Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PRESENTASI KASUS

I.

IDENTITAS Identitas pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Alamat : An. SDC : 10 tahun : laki-laki : Islam : Jl. Rawa Aren Jaya Rt 01 / 12 Bekasi

Masuk RSUD Bekasi : 19 Juni 2006 Identitas Orang Tua AYAH Nama Usia Pendidikan Agama Perkawinan Pekerjaan : : : : : : Tn.S 43 D3 Islam 1x karyawan 1.000.000 IBU Ny.S 38 SMP Islam 1x ibu rumah tangga -

Penghasilan perbulan :

II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis (dengan ibu pasien) tanggal 21 juni 2006. Keluhan utama Pasien panas sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tambahan Mual (+), muntah (+), kembung (+), BAB (-).

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan panas sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas biasanya tinggi pada malam hari dan agak berkurang pada siang hari. Panas dirasakan pasien sejak hari minggu (tanggal 12 Juni 2006) disertai dengan muntah setelah makanan 1-2x dalam sehari yang berisi makanan, muntah terjadi pada awal-awal sakit panas, lalu diberi obat turun panas dari warung, tapi panas hanya turun sebentar lalu naik lagi.Pusing (+). Nafsu makan pasien juga turun karena setiap kali pasien makan pasien merasa mual dan ingin muntah. Pasien juga sudah 4 hari tidak BAB. Pasien sudah dibawa berobat ke klinik dan dinyatakan gejala tifoid, karena panasnya yang tidak turun, dan pasien berasa lemas ibu pasien membawa pasien berobat ke RSUD Bekasi. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien pernah menderita penyakit seperti ini juga 1 tahun yang lalu. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Selama hamil ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya ke bidan dan tidak ada kelainan selama kehamilannya. Pasien dikandung cukup bulan (9bln5 hari), lahir spontan yang ditolong oleh bidan. Setelah lahir pasein langsung menangis, dengan berat badan lahir 3000 gram. Kesan : riwayat antenatal care baik dan persalinan tanpa penyulit. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan gigi : 8 bulan Tengkurap Duduk : 4 bulan : Orang tua pasien lupa

Berdiri Berjalan Bicara

: 12 bulan : 2 tahun : 1 tahun

Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik. Riwayat Makanan Pasien mendapat ASI sampai 4 bulan, lalu mulai diganti dengan PASI. Pada umur 3 bulan pasien mendapat makanan tambahan berupa bubur susu, biskuit, dan buah. Nasi tim diberikan pada umur 5 bulan. Mulai makaan nasi dengan lauk pauk pada usia 1 tahun dan masih mengkonsumsi susu sampai sekarang. Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik. Riwayat imunisasi Jenis imunisasi BCG DPT POLIO CAMPAK HEPATITIS Umur pemberian 1 bulan 3,4,5 bulan 3, 4,5 bulan 9 bulan Belum di imunisasi

Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.

Pasien III. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 21 Juni 2006 di Bangsal Melati RSUD Bekasi. Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran Berat badan Tinggi badan Status gizi

: composmentis : 27 kg : 135 cm : menurut NCHS: Berat badan /umur =


27 x 100% 32

= 84,37% = Gizi baik Tinggi badan /umur =


135 x 100% 138

= 97,82% = baik/ normal Berat badan/Tinggi badan=


27 x 100% 30

= 90% = normal Tanda vital Nadi Suhu Pernafasan merata. Mata Telinga Hidung Mulut Lidah Leher : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+. : normotia, serumen +/+. : bentuk dan ukuran dalam batas normal, deviasi septum (-), secret (-), epistaksis (-). : bibir kering, sianosis (-). : normoglosia, lidah kotor (+) dengan tepi hiperemis,tremor(-) : KGB tidak teraba membesar, kel. Tiroid dbn, trakea lurus : : 84 x/ menit : 36,5 C (pada waktu masuk 38oC) : 24 x/ menit : normocephali,rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Kepala

ditengah. Thorak : : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Jantung

Paru-paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/hepar dan lien tidak teraba membesar.

Abdome : supel, datar, bising usus (+), nyeri tekan (+) di epigastrium, Extremitas : akral hangat, edema (-), cyanosis (-). IV. RESUME Pasien seorang anak laki-laki berumur 10 tahun, datang dengan keluhan panas tinggi sejak 7 hari SMRS. Panas biasanyA tinggi pada malam hari dan agak menurun pada pagi dan siang hari. Sebelum masuk rumah sakit pasien sudah mendapat obat penurun panas tapi panasnya tetep tidak turun-turun. Pasien juga ada muntah-muntah tiap kali sesudah makan dan minum; isinya makanan dan cairan, darah (-), pusing (+), mual (+), epstaksis, BAB susah (konstipasi), BAK normal, disertai nyeri didaerah epigastrium. Pada pemeriksaan fisik ditemukan : Keadaan umum : sakit sedang Kesadaran Berat badan Tinggi badan Status gizi Tanda vital Nadi Suhu Pernafasan : composmentis : 27 kg : 135 cm : baik : : 84 x/ menit : 36,5 C (pada waktu masuk 38oC) : 24 x/ menit

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Status generalis Mulut : bibir kering, sianosis (-).

Lidah Abdomen

: normoglosia, lidah kotor dengan tepi hiperemis, tremor (-) : supel, datar, nyeri tekan di epigastrium, hepar dan lien tidak teraba membesar, timpani, BU (+).

V. DIAGNOSA KERJA Observasi febris hari ke-7 VI. DIAGNOSA BANDING 1. Typhoid fever 2. Paratyphi fever 3. DHF 4. Malaria VII. PEMERIKSAAN ANJURAN 1. Darah lengkap 2. Tes widal dan biakan empedu 3. Apusan darah 4. Feses, dan urin lengkap VIII. PENATALAKSANAAN 1. Bed rest total 2. Terapi kausatif 3. Terapi suportif dan simptomatif 4. Diet tinggi kalori dan protein

IX. PROGNOSIS (Prognosis tergantung dari diagnosa dan penatalaksanaan) Ad. Vitam : bonam

Ad. Functionam : bonam Ad. Sanasionam : bonam

ANALISA KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja observasi demam hari ke-7 dengan kemungkinan diagnosa pasti typhoid adalah berdasarkan dari: 1. Anamnesis Adanya panas naik turun 7 hari SMRS, naik terutama pada malam hari. Disertai dengan rasa mual dan muntah, isi makanan dan cairan. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun, kepala pusing dan susah BAB (konstipasi). 2. Pemeriksaan fisik Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum yang sakit sedang, kesadaran: CM, peningkatan suhu: 38 C, lidah: coated tongue, nyeri tekan di daerah epigastrium, perut kembung dan kesulitan BAB. 3. Pemeriksaan penunjang Untuk menegakkan diagnosa demam tifoid pada kasus ini selain dari manifestasi klinik juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti hematologi, serologi, dan biakan empedu untuk diagnosa pasti. Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah tes serologis Widal, karena mudah, murah, spesifik, dan dapat digunakan untuk terapi praktis. Terapi pada pasien ini secara garis besar dibagi 3, yaitu : 1. Perawatan Pasien memerlukan istirahat (bed rest) total yang cukup dengan immobilisasi sampai bebas demam. 2. Diet Dianjurkan makanan yang tinggi kalori dan protein untuk mempercepat proses penyembuhan dan memperbaiki gizi pasien, dan pantang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. 3. Medikamentosa : a. Kausatif Kloramfenikol. Yang merupakan drug of choice dari demam tifoid. b. Simtomatif

Untuk terapi simtomatif, digunakan: paracetamol sebagai obat penurun panas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi 2,4 Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enterik fever, Eberth disease) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi pada usus halus (terutama didaerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran. Atau ada juga penulis lain yang embuat kriteria demam tifoid sebagai penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakteriemia, perubahan pada system retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi pada Nodus Peyeri di distal Ileum. Etiologi 1,2 Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi yang mana merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, bersifat aerob. S. typhi mempunyai tiga macam antigen, yaitu: - Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar) - Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil. - Antigen V = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis Dalam serum penderita terdapat zat anti(agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Patogenesis dan Patofisiologi 2,6 Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui fecal-oral transmittion melalui person to person maupun melalui perantaraan makanan dan minuman yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan feces atau urine,

10

sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung, dan sebagian lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada beberapa factor, al ; (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar keasaman dalam lambung.Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan S. typhi sebanyak 105-109 yang tertelan. Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung. Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri yang mampu bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu mengadakan perlekatan pada mikrovili dan meyerang epitel hingga mencapai lamina propria. Melalui plak peyeri pada ileum distal bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai aliran darah melalui duktus torasikus menyebabkan bakteriemia pertama yg asimptomatis. Kemudian kuman akan masuk kedalam organ organ system retikuloendotelial (RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Dari sini kuman akan masuk ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala klinis). Disamping itu kuman yang ada didalam hepar akan masuk ke dalam kandung empedu dan berkembang biak disana, lalu kuman tersebut bersama dengan asam empedu di keluarkan dan masuk ke dalam usus halus. Kemudian kuman akan menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lojong pada mukosa diatas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan dan perforasi usus yang menimbulkan gejala peritonitis. Pada masa bakteriemia kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatic antigen(lipopolisakarida). Endotoksin sangat berperan membantu proses radang local dimana kuman ini berkembang biak yaitu merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hypothalamus yang mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

11

Bagan Patofisiologi Demam Typhoid

KUMAN S. TYPHI Makanan + Minuman

Lambung

mati

Usus halus

Folikel getah bening intestinum

Multiplikasi Sel PMN

Aliran Getah Bening Mesenterika

Hidup dan Berkembang Biak

Multiplikasi Lokal

Usus

Airan Darah
(Bakteremia Primer)

Aliran Darah
( Bakteremia Sekunder)

RES Hati dan Limpa

12

Gejala Klinik1,3 Gejala demam tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anorexia, letargia, malaise, dullness, continuous headache, non productive cough, bradicardia. Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu : 1. Demam Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu III suhu berangsurangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu III. 2. Gangguan saluran cerna Pada mulut; nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah (rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor ( coated tongue)., ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung (meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda. 3. Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran penderita menurun walau tidak berapa dalam berupa apatis sampai somnolen. Disamping gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan gejala-gejala lain: Roseola atau rose spot; pada punggung, upper abdomen dan, lower chest dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang akan hilang dengan penekanan dan sukar didapat

13

pada orang yang bekulit gelap. Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam. Bradikardia relatif; Kadang-kadang dijumpai bradikardia relative yang biasanya ditemukan pada awal minggu ke II dan nadi mempunyai karakteristik notch (dicrotic notch). Komplikasi1,3 Komplikasi typoid dapat terjadi pada : 1. Intestinal (usus halus) : Umumnya jarang terjadi, tapi sering fatal, yaitu: a. Perdarahan (haemorrhage) usus. Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok: berupa penurunan suhu tubuh dan tekanan darah yang drastic, sudden tachycardia. b. Perforasi usus. Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi pada distal ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan diafragma pada foto Rontgenabdomen yang dibuat dalam posisi tegak. c. Peritonitis Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri tekan. 2. Ekstraintestinal Terjadi umumnya karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteriemia): a. Liver, gallbladder, dan pancreas

14

Dapat terjadi mild jaundice pada enteric fever oleh karena terjadi hepatitis typhosa, kolesistitis, kholangitis atau hemolisis. Dapat juga terjadi pankreatitis. b. Kardiorespiratory Toxic myocarditis adalah penyebab kematian yna signifikan pada daerah endemic. Hal tersebut terjadi pada pasien yang sangat parah sekali dan ditandai oleh takikardia, nadi dan bunyi jantung yang lemah, hypotensi, dan EKG yang abnomal. Bronkitis ringan sering terjadi, broncopneumonia . c. Nervous system Berupa disorientasi, delirium, meningismus, meningitis (jarang), encephalomyelitis. d. Hematologi dan renal Terjadi DIC yang subclinical pada typhoid fever yang mana merupakan manifes hemolytic-uremic syndrom, dan hemolisis. Glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis. Diagnosa kerja 7 Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan penunjanng laboratorium. Untuk memastikan dilakukan pemeriksaan biakan empedu. Pemeriksaan Laboratorium 1,9 1. Pemeriksaan yang menyokong diagnosis. a. Pemeriksaan darah tepi. Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif, neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat anemia dan trombositopenia ringan. b. Pemeriksaaan Sumsum tulang

15

Terdapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan system eritropoesis, granulopoesis, trombopoesis berkurang. 2. Pemeriksaan untuk membuat diagnosa Biakan empedu untuk menemukan Salmonella dan pemeriksaan Widal ialah pemeriksaan yang digunakan untuk menbuat diagnosa tifus abdominalis yang pasti. Kedua pemeriksaan perlu dilakukan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya. a. Biakan empedu 80% pada minggu pertama dapat ditemukan kuman di dalam darah penderita. Selanjutnya sering ditemukan dalam urin dan feces dan akan tetap positif untuk waktu yang lama. b. Widal test Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella. Untuk membuat diagnosa dibutuhkan titer zat anti thd antigen O. Titer thd antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresif pada pemeriksaan 5 hari berikutnya (naik 4 x lipat) mengindikasikan infeksi akut. Titer tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita. Titer thd antigen H tidak diperlukan untuk diagnosa, karena dapat tetap tinggi setalah mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. Titer thd antigen Vi juga tidak utk diagnosa karena hanya menunjukan virulensi dari kuman. Tidak selalu widal positif walaupun penderita sungguh-sngguh menderita tifus abdominalis. Dan widal juga bukan mrpkan pemeriksaan untuk menentukan kesembuhan penderita. Sebaliknya titer dapat positef pada keadaan berikut: Titer O dan H tinggi karena terdapatnya agglutinin normal,karena infeksi basil coli patogen dlm usus. Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Terdapatnya infeksi silang dgn rickettsia (Weil Felix).

16

Akibat imunisasis scr alamiah karena masuknya basisl perora; atau pada keadaan infeksi.

Diagnosa banding 1 - Paratifoid fever (A, B, C); gejala lebih ringan dibanding typhoid fever. - Influenza : panas tinggi - Tbc - Dengue: panas mendadak tinggi cepat - Malaria - Pneumoni lobaris Tatalaksana 1,5,7 Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama. Pengobatan yang diberikan yaitu: 1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta 2. Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia. 3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan. 4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2x satu gelas sehari perlu diberikan. 5. Antibiotika: Kloramfenikol; masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimal 2 g/hari. Hari pertama

17

setengah dosis dulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis diatas, karena kalau diberi dalam dosis yang penuh maka kuman akan banyak yang mati dan sebagai akibatnya endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ ul. Selain itu dapat juga diberikan: Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara oral atau suntikan IV selama 14 hari. Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang memberikan hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih lama. Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg +sulphametoxazole 400 mg); dengan dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian Pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap berbagai obat diatas (MDR= multidrug resistance), terdiri atas: Seftriakson; dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10 hari. Sefiksim; dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari. Gol.quinolon; Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis atau ofloksasin, 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pengobatan 2-10 hari. 6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya: pemberian cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis. Pemberian antipiretik masih kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan antipiretik. Dianjurkan pemberian bila suhu di atas 38,5C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada demam tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma, ataupun syok.

18

Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB, diikuti dengan mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari. Pencegahan 2,8

Secara umum, setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kuman S.typhi akan mati apabila dipanasi dalam air setinggi 57C untuk beberapa menit atau dangan proses iodinasi/ klorinasi. Penurunan endemisitas suatu negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air, pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene pribadi, dan pendidikan kesehatan masyarakat. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin yang digunakan adalah vakasin yang berasal dari kuman yang dimatikan atau dilemahkan. Vaksin yang terbuat dari S.typhi yang telah dimatikan ternyata tidak memberikan perlindungan yang baik, sedangkan yang dilemahkan dapat memberikan perlindungan sebesar 87-95% / 36 bulan. Pemberian IM dengan dosis 0,5cc. Vaksin ini terutama diberikan pada daerah endemik tifoid. Prognosis 1 Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderita cepat datang berobat dan istirahat total. Prognosis menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti: Hiperpireksia atau febris kontinua Kesadaran yang menurun sekali; sopor, koma, delirium. Komplikasi berat; dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia. Keadaan gizi buruk (malnutrisi energi protein).

19

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku kuliah :Ilmu Kesehatan Anak : jilid 2: Balai Penerbit FKUI, Jakarta Cetakan 2002 : 593-598 2. Behrman RE, dkk : Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics, 14th edition: WB Saunders Co, 1992: 731-734 3. Juwono, Rachmat: Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Ketiga PAPDI FK UI , Jakarta :1996: 435-441 4. Harrison : Priciples of Internal Medicine, 16th edition: McGraw-Hill : 2005: 897-902 5. Current : Medical Diagnosis & Treatment, forty-third edition: McGraw-Hill : 2004:1362-1363 6. Soedarmo.S , dkk : Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis : Edisi Pertama: Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2002 :368-375 7. http://www.medicastore.com 8. http://www.who.int 9. http://www.microbology-entericfever.htm

20

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi Kasus ICU


(Pasien Bangsal)

Demam Tifoid

Diajukan oleh : Julia Ike Haryanto (030.00.292)

Disetujui oleh : Dosen Pembimbing,

Dr. Rivai Usman, Sp.A.

21

PRESENTASI KASUS

DEMAM TIFOID

Pembimbing: Dr. Rivai Usman, Sp. A

Disusun Oleh: Julia Ike Haryanto 030.00.292

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi Periode 29 Mei 5 Agustus 2006 Fakultas Kedokteraan Universitas Trisakti Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai