(TB)
penyakit
menular
Mycobacterium Africanum
Bovis
Mycobacterium
Insidens semua kasus : 8.918.000 ( 140/ 100.000 penduduk ) Insidens BTA (+) : 3.939.000 ( 62/ 100.000 penduduk ) Prevalensi : 14.602.000 ( 229/ 100.000 penduduk ) Mortalitas : 1.693.000 ( 27/ 10. 000 )
MASALAH TB Di INDONESIA
Indonesia urutan ke 3 di dunia SKRT 2001 penyebab kematian utama pada golongan penyakit infeksi Menyerang produktif sebagian besar usia
Prevalensi BTA (+) 119/ 100.000 Semua kasus 275/ 100.000 ( Jawa- Bali 67, Luar Jawa-Bali 198 ) Insidens BTA (+) ; 110/ 100.000 ( Jawa 110, KTI 210, Sumatera 160 ) Semua kasus 245/ 100. 000 Prevalensi kultur (+) dari 11 prov. 186/ 1000
Data TB Indonesia
Setiap tahun lebih dari setengah juta pasien TB di Indonesia Setiap tahun sekitar seperempat juta kasus baru TB Setiap hari 300 400 orang mati akibat TB di Indonesia
TB Paru
KDT
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
Obligat aerob
Sifat khusus : banyak lemak ( + protein + polisakarida ) tahan terhadap asam pada
Kuman TB :
Hidup beberapa jam tempat yang gelap & lembab Cepat mati sinar matahari : 5 menit , Pemanasan : 60o C : 20 mnt, 70o C : 5 mnt
CARA PENULARAN
Sumber penularan penderita BTA (+) Batuk atau bersin kuman menyebar ke udara droplet (percikan batuk) Kuman TB masuk tubuh manusia melalui sal napas menyebar dari paru ke organ lain melalui sistem peredaran darah, saluran limfe atau penyebaran langsung ke organ
Inhalasi kuman TB
Alveolus
Destruksi kuman TB
Destruksi makrofag
Resolusi
Pembentukan tuberkel
Kelenjar limfe
Kalsifikasi
Kompleks Ghon
Perkijuan
Penyebaran hematogen
Patogenesis tuberkulosis
INFEKSI PRIMER
Droplet melewati sistem mukosilier bronkus di paru membentuk sarang pneumonik ( afek primer ) saluran limfe kelenjar limfe di hilus kompleks primer
4-6 minggu
Infeksi primer tergantung banyaknya kuman yang masuk respon daya tahan tubuh ( imunitas seluler ) :
Menghentikan perkembangan kuman Kuman dormant
Sakit penderita TB
DIAGNOSIS TB
ANAMNESIS
Gejala umum batuk 3 minggu Gejala lain yang sering dijumpai Dahak bercampur darah (Tahap Lanjut) Batuk darah Sesak napas, nyeri dada Badan lemah, nafsu makan , BB malaise, keringat malam demam
PEMERIKSAAN FISIS
Awal penyakit tidak dijumpai kelainan Ronki basah didaerah kelainan terutama apeks paru
Pem Lab
Darah Rutin : LED >>, Limfositosis, guldar, fungsi hati, dll BTA 3x (SPS), Kultur, Resistensi Memastikan Diagnosis Lain2 : Mantoux Test, PCR, Serologik, dll
Dahak dikumpulkan Periksa 3 kali SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) setiap pagi 3 hari berturut
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Pemeriksaan darah
Darah rutin tidak spesifik Lekosit normal atau sedikit Limfosit
LED
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Dahak Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan klasifikasi Menilai kemajuan pengobatan Menentukan tingkat penularan
Dahak dikumpulkan diperiksa 3 kali SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) atau setiap pagi 3 hari berturut-turut Pemeriksaan dahak diulang pada :
FOTO TORAKS
Infiltrat Kavitas
KLASIFIKASI PENYAKIT
Tuberkulosis paru Tuberkulosis ekstra paru
1.
2.
Menyerang organ lain selain paru - Pleura - Kel. Limfe - Selaput otak - Tulang - Selaput jantung - Kulit - Usus - Ginjal - Saluran kencing - dll
TB kel. Limfe Efusi pleura unilateral Tulang (kec.tulang belakang) Sendi Kel. adrenal
Meningitis TB milier Perikarditis Peritonitis Efusi pleura bilateral TB tulang belakang TB usus TB saluran kencing & alat kelamin
II)
TAHAP INTENSIF
Obat setiap hari Diawasi langsung mencegah kekebalan obat Penderita menular tidak menular dalam waktu 2 minggu Penderita BTA positif BTA negatif (konversi)
TAHAP LANJUTAN
Obat dalam jangka waktu lebih lama Jenis obat lebih sedikit Mencegah kekambuhan
Obat Sisipan
Bila pada akhir tahap intensif dengan obat kategori 1 atau kategori 2 BTA masih (+) maka diberikan RHZE (1 bulan setiap hari)
Fase awal RHZE Kombipak atau 4 FDC Jika setelah 2 bulan tetap BTA (+), diberi
sisipan 1 RHZ
Setelah fase awal (3 bulan) BTA tetap (+) sisipan tetap (+) fase
FASE AWAL RHZ : KOMBIPAK atau 2 FDC + E FASE LANJUTAN R3H3 KOMBIPAK II atau 2 FDC
KATEGORI 1
1. TB paru, kasus baru, BTA positif 2. TB paru, BTA negatif, foto toraks lesi luas 3. TB ekstra paru berat
KATEGORI 2
KATEGORI 3
1. TB paru, kasus baru, BTA negatif, foto toraks lesi minimal
- Kel adrenal
EFEK SAMPING
Ringan : Merasakan tidak enak Gejala ditanggulangi obat simptomatik OAT diteruskan Berat : Serius OAT stop Rujuk
Makan makanan bergizi, kecuali ada penyakit komorbid Jika perlu diberi : - Vitamin - Antipiretik - Mukolitik atau ekspektoran - Bronkodilator
Batuk darah ( profus ) K.U buruk Pneumotoraks WSD Empiema WSD Efusi pleura masif / bilateral Sesak napas berat
Pengobatan suportif/ simtomatik : Diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat
Evaluasi pengobatan
Meliputi evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, efek samping obat dan keteraturan obat Evaluasi klinik
Tiap 2 minggu pada 1 bulan pertama, selanjutnya tiap bulan Respon pengobatan, efek samping obat dan komplikasi penyakit Meliputi : keluhan, BB dan pemeriksaan fisik
Evaluasi radiologik
Dilakukan pada :
Angka kekambuhan paling tinggi pada 1 sampai 2 tahun pertama makin lama makin kurang Evaluasi mikroskopik BTA dahak dan foto toraks
Kategori (Program) I
- TB paru BTA +, kasus baru - BTA -, lesi luas/ kasus berat - TB ekstrapulmonal berat - TB kasus berat HIV + - Kambuh - Gagal Pengobatan - Putus berobat - TB paru BTA (-), lesi minimal,HIV (-) - Ekstrapulmonal ringan HIV (-) - TB Kronik
2 RHZE/4 RH 2 RHZE/6 HE
II
III
IV
Rujuk ke spesialis
- MDR TB
DOTS
3. 4.
5.
Komitmen politik Diagnosis : mutu, pemeriksaan BTA sputum DOT : PMO Obat : tersedia cukup Pencatatan dan pelaporan yang baik