KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. Mr Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 46 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tgl. MRS : 19 Maret 2013
Anamnesis
Keluhan Utama
Rahim Turun sejak 2 tahun yang lalu
tahun sejak 2 tahun yamg lalu, terasa benjolan di depan vagina, benjolan terasa membesar saat kelelahan, tidak terasa nyeri, keputihan (-), flekflek (-), BAK tidak nyeri dan terasa tidak tampias
Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun. Siklus : Teratur 1 bulan Lamanya : 6 - 7 hari Riwayat dismenorea disangkal Haid terakhir : 7 Februari 2013
Riwayat Persalinan
Melahirkan 3x, semuanya hidup
disangkal
Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah dioperasi
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis Keadaan umum: Kesadaran : Tanda Vital : 0 36,9 C Status Ginekologis Abdomen
Tampak sakit sedang Compos mentis TD: 120 /80 mmHg, RR:16 x/menit, N:80x/menit, S:
Inspeksi: tampak perut cembung teraba Palpasi: supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas(-), masa (-), hepar-lien tidak pembesaran Perkusi: timpani Auskultasi: BU (+) Genitalia
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cystocel (+), Rectocel (+) Palpasi : Lunak, Nyeri tekan (-) Pemeriksaan Dalam Vagina toucher tidak dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari
tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Insidensi dari prolapsus organ pelvis yang tepat sulit ditentukan.
Faktor Resiko
Diperkirakan wanita yang telah melahirkan 50%
akan menderita prolapsus genitalia dan 20% dari kasus ginekologi yang menjalani operasi akan mengalami prolapsus genitalia. Kasus prolapsus uteri akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup wanita Multiparitas Kelahiran pervaginam merupakan faktor resiko tersering. Sampai saat ini belum adanya penjelasan mengenai apakah karena kehamilan atau nifas itu sendiri yang menjadi faktor resiko dari prolapsus uteri.
(Prosidensia Uteri)
uterus keluar seluruhnya
Dari anamnesis, diketahui pasien mengeluh terasa benjolan di depan vagina, benjolan terasa membesar saat kelelahan Maka dari itu, dapat disimpulkan pada kasus ini paien mengalami prolapsus uteri tingkat II
Gejala Klinis
Gejala-gejala prolapsus uteri sangat berbeda dan bersifat individual : Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache) Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu
penderita waktu berjalan dan bekerja. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks
rektokel. Baru dapat defekasi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di
Gejala-gejala prolapsus uteri : Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja Prolapsus Keluhan sesuai untuk Uteri gejala dari Prolapsus Miksi yang lebih sering uteri dan sistokel dan sedikit-sedikit
Dari anamnesis didapatkan keluhan : Tampak benjolan pada bertambah berat saat kelelahan Pasien mengaku benjolan tersebut tidak sakit, dapat bertambah besar Saat kelelahan Pasien juga mengeluhkan seperti ada yang mengganjal di daerah kemaluannya BAK terasa tidak tampias
Penegakkan Diagnosis
Berdasarkan keluhan-keluhan pada penderita
dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalia. Dari anamnesis ditanyakan mengenai adanya benda asing yang keluar dai kemaluan, apakah terasa mengganjal di sekitar kemaluanya, apakah seperti ada suatu ruangan antara anus dan vagina, apakah menggunakan laxatives secara rutin, apakah ada low back pain, adakah dispareunia, ataupun inkontenensia dan konstipasi.
Prolapsus uteri
Friedman dan Little (1991) menganjurkan cara
mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah porsio uteri pada posisi normal atau porsio sampai pada introitus vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi lalu ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan elongasio kolli.
Sistokel
Pada sistokel dijumpai pada dinding vagina
depan berupa benjolan kistik, lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita di suruh mengejan. Jika dimasukkan ke dalam kandung kencing kateter logam, lalu kateter itu diarahkan ke dalam sistokel dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina.
Rektokel
Menegakkan diagnosis retrokel sangatlah mudah
yaitu ditandainya dengan menonjolnya rektum ke lumen vagina sepertiga bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal ke distal, kistik dan tidak nyeri. Untuk memastikan diagnosis jari dimasukkan ke dalam rektum dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang menonjol ke lumen vagina. Enterokel menonjol ke lumen vagina lebih atas dari rektokel. Pada pemeriksaan rektal dinding rektum lurus dan terdapat benjolan ke arah vagina di atas rektum.
Penatalaksanaan
Penatalaksanan pada prolapsus uteri bersifat
individual, terutama pada mereka yang telah memiliki keluhan dan komplikasi, namun secara umum penatalaksanan dengan kasus ini terdiri dari dua cara :
Konservatif
Operatif
Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan
tetapi cukup membantu para penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada penderita prolapsus ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin mendapatkan anak lagi atau penderita yang menolak untuk melakukan tindakan operasi atau pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.
Latihan otot dasar panggul Stimulasi otot-otot dengan alat listrik Pengobatan dengan pessarium
Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan adanya
prolapsus vagina, sehingga jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri maka prolapsus vagina perlu ditangani pula secara bersamaan. Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolapsus uteri atau prolapsus uteri yang ada belum perlu dilakukan tindakan operasi. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri ialah jika didapatkan adanya keluhan pada penderita
Prolapsus Uteri
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus
uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, kemungkinannya untuk masih mendapatkan anak lagi atau untuk mempertahankan uterus, tingkatan prolapsus uteri dan adanya keluhan yang ditemukan pada penderita
Ventrofiksasi
Sistokel + Rektokel
Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafi
adalah dengan melakukan Histerektomi pervaginam dan Kolporafi anterior + posterior Histerektomi dilakukan untuk mengatasi prolapsus uteri, dan dengan pertimbangan pasien jika pasien sudah tidak menginginkan anak kembali (Usia 45 th dan memiliki anak 3) Kolporafi anterior + posterior dilakukan untuk mengatasi sistokel dan rektokel
Kesimpulan
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari
tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya Pada Kasus Ny. Munidar, diagnosa yang ditegakkan adalah Prolapsus Uteri derajat II + Sistokel + Rektokel Pemilihan penatalaksanaan adalah dengan melakukan Histerektomi dan Kolporafi anterior + posterior
Daftar Pustaka
Ariawan Sojonoes : Prolapsus Genitalis, dalam
buku Ilmu Kandungan edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono. Jakarta 2011. Sigit Purbadi : Prinsip-prinsip Pembedahan Ginekologi, dalam buku Ilmu Kandungan edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono. Jakarta 2011. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiharjo. PT Bina Pustaka Sarwono. Jakarta 2010 Blog- Informasi Reproduksi dan ginekologi, dr. Bambang Widjanarko, Sp.OG http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/prolap sus-uteri.html
TERIMA KASIH