Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya adalah terdapatnyakesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan sikap danperilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi tidak mampumengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Sebagaicontoh, siswa tahu tentang makanan sehat, tetapi perilaku makannya tidak menunjukkanperilaku makan yang sehat, siswa lebih banyak yang menyukai dan memilih fast food dansoft drink daripada makan nasi dan sayur serta minum susu. Pengetahuan menjadi sesuatuyang hanya dihafal saja tetapi tidak berpengaruh dalam kehidupannya. Pengetahuan hanya mampir sebentar dan kemudian menguap begitu saja, seolah tidak berbekas da lamkehidupan siswa. Kalau kita cermati, proses belajar yang diperoleh siswa lebih banyak pada belajar tentang (learning about thing) daripada belajar menjadi (learning how to be). Menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbingdengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan. Pembelajaran merupakanindividual discovery. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam prosespencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannyasendiri. Melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa maka fungsi guru berubahdari pengajar (teacher) menjadi mitra pembelajaran (fasilitator).Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru(teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner centered)diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam membangunpengetahuan, sikap, dan perilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif mahasiswa ini berarti dosen tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yangsesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, maka mahasiswamemperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri pengetahuannya sehinggamereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnyadapat meningkatkan mutu kualitas mahasiswa.Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang

berpusat pada mahasiswa (studentcentered learning) memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif 2 dari mahasiswa. Metode-metode tersebut diantaranya adalah: (a).Berbagi informasi(information sharing) dengan cara: curah gagasan (brainstorming), kooperatif, kolaboratif,diskusi kelompok (grup discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium danseminar, (b).Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermainperan (roreplay), permainan (game), dan kelompok temu, (c).Pembelajaran melaluipemecahan masalah (problem solving based) dengan cara: studi kasus, tutorial, danlokakarya.Metode pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered learning) kinidianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang menjadi tantangan bagimahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif terhadap problematika yangdihadapinya. Student Centered Learning (SCL), yaitu suatu bentuk pembelajaran yang padaintinya menggerakkan mahasiswa untuk bertumbuh pemikiran, keterampilan, dan sikapnyamenurut kapasitasnya, dan dosen berperan sebagai Fasilitator dan Motivator. Dosenmembimbing mahasiswa dengan menyeleksi-menerangkan bahan ajar dan alat media ajarsehingga mahasiswa itu sendiri dapat mempelajari bahan ajar dengan menggunakan alatmedia tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara mandiri. Di samping itu, dosenbertanggung jawab menciptakan suasana akademik yang kondusif untuk kegiatanpembelajaran.Mahasiswa belajar melalui pendekatan penyelesaian problem secara kreatif.Mahasiswa dihadapkan pada masalah nyata di bidang dan ilmu yang terkait dan diberi tugasuntuk menyelesaikannya sebagai suatu cara pembelajaran . Dosen diharapkan dapatmenerima kesalahan dalam proses pembelajaran sebagai hal yang wajar dan memotivasiuntuk memperbaiki secara terus menerus. Jadi proses pembelajaran yang diterapkan benar -benar menyatu dengan materi pembelajaran yang diformat sesuai dengan dimensipengetahuan dan dimensi proses kognitif secara benar menurut empat pilar pembelajaran.Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa maka mahasiswaharus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampumenganalisis, dan dapat memecahkan masalahmasalahnya sendiri. Tantangan bagi dosensebagai pendamping pembelajaran mahasiswa, untuk dapat menerapkan pembelajaran yangberpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola pikir, filosofi, komitmenmetode, dan strategi pembelajaran. 3 I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yaitu bentuk pembelajaran yang pada intinyamenggerakkan mahasiswa untuk bertumbuh pemikiran, keterampilan, dan sikapnya menurutkapasitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara mandiri. Maka, dipandang perluuntuk melakukan studi mengenai salah satu sistem pembelajaran mandiri di fakultaskedokteran yaitu Clinical Skill Lab (CSL) berupa kemampuan mahasiswa di klinik nantinya.Masalah berkaitan yang ingin diteliti yaitu:

Pelaksanaan Clinical Skill Lab (CSL) di Fakultas Kedokteran Universitas MuslimIndonesia

Materi Clinical Skill Lab (CSL) yang diperoleh dari internet 1.3. Tujuan PenelitianTujuan Umum Untuk mengetahui mengetahui perbedaan antara Pelaksanaan Clinical Skill Lab(CSL) di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia semester empat (TA.2009-2010) dengan materi Clinical Skill Lab (CSL) yang diperoleh mahasiswa dari internetmenurut persepsi mahasiswa. Tujuan Khusus 1. Mengetahui materi Clinical Skill Lab dari perkuliahan di Fak.Kedokteran UMI untuk sistem respirasi, sistem reproduksi, dan sistem urologi.2. Mengetahui materi Clinical Skill Lab dari internet untuk sistem respirasi, sistemreproduksi, dan sistem urologi.3. Mengetahui perbedaan materi Clinical Skill Lab dari perkuliahan di Fak.KedokteranUMI dengan materi Clinical Skill Lab dari internet. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya tercapainya pembelajaranyang mandiri dari mahasiswa kedokteran.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atas sukses tidaknya prosespembelajaran mandiri bagi mahasiswa kedokteran.3.

Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluaswawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri melalui penelitian. 3 I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, yaitu bentuk pembelajaran yang pada intinyamenggerakkan mahasiswa untuk bertumbuh pemikiran, keterampilan, dan sikapnya menurutkapasitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara mandiri. Maka, dipandang perluuntuk melakukan studi mengenai salah satu sistem pembelajaran mandiri di fakultaskedokteran yaitu Clinical Skill Lab (CSL) berupa kemampuan mahasiswa di klinik nantinya.Masalah berkaitan yang ingin diteliti yaitu:

Pelaksanaan Clinical Skill Lab (CSL) di Fakultas Kedokteran Universitas MuslimIndonesia

Materi Clinical Skill Lab (CSL) yang diperoleh dari internet 1.3. Tujuan PenelitianTujuan Umum Untuk mengetahui mengetahui perbedaan antara Pelaksanaan Clinical Skill Lab(CSL) di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia semester empat (TA.2009-2010) dengan materi Clinical Skill Lab (CSL) yang diperoleh mahasiswa dari internetmenurut persepsi mahasiswa. Tujuan Khusus 1. Mengetahui materi Clinical Skill Lab dari perkuliahan di Fak.Kedokteran UMI untuk sistem respirasi, sistem reproduksi, dan sistem urologi.2. Mengetahui materi Clinical Skill Lab dari internet untuk sistem respirasi, sistemreproduksi, dan sistem urologi.3. Mengetahui perbedaan materi Clinical Skill Lab dari perkuliahan di Fak.KedokteranUMI dengan materi Clinical Skill Lab dari internet.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya tercapainya pembelajaranyang mandiri dari mahasiswa kedokteran.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atas sukses tidaknya prosespembelajaran mandiri bagi mahasiswa kedokteran.3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluaswawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri melalui penelitian. 4 BAB IITINJAUAN PUSTAKA II.1. Clinical Skill Lab (CSL) Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perkembangan dalam penyediaan layanankesehatan, medis dan pendidikan keperawatan telah menyebabkan proliferasilaboratorium keterampilan klinis (CSL) di banyak sekolah. Lab ini memiliki keunggulanyang efektif digunakan dalam pendidikan sarjana dan pascasarjana dan pendidikankedokteran berkelanjutan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan di sampingspesialisasi lain pendidikan kesehatan. Di CSL, berbagai pendekatan klinis standar yangdigunakan untuk siswa untuk menerima pelatihan pelengkap dalam cara yang sistematisyang aman dan dilindungi, dengan menggunakan strategi pendidikan yang efektif sesuaidengan kebutuhan pendidikan mereka dan tingkat experience. Di seluruh dunia, beberapasekolah kedokteran dan lainnya profesi perawatan kesehatan telah terintegrasi CSLdalam kurikulum mereka. Meskipun pengakuan mereka sebagai alat pendidikan yangefektif, sedikit literatur yang tersedia di dalam pendidikan kedokteran CSL. Sebagaisekolah yang lebih mengintegrasikan CSL ke dalam kurikulum mereka, adalah pentinguntuk meninjau tren ini untuk memperkenalkan pembaca dengan sifatnya, faktor-faktoryang menyebabkan, keuntungan pembangunan dan masalah yang berkaitan denganpelaksanaannya. Tinjauan ini juga akan menyarankan beberapa pedoman yang dapatmembantu dalam mengatasi masalah pelaksanaan.CSL adalah sebuah fasilitas di mana siswa dan staf yang berkualitas belajar klinis,komunikasi, dan keterampilan teknologi informasi untuk tingkat tertentu kompetensisebelum atau dikoordinasikan dengan kontak langsung pasien. Tujuan dari CSL untuk mendukung akuisisi, pemeliharaan dan peningkatan keterampilan klinis mahasiswadalam profesi perawatan kesehatan. Mereka menyediakan tangan pengalaman belajaruntuk praktek keterampilan klinis, yang dianggap penting bagi

manajemen yang efektif dan aman pasien masa depan. Selain itu, lab ini membantu untuk memastikan bahwasemua siswa memiliki kesempatan belajar yang diperlukan dan penilaian yang tepatsebelum mendekati nyata pasien. Nama alternatif untuk CSL mungkin ditemui dalamliteratur. Ini termasuk fasilitas pelatihan keterampilan klinik, pusat keterampilan klinis,klinis pusat ketrampilan sumber daya, keterampilan pusat, unit keterampilan klinis, pusatbelajar keterampilan dan keterampilan profesional laboratorium. Laboratorium 5 keterampilan klinis dapat berkontribusi terhadap hasil beberapa kurikulum ataukompetensi. Ini mungkin termasuk: keterampilan wawancara komunikasi dan pasien,pemeriksaan fisik, keterampilan prosedural laboratorium dan klinis, keterampilandiagnostik dan terapeutik, berpikir kritis, penalaran dan kemampuan memecahkanmasalah, sikap profesional dan kesadaran dasar etika kesehatan, kerja tim, organisasi danmanajemen skills. Selain itu, CSL juga cocok untuk peningkatan keterampilan lainseperti penelitian, penilaian kritis, obat-obatan berdasarkan bukti, presentasi ilmiah,teknologi informasi dan kompetensi. Ini termasuk perluasan metode penyampaian,adopsi strategi pendidikan, penyediaan kesempatan penilaian dan pengakuan mekanismedukungan.Keterampilan klinis laboratorium CSL telah menjadi salah satu fasilitas pentingdalam kurikulum kedokteran sarjana. Berbagai pelatihan keterampilan baru-baru inidiperkenalkan yang meliputi pemeriksaan klinis, keterampilan diagnostik dan terapeutik serta keterampilan komunikasi. Meskipun nilai pendidikan CSL sangat baik diakui,sangat sedikit yang ditulis tentang hal itu dalam literatur CSL Sistem Respirasi Materi ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester empat yangmerupakan bagian dari mata kuliah Sistem Respirasi. Tujuan pemberian materi ini adalahuntuk melatih kemampuan mahasiswa dalam penanganan penyakit pada sistem respirasi,dimana pada materi ini diberikan skenario yang menunjukkan suatu gejala klinik daripenyakit sistem respirasi yang banyak ditemukan yaitu batuk dan sesak pada dewasa.Mahasiswa diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi juga semuahal yang berhubungan dengan permasalahan tersebut, misalnya patomekanisme penyakitdimana harus dibicarakan tentang anatomi, histologi, fisiologi, serta proses biokimiayang terjadi. Hal yang ditekankan disini adalah bagaimana memecahkan masalah yangdiberikan dan bukan hanya untuk diagnosanya. II.2.1. Anamnesis Pasien dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik Paru Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter (pemeriksa)dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

penyakit yang dideritadan informasi lainnya yang berkaitan yang dapat mengarahkan diagnosis penyakitpasien. Banyak keluhan yang akan disampaikan oleh pasien tentang penyakitnya,walaupun demikian tidak semua keluhan atau informasi-informasi yang disampaikan

Anda mungkin juga menyukai

  • FKM
    FKM
    Dokumen12 halaman
    FKM
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat
  • PRE Hema-4
    PRE Hema-4
    Dokumen4 halaman
    PRE Hema-4
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat
  • PRE Hema-4
    PRE Hema-4
    Dokumen4 halaman
    PRE Hema-4
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat
  • PRE Hema-4
    PRE Hema-4
    Dokumen4 halaman
    PRE Hema-4
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat
  • Soal CP 1
    Soal CP 1
    Dokumen2 halaman
    Soal CP 1
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat
  • Final Hema 5
    Final Hema 5
    Dokumen5 halaman
    Final Hema 5
    haikal79
    Belum ada peringkat
  • Soal CP 1
    Soal CP 1
    Dokumen2 halaman
    Soal CP 1
    Zainal Manda Tikupadang
    Belum ada peringkat