Anda di halaman 1dari 2

DIAGNOSA

Gangguan Sistem Pencernaan Lansia


bedakan penanganannya
Pendekatan dalam evaluasi medis pada gangguan sistem pencernaan bagi pasien berusia lanjut (60 tahun atau lebih) secara umum berbeda dengan pasien dewasa muda. Evaluasi medisnya mutlak harus bersifat holistik (menyeluruh), tidak semata-mata dari sisi biopsiko-sosial saja, namun senantiasa memperhatikan aspek kuratif, rehabilitatif, promotif, dan preventif. Berikut beberapa gangguan yang sering terjadi sekaligus penanganannya.

ispepsia. Sering kita jumpai pasien lansia dengan keluhan dispepsia. Ini merupakan kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu-hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, sendawa. Penyebabnya biasanya multifaktor, antara lain terlambat makan, kopi, rokok, alkohol, obat-obatan, makanan yang merangsang (asampedas) dan stres. Pemakaian aspirin atau obat non-steroid anti-inflammatory

drugs (NSAID) juga bisa jadi penyebab. Biasanya pada pasien ini diberikan pengobatan emperik, artinya langsung diberikan obat untuk lambung dari jenis antasida sampai golongan pomp protoninhibitor (PPI). Apabila keluhan tidak membaik atau sering kambuh setelah 4 sampai 6 minggu pengobatan, atau adanya tanda-tanda alarmsimptom seperti berat badan turun tanpa sebab, pucat/ anemia, BAB hitam, maka pasien lansia ini dianjurkan untuk pemeriksaan p enunjang

seperti USG abdomen, untuk melihat apa ada kelainan organ perut atau pemeriksaan gastroskopi (teropong lambung). Konstipasi atau sembelit merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan pada pasien lansia. Bertambahnya umur dan berbagai keadaan atau faktor risiko terhadap terjadinya konstipasi meliputi kurangnya aktivitas fisik, menurunnya motilitas/gerak usus, meningkatnya penggunaan obat-obatan yang berdampak konstipasi, serta kurangnya

14

DIAGNOSA

Metode pemeriksaan dengan menggunakan teknik kolonoskopi, yakni alat dimasukan melalui anus/dubur.

Yang mesti diwaspadai adalah keganasan usus besar (colon-cancer) yang sering dijumpai.
penunjang untuk memperoleh sumber perdarahan dan penyebab perdarahan. Selain itu, ada pula perdarahan saluran cerna bagian bawah. Manifestasinya dapat berupa Hematokezia yaitu keluarnya darah segar per anum atau dalam bentuk maroon-stool yang berwarna merah hati. Manifestasi klinisnya sangat bisa dalam bentuk darah menetes sewaktu buang air besar (BAB), sampai perdarahan massif yang meimbulkan renjatan masif. Penyebab perdarahan ini biasanya karena pemakaian aspirin, NSAID, dan penggunaan obat-obatan pengencer darah pada pasien dengan divertikel colon. Langkah awal penanganan adalah menilai kemungkinan adanya dampak gangguan hemodinamik. Harus disiapkan cairan infus dan transfusi darah. Setelah keadaan hemodinamik stabil, proses eksplorasi penyebab perdarahan dapat dilaksanakan. Wasir/ambeien merupakan penyebab tersering perdarahan saluran cerna bagian bawah. Pada umumnya dapat diatasi dengan konservatif. Pilihan terapi adalah skleroterapi atau ligasi perendoskopi. Bila perdarahan berlanjut/masif, pendekatan

intake makanan dan minuman. Bila didapatkan alarm-simptom, perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan Kolonoskopi (teropong usus besar) untuk melihat kemungkinan keganasan. Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu masalah emergensi di bidang penyakit dalam/gastroenterologi. Manifestasi klinisnya dapat sangat bervariasi mulai dari ringan, hanya sedikit muntahan bahan warna hitam seperti kopi atau sedikit gumpalan darah dalam bahan muntahan (hematemesis) hingga tinja yang berwarna hitam, sampai dengan perdarahan masif dan menimbulkan renjatan. Angka kematian masih relatif tinggi. Meningkatnya pemakaian aspirin atau obat-nonsteroid antiinflammatory drugs (NSAID), maupun obat pengencer darah juga mempengaruhi kekerapan terjadinya perdarahan saluran cerna. Pada pasien yang memiliki tukak lambung atau usus 12 jari (ulkus peptikum), penggunaan obat-obatan tersebut dapat terjadi perdarahan.Prinsipnya, prioritas tatalaksana perdarahan saluran cerna adalah menilai dan mengatasi gangguan hemodinamis dengan memberikan resusitasi cairan dan transfusi darah, seiring dengan rencana pemeriksaan

Contoh gambar bentuk keganasan kanker usus yang terdapat di dalam perut.

surgical menjadi pilihan. Gangguan lainnya bisa berupa divertikulosis kolon. Ini merupakan penyebab tersering perdarahan saluran cerna bagian bawah, terutama pada lansia. Bisanya perdarahan terjadi tanpa disertai rasa nyeri perut. Yang mesti diwaspadai adalah keganasan usus besar (coloncancer) yang sering dijumpai pada pasien lansia. Pada pasien ini, selain dijumpai perdarahan per anum, biasanya disertai berat badan turun dan tidak ada nafsu makan. Diagnosis pasti ditegakan dengan pemeriksaan endoskopi/ kolonoskopi dan biopsi.

Dr. Chaidir Aulia, Sp.PD, K-GEH Konsultan Gastroentero-Hepatologi RS Pondok Indah-Pondok Indah

15

Anda mungkin juga menyukai