Anda di halaman 1dari 23

REMAJA DAN SEKS BEBAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran B Indonesia

Kelompok 1 : XI Bahasa Annisya Fitriany N Ravi Bobby Y Ririn Ramadani Wina Lestari Yayi Hari F B A

SMA NEGERI 3 TASIKMALAYA


Jl. Letkol Basyir Surya No. 89 Tasikmalaya Tahun 2009 / 2010

Kata Pengantar
Assalamu alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyusun makalah mengenai Remaja dan Seks Bebas Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia dan akan dimasukkan kedalam nilai tugas di semester genap tahun ajaran 2009 2010. Selain itu, makalah ini dibuat untuk menambah wawasan kami dan tentunya para pembaca mengenai seks bebas di kalangan remaja. Sebelumnya, kami ucapkan terima asih yang sebesar besarnya kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Euis Rina S. Pd atas pengarahan dan bimbingannya selama kami menyusun makalah ini. Dalam menyusun makalah ini, tentu tidaklah sempurna. Masih banyak hal yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami nantikan dalam penyempurnaan makalah ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, Januari 2010

Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I :Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Sistematika BAB II :Pembahasan 2.1 Pengertian Masa Remaja 2.2 Pengertian Hubungan Seksual 2.3 Potret remaja di Usianya 2.4 Banyak Remaja Lakukan Seks Bebas di Rumah 2.5 Seks Bebas Dilihat dari Berbagai Aspek 2.6 Sempitnya Pengetahuan Tentang Seks Bebas 2.7 Bagaimana Remaja Bersikap ? 2.8 Pentingnya Pendidikan Seks Pada Remaja BAB III :Penutup 3.1 Simpulan 3.2 Saran Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode perkembangan hidup manusia yang berlangsung sejak individu berusia kurang lebih 12 tahun sampai individu menginjak sekitar 19 tahun. Pada periode perkembangan ini terjadi berbagai perubahan yang menyangkut aspek biologis, fisik, social dan psikologi. Rentang usia pada remaja yang begitu labar menyebabkan munculnya permasalahan yang sangat bervariasi dan kompleks yang dilatar belakangi kondisi pribadi, lingkungan, social budaya dan perkembangan IPTEK. Refleksi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh besar bagi kemajuan hidup manusia. Dalam hal teknologi bekembangnya alat komunikasi, dan media media yang mendukung menyebabkan mudahnya remaja untuk melakukan perbuatan perbuatan menyimpang. Akan tatapi, sejalan dengan kondisi masyarakat modern yang mempunyai pikiran sempit, lebih menonjolkan emosi, melakukan perilaku diluar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat yang tidak sesuai dengan logika sempurna sebagai makhluk beradab karena daya pikirnya instant, maka terjadilah keterpurukan moral seperti seks bebas tersebut. Tindakan ini merupakan suatu perilaku individu yang menyimpang. Keterkaitan dua masalah tadi remaja dan seks bebas dapat terjadi jika dalam suatu fase kehidupan remaja, perkembangan psikososial remaja lebih terarah pada perilaku anti social. Keadaan kritis ini merupakan perilaku penyimpangan dalam pranata social yang merusak stabilitas pranata lain. Dan

yang paling utama dari tindakan negative ini adalah kehancuran kebudayaan dan generasi penerus bangsa.

1.2

Masalah Maraknya berita tentang perilaku seks bebas yang terjadi di kalangan

remaja dan anak muda sangatlah membuat resah bagi kalangan orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kebanyakan para orang tua dan masyarakat hanya menyalahkan pelaku seks bebas tanpa melihat latar belakang terjadinya perilaku seks bebas tersebut. Mengetahui fakta tersebut, peneliti ingin mengetahui bentuk perilaku seks bebas dan faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku seks bebas tersebut. Guna mencapai tujuan tersebut maka peneliti melakukan pengumpulan data langsung pada beberapa sample subyek dengan latar belakang dan tempat yang berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung sehingga didapatkan data yang berupa rekaman wawancara dan gambaran umum terhadap subyek dan situasi sosialnya. Dari temuan data tersebut, peneliti hubungkan dengan teori-teori yang sudah ada yang selanjutnya disusun menjadi sebuah penelitian dengan metode kualitatif naratif deskriptif yang kemudian dilakukan analisa data secara induktif deskriptif yaitu melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu, teori yang dikembangkan muncul dari bawah berasal dari sejumlah besar satuan bukti yang terkumpul yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pada hasil analisa dapat ditarik kesimpulan mengenai bentuk-bentuk perilaku seksual dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya perilaku seks bebas. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dorongan dari dalam diri, pengaruh lingkungan, pengaruh agama dan moral yang dianut serta faktor informasi tentang pendidikan seksual yang diterima. Dorongan dalam diri berupa libido seks yang berbanding lurus dengan kedewasaan yang ditimbulkan oleh hormon-hormon seks merupakan

sesuatu yang harus diwaspadai dan diantisipasi. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku seks bebas. Karena berdasarkan hasil penelitian, pengaruh teman yang diperkuat oleh media-media porno sangat berpengaruh kuat pada remaja. Namun, sekuat apapun pengaruh lingkungan bila faktor agama dan moral yang kuat telah melatarbelakangi remaja sejak kecil, pada titik tertentu, dia akan sadar dan mudah kembali pada jalan yang benar. Dari kesimpulan yang didapat, peneliti menemukan beberapa jalan keluar yang dapat diambil dan diwujudkan untuk mengatasi masalah perilaku seks bebas pada remaja dan anak muda. Jalan keluar tersebut yaitu, adanya kerjasama antar orang tua dan lingkungan yaitu sekolah dan masyarakat agar menciptakan kondisi yang kondusif untuk menghindarkan remaja dari perilaku seks bebas. Terciptanya dialog yang terbuka dan kekeluargaan dari orang tua terhadap anak tentang pendidikan seks. Adanya kegiatan yang kontinyu dari pemerintah dalam mengadakan razia terhadap media porno seperti majalah dan CD porno agar tidak mudah dikonsumsi oleh remaja. Dunia seks bagi kalangan remaja masih misterius dan ditutup-tutupi. Yang tidak mengerti, akan salah melangkah dan terjerumus dalam seks bebas. Data kehamilan remaja di menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2 %; karena sama-sama mau sebanyak 12,9 % dan tidak terduga sebanyak 45 %. Seks bebas sendiri mencapai 22,6 %. Hal itu karena minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi sehingga mencari tahu sendiri jawabannya, Ia menambahkan, akibat ketidaktahuan mengenai seks banyak remaja terjebak pada penyakit seks bebas seperti sifilis, gonorhoe dan HIV/AIDS. Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik dan berencana membuat karya ilmiah yang berjudul Remaja dan Seks Bebas

1.3

Tujuan 1. Menambah pengetahuan 2. Menambah pemahaman diri tentang seks bebas 3. Meningkatkan kepribadian positif remaja 4. Pemenuhan tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1.4

Sistematika Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah

metode studi pustaka dan observasi. Studi pustaka berupa studi yang dilakukan untuk mencari bahan bahan dari sumber sumber studi berupa tulisan atau media cetak seperti buku yang relevan. Sedangkan dalam observasi, penyusun melakukn pengamatan via media khususnya internet karena keterbatasan masalah waktu dan objek masalah. Media tersebut berupa media elektronik.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Masa Remaja Remaja merupakan fase dalam kehidupan manusia pasca anak anak dan pradewasa yang terjadi pada waktu individu berusia kurang lebih 12 sampai 19 tahun. Menurut Hurlock ( 1973 ) memberikan batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hinnga 18 tahun yang merupakan batasan tradisional. Sedangkan ahli kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. WHO ( World Health Organization ) memberikan batasan usia remaja dalam tiga kelompok, yaitu : a. remaja awal b. remaja pertengahan c. remaja akhir : antara 11 13 tahun : antara 14 16 tahun : antara 17 19 tahun

Masa remaja diawali dengan masa pubertas atau akil balig yaitu menjadi dewasa ( tapi belum dewasa ). Lamanya bias beberapa tahun dan bias berbeda beda pada setiap anak / remaja. Dalam masa pubertas ini, perubahan juga terjadi pada pikiran, perasaan, hubungan pertemanan, tanggung jawab ( ini

disebut perubahan psikologis ). Kadang kadang remaja mengalami perubahan perubahan itu. Perubahan fisik dan psikologis disebabkan bekerjanya hormon hormon. Hormone adalah zat zat kimia yang dihasilkan bagian bagian tertentu dalam tubuh. Dari bagian bagian tubuh itu, hormone mengalir melalui darah ke bagian bagian tubuh lain dimana hormone itu harus bekerja dan melakukan perubahan perubahan pada tubuh kita . Pada masa pubertas, hormone hormone tertentu di otak mengirim berita / perintah pada organ organ reproduksi ( organ seks ) laki laki / perempuan untuk membuat hormone seks. Organ seks perempuan ( indung telur ) membuta hormone seks yang disebut estrogen dan progesterone. Organ seks laki laki ( testis ) menghasilkan hormone seks yang disebut testosterone. Hormone seks perempuan memerintahkan indung telur untuk mengeluarkan satu sel telur setiap bulan, sedangkan hormone seks laki laki memerintahkan testis untuk menghasilkan sperma. Bila sperma laki laki bertemu dengan sel telur perempuan maka keduanya bersatu dan bias tumbuh menjadi baya di dalam tubuh perempuan. 2.2 Pengertian Hubungan Seksual Hubungan seksual adalah pertemuan organ seks laki laki dan perempuan sampai sperma laki laki masuk melalui vagina perempuan dan bersatu dengan sel telur.

2.3

Potret Remaja di Usianya Sudah menjadi maklum, remaja memang sosok yang sangat menarik

untuk diperbincangkan. Kenapa?. Remaja masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami

perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan. Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua. Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS). Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di

Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. Dan 20 persen di antaranya remaja. Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS). Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. 2.4 Banyak Remaja Lakukan Seks Bebas di Rumah Selama ini banyak orang berpikir bahwa seks bebas dilakukan di hotelhotel atau lokasi lain di luar pengawasan orangtua. Ternyata dugaan ini tidak sepenuhnya benar. Menurut penelitian, seks bebas antarremaja justru banyak dilakukan Saat orangtua di tidak di rumah rumah , sendiri, mereka kok di bisa? rumah. melakukannya

Dan justru rumah sendiri yang dianggap aman nyatanya menjadi lokasi yang dipilih untuk melakukan seks bebas. Karena itu orangtua diharapkan waspada terhadap perilaku anak-anak remajanya. Rumah mestinya tidak dibiarkan kosong tanpa ada pengawasan siapapun.Tidak cukup seorang pembantu atau sopir, tetapi harus ada figur yang ditakuti oleh

seorang anak. Beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya seks bebas dikalangan remaja yaitu; A. factor agama dan iman B. factor lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga, dan media C. pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan D. perubahan zaman Selain pengawasan model demikian, perlu juga ditanamkan nilai-nilai akhlak mulia dan religi. Sebab, anak remaja yang gampang terpengaruh membutuhkan semacam tameng untuk menolak hal-hal yang melanggar norma susila, norma sosial dan norma agama. 2.5 Seks Bebas Dipandang dari Berbagai Aspek Hubungan seksual diluar nikah tidak dapat dibenarkan oleh norma social dan norma agama. Hubungan seksual hanya di benarkan apabila seseorang sudah resmi menikah. Hubungan seksual diluar nikah merupakan tindak penyimpangan dan ditentang oleh masyarakat. Jenis hubungan seksual di luar nikah yaitu pelacuran, pemerkosaan, dan kumpul kebo. Hubungan seksual di luar pernikahan tersebut dianggap melanggar norma dan moral oleh karena itu, para ahli memandang seks bebas dari berbagai aspek. Diantaranya : a. Nilai Pancasila Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai

dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya. Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini. Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran. b. Nilai Agama Firman Allah: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. ( QS 17:31 ). Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya

masih

belum

stabil

atau

tabungannya

belum

memadai,

kemudian

ia

merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Padahal ayat tersebut telah jelas menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah sedangkan manusia diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi. Firman Allah: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS 5:32 ) Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan kriminal dan melawan terhadap perintah Allah. Al-Quran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih. (QS 5:36) c. Nilai Yuridis / Hukum Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan aborsi yang disengaja atas perbuatan sendiri atau meminta bantuan pada orang lain dianggap sebagai tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling lama 4 tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam aborsi tersebut adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu dilakukan untuk tujuan ekonomi, sebagai mata pencarian, maka hukumannya dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) dia atas. Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal 346 dikatakan bahwa wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau meyuruh orang lain untuk melakukan hal itu diancam hukuman penjara paling lama empat tahun. Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan kehamilan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 12 tahun penjara, dan selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara paling lama 15 tahun. Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam hukuman paling lama 15 tahun penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal, maka pelaku diancam hukuman paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan aborsi di Indonesia termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan tegas. 2.6 Sempitnya Pengetahuan tentang Seks Seks Bebas = Tabu ? Dengan pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja remaja di Indonesia. Ada yang menjurus ke hal positif dan juga ke hal yang negatif. Contoh dampak negatifnya adalah seks bebas. Dikalangan remaja seks bebas telah banyak dilakukan oleh remaja bebas, bisa dibilang sebagai rahasia umum kali ya?

Saat remaja merupakan saat yang paling rentan, kenapa? Ya karna pada saat remaja, emosi kita paling besar. Kita berusaha tampil lebih baik daripada orang lain, kita tidak mau kalah dengan orang lain. Emosi yang tidak stabil itu menyebabkan mudah masuknya pengaruh dari luar. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan. Remaja di Indonesia cenderung berpikir sempit, remaja memang cenderung berpikir masa kini saja. Barulah bila semakin bertambah usia, masa depan semakin diperhitungkan. Di masa dewasa lah orang biasanya mulai menyesali perilakunya di kala remaja. Remaja memiliki emosi yang luar biasa besar, seseorang cenderung menginginkan perhatian yang lebih. Jika dalam keluarga seorang remaja tidak memperoleh perhatian yang diinginkan, mereka cenderung mencarinya di luar lingkungan keluarga.Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas. Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah ?Anak Gaul?. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai

dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi. Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas. Jika saja para orang tua lebih memberikan perhatian pada anak anaknya maka, anak anak mereka tidak mungkin terjerumus dalam pergaulan bebas yang bisa merusak sang anak. Dari pergaulan bebas ini para remaja mengenal seks bebas, narkoba, dugem, alcohol dan lain- lain. Jadi pada intinya permasalahan remaja ini tidak lepas dari peran serta keluarga sekitar. 2.7 Bagaimana Remaja Bersikap ? Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama. Sebagaimana apa yang diperingatkan Alloh dalam surat An-Nur: 21: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syetan. Barang siapa yang mengikuti langkah syetan, maka sesungguhnya dia (syetan) menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Alloh dan Rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun diantara kamu bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Alloh membersihkan siapa yang dikehendaki... (An-nuur (24):21)

Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam berfikirnya. Meminimalkan hal-hal yang merangsang, mengekang ledakan nafsu dan menguasainya. Masa remaja memang sangat memperhatikan masalah seksual. Banyak remaja yang menyukai bacaan porno, melihat film-film porno. Semakin bertambah jika mereka berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaran, tulisan, foto, sentuhan, dan lainnya. Hal ini akan mendorong remaja terjebak dengan kegiatan seks yang haram. Perawatan organ reproduksi tidak identik dengan pemanfaatan tanpa kendali. Sistem organ reproduksi dalam pertumbuhannya sebagaimana organ lainnya, memerlukan masa tertentu yang berkesinambungan sehingga mencapai petumbuhan maksimal. Disinilah letak pentingnya pendampingan orang tua dan pendidik untuk memberi pemahaman yang benar tentang pertumbuhan organ reproduksi. Pemahaman remaja berkaitan dengan organ reproduksinya tentunya ditanamkan sesuai dengan kadar kemampuan logika dan umur mereka. Dengan demikian remaja tidak akan cemas ketika menghadapi peristiwa haid pertama, melewati masa premenstrual syndrome dengan aman, memahami hukum fiqh terkait dengan haid serta peristiwa lain yang mengiringi masa pubertas remaja. Remaja juga harus bisa menjaga diri (istifaaf). Hal ini mampu dilakukan pada remaja yang mempunyai kejelasan konsep hidup dalam menjalani hidupnya. Orang tua sejak usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Alloh menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan lingkungaanya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas, komitmen terhadap aturan Alloh baik dalam aurot

(pakaian), pergaulan antar lawan jenis, menghindari ikhtilath dan sebagainya. Bagaimana dengan anda? Walloohu alam bisshowab

2.8

Perlunya Pendidikan Seks Pada Remaja Riset terbaru menunjukkan bahwa pendidikan seks komprehensif dapat

mengurangi kemungkinan kehamilan remaja, dan tidak ada indikasi bahwa hal tersebut meningkatkan level hubungan seks atau penyakit menular seksual (PMS). Sama sekali tidak membahayakan untuk mengajari remaja mengenai kontrol kelahiran, sebagai tambahan dari penolakan hubungan seks. Orang tua dan pendidik telah lama berargumentasi, apakah siswa harus mendapatkan pengajaran kontrol kelahiran, atau secara mudah bilang saja tidak terhadap seks bebas. Opsi mana yang lebih baik untuk menunda hubungan seks pada remaja. Survei nasional Amerika Serikat tahun 2002 dan berfokus pada remaja heteroseksual umur 15 sampai 19 tahun. Penemuan ini- berdasarkan respon dari 1719 remaja- dipublikasi pada journal of Adolescent Health. Setelah mereview hasil, peneliti menemukan bahwa satu dari empat remaja menerima pendidikan penolakan hubungan seks saja. Sembilan persen, terutama di daerah miskin dan pedesaan, tidak menerima pendidikan seks sama sekali. Dua pertiga sisanya menerima instruksi komprehensif, dengan diskusi kontrol kelahiran dan penolakan hubungan. Remaja yang menerima pendidikan seks komprehensif memiliki kemungkinan 60 persen lebih kecil untuk mendapatkan kehamilan, dibandingkan yang tidak menerima pendidikan seks sama sekali. Kemungkinan kehamilah adalah 30 persen lebih rendah pada mereka yang hanya menerima pendidikan penolakan hubungan seks saja, dibanding mereka yang tidak menerima hubungan seks, namun peneliti mengasumsikan bahwa angka tersebut kurang

signifikan secara statistik, sebab beberapa remaja yang masuk dalam kategori diteliti. Walau mereka juga tidak mencapai signifkansi statistik, survei lain juga menganjurkan bahwa pendidikan seks komprehensif, bukan penolakan hubungan seks saja, mengurangi kemungkinan remaja terlibat pada hubungan vaginal. Kedua pendekatan tersebut tidak dilaporkan mengurangi kemungkinan PMS, namun hasil tersebut secara statistik tidak signifikan. Bagaimanapun, penemuan tersebut mendukung diberikannya pendidikan seks komprehensif, Tidak ada bukti untuk mendukung bahwa pendidikan penolakan hubungan seks saja mengurangi kemungkinan terjadinya hubungan seks, atau kehamilan. Sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas dikalangan remaja yaitu; a. factor agama dan iman b. factor lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga, dan media c.pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan d.perubahan zaman WHO ( World Health Organization ) memberikan batasan usia remaja dalam tiga kelompok, yaitu : a. remaja awal b. remaja pertengahan : antara 11 13 tahun : antara 14 16 tahun

c. remaja akhir

: antara 17 19 tahun

Apabila seseorang telah melakukan seks bebas terjadi kehamilan yang tidak di inginkan, maka orang tersebut akan melakukan aborsi. Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah).

Dampak lain dari perilaku seks bebas yaitu secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.

3.2

Saran Kita sebagai remaja harus mengetahui berbagai macam resiko yang akan kita tanggung bila melakukan seks bebas. Tentunya, resiko tersebut dapat merusak masa depan dan menghalangi kita untuk mencapai cita cita. Resiko tersebut antara lain : A. Kehamilan B. Aborsi C. Terinfeksi Penyakit Menular

Perasaan sayang dan cinta tidak harus dibuktikan dengan hubungan seks bebas. Sayang dan cinta pada masa remaja bias dibuktikan dengan banyak cara haruslah hubungan yang sehat bukan hubungn yang merugikan.

Hubungan seks sebaiknya hanya dilakukan kalau sudah dewasa dan bias bertanggung jawab untuk hal tersebut.

Daftar Pustaka
www.hidayatullah.com Firman Allah ( QS 17:31 ), (QS 5:32 ), (QS 5:36) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan Ahsannudin, 2009. Modul Sosiologi untuk SMA / MA kelas X Semester Gasal. Klaten : CV. Viva Pakarindo. www.google.com www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai