Operatif Wanita (MOW) adalah penyumbatan atau pemutusan saluran tuba falopii. Pada pria = Medis Operatif Pria (MOP) adalah penyumbatan atau pemutusan saluran vas deferens. (Manuaba, 1998)

C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi hadir dalam berbagai metode dan efektivitas. Meskipun berbeda, tujuan mereka satu: mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa jenis kontrasepsi juga melindungi terhadap penyakit menular seksual (PMS).

1. Kondom Pria Kata kondom berasal dari kata Latin condus yang berarti baki atau nampan penampung. Kondom adalah semacam kantung yang Anda sarungkan ke penis ereksi sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom dijual dalam berbagai ukuran dan bentuk. Kondom memiliki kelebihan melindungi dari PMS dan tidak memengaruhi hormon. Kekurangannya adalah efektivitasnya. Sekitar 2-15% wanita masih hamil meskipun pasangannya menggunakan kondom. Selain itu, banyak pria merasakan berkurangnya sensasi seksual dengan pemakaian kondom.

Gambar 1. Kondom Pria

2. Kondom wanita Kondom wanita adalah sebuah kantung berlubrikasi dengan dua cincin fleksibel di ujung-ujungnya. Sebuah cincin lunak yang dapat dilepas memudahkan pemasangannya dan menjaga kondom di tempat. Sebuah cincin fleksibel yang besar tetap berada di luar vagina, yang meliputi pembukaan vagina (vulva) dan memberikan perlindungan tambahan. Kondom wanita sangat efektif bila digunakan dengan benar. Kondom wanita memiliki keuntungan melindungi dari PMS, tidak mudah slip atau bocor, tidak memengaruhi hormon dan tidak menimbulkan alergi (karena terbuat dari polyurethane, bukan lateks). Kondom ini juga dapat dipasang jauh sebelum melakukan hubungan seksual (sampai 8 jam sebelumnya) sehingga tidak perlu jeda selama bermesraan. Kerugiannya adalah beberapa orang merasakan kurang nyaman, tidak efektif untuk semua posisi, dan harganya mahal. Kondom wanita tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom pria karena dapat menyebabkan posisinya bergerak keluar.

3. Diafragma Diafragma adalah topi karet lunak yang dipakai di dalam vagina untuk menutupi leher rahim (pintu masuk ke rahim). Fungsinya adalah mencegah sperma memasuki rahim. Agar diafragma bekerja dengan benar, penempatan diafragma harus tepat. Diafragma seefektif kondom, namun dapat dicuci dan digunakan lagi selama satu sampai dua tahun. Kekurangannya, Anda harus menempatkan diafragma sebelum berhubungan seks (sampai 24 jam sebelumnya) dan mencopotnya setelah enam jam. Beberapa wanita mungkin kesulitan menyisipkankannya dan memiliki reaksi alergi (karena terbuat dari lateks).

4. Pil KB Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan dua cara. Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan sel telur). Kedua, mengentalkan cairan (mucus) serviks sehingga menghambat pergerakan sperma ke rahim. Pil KB sangat bisa diandalkan (efektivitasnya mencapai 99%). Pil KB juga memberikan kendali di tangan wanita untuk mencegah kehamilan. Kekurangan Pil KB adalah tidak melindungi terhadap PMS, harus diambil setiap hari sesuai jadwal (tidak boleh terlewatkan barang sehari pun agar efektif), dan menambah hormon sehingga meningkatkan risiko trombosis, penambahan berat badan, sakit kepala, mual dan efek samping lainnya. Pil KB tidak boleh diambil oleh wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit liver, dan penyakit jantung.

5. Susuk (Implan) Susuk KB adalah batang kecil berisi hormon yang ditempatkan di bawah kulit di bagian lengan wanita. Batang itu terbuat dari plastik lentur dan hanya seukuran korek api. Susuk KB terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon seperti pada pil KB selama tiga tahun. Selama jangka waktu itu Anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi. Bila Anda menginginkan anak, susuk KB dapat dicopot kapan pun dan Anda pun akan kembali subur setelah satu bulan. Biaya murah dan pemakaian yang tidak merepotkan adalah keunggulan lain susuk KB. Kekurangannya, menyebabkan sakit kepala dan jerawat pada beberapa

wanita, tidak melindungi terhadap PMS dan sekitar 20% wanita tidak lagi mendapatkan haid atau haidnya menjadi tidak teratur. 6. Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik atau injeksi adalah suntikan hormon yang mencegah kehamilan. Setiap tiga bulan sekali Anda mendapatkan suntikan baru. Selama periode tersebut, menstruasi Anda normal. Keunggulan kontrasepsi suntik adalah keandalannya yang setara dengan pil KB atau susuk dan Anda hanya perlu memikirkan kontrasepsi setiap 3 bulan sekali. Kelemahannya, Anda tidak terlindungi terhadap PMS dan mendapatkan hormon. Anda juga tidak bisa menghentikannya tiba-tiba karena hormon selama tiga bulan tetap aktif di dalam tubuh. Anda mungkin perlu waktu lama untuk subur kembali.

7. AKDR (IUD) ADKR (alat kontrasepsi dalam rahim/Intrauterine divice) atau dalam bahasa populernya disebut spiral adalah alat kontrasepsi kecil yang ditempatkan dalam rahim wanita. Ada dua jenis AKDR: AKDR tembaga yang terbuat dari plastik kecil dengan tembaga meliliti batangnya dan AKDR progestogen yang berbentuk T kecil dengan silinder berisi progestogen di sekeliling batangnya.Walaupun telah digunakan lebih dari 30 tahun untuk mencegah kehamilan, cara kerja AKDR masih belum sepenuhnya dipahami. AKDR memengaruhi gerakan dan kelangsungan hidup sperma dalam rahim sehingga mereka tidak dapat mencapai sel telur untuk membuahi. AKDR juga mengubah lapisan rahim (endometrium) sehingga tidak cocok untuk kehamilan dan perkembangan embrio janin. Efektivitas AKDR adalah 98%, hampir sama dengan pil KB. Keunggulan AKDR adalah berjangka panjang (minimal lima tahun), mudah mempertahankan (Anda tidak mungkin lupa menggunakannya), lebih murah dibandingkan kontrasepsi lain (lebih mahal pada awalnya, tetapi lebih murah dalam jangka panjang) dan jika Anda ingin hamil, kesuburan Anda dapat dikembalikan dengan cepat setelah Anda melepaskannya. AKDR progestogen memiliki manfaat tambahan mengurangi perdarahan haid. Kekurangan AKDR adalah bila gagal dan wanita menjadi hamil, perangkat ini harus dibuang sesegera mungkin karena meningkatkan risiko keguguran. Selain itu, ada risiko kecil infeksi setelah pemasangan AKDR, kehamilan ektopik dan berbagai efek samping seperti menstruasi tidak teratur, vagina kering, sakit kepala, mual dan jerawat.

8. Sterilisasi

Sterilisasi adalah kontrasepsi yang paling efektif. Pada sterilisasi pria (vasektomi), vas deferens ditutup sehingga tidak ada sperma yang keluar, meskipun tetap ejakulasi. Pada sterilisasi wanita (tubektomi), saluran tuba falopi ditutup sehingga sel telur tidak keluar. Keuntungan sterilisasi adalah Anda tidak akan perlu memikirkan kontrasepsi selamanya. Kekurangannya, sifatnya permanen (tidak bisa dibatalkan), tidak memberikan perlindungan terhadap PMS, dan memerlukan operasi mayor. Perlu diingat bahwa tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif. Masih ada 1% kemungkinan kehamilan pasca sterilisasi, bahkan bertahun-tahun setelah operasi dilakukan. (Prabowo, 2011)

D. Tahap Pelayanan Keluarga Berencana 1. Skrinning Skrinning dilakukan untuk melakukan penyisihan terhadap pasangan yang ingin

menggunakan alat kontrasepsi hingga menemukan beberapa alat kontrasepsi yang cocok untuk pasangan tersebut. Contoh: riwayat penyakit, usia, jumlah anak dll 2. Konseling Konseling dilakukan setelah dilakukan skrinning, hal ini bertujuan untuk menawarkan dan mengenalkan berbagai alat kontrasepsi yang cocok untuk pasangan hingga pasangan memutuskan alat kontrasepsi yang akan digunakan. 3. Informed Consent Informed Consent merupakan terjadinya kesepakatan antara pasangan. 4. Pelayanan Pemasangan alat kontrasepsi 5. Konseling Pasca Pelayanan Mengevaluasi hasil pemasangan alat kontrasepsi jika terjadi kegagalan atau efek samping pada pengguna alat kontrasepsi. Sehingga bisa dicarikan kembali alat kontrasepsi yang cocok untuk pasangan.

BAB III PEMBAHASAN

Bertambahnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan keluarga berencana segera membutuhkan tersedianya sarana pelayanan agar mereka mendapatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk melaksanakan keluarga berencana. Sarana utama untuk melayani pelaksanaan keluarga berencana adalah tersedianya klinik-klinik keluarga berencana yang dengan mudah dapat dicapai oleh masyarakat banyak. Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya. Pada kasus ini permasalahan yang timbul adalah ketika istri mengalami pendarahan akibat efek samping pengunaan alat kontrasepsi. Hal tersebut terjadi karena petugas

kesehatan tidak melakukan tahap pelayanan KB yang tepat. Terlihat adanya keteledoran dari pihak pelayanan kesehatan yang tidak menerapkan alur pelayanan kesehatan KB. Setelah terjadinya efek samping, pelayanan kesehatan hanya menanggulangi efek samping tersebut. Pelayanan kesehatan dalam bidang KB sangat perlu ditingkatkan guna menekan angka keselahan dalam pemilihan alat program KB. Tujuan utama peningkatan pelayanan kesehatan adalah untuk menyediakan dan memberikan pemeliharaan kesehatan dalam arti luas kepada setiap anggota masyarakat yang membutuhkan, secara efisien dan efektip. Seharusnya tahap pelayanan KB itu pertama adalah skrining. Skrining yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap istri adalah melakukan wawancara yang meliputi pertanyaan tentang usia, jumlah anak, riwayat penyakit, penyakit yang sedang dialami, alergi dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi alat kontrasepsi yang cocok untuk pasien dan tidak menimbulkan efek samping pada pasien.

Dengan dilakukan wawancara, pelayan kesehatan dapat menentukan beberapa alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasangan suami istri tersebut. Skrining itu seharsunya selalu dilakukan oleh pelayan kesehatan kepada pasien yang datang dengan maksud memasang alat kontrsepsi. Namun, dalam kasus ini terlihat kelengahan pelayan kesehatan yang tidak melakukan skrining terhadap pasien, sehingga terjadi efek samping yang tidak diharapkan. Dalam skrining juga dapat diketahui penyakitpenyakit yang mungkin diderita oleh pasien, seperti hipertensi atau jantung yang membahayakan jika menggunakan alata kontrasepsi tertentu. Pada tahapan alur pelayanan dalam pemasangan kontrasepsi selanjutnya yaitu konseling. Konseling ini dilakukan oleh pasutri (pasangan suami istri) untuk menentukan alat kontrasepsi yang paling cocok pada pasangan tersebut. Konseling ini dilakukan oleh pelayanan kesehatan juga untuk menjelaskan berbagai macam alat kontrasepsi yang telah ada dan beredar dimasyarakat. Peran aktip sangat diperlukan oleh kedua belah pihak. Pelayan kesehatan harus dapat menjelaskan berbagai keuntungan dan kerugian dari berbagai alat kontrasepsi tersebut. Pasangan suami istri juga diharapkan aktif bertanya tentang masalahmasalah mengenai alat kontrasepsi agar tidak mengalami kekeliruan dalam memilih alat kontrasepsi. Pasangan suami istri memutuskan semuanya secara bersamaan bukan dengan sepihak saja. Segala aspek yang meliputi alat kontrasepsi yang akan digunakan, jumlah anak yang diinginkan, jarak antara anak harus sepenuhnya diputuskan secara bersamaan. Pelayan kesehatan juga memperkenalkan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Pelayan kesehatan juga harus peka, disini maksudnya peka adalah pelayan kesehatan harus tahu sejauh mana pemahaman pasien mengenai alat-alat kontrasepsi. Konseling ini dilakukan tidak hanya sekali pertemuan, butuh dilakukan konseling beberapa kali untuk didapatkan pemahaman pasien yang baik, sehingga meminimalisirkan kesalahan penggunaan alat kontrasepsi kepada pasangan suami istri sampai pasangan tersebut yakin dengan pilihan yang akan digunakan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih metode kntrasepsi. Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar 100% ideal sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket toko, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya. Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi : 1. Faktor pasangan (Motivasi dan Rehabilitas)

Faktor pasangan memiliki beberapa sub faktor seperti umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan, dan sikap kepriaan (dukungan suami). Disini bisa saja suami yang menggunakan alat kontrasepsi. Sehingga seharusnya dukungan itu mengalir dari kedua pasangan, sebab ini untuk kepentingan mereka bersama. Keyakinan juga harus dibangun agar adanya saling kepercayaan anatara pasangan dan pelayan kesehatan yang berperan aktif dalam pemilihan alat kontrasepsi yanga akan digunakan oleh pasangan suami istri tersebut. 2. Faktor kesehatan (Kontraindikasi absolute atau relatif) Begitu pula dengan faktor kesehatan memiliki beberapa faktor didalamnya seperti status kesehatan, riwayat menstruasi, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik. Faktor kesehatan ini sangat memerlukian perhatian khusus. Kita harus kembali ke tahap awal mengenai faktor kesehatan yaitu tahap skrining. Dengan melakukan tahap skrining dapat diketahui riwayat alamiah penyakit atau penyakit yang pernah diderita oleh pasangan suami istri ini. Setelah diketahui penyakit yang diderita atau yang pernah diderita dapat ditegakkan kesimpulan dan program keluarga berencana dan kontrasepsi yang tepat bagi pasangan suami istri. 3. Faktor Metode Kontrasepsi Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian) Didalam faktor metode kontrasepsi ada faktor-faktor didalamnya seperti efektivitas, efek samping, kerugian, komplikasi komplikasi yang potensial dan biaya. Faktor-faktor ini banyak sekali yang dapat menimbulkan kerugian bila terdapat kesalahan dapat pemasangan alat kontrasepsi. Pada umumnya tidak ada alat kontrasepsi yang sangat idela, yang hanya ada alat kontrasepsi yang cocok bagi pasien, dalam hal ini alat kontrasepsi yang digunkanan berbeda-beda. Tidak semua orang cocok menggunakan IUD dan tidak semua orang pula yang cocok menggunakan suntikan. Pada kasus kirta, pasien terlihat sangat cocok menggunkana alat kontrasepsi IUD, selama kurun waktu 12 tahun, pasien tidak mengalami efek samping atau kontradiksi. Berbeda dengan suntikan, pada saat pasien mengganti alat kontrasepsinya dengan suntukan terlihat efek sampingnya yaitu pasien mengalami pendarahan. Hal ini bukan dikarenakan alat kontrasepsi suntika itu buruk, namun alat kontrasepsi jenis suntikan itu tidak cocok pada pasien ini. Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana terutama ditujukan untuk memberikan penerangan yang seluasluasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya

kemungkinan bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga

serta mengapa

perencanaan keluarga itu diperlukan. Kegiatan tersebut ditujukan baik terhadap masyarakat umumnya maupun kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang memerlukan

penerangan dan motivasi secara khusus. Metode kontrasepsi idelanya dipilih pasangan suami istri, untuk merencanakan, menunda atau membatasi anak. Penentuan metode kontrasepsi terpilih tanpa

mempertimbangkan kesehatan reproduksi perempuan menimbulkan implikasi serius pada kesehatan perempuan. Akses untuk mendapatkan indormasi tentang metode kontrasepsi dengan segala efek sampingnya merupakan hak reproduksi yang mendasar. (Yuliani, 2006). Tahap ketiga dalam alur pelayanan kesehatan yaitu informed consent. Informed consent yaitu kesepakatan pasangan suami istri kepada pihak mana yang akan dipasangkan alat kontrasepsi. Tahap ini juga tak kalah penting, disini pasangan suami istri harus benarbenar jeli, konsisten dan yakin dengan pilihan yang akan diambil. Persetujuan dari pasangan suami istri ini yang diperlukan oleh pelayan kesehatan setelah dilakukannnya konseling kepada mereka beberapa kali mengenai alat kontrasepsi. Pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan termasuk pemasangan alat kontrasepsi pada pasien. Istri pertama menggunakan alat kontrasepsi jenis implan, sehingga yang memberikan adalah petugas kesehatan. Tetapi setelah pemberian alat kontrasepsi implantasi, selang beberapa hari terjadi perdarahan hebat pada istri. Dapat disimpulkan bahwa terjadi efek samping penggunaan alat kontrasepsi jenis implan. Sehingga Istri kembali ke pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi. Pada tahap pelayanan penggunaan KB, pelayanan penting untuk mengetahui apakah terjadi ketidak cocokan atau efek samping terhadap pengguna. Terjadinya perdarahan tentu membuat pasangan merasa khawatir sehingga pasangan melakukan konseling atas ketidak cocokan penggunaan alat kontrasepsi. Setelah melakukan konseling, dokter menyarankan menggunakan alat kontrasepsi jenis pil KB. Setelah itu tidak terjadi lagi efek samping penggunaan KB. Seperti pada fungsi konseling pasca pelayanan pada tahap pelayanan penggunaan KB, konseling ditujukan untuk mengevaluasi terjadinya efek samping sehingga hal tersebut tidak terjadi lagi pada pasien. Terlepas dari tahapan alur KB, dalam kegiatan dilapangan sangat dibutuhkan pencatatan, pelaporan dan dokumentasi dalam program keluarga berencana terutama ditujukan untuk menyediakan data tentang jalannya pelaksanaan program keluarga berencana secara teratur dan terus menerus. Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang bagi kegiatankegiatan lainnya, oleh karena itu dalam tahun 1974-1975 telah diusahakan untuk

meningkatkan mutu data yang dikumpulkan, baik ketelitiannya maupun kebenarannya. Selanjutnya dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperluas pengumpulan data-data baru, serta melakukan peninjauan kembali beberapa kartu yang dianggap tidak sesuai lagi. Tahapan alur pelayan harus dilakukan dengan baik dan benar dan ditunjang dengan beberapan kegiatana lain yang mendukung. Sesui dengan jurnal yang kami gunakana, kesehatan reproduksi dalam pemakaian alat kontrasepsi tidak terlepas dari kualitas pelayanan kesehatan reproduksi khususnya pelayanan KB. Kesehatan reproduksi dan hak reproduksi hanya dapat terpenuhi apabila didukung dengan adanya pelayanan keluarga berencana. Pelayanan KB di Indonesia seperti juga dinegara sedanga berkembang lainya, memiliki 3 tujuan pokok yaitu: a. Tujuan demografis Tujuan ini untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan, keterbelakangan dan degradasi lingkungan b. Promosi kesehatan ibu dan anak Tujuan ini untuk mempromosikan kesehatan ibu dan anak untuk mencegah kematian maternal dan anak c. Menegakkan HAM Ini dimasudkan untuk menegakkan hak-hak asasi manusia, yang didefinisikan sebagai mengikutsertakan pengetahuan dan akses pada kontrasepsi yang aman. (Yuliani,2006) Tahapan atau alur pelayanan KB harus dilakuakn sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kedua belah pihak yaitu antara pelayan kesehatan dan pasangan suami istri harus bekerjasama demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan dan tidak terjadian efek samping akibat kesalahan dapam pemakaian alat kontasepsi.

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Pasangan yang ingin menggunakan KB untuk membatasi jumlah anak datang ke pelayanan kesehatan, dan disarankan oleh dokter untuk menggunakan alat kontrasepsi jenis implan. Beberapa hari kemudian, istri mengalami perdarahan dikarenakan ke tidak cocokan penggunaan alat kontrasepsi terhadap istri. Hal tersebut terjadi akibat kurangnya kemampuan pelayan kesehatan melayani pengguna KB sesuai dengan standar tahap pelayanan KB yang ada 5 tahap yaitu, skrinning, konseling, Informed consent, pelayanan dan konseling pasca pelayanan.

B. Saran atau Rekomendasi Kami menyarankan petugas pelayanan kesehatan untuk melayani pengguna pelayanan KB dengan baik sesuai standar tahap pelayanan KB agar tidak terjadi hal-hal yang tidak terduga. Selain itu, diharapkan pasangan yang ingin menggunakan KB tidak hanya menuruti apa yang dikatakan dokter tapi harus tahu alasan dari saran dokter atau petugas kesehatan lainnya sehingga pengguna akan merasa aman dalam penggunaan alat kontrasepsi.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta Prabowo, Sony. 2011. Metode Kontrasepsi. www.majalahkesehatan.com. (16 Oktober 2012) Syafrudin, Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta. William at all. 2004. Use of Contraception and Use of Family Planning Service in United States: 1982-2002. www.friendsnippets.net. Advance data from vital and health statistic CDC. World Health Organisation. 1987. Kader Kesehatan Masyarakat. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta Yuliani, Sri. 2006. Perempuan dan Kebijakan Pengendalian Kelahiran. www.si.uns.ac.id. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai