Anda di halaman 1dari 17

BAB I LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA Nama Jenis kelamin Umur/Tgl lahir Alamat Masuk RS No CM : An. Df : Laki - laki : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2005) : Simpang Kandis, Pelabuhan Pulau Baii : 30 Agustus 2013 : 615030

IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah Umur Pendidikan Pekerjaan Nama Ibu Umur Pendidikan Pekerjaan : Tn.A : 38 Tahun :S1 : Pegawai Negeri : Ny. C : 33 Tahun : SMA : Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 30 Agustus 2013 pukul 15.00) Keluhan utama : Pusing sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit 1. Riwayat penyakit sekarang : + Sejak 6 jam SMRS, pasien mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba tiba setelah BAB. Pusing dirasakan terus menerus, sedikit berkurang dengan istirahat. Riwayat kepala terbentur disangkal. Pusing disertai dengan muntah, muntah 2x, sebanyak 1 gelas, berisi cairan dan makanan. Pusing tidak disertai penglihatan kabur, tidak disertai sesak nafas, nyeri dada (-). Nyeri sendi juga disangkal. Badan terasa lemas. Sejak 3 hari SMRS pasien demam. Demam naik turun, demam terutama malam hari, menggigil (+), tidak ada bintik bintik merah muncul, gusi berdarah (-), nafsu makan pasien tidak berkurang, buang air besar tidak ada keluhan. Buang air kecil warna kuning

jernih, BAK berwarna seperti air cucian daging disangkal (-) , berbusa (-), BAK berpasir (), nyeri BAK (-), peningkatan frekuensi BAK (-) Pasien sudah berobat ke dokter, diberi antibiotik, parasetamol dan dianjurkan kontrol ke dokter anak. Demam sudah mereda. 2 hari SMRS, pasien mengeluh muka sembab, sembab terutama di kedua pipi dan kelopak mata. Sembab terutama tampak saat bangun tidur pagi hari dan berangsur menghilang saat siang. Pasien juga mengeluh perutnya menegang, terasa lebih kencang. BAB tidak ada keluhan. BAK kuning jernih, BAK kecoklatan disangkal. Pasien berobat ke poli anak, dan dilakukan pemeriksaan darah dan urin. Pasien kemudian dirawat. 2. Riwayat penyakit dahulu : Pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Riwayat pusing dan sembab sebelumnya disangkal. Riwayat sakit batuk, pilek dan nyeri tenggorokan disangkal Riwayat infeksi kulit disangkal Riwayat ruam kupu kupu di daerah wajah atau ruam di badan disangkal 3. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan ginjal Kakek pasien menderita Hipertensi dan stroke, meninggal 6 bulan yang lalu. 4. Riwayat sosial ekonomi : Ayah bekerja sebagai pegawai negeri, ibu pasien tidak bekerja (ibu rumah tangga).

Penghasilan keluarga rata-rata per bulan Rp.2.500.000,- menanggung 3 orang anak, biaya pengobatan ditanggung asuransi kesehatan (ASKES). Kesan sosial ekonomi : menengah 5. Riwayat pemeliharaan antenatal : Periksa kehamilan An Daffa rutin setiap bulan, penyakit selama kehamilan disangkal, obat-obatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi TT 2 kali.

6. Riwayat persalinan. Anak pertama, BBL 2900 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 10 tahun, sehat. Anak kedua (pasien) BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 7 tahun 11 bulan, lahir langsung menangis dan tidak biru. Anak ketiga, BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 5 tahun, sehat 7. Riwayat pemeliharaan post natal : Periksa di dokter anak untuk dilakukan imunisasi dan kontrol kesehatan. 8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Berat badan umur 1 tahun 8 kg Berat badan umur 7th (masuk SD) 20 kg Jumlah Gigi susu

VI V IV III II I VI V IV III II I

I II III IV V VI I II III IV V VI

Pasien kelas 2 SD, bersekolah di SDN 79 Pagar Dewa Kota Bengkulu. Prestasi sekolah mendapat ranking 7 di kelas. Punya banyak teman di sekolah. 8. Riwayat makan dan minum : ASI diberikan sejak lahir hingga umur 4 hari , semau anak, lama menyusui 5 10 menit, setelah selesai menyusu anak tertidur. Setelah umur 4 hari, dilanjutkan minum susu formula, per 1-2 jam. Sejak umur 6 bulan, selain minum susu formula, anak juga sudah makan nasi tim saring. Umur 1 tahun anak sudah makan makanan keluarga Anak biasa makan 3x/hari, setiap kali makan 1 piring, diantara waktu makan anak minum susu. 9. Riwayat imunisasi : BCG Polio : 1 kali, umur 0 bulan, skar positif. : 1 kali, umur 0 bulan.

Vaksinasi dasar sudah diberikan sesuai umur 10. Riwayat keluarga berencana : Ibu menggunakan kontrasepsi pil KB.

C. PEMERIKSAAN FISIS Pemeriksaan fisis pada tanggal 30 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB di ruang Edelweis. Seorang anak laki - laki, umur 7 tahun 11 bulan, berat badan 24 kg, tinggi badan 124 cm. Keadan umum Kesadaran Status Gizi : Tampak sakit sedang : Compos mentis : BB terukur x 100% = 24 BB ideal Tanda vital 25,5 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)

: Tekanan darah 180 / 100 mmHg Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup Pernapasan : 24 x/menit Suhu : 36,5 C (aksila)

Kepala Mata

: Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut. : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema palpebra - / -, reflek cahaya langsung dan reflek cahaya tidak langsung (+) / (+) .

Hidung Telinga Mulut

: Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret. : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus - / -, nyeri tekan mastoid - / : Bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor, gusi berdarah (-), Caries gigi (+) T2- T2, faring tidak hiperemis, nyeri saat menelan (-)

Leher Thorax Pulmo

: Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

: I

: Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri kanan. Retraksi dinding dada (-)

Pa Pe A Jantung : I Pa

: Stem fremitus kanan = kiri : Sonor seluruh lapangan paru : Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronki (-) : Iktus kordis tidak terlihat : Iktus Cordis teraba di SIC V linea midklavikula sinistra, : sesuai iktus kordis. : SIC II linea parasternal sinistra 4

Pe : Batas kiri Batas atas

Batas kanan : Linea parasternal dekstra. A : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-), irama reguler, frekuensi jantung 78x / menit, Abdomen : I : Datar,

Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-) Hepar : Tidak teraba Lien : Tidak teraba

Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal, Shifting Dulness (+), Undulasi (-) A Anggota gerak Sianosis Oedema Akral hangat Cap. refill (+)/(+) <2 : Bising usus (+) melemah Superior (-)/(-) (-)/(-) (+)/(+) <2 Inferior (-)/(-) (-)/(-)

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Pemeriksaan darah ( tanggal 28 Agustus 2003 ) LED Hemoglobin Hematokrit Leukosit Diff.Count Trombosit GDS Kolesterol total Protein total Albumin Globulin : 60 mm/jam : 9,8 gram /dl : 28 % (37 43%) : 5.100 sel/mm3 (4000 10.000 sel / mm3) : 0/0/0/46/53/1 : 409.000 sel/mm3 (150.000 450.000) : 92 mg/dl (150 250 mg/dL) : 137 mg/dL (150 250 mg/ dL ) : 7,0 gr/dL (6,5 7,8 gr/dL) : 3,1 gr/dL (3,5 6,0 gr/dL) : 3,9 gr/dL (1,5 2, 5 gr/dL)

2. Pemeriksaan urin : (tanggal 30 Agustus 2013) Makroskopis Warna Kejernihan : Kuning : Keruh 5

Kimiawi Protein Reduksi Urobilin Bilirubin : ++ :::-

Benda Keton : Mikroskopis Epitel Leukosit Eritrosit :+ : banyak / LPB : 6 8 / LPB :+B

Bakteri / jamur

Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria

E. PEMERIKSAAN KHUSUS Laki laki, 8 tahun, BB : 24 kg, TB : 124 cm. Status gizi : TB / U : Persentil 50 BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase : BB terukur x 100% = 24 BB ideal 25,5 x 100 % = 94,1 %

Kesan : Gizi baik (Persentil 80 120 % )

F. DAFTAR MASALAH NO 1. 2. MASALAH AKTIF Krisis Hipertensi Glomerulonefritis akut

G. DIAGNOSIS SEMENTARA Krisis hipertensi e.c Suspect glomerulonefritis akut post Streptococcal DD : - Krisis hipertensi e.c Lupus eritematosus sistemik - Krisis hipertensi e.c nefropati IgA

H. PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa - Infus Dextrosa 5 % mikro - Klonidin drip / katapres dengan dosis 0,002 mg/kg BB /8 jam + 100 ml dextrosa 5% mikrodrip katapress drip 0,3 cc (0,05 mg) dalam 100 cc Dextrosa 5 % / 8 jam XII gtt/menit mikrodrip - Injeksi Furosemid 1-2 mg/kgbb iv diberikan 2-3 kali sehari, 1 x 20mg - Injeksi Ampicilin 50 100mg/kg BB/ hari 4 x 500 mg iv

2. Diet :
- Total 2400kkal/hari - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam 3. Monitoring - Pengawasan tekanan darah - Pengawasan urine output perhari - Pemeriksaan urine rutin per tiga hari I. USULAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan elektrolit darah Pemeriksaan Swab tenggorok Pemeriksaan biakan urine Pemeriksaan titer ASTO dan C3 komplemen, antihialuronidase, anti deoksiribonekluase

K. CATATAN PERKEMBANGAN PERJALANAN PENYAKIT


Tanggal 31/8/13 Subyektif Pusing (+), Muntah (-), Urin 1000cc/24 jam (1,73 jam) cc/ kgBB/ Obyektif Keadaan Umum : sadar, tampak sakit sedang Tanda Vital : Assesment Krisis Hipertensi Glomerulone fritis akut (GNA) Terapi Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 tetes / menit mikrodrip Inj Ampisilin 4 x 500 mg Inj Furosemide 1 x 20 mg

- Tekanan darah 180 / 90 m Hg - Nadi : 80 x / menit, isi dan tegangan cukup. - Pernafasan : 22 x / menit - Suhu : 37,1 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisis Mata : Edema palpebra (-/-) T2-T2, faring Hiperemis (-) Abdomen : Datar, sedikit tegang, nyeri tekan (-), Shifting dullness (+) minimal Program : - Pengawasan keadaan umum dan tanda vital - Balans cairan Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam

1/9/13

Pusing berkurang, Muntah (-) Perut tegang (-) Urine jam (2,08 jam) 1200cc/24 cc/kg BB/

Keadaan Umum : sadar, tampak sakit ringan Tanda Vital :

- Tekanan darah 150 / 100 mmHg Nadi : 76x / menit reguler, isi dan tegangan cukup. Pernafasan : 24 x / menit Suhu : 36,6 0 C (aksila)

Krisis Hipertensi Glomerulonef ritis akut (GNA)

Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 gtt / menit mikrodrip

Inj Ampisilin 4 x 500 mg Inj Furosemide 1 x 20 mg

Pemeriksaan fisis Mata : Edema palpebra (-/-) Mulut : T2-2, faring Hiperemis (-) Abd : Datar, lemas, tekan (-), SD (-) nyeri

Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam Program: Pengawasan TD, balance

cairan 2-92013 Pusing (-) Muntah (-) Perut tegang (-) Urine (+) kemerahan Keadaan Umum : tampak sakit ringan Tanda Vital : Krisis hipertensi Glomerulone fritis akut Klonidin drip 0,3 cc dalam infus dextrose 5% 100 cc 12 gtt / menit mikrodrip Plan : Cek Urin rutin Inj Ampisilin 4 x 500 mg Inj Furosemide 1 x 20 mg

- Tekanan darah 140/ 100 mmHg - Nadi : 78 x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.

Urine jam

2000cc/24

- Pernafasan : 24 x / menit - Suhu : 36,8 0 C (aksila)

(3,47 cc/ kg BB/ 24 jam)

Pemeriksaan fisis : Mata : Edema palpebra (-/-)

Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam

Mulut : T2-2, faring Hiperemis (-) Perut : Datar, Shifting dullness (-)

Monitoring : Hasil Urinalisis 2/9/2013 Makroskopik Warna : Kuning Kejerinihan : Jernih Kimiawi Protein : + Reduksi : Urobilin : Bilirubin : Benda Keton : Mikroskopik Epitel : + Leukosit : 2-4 / LPB Eritrosit : banyak / LPB Silinder : Kristal : Jamur / bakteri : 3 9 2013 Pusing (-) Perut tegang (-) BAK kemerahan (+) Urine 1500cc/24 jam (2,6 cc/ kg BB/jam) Tanda Vital : Keadaan Umum : baik Sens : Compos Mentis Krisis Hipertensi Glomerulone fritis akut (GNA) Terapi Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tts/mt microdrip Catapress drip stop Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x tab Inj Furosemide 1x 20 mg iv Inj Ampicillin 4 x 500 mg Pengawasan TD, balance cairan Jika diastol < persentil 90

- Tekanan darah 130/90 mmHg - Nadi : 80x / menit reguler, isi dan tegangan cukup. - Pernafasan : 22 x / menit

- Suhu

: 37 0 C (aksila)

iv

Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam

Program : Pengawasan KU, TV Cek Urine per 3 hari 4/9/13 Pusing (-) BAK kemerahan (+) Urine 2500cc/ 24 jam 4,3 cc/ kg BB/ jam Tanda Vital : KU : baik Sens : compos mentis Krisis Hipertensi Glomerulone fritis (GNA) akut Terapi Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tetes / mt microdrip Catapress drip stop Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x tab Plan : Cek Darah rutin Cek Urine rutin Faal Ginjal Hasil Lab 4/9/2013 Hb 11,0 gr/dl Ht 33% Leu 11.600 / mm3 Trombo 488.000/ mm3 Ureum 58 mg/dL (20 - 40) Creatinin 1,0 mg / dL (0,5 1,2) Urinalisis Makroskopik Warna : Kuning Kejerinihan : Jernih Kimiawi Protein : Reduksi : Urobilin : Bilirubin : Benda Keton : Mikroskopik Epitel : + Leukosit : 2-4/ LPB Eritrosit : 15 - 20 / LPB Program : Pengawasan KU, TV Periksa Urin per 3 hari Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam Inj Furosemide 1x 20 mg iv Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv

- Tekanan darah 130/90 mmHg - Nadi : 78x / menit reguler, isi dan tegangan cukup. - Pernafasan : 24 x / menit - Suhu : 37 0 C (aksila)

10

Silinder : Kristal : Jamur / bakteri : + Bakteri

5/9/13

Pusing (-) Muntah (-) BAK tidak kemerahan lagi BAK 1800cc/24 jam (3,1 cc/kg BB/ jam)

Keadaan umum : baik Sens : compos mentis Vital sign : TD 120 / 90 mmHg Nadi 82x/mt RR 24 x/mt Suhu 370 C

- Hipertensi gr II - Glomerulonef ritis akut

Terapi IVFD Dextrose 5% 100 cc 10 tetes / mt microdrip Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x tab Inj Furosemide 1x 20 mg iv Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv

Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam

Program : Pengawasan KU, TV Periksa Urin per 3 hari

6/9/13

Pusing (-) Muntah (-) BAK Jernih BAK 2500 cc/ 24 jam 4,3 cc/ kg BB/jam

Keadaan umum : baik Sens : compos mentis Vital Sign : TD 120 / 80 mmHg Nadi 92 x/mt Pernapasan 24 x/ mt Suhu 71,1 C
0

- Hipertensi gr II - Glomerulonef ritis akut

Terapi : IVFD Dextrose 5% 100 cc 10 tetes/mt microdrip Inj Furosemide 1 x 20 mg stop Inj Ampicillin 4 x 500mg IV Kaptopril tab 12,5

mg, 2 x tab

Diet : - Protein 24gr/hari, - Tanpa garam

Program : Pengawasan KU, TV

11

Periksa Urin per 3 hari

BAB II PEMBAHASAN KASUS Dari kasus An. Df, 7 tahun 11 bulan, datang dengan keluhan pusing sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, didapatkan daftar masalah, sebagai berikut : 1. Krisis hipertensi 2. Glomerulonefritis akut

1. Krisis Hipertensi Pada pasien ini, dipikirkan suatu keadaan krisis hipertensi, berdasarkan keluhan pusing yang terjadi tiba-tiba disertai muntah dan dari pemeriksan fisis didapatkan

tekanan darah 180 /100 mmHg. Sebagaimana yang didefinisikan dalam literatur, hipertensi dinyatakan sebagai suatu kondisi dimana rerata TDS dan/atau TDD > persentil 95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada > 3 kali pengukuran1. Sedangkan krisis hipertensi itu sendiri didefinisikan suatu kondisi dengan tekanan darah rerata TDS atau TDD >5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda klinis1. Dalam literatur lain menyebutkan, krisis hipertensi bila tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg2. Pada pasien ini, didapatkan tekanan darah normal berdasarkan jenis kelamin, umur, dan persentil tinggi (penjelasan lihat lampiran 1 dan lampiran 2) yaitu : Tekanan sistol 97 99 mmHg, Tekanan darah diastol : 58 59 mmHg.

Sedangkan hasil pengukuran tekanan darah berturut turut sebagai berikut :

Tanggal 30 / 8 / 2013 Poli Anak Bangsal

Hasil Pengukuran Tekanan darah

170 /120 mmHg 180 / 100 mmHg

12

Adapun klasifikasi untuk hipertensi pada anak adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi anak1

Hipertensi pada anak, bisa berupa hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat diperkirakan berperan menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan, respons terhadap stres fisik dan psikologis, dan resistensi insulin2. Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan penyakit parenkim ginjal.2 Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan

glomerulonefritis, Sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan 13

penyakit parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-15%), koartasio aorta (510%), feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%). Gejala Hipertensi Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang menderita hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan2. Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital dapat timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat, mata, jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau fungsi organ seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau gagal ginjal akut. Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah diturunkan. Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis yang berat sangat penting karena menunjukkan hipertensi yang telah berlangsung lama2.

Pada pasien ini, dipikirkan suatu hipertensi sekunder. Mengingat data yang terkumpul dari anamnesis bahwa keluhan pusing yang disertai dengan tekanan darah tinggi baru dialami pertama kali oleh pasien. Disertai dengan keluhan berupa muka yang menjadi sembab. Hipertensi primer yang dikaitkan dengan obesitas, dapat disingkirkan dengan adanya hasil status gizi sebagai berikut : Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 BB ideal 25,5 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)

Hipertensi primer dikaitkan dengan resistensi insulin seperti pada diabetes melitus juga dapat disingkirkan dengan tidak adanya keluhan khas berupa poliuria, polidipsi, dan polifagi, serta diperkuat dengan adanya hasil GDS 92 mg/dL.

14

Sehingga pada pasien ini dipikirkan krisis hipertensi yang terjadi merupakan suatu hipertensi sekunder. 2. Glomerulonefritis akut Dipikirkan pasien ini menderita glomerulonefritis akut, yaitu penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi sel Glomerulus3, dikarenakan : a. Pasien adalah seorang anak laki laki, usia 7 th 11 bulan. Glomerulonefritis akut paling sering terjadi pada anak usia sekolah dengan usia antara 5-8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 13. b. Adanya keluhan berupa muka sembab, perut terasa lebih tegang dan tidak nyaman, pusing serta adanya hipertensi semakin mengarahkan pada kecurigaan adanya glomerulonefritis. Dan keadaan ini semakin didukung dengan adanya hasil laboratorium berupa penurunan kadar Hb (9,8 gr/dL), hematokrit 28% (hemodilusi), hipoalbuminemia 3,1 gr/dL, proteinuria ++, leukosituria, hematuria mikroskopik. Diagnosis sindroma nefritik akut4 dibuat berdasarkan adanya: (i) Oliguri, (ii) Edema (iii) Hipertensi serta (iv) Kelainan urinalisis berupa proteinuri kurang dari 2 gram/hari dan hematuri serta silinder eritrosit

Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata - rata 10 atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit. Hematuria dapat timbul berupa gross hematuria maupun mikroskopik3. Manifestasi yang timbul urine dapat berwarna seperti cola, teh, air cucian daging, ataupun keruh dan sering dengan oliguri4. Variasi yang tidak spesifik bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai hipertensi pada hampir semua pasien. Edema bisa berupa nefrotik. Asites

Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi selama 3-5 hari.

wajah sembab, edema pretibial atau berupa gambaran sindrom

dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edema. Bendungan sirkulasi secara klinis bisa nyata dengan takipne dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria sampai anuria karena penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)3.

15

Keluaran urine dapat menurun, oliguria serta retensi garam dan air merupakan faktor penyebab utama edema, kongesti sirkulasi, hipertensi, serta gangguan elektrolit. Proteinuria dapat bervariasi dari yang ringan hingga rentang nefrotik,

ekresi protein urine biasanya < 1,0 gr/ 24 jam. Beratnya keterlibatan ginjal dapat bervariasi dari hematuria mikroskopis tidak bergejala dengan fungsi ginjal yang normal sampai gagal ginjal3. Hipoalbuminemia ringan sering didapatkan pada GNA karena efek dilusi akibat penambahan volume intravaskular. Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia ringan normokorm dan normositer karena retensi natrium dan hemodilusi. Pada sediaan darah tepi dijumpai sistosit, fragmentasi eritrosit disertai tandatanda mikroangiopati. Laju endapan darah meninggi walaupun tidak mempunyai arti diagnosis maupun prognosis4. Jumlah lekosit dan trombosit masih dalam batas normal4. Penurunan laju filtrasi glomerulus berhubungan dengan penurunan koefisien ultrafiltrasi glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus diikuti penurunan ekskresi atau kenaikan reabsorbsi natrium sehingga terdapat penimbunan natrium dengan air selanjutnya akan diikuti kenaikan volume plasma dan volume cairan ekstraselular sehingga akan timbul gambaran klinis oliguria, hipertensi, edema dan bendungan sirkulasi4.

Kemungkinan Glomerulonefritis Akut post streptokokus pada pasien ini belum dapat disingkirkan, hal ini dikarenakan dari anamnesis tidak adanya data yang mendukung, yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan atas ataupun infeksi kulit dalam beberapa waktu terakhir. Tapi dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang membesar (T2 T2) namun tanpa disertai hiperemis. Mengingat belum adanya bukti infeksi streptokokus pada pasien ini, maka untuk itu dibutuhkan pemeriksaan tambahan berupa swab tenggorok, pemeriksaan titer Anti Streptolosin Titer O, kadar komplemen C3. Pemeriksaan gabungan titer ASTO, Antihialuronidase dan Antideoksiribonuklease B dapat mendeteksi infeksi streptokokus sebelumnya pada hampir 100% kasus3.

Foto rontgen torak juga diperlukan untuk memastikan ada tidaknya gambaran kardiomegali atau pun adanya bendungan paru. Asites yang banyak bias terlihat ketika adanya kekaburan yang tampak pada hasil foto rontgen abdomen. Sedangkan

16

asites minimal bias tampak melalui USG abdomen yang juga bisa memperlihatkan ukuran ginjal. Sedangkan diagnosis banding krisis hipertensi e.c lupus eritematosus sistemik dapat disingkirkan, mengingat bahwa pasien ini adalah seorang anak laki laki (sedangkan SLE lebih sering pada wanita usia dewasa muda), selain itu pada pasien ini juga tidak didapatkan adanya riwayat ruam kupu kupu di wajah, nyeri sendi, fotosensitivitas terhadap cahaya. Namun untuk memperkuat dugaan ini, bisa dipastikan dengan pemeriksaan ANA. Sedangkan untuk nefropati IgA juga dapat disingkirkan. Kecurigaan kearah nefropati IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan hematuria makroskopik secara akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan dengan ISPA. Hematuria makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA mereda, namun akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA. Diantara 2 episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria mikroskopik dengan proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum biasanya meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar komplemen (C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya dibuat berdasarkan biopsi ginjal.

17

Anda mungkin juga menyukai