Anda di halaman 1dari 17

KORUPSI YANG TERDESENTRALISASI Kelompok 3

Nama Anggota : Hendri Haryadi Duni Durwiatso David Cristian Tappang Amrizal Rizki Fajar Harizmawan Rudi Sofiyan Alfonsus Malvin Ivan Suhu Marani

Indikator
Defenisi korupsi Otonomi daerah & korupsi Desentralisasi Korupsi Penyebab terjadinya desentralisasi korupsi Modus korupsi di daerah Studi Kasus Inisiatif Anti-korupsi di daerah

Defenisi Korupsi
atau corruptus (latin) corruptie (Belanda) korupsi (Indonesia) Harfiah:Kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral.
corruptio

seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dsb. Malaysia rasuah (korupsi), Arab riswah (suap), ghulul (korupsi), Thailand gin moung (makan bangsa), China tanwu (keserakahan bernoda), Jepang oshuko (kerja kotor).

Kamus umum bahasa Indonesia Purwadarminta: Perbuatan yang buruk

Otonomi & Korupsi


Dalam

konteks otonomi daerah, korupsi terjadi mengikuti kekuasaan yang terdesentralisasi ke tingkat lokal. Peluang korupsi semakin besar ketika posisi legislatif menjadi sangat besar. Peran legislatif sebagai pengawas eksekutif ternyata tidak diimbangi dengan adanya pengawas terhadap legislatif itu sendiri.

Desentralisasi Korupsi

Dari catatan Indonesia Corruption Watch (ICW) mulai Januari hingga Desember 2004, terdapat 239 kasus korupsi di berbagai daerah dengan bermacam aktor, modus dan tingkat kerugian yang diderita oleh negara.

Sebagian besar dilakukan anggota parlemen (DPRD)

oleh

Penyebab Terjadinya Desentralisasi Korupsi


Menurut TA. Legowo terdapat 3 hal yang menjadi penyebab terjadinya desentralisasi korupsi pada era otonomi daerah

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 8 19 7 47 6 3 6 2 10 17 10 16 29 23 3 3 8 3 1 6 3 3 2 2 2 1 2 1 1 1

Aktor Korupsi Tahun 2007

Anggota DPR Anggota DPRD Gubenur Bupati Walikota Wakil Walikota Wakil Bupati Sekretaris Menteri/Mantan Pejabat Perbankan Pejabat Pejabat Pemda Swasta TNI Polri Jaksa Hakim Rumah Sakit BULOG Bapeten LAPAN LIPI Duta Besar Komisi Yudisial Wartawan Rektor/Dosen Konsulat KPUD BRR

Modus Korupsi di Daerah

Korupsi Pengadaan Barang


a.
b. c.

Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar. Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender. proses tender

Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) Manipulasi bukti perjalanan dinas Meningkatkan tunjangan anggaran pimpinan dan anggota dewan

Studi Kasus

Analisa studi kasus : Gubernur selalu mangkal dalam pemeriksaan Adanya aktor aktor yang menghambat pemeriksaan Adanya diskriminasi pada kasus ini Adanya penyalahgunaan wewenang

Inisiatif Anti-Korupsi di Daerah


Peraturan Daerah yang memperkuat jaminan atas keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pembentukan Kaukus Parlemen yang diprakarsai oleh Partnership for Governance Reformin Indonesia (Kemitraan). Gerakan Anti korupsi dari masyarakat,seperti Gerakan Bersama Anti Korupsi NU-Muhammadiyah yang dikembangkan sejak tahun 2003

Penutup Kesimpulan

Otonomi Daerah dalam perspektif pemerintah adalah otonomi administrasi dan otonomi financial yang telah mengabaikan desentralisasi dalam kerangka politik, atau dalam bahasa TA Legowo disebut desentralisasi demokratik. Oleh karenanya, dua hal penting dalam desentralisasi demokratik yakni partisipasi dan akuntabilitas tidak menjadi visi praktik penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Desentralisasi

tanpa desentralisasi demokratik melahirkan monopoli atas sumber daya ekonomi daerah oleh elit lokal (legislative dan eksekutive) mengandung bahaya yakni penyelewengan kekuasaan dan korupsi

Saran
Pemberantasan korupsi tidak mungkin dilakukan sendirian oleh instansi manapun tanpa dukungan dan komitmen yang kuat dari seluruh komponen bangsa. KPK ibarat sebuah lilin kecil di tengah kegelapan, karenanya KPK mengajak seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama menyalakan lilin masing-masing sehingga kegelapan tersebut dapat perlahan diakhiri.

Anda mungkin juga menyukai