Anda di halaman 1dari 2

BAB IV PEMBAHASAN

I.

AROMA Aroma adalah suatu penilaian atau bau yang ditimbulkan oleh makanan yang dapat membuat seseorang berselera untuk memakannya. Aroma biasanya dipengaruhi oleh adanya penambahan bumbu-bumbu atau bahan-bahan tertentu yang memiliki bau khas dan bersifat volatil (mudah menguap). Dalam banyak hal, kelezatan makanan ditentukan oleh aroma dari makanan tersebut (Winarno, 1997). Manusia mampu mendeteksi dan membedakan sekitar enam belas juta jenis bau. Meskipun demikian indera penghidu manusia masih dianggap lemah dibandingkan dengan indera penghidu hewan (Winarno, 2004). Indera penghidu sangat sensitif terhadap bau. Kepekaan indera penghidu diperkirakan 1% setiap bertambahnya umur satu tahun (Winarno, 2004). Penerimaan indera penghidu akan berkurang oleh adanya senyawa-senyawa tertentu seperti misalnya formaldehida. Kelelahan daya penghidu terhadap bau dapat terjadi dengan cepat. Contoh nya saja orang yang belum terbiasa menghidu bau gas H2S akan segera mengenalnya. Sebaliknya seseorang yang setiap harinya bekerja di laboratorium (laboran) tidak segera mengenalnya, meskipun konsentrasi H2S udara sudah cukup tinggi (Winarno, 2004). Berdasarkan hasil pengujian organoleptik menggunakan uji penerimaan (hedonik) sifat sensori aroma didapatkan hasil bahwa dari 8 jenis produk dengan masing-masing produk terdiri dari 3 merk berbeda ada 3 produk yang mendapatkan kesimpulan H0 ditolak yaitu produk roti tawar, abon dan wafer dengan nilai P secara berurutan 0,00 ; 0,001 ; 0,00. Ketiga nilai P tersebut lebih kecil dari nilai = 0,05. Kesimpulan tersebut dapat diartikan bahwa ada perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma antara 3 merk di setiap produk tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dari proses produksi, penyimpanan dan kualitas bahan baku dan bahan tambahan yg digunakan sehingga pada akhirnya dapat menciptakan aroma yang berbeda dan khas pada tiap merk masing-masing produk dan menyebabkan panelis memiliki tingkat kesukaan berbeda terhadap aroma tiap merk masing-masing produk. Sedangkan yang mendapatkan kesimpulan H0 diterima ada 5 produk yaitu kacang sanghai, biskuit, keju, selai, dan kecap dengan nilai P secara berurutan 0,138 ; 0,295 ; 0,125 ; 0,910 ; 0,130. Kelima nilai P tersebut lebih besar dari nilai = 0,05.

Kesimpulan tersebut dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma antara 3 merk di setiap produk tersebut. Hal ini disebabkan karena aroma yang dihasilkan tiap merk masing-masing produk tidak memiliki perbedaan yang nyata sehingga menciptakan sensasi aroma yang tidak jauh berbeda yang akhirnya mempengaruhi tingkat kesukaan panelis pada aroma tiap merk masing-masing produk yang juga tidak jauh berbeda. Pembahasan aroma kacang sanghai Bedasarkan uji Friedman test menggunakan spss didapatkan hasil dari ketiga merk kacang sanghai yaitu Sukro (A17), Deka (B18), dan Garuda (C19) berdasarkan penilaian tingkat kesukaan aroma yaitu P (0,138) > sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang dapat diartikan tidak ada perbedaan tingkat kesukaan panelis terhadap sifat sensori aroma dari ketiga merk kacang sanghai tersebut. Hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan juga sama dan mutu nya juga hampir sama, proses produksinya juga sama sehingga menghasilkan aroma yang hampir sama pula. Sedangkan berdasarkan jumlah skor angka kesukaan aroma yang paling tinggi adalah kacang sanghai Sukro (A17) yaitu 114, yang kedua kacang sanghai Deka (B18) yaitu 106, dan yang terakhir kacang sanghai Garuda (C19) yaitu 105. Jumlah skor angka kesukaan ini menggambarkan tingkat kesukaan panelis terhadap sampel. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aroma yang paling disukai panelis adalah kacang sanghai Sukro dibandingkan dengan kacang sanghai Deka dan Garuda.

Anda mungkin juga menyukai