Anda di halaman 1dari 20

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat Tabel 5.1.1 Distribusi keikutsertaan dalam pemakaian KB pria minggu pada periode Juli 2013 di Kecamatan Pasar

Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat Kontrasepsi Total 179 21 200

% 89.5 10.5 100.0

Pria yang menggunakan alat kontrasepsi adalah pria yang menggunakan kondom atau metode operasi pria sebagai alat kontrasepsi. Berdasarkan tabel 5.1.1, terdapat 200 responden pria usia subur. Sebanyak 21 responden (10.5%) menggunakan kontrasepsi dan sebanyak 179 responden (89.5%) tidak menggunakan kontrasepsi. Tabel 5.1.2 Distribusi usia responden sekarang di Kecamatan Pasar minggu pada periode Juli 2013
Usia Dibawah 30 Tahun Usia Diatas 30 Tahun Total 104 96 200 % 52.0 48.0 100.0

Responden yang diambil memiliki batasan umur antara 20-49 tahun. Berdasarkan tabel 5.1.2 terdapat 200 responden pria usia subur. Sebanyak 104 responden (52 %) berusia dibawah 30 tahun dan sebanyak 96 responden (48%) berusia diatas 30 tahun.

Tabel 5.1.3 Distribusi Pendidikan Responden di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Pendidikan dasar (SD, SMP sederajat) Pendidikan lanjutan (SMA, PT/Akademi) Total 89 111 200 % 44.5 55.5 100.0

Pendidikan dasar merupakan responden yang bersekolah sampai SD atau SMP sederajat, sedangkan pendidikan lanjutan adalah seseorang yang bersekolah sampai SMA atau Perguruan tinggi atau akademi. Pendidikan terakhir responden, dari 200 responden, sebanyak 89 orang yang memiliki pendidikan dasar (44,5%) dan sebanyak 111 orang yang memiliki pendidikan lanjutan (55,5%).

Tabel 5.1.4 Distribusi Pendapatan Responden di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Rendah (<2.5 juta/bulan) Tinggi (>2.5 juta/bulan) Total 104 96 200 % 52.0 48.0 100.0

Pendapatan rendah merupakan pendapatan kurang dari 2.5 juta per bulan dan pendapatan tinggi merupakan pendapatan lebih dari 2.5 juta perbulan. Pendapatan responden, dari 86 responden terdapat 104 responden yang memiliki pendapatan rendah (52.0%) dan terdapat 96 responden yang memiliki pendapatan tinggi (48.0%)

Tabel 5.1.5 Distribusi Pengetahuan Responden di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Nilai < 7 : Pengetahuan rendah Nilai > 7 : pengetahuan tinggi Total 128 72 200 % 64.0 36.0 100.0

Pengetahuan responden tentang KB pria dianggap tinggi jika benilai lebih dari 7 dan dianggap rendah jika nilai dari jawaban pengetahuan kurang dari 7. Dari 200 responden

terdapat 128 responden berpengetahuan rendah (64,0%) dan terdapat 72 responden yang memiliki pengetahuan tinggi (36,0%).

Tabel 5.1.6 Distribusi Sikap dan Pandangan suami tentang KB pria di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Nilai <7: tidak menerima Nilai > 7: menerima Total 139 61 200 % 69.5 30.5 100.0

Sikap dan pandangan suami tentang KB pria merupakan penerimaan pria terhadap penggunaan kb pada pria. Didapatkan tidak menerima penggunaan KB pria jila benilai kurang dari 7 dan didapatkan menerima penggunaan KB pria jika didapatkan nilai lebih dari 7. Dari 200 responden terdapat 139 responden yang tidak menerima penggunaan KB pria (69,5%) dan terdapat 61 responden yang menerima penggunaan KB pria (30,5%).

Tabel 5.1.7 Distribusi Sikap dan Dukungan istri tentang penggunaan KB pria di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Benar < 2 : sikap negatif Benar > 2: sikap positif Total 89 111 200 % 44.5 55.5 100.0

Sikap dan dukungan istri tentang penggunaan KB pria , dapat dinyatakan mendukung atau bersikap positif jika bernilai lebih dari 2 dan tidak mendukung atau bersikap negative jika kurang dari 2. Dari 200 responden terdapat 89 responden yang bersikap negative atau tidak mendukung (44,5%) dan terdapat 111 responden yang bersikap positif atau mendukung (55.5%).

Tabel 5.1.8 Distribusi kemudahan akses pelayanan KB pria di Kecamatan Pasar minggu Juli 2013
Nilai < 7 : sulit mengakses Nilai > 7 : mudah mengakses Total 120 80 200 % 60.0 40.0 100.0

Kemudahan akses pelayanan dikatakan mudah mengakses jika bernilai lebih dari 7 dan dikatakan sulit mengakes pelayanan jika bernilai kurang dari 7. Dari 200 responden, didapatkan 120 responden yang mendapatkan kesulitan dalam mengakses pelayanan KB pria (60%) dan didapatkan 80 responden yang mudah mengakses pelayanan KB pria (40%).

Petani Buruh Wiraswasta ABRI Pedagang Swasta PNS Pensiunan Lain-lain Total 0 32 35 6 36 39 26 8 18 200

% 0 16 17.5 3 18 19.5 13 4 9 100.0

Pekerjaan responden 0 orang (0%) bekerja sebagai petani, 32 orang (16%) bekerja sebagai buruh, 35 orang bekerja sebagai wiraswasta (17.5%), 6 orang sebagai ABRI (3%), 36 orang sebagai pedagang (18%), 39 orang bekerja sebagai karyawan swasta (19.5%), 26 orang bekerja sebagai PNS (14%), 8 responden pensiunan (4%), pekerjaan selain yang disebutkan diatas 18 orang (9%).

5.2 Analisis Bivariat Tabel 5.2.1 Hubungan antara usia dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan menggunakan alat alat kontrasepsi Usia Dibawah 30 Tahun 96 8 kontrasepsi Total 104

Diatas 30 Tahun

83

13

96

Total

179

21

200

P-value 0.178 Berdasarkan table 5.2.1 diatas, responden yang berusia dibawah 30 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 96 orang (48%), dibawah 30 tahun dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 8 responden (4%). Responden yang memiliki umur diatas 30 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria berjumlah sebanyak 83 responden (41.5%), berusia diatas 30 tahun dan menggunakan alat kontrasepsi pria

sebanyak 13 responden (6,5%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chisquare dan didapatkan nilai p=0.178. Karena nilai p >0.05 maka diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.2 Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat menggunakan alat kontrasepsi Pendidikan Pendidikan dasar (SD, SMP sederajat) Pendidikan lanjutan (SMA, PT/Akademi) Total 179 21 200 92 19 111 87 kontrasepsi 2 Total 89

P-value 0.001 Berdasarkan table 5.2.2 diatas, responden yang telah menjalani pendidikan dasar dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 87 orang (43.5%), yang telah menjalani pendidikan dasar dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 2 responden (1%). Responden yang telah menjalani pendidikan dasar dan tidak menggunakan alat kontrasepsi

pria berjumlah sebanyak 92 responden (46%), responden yang telah menjalani pendidikan lanjutan dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 19 responden (9,5%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.001 Karena nilai p <0.05 maka diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.3 Hubungan antara Keadaan ekonomi dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat menggunakan alat kontrasepsi Keadaan ekonomi Tinggi (>2.5 juta/bulan) 84 12 96 Rendah (<2.5 juta/bulan) 95 kontrasepsi 9 Total 104

Total

179

21

200

P-value 0.375

Berdasarkan table 5.2.3 diatas, responden yang telah menjalani memiliki keadaan ekonomi yang rendah dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 95 orang (47.5%), responden yang memiliki keadaan ekonomi yang rendah dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 9 responden (4,5%). Responden memiliki keadaan ekonomi

yang tinggi dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria berjumlah sebanyak 84 responden (42%), responden memiliki keadaan ekonomi yang tinggi dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 12 responden (6%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.375 Karena nilai p >0.05 maka diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara keadaan ekonomi dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.4 Hubungan antara Pengetahuan tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat kontrasepsi Pengetahuan Nilai < 7 : Pengetahuan rendah Nilai > 7 : pengetahuan tinggi 58 14 72 121 menggunakan alat kontrasepsi Total 7 128

Total

179

21

200

P-Value 0.002

Berdasarkan table 5.2.4 diatas, responden yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang KB pria dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 121 orang (60.5%), responden yang memiliki pengetahuan yang rendah tentang KB pria dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 7 responden (3.5%). Responden memiliki pengetahuan yang

tinggi tentang KB pria dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pria berjumlah sebanyak 58 responden (29%), responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang KB pria dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 14 responden (7%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.002 Karena nilai p <0.05 maka diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.5 Hubungan antara sikap dan pandangan responden dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat menggunakan alat kontrasepsi Sikap dan Nilai <7: tidak menerima 126 kontrasepsi 13 Total 139

Pandangan suami Nilai > 7: menerima 53 8 61

Total

179

21

200

P-Value 0.424

Berdasarkan table 5.2.5 diatas, responden tidak setuju dengan penggunaan alat KB pria dan tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 126 responden (63%), yang tidak setuju dengan penggunaan alat KB pria dan menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 13 responden (6.5%). Responden yang menerima dan setuju dengan penggunaan alat

kontrasepsi pria dan tidak menggunakan sebanyak 53 responden (26,5%), dan responden yang setuju dan menerima penggunaan kb pria dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 8 responden (4%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.424 Karena nilai p >0.05 maka diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dan pandangan suami tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.6 Hubungan antara sikap dan partisipasi istri dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat menggunakan alat kontrasepsi Sikap dan Benar < 2 : sikap negatif 87 kontrasepsi 2 Total 89

Partisipasi Istri Benar > 2: sikap positif 92 19 111

Total

179

21

200

P-Value 0.001 Berdasarkan table 5.2.6 diatas, istri responden yang bersikap negative dan tidak setuju dengan penggunaan alat KB pria dan tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 87 responden (43,5%), istri responden yang bersikap negative dan tidak setuju dengan penggunaan alat KB pria dan menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2 responden (1%). Responden yang menerima dan setuju dengan penggunaan alat kontrasepsi pria dan tidak

menggunakan sebanyak 53 responden (26,5%), dan responden yang setuju dan menerima penggunaan kb pria dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 8 responden (4%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.001 Karena nilai p <0.05 maka diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap dan dukungan istri tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

Tabel 5.2.7 Hubungan Akses pelayanan dan partisipasi istri dengan partisipasi suami dalam pemakaian KB pria di Kecamatan Pasar Minggu Juli 2013

Partisipasi tidak menggunakan alat menggunakan alat kontrasepsi Akses Pelayanan Nilai > 7 : mudah mengakses 65 15 80 Nilai < 7 : sulit mengakses 114 kontrasepsi 6 Total 120

Total

179

21

200

P-Value 0.002

Berdasarkan table 5.2.7 diatas, Jumlah responden yang merasakan kesulitan akses pelayanan dan tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 114 responden (57%), Jumlah responden yang merasakan kesulitan akses pelayanan dan menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 6 responden (3%). Responden yang Memiliki kemudahan akses pelayanan dan tidak menggunakan sebanyak 65 responden (32,5%), dan responden yang memiliki

kemudahan akses pelayanan dan menggunakan alat kontrasepsi pria sebanyak 15 responden (7.5%). Secara statistic table 2x2 diatas telah diuji dengan uji chi-square dan didapatkan nilai p=0.002 Karena nilai p <0.05 maka diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara akses pelayanan dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

BAB VI PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab lima yaitu faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi yang dibahas adalah karakteristik yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi, partisipasi, tingkat pengetahuan, sikap dan pandangan pria selaku pihak suami dalam keluarga, sikap istri terhadap praktik penggunaan alat kontrasepsi pria dalam dukungannya, dan kemudahan akses pelayanan. Penelitian tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi di Kecamatan Pasar Minggu telah dilaksanakan selama 1 bulan dengan waktu pengambilan sampel 1 minggu. Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu karena dianggap mewakili jumlah dari populasi pasangan usia subur di kecamatan Pasar Minggu. Hasil penelitian ini selanjutnya akan dijelaskan dengan membahas kesesuaian dan kesenjangan dengan hasil penelitin yang terkait dan teori-teori yang mendasari penelitian ini.

6.1 KETERBATASAN PENELITIAN 6.1.1 Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional yang mempunyai kelemahan sehingga tidak dapat membedakan variabel sebab akibat karena variabel tersebut diukur dalam waktu bersamaan, namun desain ini berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria (suami ) dalam ber-KB. 6.1.2 Adanya kemungkinan data dari hasil penelitian ini adalah bias, karena tidak semua responden menjawab jujur dan kurangnya pengetahuan responden terhadap KB pria sendiri dalam pertanyaanyang ada pada kuesioner, hal ini mungkin juga dapat terjadi karena khawatir terhadap kerahasiaan jawabannya. Upaya yang dilakukan adalah menuliskan kuesioner tanpa nama bagi yang malu untuk memberikan identitasnya pada lembar kuesioner dan dijelaskan terlebih dahulu kepada responden tentang kerahasiaan penelitian.

6.1.3 Adanya ketidaktepatan dalam mengisi kuesioner, hal ini dapat terjadi karena pemahaman responden yang berbeda-beda serta banyaknya pertanyaan yang menyangkut pengetahuan responden terhadap keluarga berencana pada pria. Upaya dilakukan dengan pemberian penjelasan untuk menjawab kuesioner yang dilakukan melalui wawancara.

6.2 DISKUSI HASIL PENELITIAN 6.2.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi pria dalam Keikutsertaan Program Keluarga Berencana 6.2.1.1 Usia Suami Usia yang menjadi criteria inklusi pada penelitian ini diambil dari interval usia pasangan usia subur terutama wanita yang dapat diukur tingkat kesuburannya yakni 15-49 tahun. Namun pada penelitian ini diambil range 20-49 tahun karena merupakan usia produktif bagi pria untuk menikah dan mempunyai keturunan. Dalam penelitian, pada kuesioner ini dibagi interval usia dengan batas 30 tahun karena salah satu syarat dilakukan kontrasepsi mantap ialah usia diatas 30 tahun. Pada 200 responden yang menjadi sampel, didapatkan hasil tidak ada hubungan bermakna usia 20-30 tahun maupun 31-49 tahun dalam memakai ataupun tidak memakai kontrasepsi pria. Jadi dalam masyarakat usia bukan menjadi patokan dalam memilih kontrasepsi yang ada. Mungkin sedikit berbeda dari istri yang memilih kontrasepsi sesuai dengan usia, jarak anak, dan tujuannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Supyanti, Suardi, Hartini (2009) di desa Cisarandi Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur yang membahas Gambaran Faktor Karakteristik dan Pengetahuan Pria Mengenai Metode Operasi Pria respondennya mayoritas berusia 40-49 tahun yaitu 60,64%. Disini dapat kita nilai bahwa MOP sendiri memiliki pengaruh dari segi usia, karena diketahui semakin tua usia maka semakin berpengaruh tentang pengetahuan mengenai vasektomi. Vasektomi merupakan alat kontrasepsi mantap yang dilakukan sekali seumur hidup dan tidak dapat mengembalikan kesuburan pada pria. Dilakukan operasi kecil pada

abdomen bagian bawah dengan memotong jalan yang dilalui sperma. Maka dilakukan pada pria yang sudah cukup usia, jumlah anak sudah cukup banyak, usia anak bungsu diatas 2 tahun, dan keluarga yang harmonis secara sukarela dari pihak suami maupun istri. Sedangkan penggunaan kondom tidak terbatas pada usia. Usia berapapun dapat memakainya terutama yang mengidap infeksi menular seksual karena dapat mencegah transmisi.

6.2.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pada kuesioner ini terbagi atas tingkat pendidikan rendah dan tinggi. Rendah disini SMP atau sederajat dan tingkat pendidikan dibawahnya, termasuk yang tidak berpendidikan. Untuk pendidikan tinggi dimulai dari lulus SMA sampai perguruan tinggi. Diambil tingkat pendidikan tinggi atau rendahnya sesuai dengan anjuran pemerintah dinas pendidikan UU Sisdiknas no 20 tahun 2009 untuk melanjutkan pendidikan hingga 12 tahun. Didapatkan hubungan pada tingkat pendidikan. Yang dimaksud adalah apapun tingkat pendidikannya tidak mempengaruhi siapapun untuk memilih KB jenis tertentu. Lain halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2008) dengan judul Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam KB di Kecamatan Jetis kabupaten bantul. Hal ini kemungkinan disebabkan di dunia pendidikan formal juga tidak ada materi khusus yang membahas tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keluarga berencana sehingga disini pria mengetahui tentang KB pria melalui sector pendidikan non formal seperti teman, media massa terutama surat kabar maupun televisi. Namun yang telah diketahui pada berbagai tingkat pendidikan saat ini sudah banyak dijelaskan mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam sector pendidikan formal. Pada penelitian ini pendidikan sangat mempengaruhi responden dalam memakai KB untuk pria tidak hanya dilakukan oleh sang istri saja, namun pria dapat berpartisipasi. Karena reproduksi tidak hanya dilakukan oleh sang istri, melainkan suami ikut andil dalam reproduksi. Reproduksi adalah kemampuan mahkluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru agar melestarikan keturunan dengan bertemunya sperma dan ovum dalam saluran reproduksi wanita dan berkembang hingga menjadi mahkluk hidup.

6.2.1.3 Tingkat Ekonomi Berdasarkan Federasi Serikat Pekerja Mental Indonesia ditetapkannya pemerintah mengenai Upah Minimum Regional DKI Jakarta sekitar Rp 2,5 juta ternyata tidak ada hubungan yang berarti dengan pemakaian KB pada laki-laki. Gaji dalam 1 bulan > 2,5 juta dianggap tingkat ekonomi tinggi tidak mempengaruhi pemakaian KB. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yhastra (2012) Pengaruh Jaminan Persalinan terhadap Keikutsertaan Keluarga Berencana di Kecamatan Karanganom Klaten Karena dengan adanya bantuan pemerintah mengenai jampersal atau Jaminan Persalinan maka memudahkan masyarakat dalam berpartisipasi mangikuti program keluarga berencana. Jampersal tidak hanya digunakan saat ante natal care namun saat tidak hamil seperti masa nifas maupun saat tidak ingin hamil dapat digunakan. Sehingga terdapat jaminan dalam pemakaian KB secara gratis dan tidak membebani masyarakat. Sama halnya dengan Jamkesmas atau jaminan kesehatan masyarakat, atau untuk warga Jakarta dikenal dengan KJS (Kartu Jakarta Sehat) yang mendukung dalam sosialisasi pemakaian KB terhadap masyarakat sehingga ekonomi rendah tidak terbebani untuk mengikuti program keluarga berencana.

6.2.1.4 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan tinggi ataupun rendahnya melewati sistem scoring dari kuesioner yang diberikan peneliti. Meliputi pengertian KB sendiri, cara pakai, efektivitas, kelebihan, kekurangan, syarat, maupun pengetahua mengenai resiko tinggi pada ibu hamil. Ada hubungan bermakna pada tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan KB pada pria. Ketika masyarakat tahu banyak mengenai KB pria seperti kondom maupun vasektomi, dapat menjadi prioritas dalam pemilihan berbagai jenis KB yang digunakan dalam rumah tangganya. Penelitian yang dilakukan oleh Sastra Tri (2011) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Pria PUS sebagai Akseptor KB di Kecamatan Lembah Segar kota Sawahlunto tahun 2009. Terdapat hubungan bermakna pada tingkat pengetahuan terhadap pria yang menjadi akseptor KB yaitu 59,8%.

Pengetahuan erat halnya dengan bagaimana responden akan memilih jenis KB apa yang baik dipakai untuk suami maupun istri karena efektifitas dan kelebihannya. Misalnya vasektomi lebih praktis digunakan sekali seumur hidup. Kondom baik dalam mencegah infeksi menular seksual.

6.2.1.5 Sikap dan Pandangan Suami terhadap Partisipasi ber-KB Sikap dan pandangan suami yaitu dinilai dari pandangan pria apabila dilakukan vasektomi, persepsi tentang pemakaian kondom dan sebagaimana halnya dengan pandangan pria terhadap KB. Seiring dengan penelitian Andrianty, Siti, Nurlina (2012) Partisipasi Pria dalam Keluarga berencana di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Pada persepsi hasilnya 64,5%. Persepsi menentukan dalam pandangan suami sendiri. Karena persepsi pada lingkungan berpengaruh, seperti pandangan apabila vasekromi seperti dikebiri, dan memakai kondom erat halnya dengan PSK (Pekerja Seks Komersial).

6.2.1.6 Sikap dan dukungan Istri Memilih alat kontrasepsi kadang dukungan istri perlu. Bahkan terkadang istri yang menginginkan ber-KB mengingat alat kontrasepsi wanita lebih banyak jenisnya. Pada penelitian ini adanya hubungan antara dukungan sang istri terhadap penggunaan KB pada pria. Hasil peniliaian, pada pria yang memakai konrasepsi dikarenakan istrinya mendukung, begitu pula sebaliknya. Penelitian Andrianty, Siti, Nurlina (2012) Partisipasi Pria dalam Keluarga berencana di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya mengatakan 75,5% istri tidak mengizinkan suaminya menggunakan kondom karena tidak nyaman, seperti halnya vasektomi yang menurut istri dapat menurunkan kejantanan suami.

6.2.1.7 Akses Pelayanan

Pada dasarnya akses pelayanan di Indonesia sudah baik dalam penyebaran pelayanan kesehatan khususnya keluarga berencana di tingkat kelurahan, maupun kabupaten. Pelayanan tenaga kesehatan maupun alat kesehatan sudah tersedia, begitu pula informasi yang diberikan melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Akses pelayanan berpengaruh terhadap pemakaian KB pria. Penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa kesulitan dalam akses, namun sebenarnya mudah sekali mengakses karena di puskesmas terdekat pun tersedia, bahkan diberikan secara Cuma-Cuma melalui program BKKBN. Pada hasil penelitian ini mudahnya akses dan pelayanan menentukan dalam pemilihan ber-KB untuk pria. Termasuk pelayanan dalam mengobati atau mentatalaksana bagi akseptor yang mendapat komplikasi dalam pemakaian KB.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan partisipasi suami dalam program keluarga berencana di puskesmas kecamatan pasar minggu. a) Tidak ada hubungan antara usia dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. b) Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. c) Tidak ada hubungan yang bermakna antara keadaan ekonomi dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. d) Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. e) Tidak ada hubungan antara sikap dan pandangan suami tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. f) Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan dukungan istri tentang KB pria dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu. g) Terdapat hubungan yang bermakna antara akses pelayanan dengan partisipasi suami dalam penggunaan KB pria di kecamatan Pasar minggu.

7.2

Saran

7.2.1 Bagi Masyarakat a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada masyarakat, khususnya para Suami agar bisa meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi pria guna membentuk suatu keluarga yang sejahtera dengan perencanaan kehamilan lebih baik. b) Suami diharapkan dapat menyadari bahwa penggunaan alat kontrasepsi dalam keluarga berencana merupakan pilihan, keputusan dan tanggung jawab bersama suami-istri 7.2.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada institusi pelayanan kesehatan, dalam hal ini Puskesmas agar mampu menyusun program perencanaan penggunaan KB pria b) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diterapkan pada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang KB pria melalui penyuluhan pada saat kegiatan posyandu dan kegiatan lain 7.2.3 Bagi Peneliti Lain Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan partisipasi suami dalam program keluarga berencana

Anda mungkin juga menyukai