Anda di halaman 1dari 11

Tugas Baca

KERATITIS NUMULARIS

Oleh : Anies Beva Centora NIM I1A005046

Pembimbing Dr. H. Agus F. Rajak, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA FK UNLAM RSUD ULIN BANJARMASIN Desember, 2011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii A. Batasan ............................................................................................................... 1 B. Patofisiologi ........................................................................................................ 1 C. Gambaran Klinik ................................................................................................ 3 D. Diagnosis ............................................................................................................ 5 E. Diagnosis Banding .............................................................................................. 5 F. Penatalaksanaan .................................................................................................. 7 G. Pencegahan ......................................................................................................... 8 H. Prognosis ............................................................................................................ 8 I. Komplikasi ........................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii

KERATITIS NUMULARIS

A. BATASAN Keratitis adalah bentuk keradangan pada kornea. Keratitis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus. Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Keratitis numularis merupakan salah satu jenis keratitis superfisialis non ulseratif. Keratitis numularis biasanya banyak didapatkan pada petani [1,2]. Keratitis numularis disebut juga keratitis sawahica atau keratitis punctata tropica. Keratitis numularis diduga diakibatkan oleh virus. Diduga virus yang masuk ke dalam epitel kornea melalui luka setelah trauma. Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma kornea sehingga menimbulkan kekeruhan atau infiltrat berbentuk bulat seperti mata uang. Pada kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Atau dapat juga memberikan gambaran bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea dan biasanya multiple. Tes fluoresinnya (-) [1,2].

B. PATOFISIOLOGI Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilaluiberkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan

strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik, pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila selsel epitel itu telah beregenerasi. Epitel kornea merupakan sawar yang andal bagi mikroorganisme yang akan masuk kornea. Tetapi kalau epitel terkena trauma dan rusak, maka membran Bowman menjadi bermacam-macam mikroorganisme, kultur yang sangat Pseudomonas baik untuk

terutama

Aeruginosa.

Membran Descemet menahan mikroorganisme tetapi tidak terhadap jamur [3]. Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak bereaksi dengan cepat, seperti jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Sehingga badan kornea, wandering cells dan sel-sel lainnya yang terdapat di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian akan disusul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan tampak sebagai injeksi perikornea. Kemudian akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma dan sel polimorfonuklear yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang selanjutnya dapat berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel dan timbulah ulkus (tukak) kornea [1,2,3].

C. GAMBARAN KLINIK 1. Gejala dan Tanda Gejala dan tanda keratitis umumnya berupa fotofobia, lakrimasi, blefarospasme dan gangguan visus. Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea, superfisisalis maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, phlyctenule, keratitis interstisisal),

menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan cahaya, lesi kornea umunya agak mengaburkan penglihatan, terutama kalau letaknya di pusat [4,5]. Fotofobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh iris adalah fenomena reflek yang disebabkan iritasi padaujung saraf kornea. Fotofobia, yang berat pada kebanyakan penyakit kornea adalah minimal. Meskipun berair mata dan fotofobia umunya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak terdapat kotoran mata kecuali pada ulkus bakteri yang purulen [3,4]. Gejala klinis pada keratitis numularis adalah penderita mengeluh perasaannya ada benda asing dan fotofobia. Penglihatan kabur apabila infiltrat terdapat pada aksis visual, tampak adanya bercak putih pada matanya. Dan khas tidak terdapat riwayat konjungtivities sebelumnya [6].

2. Lesi Pada kornea terdapat kekeruhan infiltrat bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo. Atau dapat juga memberikan gambaran bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea dan biasanya multiple (infiltrat berbentuk bulat seperti mata uang/coin lesion). Tes fluoresinnya (-) [1,4]. Untuk melihat adanya defek pada epitel kornea dapat dilakukan uji fluoresin. Caranya, kertas fluoresin dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita diberi anestesi lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik, kemudian kertas diangkat. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji fluoresin positif [1,3].

Gambar 1. Gambaran lesi infiltrate bulat (coin lesion) pada keratitis numularis

D. DIAGNOSIS Keratitis numularis didiagnosis berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa kita dapat mengetahui gejala klinis yang dialami oleh pasien yang mengarah pada gejala keratitis pada umumnya. Sedangkan dari pemeriksaan fisik kita dapat menentukan karakteristik dari lesi kornea. Pemeriksaan harus dilakukan di bawah cahaya yang memadai. Pada pemeriksaan eksternal, tidak terdapat hiperemi konjungtiva maupun perikornea. Pemeriksaan sering lebih mudah dengan meneteskan anestesi lokal. Pemulusan fluoresin dapat memperjelas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin tidak telihat bila tidak dipulas. Pada keratitis numularis Tes fluoresin negatif (-). Pemakaian biomikroskop (slitlamp) penting untuk pemeriksaan kornea dengan benar. Pada pemeriksaan kornea dengan slitlamp terdapat gambaran bercak putih bulat di bawah epitel. Epitel di atas lesi elevasi dan irregular. Umur bulatan infiltrat tidak selalu sama. Tes sensibilitas kornea baik [4,5,6]. Diagnosis keratitis numularis relatif mudah, tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang dapat membantu mengkonfirmasi

kecurigaan klinis pada kasus dengan temuan yang kurang khas, antara lain dengan pengecatan dengan Giemsa yang menunjukkan sel raksasa multinuklear yang dihasilkan dari peleburan dari sel epitel kornea dan inklusi virus intranuklear [4].

E. DIAGNOSIS BANDING Keratitis numularis memiliki gambaran lesi yang mirip dengan epidemic keratoconjunctivitis dan keratitis varicella. Pada epidemic keratoconjunctivitis, sebelumnya diawali dengan gejala dan tanda konjungtivitis dan infiltrat lebih tebal 5

dibandingkan infiltrat pada keratitis numularis. Epidemic keratoconjunctivitis merupakan penyakit infeksi mata yang disebabkan oleh adenovirus (serotype 8, 19, dan 37). Dan bentuk kronisnya adalah keratitis numularis [6,7]. Sedangkan, pada keratitis varicella sebelumnya diawali dengan gejala prodormal dan tanda varicella dan lesi timbul setelah lesi di kulit hilang. Selain itu, keratitis numularis juga bisa didiagnosis banding dengan keratitis disiformis. Keratitis disiformis ini juga merupakan jenis dari keratitis superfisialis non ulseratif. Disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan peradangan kornea yang banyak di negeri persawahan basah. Pada anamnesa umumnya ada riwayat trauma dari lumpur sawah. Pada pemeriksaan kornea tampak gambaran infiltrat yang bulat-bulat-bulat, di tengahnya lebih padat dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin (-).Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Umumnya menyarang usia 15-30 tahun [4,5,6]. Dari deskripsi asli Dimmer mengatakan dari 4 kasus keratitis, akan terlihat bahwa sekarang yang dikenal sebagai keratitis nummular (dimmer), bukan merupakan salah satu penyakit kornea yang spesifik tapi merupakan suatu kelompok heterogen penyakit. Salzmann menunjukkan dalam kasus tertentu hubungan yang jelas antara keratitis numular dan keratitis herpetic serta komplikasi korneanya. Kemudian penulis belum meyakinkan keratitis nummular dapat dibedakan dari keratitis herpetik karena tidak ada tes Determine ApplicationTrust yang telah dilakukan untuk sensitivitas kornea. Pillat, juga tidak menggunakan kriteria normalitas sensitivitas kornea untuk diagnosis, keratitis numular sulit dibedakan dari gejala sisa keratitis adenovirus [8].

F. PENATALAKSANAAN Pengobatan pada keratitis bisa diberikan antibiotik, anti jamur dan anti virus dapat digunakan tergantung organisme penyebab. Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter [1]. Pada prinsipnya keratitis numularis dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Pemberian tetes kortikosteroid untuk jangka pendek dapat

menghilangkan kekeruhan dan infiltrat pada kornea. Namun, perlu diperhatikan pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak teriduksi steroid dan glaukoma. Pada penelitian studi klinis, menunjukkan agen antivirus sidofoir cocok untuk pencegahan terjadinya keratitis numular. Untuk pengobatan keratitis nummular baik kortikosteroid topikal dan dioleskan kalsineurin ditemukan efektif. Siklosporin A tetes mata merupakan inhibitor kalsineurin, untuk jangka panjang sistemik imunosupresi. Siklosporin A (CsA) adalah salah satu obat imunosupresan yang relatif baik yang tidak menimbulkan efek samping terlalu berat dan bekerja lebih selektif terhadap sel limfosit T tanpa menekan seluruh imunitas tubuh, sedangkan pada pemakaian kortikosteroid dan sitostatik akan terjadi penekanan dari sebagian besar sistem imunitas, seperti menghambat fungsi sel makrofag, sel monosit dan sel neutrofil [6,7]. Untuk mengistirahatkan iris juga dapat diberikan obat siklopegik. Pasien juga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk melindungi dari paparan dari luar seperti d e b u d a n s i n a r

u l t r a v i o l e t . Lensa kontak sebagai terapi telah dipakai untuk mengendalikan gejala, khususnya pada kasus yang mengganggu. Pengobatan yang tidak baik atau salah dapat menyebabkan perburukan gejala [3,4,5].

G. PENCEGAHAN Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terserang keratitis numularis, terutama ditujukan untuk para petani adalah saat ke sawah sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dan topi yang besar untuk melindungi mata secara tidak langsung dari pajanan sinar ultraviolet, benda asing dan bahan iritatif lainnya. Higienitas sanitasi lingkungan yang bersih juga sangat menentukan penyebaran penyakit ini [5,6].

H. PROGNOSIS Prognosis umumnya Ad bonam karena (self limiting disease), tergantung pada pengobatan yang cepat dan sejauh mana jaringan parut (sikatrik) kornea yang terbentuk. Keratitis ini bila sembuh bisa meninggalkan jaringan parut (sikatrik) yang ringan [4,5,6].

I. KOMPLIKASI Komplikasi dari keratitis numularis adalah bisa menyebabkan ulkus kornea jika tidak cepat diobati [5].

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ilyas S, Mailangkay, Hilaman T dkk. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Sangung Seto, 2009. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea. SanFransisco 2007. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika Jakarta, 20003. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2000. Anonymous. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD. Dokter Soetomo Surabaya, 2000. Anonymous. Standar Diagnosis & Terapi. Edisi Kedua. RSUD. Ulin Banjarmasin, 1997. Bhringer D, Birnbaum F, Reinhard T. Cyclosporin A eyedrops for keratitis nummularis after adenovirus keratoconjunctivitis. PubMed, Ophthalmologe. 2008 Jun ; 105(6) : 592-4. Van Bijsterveld OP, Obster R. Dimmer's keratitis nummularis, a doubtful disease. PubMed, Klin Monbl Augenheilkd. German, 1983Sep ; 183(3) : 169-72.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Anda mungkin juga menyukai