Anda di halaman 1dari 2

Polemik Sekolah Negeri Berlabel RSBI

Mendapatkan pendidikan yang berkualitas adalah hak bagi setaip warga Negara Indonesia. Saat itu, masyarakat juga diberikan pilihan pendidikan dengan munculnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Namun cukup menjaminkah mengenyam pendidikan disekolah bertaraf Internasional? Meningkatkan kecerdasan bangsa menjadi cita-cita luhur para pendahulu negeri ini. Untuk itu pendidikan harusnya dapat dirasakan oleh seluruh anak bangsa dan pemerintah harus dapat bertanggung jawab atas kelangsungan proses pendidikan. Namun nyatanya pendidikan yang layak masih belum dapat dirasakan secara adil dan merata. Kini muncul rintisan betaraf Internasional RSBI yang menjadi alternatif pilihan pendidikan anak-anak Indonesia. Sejatinya RSBI sendiri nantinya akan menuju menjadi tingkatan sekolah Bertaraf Internasional SBI namun tidak mudah untuk mencapai jenjang tersebut. Ada 4 tahapan untuk menuju SBI. Setiap tahapan memiliki kualifikasi yang berbeda bukan hanya pada fasilitas namun juga pada kualitas pendidikan yaitu perolehan nilai minimal pada Ujian Nasional. Berdirinya sejumlah RSBI dinilai beberapa kalangan justru menyimpang dari cita-cita pendidikan nasional. Sementara itu forum guru menilai tidak ada peningkatan kualitas kurikulum pembelajaran disekolah berlabel RSBI. Pasalnya bahasa inggris yang seharusnya menjadi bahasa pengantar jarang digunakan. Padahal orang tua murid harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Namun orang tua juga harus berjuang untuk mendapatkan transparansi penggunaan dana disekolah yang berlabel RSBI. Dari data yang berhasil diperoleh pada beberapa sekolah RSBI yang memiliki kejanggalan dalam penggunaan anggaran yang dipungut melalui orang tua siswa. Sekolah berlabel RSBI memang memiliki fasilitas yang sangat baik. Namun biaya memang sangat mahal beban biaya ini pun menjadi pertanyaan sejumlah pihak. Akankah biaya mahal dibebankan kepada rakyat? Undang-undang dasar mengamanatkan setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Dalam peraturan Rintisan Sekolah bertaraf Internasional harus memenuhi kuota 20% bagi siswa tidak mampu. Namun nyatanya hingga kini belum ada RSBI yang dapat memenuhi kuota tersebut. Jejak pendapat yang dilakukan forum guru menemukan ada keengganan siswa dari keluarga kurang mampu untuk memenuhi ke RSBI. Mahalnya biaya di RSBI tentu menjadi persoalan bagi siswa miskin. Masyarakat pun terlanjur mengidentikan RSBI sebagai Rintisan bertaraf Internasional. Sementara itu kepala dinas pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi menolak jika RSBI dikatakan hanya diperuntukan bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial yang lebih. Heru salah satu orang tua murid yang anaknya bersekolah di sebuah SD dengan status RSBI dikawasan Kerawamangun. Saat anaknya menginjak kelas 2 ia diwajibkan membayar uang sebesar 6,5 juta Rupiah sebagai uang gedung dan 125.000 rupiah untuk iuran bulanan. Padahal menurut Heru sebelumnya pihak sekolah tidak pernah memberikan informasi mengenai uang-uang ini. Heru menentang kebijakan sekolah. Namun si anak lah yang kemudian menjadi korban. Namun semua tudingan itu dibantah kepala sekolah SDN RSBI 12 Rawamangun karena semuanya telah dilakukan secara transparan. Keringan bisa diperoleh orang tua menganjurkan surat keterangan tidak mampu. Kelihatannya memang menjadi sesuatu yang ideal ketika pemerintah memiliki sebuah program khusus di sekolah-sekolah negeri untuk meningkatkan mutu pendidikan berstandar Internasional. Namun ada sebuah pertanyaan yang lebih mendasar haruskah ada biaya-biaya tambahan yang dibayar demi memperoleh pendidikan bertaraf Internasional di sebuah sekolah milik pemerintah. Dan mengapa pemerintah harus membuat klasifikasi sekolah hingga 4 tingkatan? Apakah pemerintah tidak berkeinginan menyusun kurikulum semua sekolahnya yang bertaraf Internasional sehingga kelak dikemudian hari Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia Indonesia berkualitas Internasional? Mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk menjadi idaman bagi para orang tua siswa. Namun akan lebih adil jika semua lapisan masyarakat Indonesia dapat menikmati pendidikan yang berkualitas tentunya di dukung jika semua sekolah di Indonesia dapat menerapkan kurikulum yang sama yaitu berbasis Internasional. Namun mengapa pemerintah sekolah enggan menargetkan hal ini bagi anak-anak kita.

Anda mungkin juga menyukai