Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Secara fisik, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah

pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta km2, sementara luas perairan 3,1 juta km2. Salah satu pulau yang terletak di indonesia adalah pulau Sulawesi Selatan (Hankam, 2010). Propinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah semenanjung yang berbukit-bukit yang membentang dari bagian utara ke bagian selatan dengan ketinggian antara 500 - 1.000 meter lebih di atas permukaan laut, yang didominasi oleh perairan yang di dalamnya mencakup empat buah danau dan sejumlah sungai yang cukup besar serta beberapa waduk dan perairan umum yang cukup luas yang mengelilingi sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan., serta memiliki kualitas air yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. sumber Perairan yang baik di tentukan oleh kualitas airnya. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu dan kondisi air dikaitkan dengan keperluan tertentu misalnya kualitas air untuk irigasi dan kualitas air untuk minum. Dalam lingkup akuarium, secara umum kualitas air mengacu pada cemaran yang dikandung dalam perairan yang menunjang kehidupan pada ekosistem tersebut. Air yang jernih bukan berarti air yang baik untuk ikan, jernih bukanlah salah satu syarat kualitas air . Bahkan sering dijumpai ikan hidup berkembang dan tumbuh

dengan subur pada peraian yang terkesan kotor oleh manusia. Dalam lingkungan periran ikan melakukan interaksi aktif dimana melakukan pertukaran energi seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garamgaraman sisa metabolisme. Pertukaran materi ini terjadi antar muka, pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapaat pada ikan, jika terdapat suatu bahan-bahan tertentu dengan jumlah yang tertentu akan mengganggu mekanisme kerja membran tersebut dan menyebabkan kematian pada ikan. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF, 2010). Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Berdasarkan pernyataan di atas maka percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan parameter pada suatu perairan seperti melihat apakah situasi yang diperoleh pada saat teori sesuai dengna apa yang ada di lapangan.

1.2 Nama Kegiatan Studi Ilmiah Perairan (SIP) 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Mengetahui parameter kualitas air dengan mengukur suhu, kecerahan, dan kedalaman. 1.3.2 Tujuan - Untuk mengetahu parameter yang digunakan di perairan - Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan - Untuk membandingkan teori dan peraktik mengenai parameter kualitas air 1.4 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Studi Imliah Perairan (SIP) dilaksanakan pada hari Kamis Jumat tanggal 20- 21 Juni 2013, di Desa Pakalabbirang, Kec. Bantimurung, Kab. Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. 1.5 Penanggung Jawab Kegiatan 1. Stering Comite

Kordinator Anggota

: Ignasius Yalfet Mangago : 1. Khaerul Awaluddin 2. Muhammad Yusfi Yusuf 3. Rudi Rahmat

2. Ketua Panitia Junardiawan sandi ode

3. Kordinator Lapangan Sahrianto 1.6 Personel Pelaksana NO 1 2 3 4 5 6 7 8 NAMA Jumriani Ulfa Saada Yayu Andira Nurliati maria Devi Ariastuti Yusri Nurul Huda Musfirah Iin Anatul Fitria A.G Musa M. Sandalayuk NIM L211 12 605 L211 12 001 L211 12 251 L211 12 256 L211 12 258 L211 12 253 L211 12 264 L211 12 265 TEMPAT TANGGAL LAHIR Pakkabba, 10 Agustus 1994 Bone-bone, 10 Juni 1994 Bone, 04 September 1994 Simbuang, 17 februari 1993 U. P , 04 November 1993 Takalar, 30 September 1994 Pekkabata, 13 Juni 1993 Gorontalo, 09 Juni 1993

BAB II LANDASAN TEORI Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup. Dalam air terkandung berbagai macam unsur-unsur yang membentuk suatu unit yang saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap sifat dan kualitas air itu sendiri. Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas karbondioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis. Karbondioksida (CO2) tidak bertambah banyak pada kedalaman yang lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar, demikian pula dengan pH. Karena Kalsium karbonat yang diendapkan didaerah trophogenic jatuh perlahanlahan ke dasar dan bertemu dengan karbondioksida (CO2) agresif didaerah tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan bawah (Barus, 2002). Untuk mengetahui kadar karbondioksida (CO2) diperlukan metode pengukuran konsenterasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu dengan penambahan indikator.

Sumber Karbondioksida Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida

diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004). CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri aerob dan anaerob (Efendi, 2003). Peranan Karbondioksida Dalam Perairan Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa jenis ikan (Barus, 2002) Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu untuk mengubah senyawa menjadi kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya bikarbonat menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO2) tertentu harus tetap berada dalam larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium (Hendra, 1988). Kadar Karbondioksida Kadar karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme peraiaran yaitu kurang lebih 15 ppm. Jika lebih dari itu sangat membahayakan karena menghambat pengikatan oksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan kadar

karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan penggantian air

secara rutin, mengurangi pertumbuhan ganggang yang terlalu lebat dan peningkatan peranan kincir air (Mujiman, 1989). Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan karbondioksida yang ada di air. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Sehingga kadar yang di perlukan pertukarannya berubah lebih cepat dan air dipermukaan berpusar menuju kebagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2000). Hubungan Karbondioksida Dengan Parameter Lain Tinggi dan rendahnya suatu karbondioksida dalam perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti oksigen, alkalinitas, kesadahan, suhu, cahaya dan sebagainya. Di mana semakin tinggi karbondioksida, maka oksigen yang di perlukan bertambah. Konsentrasi karbondioksida sangat erat hubungannya dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan, karena kandungan karbondioksida mempunyai konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi oksigen terlarut (Soeyasa, 2001). Nilai alkalinitas akan menurun jika ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Hal ini karena adanya proses difusi CO2 diudara kedalam air. Diperairan yang sadah, kandungan karbondioksida tidak terdapat dalam bentuk gas. Hal ini terjadi adanya pembentukan kalsium dan magnesium karbonat yang memiliki sifat kelarutan rendah sehingga mengalami presipitasi. Dampak Karbondioksida Kelarutan karbondioksida (CO2) menurun diperairan, seiring dengan menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh organisme yang ada dalam perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun disuatu perairan karena yang melakukan proses respirasi hanya organisme berupa ikan sedangkan fitoplankton

tidak melakukan respirasi melainkan hanya melakukan fotosintesis (Zonnoveld, 1991). Kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut dalam perairan utamanya pada siang hari dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan oleh organisme akuatik dan memperlambat pertumbuhan organisme tersebut dalam perairan. Penanggulangan Karbondioksida Salah satu masalah dalam perairan adalah apabila terjadi peningkatan kadar karbondioksida terlarut. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas organisme yang ada di dalam utamanya persaingan dalam proses respirasi. Solusi yang dapat dilakukan apabila hal tersebut terjadi yaitu dengan cara pengaturan sirkulasi air dengan teratur dan dapat pula digunakan aerator apabila kondisi perairan kecil (Barus, 2002). Dikatakan Hendra (1988), penanggulanganya dapat dilakukan dengan menaikkan pH serta dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya digunakan kapur.

BAB III METODE KEGIATAN 3.1 Pra Kegiatan Jadwal kegiatan studi ilmiah perairan Hmp msp kemapi fikp unhas yaitu sebagai berikut :
NO 1 MATERI Technical Meeting Sejarah HMP MSP KEMAPI 2 FIKP UNHAS dan Struktur kepenguruan Periode 2012 2013 3 Nitrat (N) dan Phosfat (F) Kamis, 06 Juni 2013 12.00 13.00 14.00 16.00 14.00 15.30 16.00 End 16.00 End 10.00 11.00 11.30 13.00 14.00 15.00 15.00 16.00 10.00 11.00 DENNI ARISTIAWSAN MUHAMMAD YUSFI YUSUF ZULUNG ZACH WALYANDRA --____---____-ADHIYAAT RIDHO AGAM TBM CALCANEUZ FK UH DARNI ABZHAL BASTARIE IGNASIUS YALFET MUHAMMAD NUR / Kepadatan dan Kerapatan 12 Ekosistem Mangrove Kamis, 13 Juni 2013 11.00 13.00 ARNOLD KABANGGA / SABILI RASAD Kamis, 06 Juni 2013 10.00 11.30 SAEFUL BAHRI HARI/TGL Kamis, 06 Juni 2013 WAKTU (WITA) 09.00 09.45 KETERANGAN (Pemateri. PJ, dll) Steering Committe

MANAJEMEN PERJALANAN

Kamis, 06 Juni 2013

5 6 7 8

Organisasi dan Lembaga BINA FISIK BINA FISIK Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), dan Alkalinitas PPGD Suhu (C) dan pH Metode Pendataan dan Sistemtika

Sebtu, 08 Juni 2013 Sabtu, 08 Juni 2013 Minggu, 09 Juni 2013 Selasa, 11 Juni 2013

9 10 12 11

Selasa,11Juni 2013 Selasa, 11 Juni 2013 Selasa, 11 Juni 2013 Kamis, 13 Juni 2013

Laporan Survival

13 14 15 16

BINA FISIK BINA FISIK SIMULASI Pengaplikasian Medan Masa Tenggang

Jumat, 14 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Minggu, 16 Juni 2013 Rabu Kamis, 19 20 Juni 2013 21 28 Juni 2013 Sabtu Minggu, 29 30 Juni 2013

16.00 End 16.00 End 08.00 End -

--____---____---____--

17

(Pembuatan Laporan) EVALUASI

18

NB

: Schedule kegiatansewaktu-waktudapatberubah

3.2 Anggaran Dana Anggaran dana/pengeluaran Kelompok CO2 yaitu sebagai berikut : ALAT DAN BAHAN Botol Sampel Termometer Cool Box Kantong Plastik Tali Weebing Roti Tawar Susu Coklat Latban Tali Sechi Disk Es batu Garam TOTAL JUMLAH 20 buah 1 1 5 1 (5 meter) 2 Bungkus 1 Kaleng 1 10 meter 1 Balok 2 Bungkus HARGA (Rp) Rp. 8.000 Rp. 13.000 Rp. 40.000 Rp. 10.000 Rp. 20.000 Rp. 14.000 Rp. 12.000 Rp. 12.000 Rp. 10.000 Rp. 5.000 Rp. 1.000 Rp. 145.000

10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sekilas Tentang lokasi Kegiatan Lokasi pelaksanaan Studi Ilmiah Perairan (SIP) ini bertempat di Desa Pakalabbirang, kec. Bantimurung, Kab. Maros yang biasa dinamakan sebagai tebing kura-kura, tp sebelumnya warga setempat tidak tahu kalau ada tebing yang dinamakan tebing kura-kura karena mereka mengenal nama tebing tersebut dengan sebutan tebing Balangnge. Dan asal mula dari penamaan tebing ini berasal dari pengunjung yang datang disana dan menemukan fosil kura-kura di bebatuan tebing. Menurut cerita warga setempat, pada zaman dahulu memang banyak kurakura yang ditemukan orang-orang yang memanjat tebing. Tapi seiring berkembangnya zaman fosil kura-kura tersebut mulai punah dikarenakan banyaknya orang-orang yang mengunjungi tebing tersebut dan tercemarnya lingkungan atau tempatt tinggal kura-kura tersebut sehingga tahun demi tahun populasinya semakin berkurang bahkan habis dan saat ini sudah tidak ada lagi yang terdapat di tebing tersebut. Lokasi tersebut tidak jauh dari pemukiman warga setempat dan sekarang warga sudah terbiasa dengan kedatangan orang-orang dari luar daerah untuk melakukan suatu kegiatan di Tebing Kura-kura, baik panjat tebing ataupun berkemah. Pada Perjalanan ke tebing kura-kura, kita menjumpai hamparan sawah yang luas serta pemandangan tebing yang terlihat dari jarak jauh. Dan sampai di tebing tersebut, kita juga mendapat mata air dari pengunungan dan mata air tersebut di manfaatkan oleh warga setempat untuk mengairi sawah dan kebun

11

mereka bahkan pada zaman dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi sebagai air minum karena airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi saat ini warga sudah tidak lagi mengkonsumsi air tersebut karena ada beberapa zat kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang digunakan untuk memupuk padi di sawah. 4.2 List Kegiatan Pada hari kamis tanggal 20 juni 2013 pukul 06:00 WITA kami berkumpul di sekret HMP MSP. Pada pukul 08:00 WITA kami berangkat ke lokasi Study Ilmiah Perairan (SIP) yang bertempat di Kab. Maros tepatnya di Tebing Kura-kura. Perjalanan menuju lokasi Study Ilmiah Perairan (SIP) membutuhkan waktu 1 jam. Pada pukul 10.00 WITA kami sampai di lokasi. Disana kami diberi waktu untuk persiapan pembukaan SIP dan beristirahat sejenak. Pada pukul 11.00 WITA pembukaan SIP. Pada pukul 12.00 WITA kami istirahat, sholat, dan makan (ISHOMA). Pada pukul 13.15 WITA kami berangkat menuju lokasi perairan untuk menguji kedalaman, kecerahan, dan suhu perairan sekitar tebing kura-kura. Pada pukul 14.00 WITA kami sampai di lokasi tepatnya di stasiun masingmasing kelompok. Dan memulai pengukuran pertama. Pada pukul 16.00 WITA semua pengukuran telah selesai dilakukan, dan waktunya untuk berganti stasiun.

12

Pada pukul 16.30 WITA kami selesai dan dikumpul di sebuah persawahan dengan memakai masker lumpur. Pada pukul 17.05 WITA kami kembali diperkemahan. Pada pukul 17.15 WITA kami bersih-bersih, shalat, dan istirahat. Pada pukul 19.13 WITA kami makan malam. Pada pukul 21.25 WITA kami ramah tamah. Pada pukul 23.30 WITA kami diskusi malam. Pada pukul 02.04 WITA kami istirahat ( TIDUR ) Pada pukul 05.00 WITA shalat subuh. Pada pukul 05.45 WITA bangun pagi. Pada pukul 06.30 WITA kami melakukan streching (Olahraga). Pada pukul 07.30 WITA kami sarapan. Pada pukul 08.00 WITA sosialisasi penduduk sekitar. Pada pukul 10.12 WITA kembali ke perkemahan. Pada pukul 10.30 WITA kami makan siang. Pada pukul 11.30 WITA penutupan. Pada pukul 12.35 WITA kembali ke kampus UNHAS. Pada pukul 13.35 WITA sampai di kampus UNHAS

13

4.3 Perolehan Data dan Pembahasan 4.3.1 Data di lapangan

Rumus Kecerahan

STASIUN 1 Pukul : 13.50 Suhu : a. 28oC b. 27oC c. 27oC Sub 1 :

Kecerahan

: : 82,5 Kedalaman Sub 2 : : 170 Cm

Kecerahan

14

: : 71,5 Kedalaman Sub 3 : : 180 Cm

Kecerahan

: : 71,5 Kedalaman : 90 Cm

STASIUN 2 Pukul : 14.06 Suhu : a. 28oC b. 27oC c. 28oC Sub 1 :

Kecerahan

15

: : 370 Kedalaman Sub 2 : : 74 Cm

Kecerahan

: : 30 Kedalaman Sub 3 : : 40 Cm

Kecerahan

: : 34 Kedalaman : 70 Cm

16

STASIUN 3 Pukul : 15.00 Suhu : a. 27oC b. 27oC c. 27oC Sub 1 :

Kecerahan

: : 70 Kedalaman Sub 2 : : 130 Cm

Kecerahan

: : 60 Kedalaman :80 Cm

17

Sub 3

Kecerahan

: : 57,5 Kedalaman : 145 Cm

STASIUN 4 Pukul : 16.00 Suhu : a. 28oC b. 27oC c. 27oC Sub 1 :

Kecerahan

: : 65 Kedalaman : 135 Cm

18

Sub 2

Kecerahan

: : 64 Kedalaman Sub 3 : : 325 Cm

Kecerahan

: : 52,5 Kedalaman : 460 Cm

19

4.3.2 Data hasil Uji Laboratorium Adapun Rumus analisis data CO2 yaitu : CO

1. Karbon Dioksida (CO2) Stasiun 1 Botol Terang CO2 Botol Gelap CO2 = 39,952 = 79,904

Stasiun 2 Botol Terang CO2 Botol Gelap CO2 = 19,976 = 19,976

Stasiun 3 Botol Terang CO2 = 39,952

20

Botol Gelap CO2 = 19,976

Stasiun 4 Botol Terang CO2 Botol Gelap CO2 19,976 19,976

2. Suhu STASIUN 1 Pukul : 13.50 Suhu : a. 28oC b. 27oC c. 27oC

=
STASIUN 2 Suhu

= 27,3oc

: a 28oC b. 27oC c. 28oC

= 27,6oc

21

STASIUN 3

: Suhu : a. 27oC b. 27oC c. 27oC

= 27oc

STASIUN 4

Suhu

: a. 28oC b. 27oC c. 27oC

= 27,3oc

4.3.3 Pembahasan Parameter Fisika dan Kimia Perairan Danau Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan danau yang dicerminkan oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika maupun kimia yang sangat diperlukan untuk menghitung suhu, kecerahan, dan kedalaman diperairan tersebut. Penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan

membandingkan nilai parameter air dari hasil pengukuran di lapangan dengan literature yang di dapatkan. Salah satu pemanfaatan perairan Danau tebing kurakura adalah digunakan untuk mengairi sawah dan kebun. Bahkan pada zaman dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi sebagai air minum karena

22

airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi karena ada beberapa zat kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang digunakan untuk memupuk padi di sawah maka saat ini warga sudah tidak lagi mengkonsumsi air tersebut. Suhu Perairan Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuaidengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Adapun sebaran suhu di perairan Danau tebing kura-kura selama penelitian disajikan pada Gambar brikut

23

stasiun / jam

suhu 1 28C 28C 27C 28C

suhu 2 27C 27C 27C 27C

suhu 3 27C 28C 27C 27C

stasiun 1 (13.50)

stasiun 2 (14.06)

stasiun 3 (15.00)

stasiun 4 (16.00)

Hasil pengukuran suhu pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 27 28 oC, dengan nilai rata-rata 27,3 oC. Melihat keadaan suhu di daerah enelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Danau tebing kura-kura masih memenuhi suhu normal. Dengan demikian, perairan Danau tebing kura-kura dapat digunakan sebagai sumber air baku air minum.

Total Padatan Tersuspensi (TSS), Kecerahan dan Kekeruhan Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Peavy et al., 1986). TSS, kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter-parameter yang saling terkait satu sama lain. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan

24

peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan. Ketiga parameter tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam produktivitas perairan. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan respirasi organisme perairan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya matahariyang masuk ke dalam badan air. sub 1 stasiun kecerahan stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 stasiun 4 82,5 370 70 65 kedalaman kecerahan kedalaman 170 74 160 135 71,5 30 60 64 180 40 80 325 Kecerahan 71,5 34 57,5 52,5 kedalaman 90 70 145 460 sub 2 sub 3

Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas karbondioksida (CO2) yang mempengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organismeorganisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis (Barus, 2002). Dari hasil uji lab diketahui bahwa volume tetrasi Ca2No3 sangat mempengaruhi suatu larutan agar terjadi perubahan warna menjadi pink. contohnya sampel yang di ambil dari stasiun 1 pada botol gelap, warnanya berubah menjadi pink keunguan ketika ditambahkan 1 ml (18 tetes) Ca2No3, dan ada pula yang berwarna pink pekat, sampel tersebut diambil pada stasiun 3 yaitu botol terang dengan volume tetrasi 1ml (16 tetes).dan selebihnya sisa sampel tersebut berwana pink bening ketika di tambahkan volume tetrasi Ca2No3 yang

25

berbeda-beda, hal ini di sebabkan dikarenakan waktu pengambilan sampel yang berbeda-beda dan kecerahan matahari pada saat pengambilan sampel juga berperan dalam perubahan larutan menjadi berwarna pink dengan volume yang beda pula. CO2 Stasiun botol terang botol gelap

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 stasiun 4

79,904 19,976 39,952 19,976

39,952 19,976 19,976 19,976

26

4.4 Data Sosiologi Fisik dan Non Fisik 4.4.1 Data Sosiologi Fisik Dokumentasi penduduk

Kelompok CO2 dengan Narasumber

Narasumber 1

Narasumber 2

27

Rumah Narasumber 1 Dokumentasi kelurahan

Rumah Narasumber 2

Mahasiswa UNHAS dengan Narasumber di kelurahan

SDN 121 Impres Kalabbirang

Kantor Kelurahan

28

4.4.2 Data Sosiologi Non Fisik Pada hari Jumat, 21 Juni 2013 pukul 08.00 WITA. Kami kelompok CO2 melakukan sosialisasi penduduk di dua rumah dan kantor kelurahan yang mana data penduduknya sebagai berikut : Rumah pertama Nama Umur Status Jumlah keluarga Pekerjaan Panen Bahasa Kelahiran Gaji Lama tinggal Jenis ikan yang ada Hal tentang penyuluhan : Haris : 33 tahun : Kepala keluarga : 4 orang : Petani (milik pribadi) : 2x dalam setahun : Bugis : 1979 : Tidak menentu : 4 tahun : Ikan nila, ikan gabus, dan ikan karter :Sering diadakan oleh para mahasiswa, instansi dan dinas. Konflik yg sering terjadi : Konflik tentang perebutan harta gono gini

29

Penyelesaian konflik

: Diselesaikan secara kekeluargaan

Rumah kedua Nama Umur Status Jumlah keluarga Pekerjaan Nama suami Pekerjaan Bahasa Kelahiran Penghasilan Lama tinggal Jenis ikan yang ada Hal tentang penyuluhan : Hj. Hasmawati : 51 tahun : Janda : 4 orang : Ibu rumah tangga : Alm. H. Nurdin : Supir : Bugis : 1962 : Bergantung pada anak : Dari lahir : Ikan mas, ikan mujair dan ikan gabus : Sering diadakan penyuluhan salah satunya tentang Bantuan pemerintah air PAM

: Raskin (Rp 25.000/karung)

30

Air yg digunakan sehari-hari : air sumur untuk mandi, dan air galon untuk masak serta minum.

Kantor Kelurahan Nama Jumlah penduduk Penduduk dominan Pembagian kelompok tani Kendala pada pelaksanaan Hal tentang penyuluhan : A.M. Jufri, S. Sos. : 3.788 : Petani : Ada : Hama, dan gagal panen (faktor alam) : Pernah ada penyuluhan tambak tapi tidak efektif karna disebabkan banjir Pembudidaya ikan Ritual adat Suku Penduduk Raskin Fasilitas umum : Hanya 1-2 orang : Ada, tapi jarang dilaksanakan : Bugis Makassar : 4000 : 200 orang : Posyandu, 3 SMP, 1 SMA, 3 SD, dan 2 TK

31

DATA UMUM PENDUDUK DI DESA KALABBIRANG Warga negara NO Perincian lakilaki 3 1781 1 1782 perempuan 4 2004 1 1 2006 lakilaki 5 perempuan 6 lakilaki 7 1781 1 1782 perempuan 8 2004 1 1 2006 laki-laki + perempuan 9 3785 1 2 3788 Orang Asing Jumlah

1 1 2 3 4 5 6

2 penduduk awal bulan ini kelahiran bulan ini kematian bulan ini pendatang bulan ini pindah bulan ini penduduk akhir bulan ini

32

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Parameter yang digunakan saat penelitian yaitu sechi disk yang digunakan
untuk mengukur kecerahan pada perairan, termometer yang digunakan untuk mengukur suhu pada perairan.

Tingkat kesuburan pada perairan tersebut cukup ideal bagi habitat


organisme di perairan.

Ketika dibandingkan hasil praktek dengan teori, hal tersebut memiliki


kesamaan hasil. Salah satu contohnya adalah suhu optimum di perairan yang tercantum dalam teori dan hasil yang di dapatkan dilapangan sama, meskipun banyak teori atau referensi yang berbeda-beda pendapat.

5.2 Saran Saran kami untuk semuanya adalah pada saat melakukan aktivitas atau suatu kegiatan jaganlah main-main, serta selalu menjaka etika dan kesopanan.

33

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2011. Wilayah perairan Di Sulawesi selatan. https://www.google.com/#sclient=psyab&q=wilayah+perairan+di+su lawesi+selatan&oq=wilayah+perairan+di+sulawesi+selatan. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013

Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press. Medan. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

Hendra., Saputra, 1988. Membuat dan Membudidayakan Ikan dalam Kantong Jaring. CV.Simplex, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

http://hankam.kompasiana.com/2010/09/04/wilayah-perairan-indonesia249326.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013

Kordi, 2004. Penanggulang Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

Mujiman., A, 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013
34

Sastrawijaya, 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

Soeyasa, 2001. Ekologi Perairan. Departemen Kelautan dan Perikanan Dirjen.Pendidikan Menengah Atas, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

35

Anda mungkin juga menyukai