Dewi makhabah
SEL INFLAMASI SEL MAST EOSINOFIL LIMFOSIT T MAKROFAG NEUTROFIL SEL EPITEL
FAKTOR LINGKUNGAN
FAKTOR PENCETUS
FAKTOR PEJAMU
Merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. SKRT 1995 : prevalensi asma di Indonesia 13/1000 Merupakan penyebab kematian nomer 4 di Indonesia.
FAKTOR PEJAMU: Bakat yang diturunkan ( GENETIK ) Asma Atopi /alergik Hiperreaktivitas bronkus Jenis kelamin Ras/etnik
FAKTOR LINGKUNGAN Alergen Infeksi pernapasan Asap rokok/ polusi udara Diet Hewan peliharaan
TEPUNG SARI
ASAP ROKOK JAMUR KAYU
POLUSI UDARA
EXERCISE HIPERVENTILASI
IRITAN
PATOGENESIS
antigen Nave T-lymphocyte
ASMA
Th-O
IL-12 [-]
dendritic cell
[-]
IL-4 IL-13
Th-2 response
IL-9 IL-4 IL-3 IL-3, IL-5 GM-CSF
IL-12 [+]
Th-1 response
IFN, lymphotoxin, IL-2
Ig E
Mast Cell
Basophils
Eosinophil
Mediators of inflammation
Cell mediated immunity And Neutrophilic inflammation Histamine, prostaglandins, Leukotrienes, enzymes
Asthma Symptoms
During an attack
Lumen
Epithelium
Submucosa
Inflammed airway
Eosinophil infiltration
Blood vessels
Formation of mucus plugs
Collagen thickening
Normal
Asthma
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIS
EPISODIK REVERSIBEL
BATUK SESAK NAPAS RASA BERAT DI DADA BERDAHAK
MEMBURUK TERUTAMA MALAM/ DINI HARI
PERTIMBANGKAN RIWAYAT KELUARGA ( ATOPI ), RIW. ALERGI, PENYAKIT LAIN YANG MEMBERATKAN
SIANOSIS, GELISAH,PENGGUNAAN OTOT BANTU NAPAS, HIPERINFLASI ( BERAT ) AUSKULTASI : DAPAT NORMAL MENGI PADA EKSPIRASI PAKSA SILENT CHEST
Umumnya Normal
OBSTRUKSI
REVERSIBILITI
VARIABILITI
Obstruksi
Rasio
VEP 1 KVP
75%
atau
VEP 1
75%
Reversibiliti
Perbaikan VEP1 15% secara spontan atau setelah Uji BD, atau setelah bronkodilator oral 10- 14 hari atau Setelah pemberian kortikosteroid ( inhalasi/oral) 2 minggu
Variabiliti
APE malam APE pagi ( APE malam + APE pagi ) X 100 %
UJI BRONKODILATOR
VEP1 post BD - VEP1 pre BD
x100%
VEP1 pre BD
UJI BD POSITIF BILA KENAIKAN VEP1 15% PADA PENGUKURAN DENGAN PEAK FLOW METER
Membantu menegakkan diagnosis asma Sensitivitas tinggi namun spesifisitas rendah Jika Uji + : rhinitis alergika, PPOK, bronkiektasis atau fibrosis kistik
Uji kulit ( Prick test ) Scratch test Tes alergi dengan biofisika Pengukuran IgE spesifik serum
Eksaserbasi berat asma merupakan kegawatdaruratan medis yang mengancam jiwa Penanganan harus cekatan dan paling aman jika dilakukan di rumah sakit
Riw. penyakit, pemeriksaan fisik, penggunaan otot bantu napas, frek. nadi, frek. napas, APE atau VEP1, saturasi O2, AGD pada pasien berat & pemeriksaan lain jika ada indikasi.
Terapi awal
Inhalasi agonis 2 aksi singkat, dg nebulisasi, 1 dosis setiap 20 menit selama 1 jam Oksigen untuk mencapai saturasi O2 90% (95% pada anak-anak) Kortikosteroid sistemik jika tidak ada respons segera/jika akhir-akhir ini mendapat steroid peroral atau jika serangan asmanya berat Sedasi merupakan kontraindikasi pada penanganan serangan akut/eksaserbasi
Penilaian ulang : tanda-tanda fisik, APE, saturasi O2, & pemeriksaan lain yang diperlukan
Tingkat Sedang Tingkat Berat
APE 60-80% dari nilai prediksi/terbaik Pem.fisik : gejala asma sedang, penggunaan otot bantu napas Inhalasi agonis 2 setiap 60 menit Pertimbangkan kortikosteroid Lanjutkan pengobatan 1-3 jam, sepanjang ada perbaikan
APE < 60% dari nilai prediksi/terbaik PF: Gej. asma berat, istirahat ada retraksi dada Riw. risiko tinggi, tak ada perbaikan stl t/ awal Inhalasi agonis 2 tiap 60 menit atau kontinyu inhalasi antikolinergik Oksigen, Kortikosteroid sistemik Pertimbangkan agonis 2 SK, IM, atau IV
Respons menetap 60 menit sesudah t/ terakhir Pem. fisik normal APE > 70% Tidak ada distres Saturasi O2 >90% (anak 95%)
Rawat jalan :
1-2 jam Riw. risiko tinggi Pem. fisik gejala asma ringan/sedang APE >50% tetapi <70% Saturasi O2 tidak membaik
Rawat inap (bangsal):
Riw. risiko tinggi Pem. fisik gejala asma berat, mengantuk, & bingung APE <30% PCO2 >45 mmHg PO2 <60 mmHg
Rawat ICU :
Agonis 2 inhalasi Pertimbangkan kortikosteroid oral (pada kebanyakan pasien) Pendidikan pasien Minum obat secara benar Tinjau rencana kerja Tindak lanjut pengobatan secara tepat Dipulangkan jika APE >70% & menetap dalam pengobatan peroral/inhalasi
Inhalasi agonis 2 inhalasi antikolinergik Kortikosteroid sistemik Oksigen Pertimbangkan aminofilin IV Pantau APE, saturasi O2, nadi, teofilin
Inhalasi agonis 2 inhalasi antikolinergik Kortikosteroid IV Pertimbangkan agonis 2 SK, IM atau IV Oksigen Pertimbangkan aminofilin IV Mungkin perlu intubasi & ventilasi mekanis Masuk ICU jika tidak ada perbaikan dalam 6-12 jam
Perbaikan
Dosis Pemberian
2-8 puff setiap 20 menit sampai 1 jam, lalu setiap 14 jam diperlukan
Efek Samping
Takikardi, tremor otot seketal,hipokalemia, peningkatan asam laktat, pusing hiperglemia. Secara umum pada inhalasi efek samping sistematikanya lebih sedikit, terutama reaksi kardiovaskuler pada usia tua, khususnya yang sudah mempunyai penyakit kardiovaskuler
1-2 mL (Salbutamol 2,5mg5mg, terbutalin 2,5-5mg, fenoterol 100mcg-100mcg) setiap 20 menit untuk 3 dosis, lalu 1-4 jam jika diperlukan
0,25mg setiap 20 menit untuk 3 dosis 0,3-0,5 mg setiap 20 menit Hipoksik lebih besar
1mg/mL 1:1000(1mg/mL)
Nama Obat
Antikolinergik
*MDI=IDT+Spacer
Dosis Kemasan
Dosis Pemberian
Efek Samping
Ipratropium Bromide
Nebulizer/ * Inhalasi
20mcg/puff
0,25mg/mL
Aminofilin tidak dianjurkan untuk serangan asma karena efek sampingnya antara lain:iritasi gastrointestirial,aritmia, dan hipotensi
Penggunaan jangka pendek: gangguan metabolisme glukosa yang reversible, peningkatan nafsu makan, retensi cairan, penambahan berat badan, perubahan modd, hipertensi, pepticuler
Hidrokortison
ETIOLOGI
DERAJAT ASMA
POLA LIMITASI ALIRAN UDARA
ALLERGEN PENCETUS + ALLERGEN PENCETUS 85% KASUS TIMBUL SEBELUM TIMBUL DI ATAS USIA 30 TA USIA 30 TAHUN RIWAYAT KELUARGA ASMA RIWAYAT KELUARGA ASMA TES + KULIT TES KULIT + KETERLIBATAN IgE SPESIF IgE spesifik
KLASIFIKASI ASMA
Ditentukan oleh
Frekuensi serangan
PENUTUP
Asma adalah penyakit yang didasari oleh inflamasi kronik saluran napas. Manifestasi klinis batuk, sesak napas,mengi dan rasa berat di dada Klasifikasi asma berdasarkan etiologi, derajat penyakit dan pola limitasi saluran napas Klasifikasi yang tepat menentukan pengobatan yang tepat