Anda di halaman 1dari 4

MENTERI KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN


Nomor: P.50/Menhut-II/2006
TENTANG
PEDOMAN KEGIATAN KERJASAMA USAHA PERUM PERHUTANI DALAM KAWASAN HUTAN
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang:
a. bahwa untuk lebih meningkatkan dayaguna, hasilguna, dan produktivitas, Perum Perhutani perlu
menyelenggarakan pengelolaan hutan dan usaha-usaha lain secara optimal untuk mencapai
maksud dan tujuan perusahaan;
b. bahwa untuk melakukan usaha-usaha lain tersebut yang telah diatur dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 606/Kpts-II/1993 tentang Kerjasama Operasi atau Kontrak Manajemen pada Perum
Perhutani, perlu disesuaikan dengan perkembangan yang ada;
c. bahwa berhubung dengan itu maka dipandang perlu menetapkan Pedoman kegiatan kerjasama
usaha Perum Perhutani dalam kawasan hutan dengan Peraturan Menteri Kehutanan.
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999;
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004;
11. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004;
12. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005;
13. Instruksi Menteri Kehutanan Nomor: Ins.01/menhut-II/2004;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-II/2004;
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.13/Menhut-II/2005;
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.14/Menhut-II/2006;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN KEGIATAN KERJASAMA USAHA PERUM PERHUTANI
DALAM KAWASAN HUTAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) yang selanjutnya disebut perusahaan
adalah Badan Usaha Milik Negara yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan
kewenangan Menteri;
2. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan perlindungan hutan dan
konservasi alam;
3. Kegiatan Usaha Perum Perhutani adalah segala upaya yang dilakukan Perum Perhutani untuk
menyelenggarakan pengelolaan hutan atau usaha-usaha lain untuk menunjang pembiayaan dalam
mencapai maksud dan tujuan;
4. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan tanggungjawab di bidang kehutanan;
5. Direksi adalah Direksi Perum Perhutani;
6. Kerjasama usaha adalah kerjasama antara Perum Perhutani dengan pihak lain atau badan usaha
lain dalam melakukan suatu kegiatan usaha guna mencapai suatu tujuan tertentu yang saling
menguntungkan;
7. Kerjasama Operasi (KSO) adalah kerjasama antara Perum Perhutani dengan pihak lain atau lebih
untuk bersama-sama melakukan suatu kegiatan usaha guna mencapai tujuan tertentu;
8. Build Operate and Transfer (BOT) atau Bangun Guna Serah adalah kerjasama anatara Perum
Perhutani dengan pihak lain dimana Perum Perhutani mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak lain untuk membangun atau mengerjakan suatu proyek tertentu dan untuk
mengoperasikan proyek tersebut untuk jangka waktu tertentu dan selanjutnya setelah jangka
waktu berakhir menyerahkannya kepada Perum Perhutani;
9. Build Transfer and Operate (BTO) atau Bangun Serah Guna adalah kerjasama antara Perum
Perhutani dengan pihak lain di mana pihak lain membangun atau mengerjakan suatu proyek
tertentu dan kemudian menyerahkannya kepada Perum Perhutani dan selanjutnya Perum
Perhutani mempersilahkan pihak lain tersebut untuk mengoperasikannya dalam jangka waktu
tertentu.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud kerja sama usaha adalah dalam rangka mendukung pembiayaan Perusahaan dalam
menyelenggarakan pengelolaan hutan dan usaha-usaha lain.
(2) Tujuan kerja sama usaha adalah dalam rangka memberikan nilai tambah, meningkatkan perekonomian
daerah, memperluas lapangan kerja, melaksanakan alih teknologi dan mengembangkan pangsa
pasar dalam bentuk usaha bersama antara Perum Perhutani dengan pihak lain yang saling
menguntungkan dengan prinsip pengelolaan perusahaan dan pelesatrian lingkungan serta
pemberdayaan masyarakat.
BAB III
PRINSIP KERJASAMA
Pasal 3
Prinsip-prinsip kegiatan kerjasama usaha dilakukan dengan tetap memperhatikan:
a. Wewenang pengelolaan hutan tetap terjamin;
b. Status dan fungsi hutan tetap terjamin;
c. Objek perjanjian kerjasama tidak dapat diagunkan dan dipindahtangankan kepada pihak lain;
d. Setiap kegiatan kerjasama usaha di dalam kawasan hutan dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku.
BAB IV
RUANG LINGKUP
Pasal 4
RUang lingkup kegiatan kerjasama usaha yang dapat dilakukan oleh Perusahaan adalah penyelenggaraan
pengelolaan hutan pada hutan lindung dan hutan produksi meliputi:
a. Pemanfaatan hutan.
b. Rehabilitasi dan reklamasi hutan.
c. Perlindungan hutan.
Pasal 5
(1) Kerjasama pemanfaatan hutan di hutan produksi meliputi:
a. Pemanfaatan hasil hutan kayu
b. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
c. Pemanfaatan kawasan
d. Pemanfaatan jasa lingkungan
(2) Kerjasama pemanfaatan hutan di hutan lindung meliputi:
a. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
b. Pemanfaatan kawasan
c. Pemanfaatan jasa lingkungan
Pasal 6
Kerjasama rehabilitasi dan reklamasi hutan sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf b hanya dapat dilakukan
pada hutan produksi yang mengandung bahan galian.
Pasal 7
(1) Kerjasama perlindungan hutan sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf c dapat dilakukan pada hutan
produksi dan hutan lindung.
(2) Kerjasama perlindungan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain pembangunan sarana
dan prsarana perlindungan hutan, seperti:
a. pembuatan cek dam;
b. waduk;
c. embung;
d. menara komunikasi dan menara pemantau;
e. rehabilitasi kawasan perlindungan setempat.
BAB V
BENTUK KERJASAMA
Pasal 8
(1) Kerjasama dengan pihak lain dalam rangka kegiatan usaha dapat dilakukan dengan cara:
a. Kerjasama Operasi (KSO), atau;
b. Build Transfer and Operate (BTO), atau;
c. Build Operate and Transfer (BOT), atau;
d. Kerjasama lainnya yang sah sesuai dengan peraturan perundangan.
(2) Kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah dengan Instansi Pemerintah,
BUMN, BUMD, BUMDES, BUMS, UMDH, Koperasi dan masyarakat setempat.
Pasal 9
(1) Kerjasama dengan bentuk Kerjasama Operasi (KSO) dilakukan pada kegiatan pengelolaan hutan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 4.
(2) Kerjasama dengan bentuk Build Transfer and Operate (BTO) dan Build Operate and Transfer (BOT)
dapat dilakukan dalam kawasan hutan produksi dan atau hutan lindung untuk kegiatan antara lain
sarana dan prasarana, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kerjasama lainnya yang sah sesuai dengan peraturan perundangan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
BAB VI
JANGKA WAKTU, TATA CARA, DAN SYARAT PERMOHONAN KERJSAMA USAHA
Pasal 10
(1) Jangka waktu perjanjian kerjsama disesuaikan dengan jenis kegiatan, siklus usaha, dan kelayakan
usaha, yang diatur lebih lanjut oleh Direksi.
(2) Tata cara dan syarat permohonan kerjasama usaha diatur lebih lanjut oleh Direksi.
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 11
(1) Pelaksanaan kegiatan kerjasama usaha Perusahaan dengan pihak terkait lain dilaporkan kepada
menteri dan Dewan Pengawas secara periodik setiap tahun.
(2) Pelaksanaan kegiatan usaha menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka:
a. Kerjasama usaha yang telah ada dan belum berakhir mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 606/Kpts-II/1993 tentang Kerjasama Operasi atau Kontrak Manajemen pada Perum
Perhutani, sampai dengan berakhirnya jangka waktu kerjasama yang telah ditentukan.
b. Untuk rencana kerjasama yang masih dalam proses harus mengikuti ketentuan sebagaiman
ditetapkan dalam peraturan ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
(1) Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 606/Kpts-
II/1993 tentang Kerjasama Operasi atau Kontrak Manajemen pada Perum Perhutani dinyatakan tidak
berlaku.
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal: 7 Juli 2006
MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
H.M.S. KABAN, SE, MSi.
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
ttd.
SUPARNO, SH
NIP. 080 068 472

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Dalam Negeri; 10. Dewan Pengawas Perum Perhutani;
2. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 11. Direksi Perum Perhutani;
3. Menteri Keuangan; 12. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah;
4. Gubernur Jawa Tengah, Jawa Timur, 13. Perum Perhutani Unit II Jawa Timur;
Jawa Barat dan Banten;
14. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
5. Pejabat Eselon I lingkup Departemen Banten.
Kehutanan;
6. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur;
7. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah;
8. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat;
9. Dinas Kehutanan Propinsi Banten;

Anda mungkin juga menyukai