Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO III

Bagian Prostodonsia
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Blok Oral Diagnosis dan Rencana Perawatan Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh :

Kelompok Tutorial I

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Scriber Meja Scriber Papan

: Selvia Magdalena : Lubna : Rhanifda Amvitasari

111610101001 111610101008 111610101009

Anggota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Fathimatus Zahra

: 111610101003 111610101006 111610101011 111610101047 111610101051 111610101062 111610101068 111610101087 111610101089 111610101095

Riria Hendarto Putri Vananda Duanta K Bimbi Virgamantya Stevanus Kristian Danang Dewantara Putri Redo Setyawan Sariwiwit Intan P Inneke A S

10. Cindi Uswatun K

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah tutorial skenario III pada Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan pada bidang Bedah Mulut. Banyak sekali hambatan yang kami alami dalam pembuatan makalah tutorial ini, tetapi berkat dukungan dari berbagai pihak maka kami bersyukur pada akhirnya dapat menyelesaikan makalah tutorial ini dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Drg. Dewi Kristiana, M.Kes., selaku tutor pembimbing dalam kelompok tutorial I yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini di sela-sela kesibukan beliau. Kami juga berterimakasih kepada perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi dan juga UPT Perspustakaan Universitas Jember yang telah memberikan banyak bantuan dalam menyediakan buku-buku referensi dan memberikan pinjaman, serta kakak tingkat dan juga teman-teman mahasiswa fakultas kedokteran gigi angkatan 2011 yang telah banyak mendukung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari, khususnya dalam bidang kedokteran gigi di kalangan Universitas Jember.

Jember, 28 Maret 2013

Penyusun

SKENARIO III Pak Sujono,52 tahun,seorang karyawan kantor,ingin dibuatkan gigi palsu menggantikan gigi yang rusak pada rahang atas dan bawah karena kesulitan untuk mengunyah makanan.Sebelumnya gigi berlubang dan tidak diobati sehingga gigi tinggal

tunggaknya.Pencabutan terkahir gigi atas belakang kiri sekitar 2 bulan yang lalu.Pasien belum pernah menggunakan gigi palsu.Biaya ditanggung oleh operator.Tipe pasien

:kooperatif.Kesehatan umum :penyakit DM. Pemeriksaan Intra-oral : Gigi hilang 11,12,16,17,18,21,23,25,26,27,28,31,32,33,36,38,43,44,46,47,48;sisa akar

15,14,13,37,35,34,41,42,karie profunda 24.(gigi giri tersebut indikasi pencabutan) karies superficial 22.Gigi yang ada terdapat kalkulus. Vestibulum : dalam,frenulum,torus palatines : kecil,retromyolohoid,exostosis :pada 46. Kemudian dokter gigi menentukan diagnosis dan rencana perawatan untuk pasien tersebut.

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Tujuan 1. 2. 3. 4. Bagaimana prosedur untuk menentukan diagnose pasien pada scenario ? Apa rencana perawatan pasien pada scenario ? Apa saja tipe-tipa pasien ? Bagaimana desain gigi tiruan yang akan digunakan oleh pasien ? Mengetahui prosedur untuk menentukan diagnose pasien pada scenario Mengetahui rencana perawatan pasien pada scenario Mengetahui tipe-tipe pasien Mengetahui desain gigi tiruan yang akan digunakan oleh pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PASIEN DATANG DENGAN KELUHAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN SUBJECTIV INTRA-ORAL PEMERIKSAAN OBJECTIV

ANAMNESIS

EKSTRA-ORAL

DIABETES MELLITUS

DIAGNOSA

RENCANA PERAWATAN

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Mengetahui prosedur untuk menentukan diagnose pasien pada scenario

Untuk mendapatkan suatu diagnose perlu untuk dilakukan beberapa prosedur pemerikasaan agar mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai tipe pasien,riwayat penyakit sistemik dan riwayat gigi pasien serta keadaan intra oral dan ekstra oral pasien. Prosedur diagnose pada pasien dilakukan dengan melewati beberapa tahap yaitu : 1. Anamnesis Anamnesis berasal dari bahasa Yunani anamneses, yang artinya mengingat kembali. Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada pasien dalam anamnesis sangat beragam dan bergantung pada beberapa faktor.Adapun tujuan dari anamnesis yakni sebagai berikut : A. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar. B. Membangun hubungan yang baik antara seorang dokter, perawat, dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokter maupun perawatnya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter, perawat, dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. Ditinjau dari cara penyampaian, anamnesis dikenal ada 2 macam: A. Auto Anamnesis: cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien B. Allo Anamnesis: cerita mengenai keadaan pasien tidak disampaikan oleh pasien melainkan melalui bantuan orang lain Dari segi inisiatif penyampaian: A. Anamnesis pasif: pasien sendiri yang menceritakan keadaannya kepada pemeriksa B. Anamnesis aktif: penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya.

Hal-hal yang akan ditanyakan pada saat melakukan anamnesis yaitu sebagai berikut : 1. Nama Penderita: Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya,di samping mengetahui asal suku atau rasanya.Hal terakhir ini penting,karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi dpan.Contohnya,orang Eropa (ras Kaukasus) mempunyai profil yang lurus,sedangkan orang Asia (Mongoloid) cembung. 2. Alamat: Dengan mengetahui alamatnya,penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tak diharapkan,umpamanya kekeliruan pemberian obat,juga untuk memudahkan pemanggilan kembali pasien dan informasi mengenai latar belakang lingkungan hidup pasien sehingga dapat diketahui status sosialnya. 3. Pekerjaan: modifikasi jenis perawatan mungkin diperlukan karena factor jenis pekerjaan,seperti seorang pembuat roti / kue,yang secara rutin harus mencicipi makanan yang sudah terbakar,pada hal insidensi kariesnya tinggi. 4. Jenis kelamin: Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan wanita.Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan .Wanita cenderung lebih memperhatikan factor estetik disbanding pria.Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat,sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar.Pria juga lebih mementingkan rasa nyaman,disamping factor fungional geligi tiruan yang dipakai. 5. Usia: proses menua mempengaruhi toleransi jaringan kesehatan mulut, koordiasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi, panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna serta ukuran gigi seseorang. 6. Pencabutan terakhir gigi: Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. 7. Pengalaman memakai gigi tiruan: Adaptasi akan lebih mudah dan cepat pada orang yang sudah pernah memakai gigi tiruan. 8. Tujuan pembuatan gigi tiruan: penderita perlu ditanyai mengenai apakah ia lebih memntingkan pemenuhan factor estetik atau fungsional.Biasanya konstruksi disesuaikan degan kebutuhan penderita. 9. Keterangan lain: Penderita ditanya apakah mempunyai kebiasaan buruk, dsb. 2. Pemeriksaan Status Umum Riwayat penyakit umum ditanyakan kepada pasien dengan mengajukan pertayaanpertanyaan . Penderita sebainya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan seorang dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang minum. Hal ini perlu diketahui, karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, seperti diabetesmelitus, penyakit kadiovaskular, tuberculosis, lies, anemia, depresi memtal, kecanduan alcohol, dsb. A. Diabetes Mellitus Pada penderita diabetes mellitus,suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut,seperti jaringan mukosa yang meradang,cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadi abses periapikal.Infeksi monilial,berkurangnya saliva,bertambahnya pembentukan kalkulus

B.

C.

D.

E.

F.

G.

merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tak terkontrol.Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyehatkan kembali rongga multu. Dalam lingkungan mulut yang sehta kembali.pembuatana protesa dpat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut : Hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan Gunakan bahan cetak yang dpat mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan,serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan Lalu susunlah oklusi yang harmonis Bila dibutuhkan,rangsanglah pengaliran saliva dengan obat hisap yang bebas karbohidrat Tekankan pada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut Tentukan kunjungan ulang penderita setiap 6 bulan sekali untuk mempertahankan kesehatan mulut Penyakit Kardiovaskuler Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi.Hindari pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin,oelh karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah. Tuberkulosis dan Lues Terjadinya gangguan metabolism pada penderita dan dapat menyebabkan resopsi berlebihan pada tulang alveolar. Anemia Penderita anemia biasanya menunjukkan resopsi tulang alveolar yang cepat.Untuk kasus ini sebaiknya gunakan elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjolannya (cusp) Depresi Mental Penderita biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek mengeringkan mukosa mulut.Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan.Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi. Alkoholisme Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan,pecandu alcohol biasanya mengecewakan.Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol,tremor,mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah,gugup dan kurus. Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya,penderita alkoholik menuntut factor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat.Keyakinan dirinya serta kerjasama dengan penderita ini dapat dikembangkan,bila hal tadi dapat kita penuhi.Sebaliknya,bila hal ini gagal,bisa membawa akibat buruk. Perawatan gigi untuk alkoholik umunya dihindari hingga kebutuhan ini sudah sangat mendesak,supaya pembuatan protesa dapat berhasil dalam jangka waktu yang panjang. Hipertensi Obat-obatan antihipertensi mempunyai dampak pada sekresi saliva yang dihasilkan.Penderita dapat mengalami xerostomia sehingga mengurangi perlekatan geligi tiruan denagn rongga mulut pasien.

H. Asma Penyakit asma sendiri memiliki 2 tipe yang berbeda (bronkiale dan kardiale) yang memiliki obat yang berbeda pula.Obat untuk penderita asma dapat mempunyai pengaruh vasokonstriktor maupun vasodilasator tergantung pada jenis asma yang diderita,sehingga akan mempunya dampak pada anastesi yang akan diberikan . 3. Pemeriksaan Status local A. Luar Mulut (Ekstra Oral) 1. Bentuk muka :Leon Williams menyatakan adanya hubungan anatara bentuk muka dengan bentuk insisiv sental atas.Permukaan lagial gigi ini sesuai dengan bentuk muka dilihat dari depan,dalam arah terbalik.Cara pemeriksaan dilakukan dengan meminta penderita duduk tegak, kemudian dilihat dari arah belakang atas. Dikenal macammacam bentuk kepala, yaitu persegi (square), lonjong (oval), dan lancip (tapering). Kadang-kadang ditemukan pula kepala berbentuk omega dan lyra. Permukaan labial gigi biasanya sesuai dengan bentuk muka dilihat dari depan dalam arah terbalik. 2. Profil: bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) meruapak indikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Terdapat 3 macam profil: lurus, cembung dan cekung.Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat dari arah proksimal. 3. Mata: untuk menentukan garis interpupil, bidang Horizontal Frankfurt (FHP), garis Tragus-Canthus, garis tengah wajah penderita. 4. Hidung: Dari pernapasan penderita yang diperiksa sesaat sebelum pencetakan rahang dapat diketahui apakah ia bernafas melalui hidung atau mulut. 5. Telinga: telinga diperiksa simetri atau tidak. Peranan telingan dalam proses pembuatan geligi tiruan adalah: untuk menentukan garis Camper, untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus), untuk menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut, untuk menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP) 6. Bibir: digunakan sebagai pedoman untuk menentukan panjang atau tinggi galengan gigit rahang atas dan menentukan ukuran atau lebar gigi depan atas. 7. Kelenjar getah bening: Yang diperiksa adalah kelenjar getah bening disekitar rahang ayitu kelenjar-kelenjar Submandibularis/submaksilaris. Untuk mengetahui adanya peradangan dalam mulut.Dalam keadaan normal, kelejar-kelenjar tersebut hampir tidak teraba. Bila terjadi peradangan , kelenjar ini akan membengkak dan terasa sakit. Dapat dibedakan beberapa perabaan: Perabaan yang lunak dan sakit, menunjukkan adanya peradangan akut. - Perabaan yang keras dan tidak sakit, menujukkan adanya atau pernah terjadinya peradangan kronis atau adanya neoplasma. Bila perabaannya yang keras dan sakit, berarti terjadi peradangan kronis dengan eksaserbasi akut. 8. Sendi rahang: diperiksa untuk mengetahui adanya pegerakan sendi yang mulus(smooth), kasar(unsmooth), bunyi keletuk sendi(clicking) atau keretek sendi (crepitation) B. Dalam Mulut (Intra Oral)

1. Keadaan umum Kebersihan mulut: pemeriksaan meliputi adanya kalkulus, debris, plak, stain, dan halitosis.Kebersihan mulut yang buruk menyebabkan timbulnya pelbagai penyakit periodontal,karena itu perawatan periodontal hendaknya mendahului pemberian perawatan prostodontik. Mukosa mulut: adanya kelainan, iritasi atau keadaan patologik pada jaringan mukosa mulut hendaknya diperiksa dengan seksama. Frekuensi karies: tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi pemilihan desain geligi tiruan. 2. Status gigi Pada tahap ini diteliti adanya gigi karies, bertambal, mahkota, dan jembatan, migrasi, ekstrusi, goyang, dsb.1Miller mengklasifikasikan bergeraknya gigi sebagai berikut: Kelas I: tanda pergerakan pertama yang terlihat lebih besar dari pada pergerakan normal. Kelas II: suatu pergerakan mahkota klinis 1 mm ke arah mana saja. Kelas III: pergerakan lebih dari 1 mm ke arah mana saja. Gigi-gigi yang dapat berputar atau ditekan dianggap termasuk mobilitas Klas III. 3. Foto rontgen Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi. Melihat kelainan bentuk pada residual ridge, umpamanya bila terdapat suau tonjolan pada prosesus alveolaris Melihat adanya sisa akar gigi Meneliti keadaan vitalitas gigi Memeriksa adanya kelainan periapikal Teknik radiografi yang digunakan adalah:Periapikal radiografi dan Bitewing radiografi 4. Oklusi Pemeriksaan oklusi meliputi gigi-gigi 6/6,3/3,21/12 6/6,3/3,21/12 5. Artikulasi Diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan (blocking) Caranya dengan meminta pasien mengoklusikan gigi-giginya, kemudian rahangnya diartikulasikan ke kiri dan kanan, serta ke depan dan belakang. Jika ada gigi yang tidak berkontak, berarti ada gigi-gigi yang mengalami hambatan. 6. Eugnathi Yang dimaksud dengan eugnathi yaitu hal-hal mengenai rahang berkembang dengan baik dan dalam hubungan betul satu sama lain; dalam hal ini keadaan idela dari susunan gigi-gigi dan hubungan yang baik antara rahang atas dan rahang bawah. 7. Vestibulum Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilisasi geligi tiruan.Pemeriksaan dilakukan dengan kaca mulut no.3. dalam atau dangkalnya mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Disebut dalam bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, disebut sedang bila kaca mulut terbenam setengahnya, dan disebut dangkal apabila kaca yang terbenam kurang dari setengahnya.Pemeriksaan dilakukan pada region anterior dan posterior.

8. Frenulum Pemeriksaan fremnulum meliputi tinggi rendahnya perlekatan masingmasing.Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan: Tinggi: bia perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge. Sedang: bila perlekatannya kira-kira ditengah antara puncak ridge dan fornix. Rendah: bila perlekatannya dekat dengan fornix. 9. Kelainan gigi Kemungkinan adanya kelainan bentuk dan warna gigi seperti Hutchinson teeth, peg shape, mottled enamel, gigi berlebih, dan sebagainya. 10. Macam gigi Apakah gigi pasien sedah semuanya permanen atau masih ada gigi sulung. 11. Bentuk gigi Yang dilihat dalam hal ini adalah bentuk gigi incsisivus sentral atas yang masih ada: persegi, lonjong atau lancip. 12. Kedudukan prosesus alveolaris Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan bawah dilihat dalam jurusan sagital dan transversal.Dalam jurusan sagital bila sudut anatara garis inter lveolaris dengan bidang horizontal.Dalam jurusan transversal,klasifikasinya sama seperti ukuran jurusan sagital,tetapi pengukurannya dilakukan pada region Molar dan rahang pasien berada dalam keadaan posisi istirahat . 13. Bentuk palatum Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk quadratic, ovoid, dan tapering. Bentuk lengkung palatum seperti huruf U/quadraticadalah yang paling menguntugkan. Bentuk ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertical maupun horizontal, sebaliknya dari bentuk palatum seperti huruf v/ tapering yang retensinya paling buruk. 14. Torus Palatinus Tonjolan ini digolongkan menjadi torus yang besar dan yang kecil. Torus yang biasanya merupakan kelainan congenital ini permukaannya licin dan tidak begitu sakit bila terdapat tekanan.Torus terletak pada tempat-tempat tertentu dan biasanya simetris,seperti pada garis tengah palatum dan disebut torus palatines.Kelainan ini bisa juga dijumpai pada region lingual premolar bawah dan disebut torus mandibularis. 15. Tahanan jaringan Pemeriksaan ini meliputi tahanan jaringan pada bagian palatum dan prosesus alveolaris atas maupun bawah. Bila tahanan jaringan tinggi, berarti lapisan mukosa yang menutupi tulang tebal.Dalam kasus ini sebaiknya digunakan bahan cetak jenis Muko-kompresi.Sebaliknya pada pasien dengan tahanan jaringan rendah,digunakan bahan cetak Muko-statik.Pemeriksaan dilakukan dengan penekanan burnisher.Pada jaringan dengan resiliensi tinggi,penekanan tidak merubah warna jaringan;sebaliknya pada jaringan bertahan rendah jika dilakukan penekanan maka akan berubah warna menjadi pucat. 16. Selaput lendir mulut Pengamatan ditujukan pada selaput lendir diatas prosesus alveolaris. Selaput lender mulut atau mukosa ini memberi dukungan bagi geligi tiruan dan bertindak sebagai bantalan anatar geligi tiruan dan tulang.

17. Tuber Maksilaris mempunyai peranan pentng dalam memberikan retensi kepada suatu geligi tiruan. 18. Exostosis Tonjolan tulang yang tajam pada prosesus alveolaris dan menyebabkan rasa sakit pada pemakaian protesa. Pada tonjolan yang tajam dan besar, sehingga rilif tidak dapat mengatasinya maka perlu tindakan bedah. 19. Lidah Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya. Ukuran lidah bisa normal, mikro- atau makrodontia. Ada yang lidah pasif, ada pula yang luar biasa aktifnya. Lidah normal: cukup besarnya tetapi tidak berlebihan mengisis dasar mulut, dengan ujungnya berada sedikit dibawah tepi insisal gigi-gigi anterior bawah. Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga prosesus alveolar yang telah ditinggalkan geligi. Mikroglossia: lidah yang kecil juga tidak memberikan penutupan tepi yang memadai untuk protesa rahang bawah. 20. Retomylohyoid: daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan. Pemeriksaannya dilakuakan pada daerah lingual dibelakang gigi-gigi molar 2 dan 3 rahang bawah dengan kacamulut no.3. 21. Keterangan-keterangan lain: diperiksa kepekatan saliva dan kemugkinan adanya pigmentasi. 4. Penegakan Diagnosis Setelah semua data terkumpul melalui pemeriksaan klinis objektif, anamnesismaupun model diagnostic, maka diagnosis dapat ditegakkan. Rencana perawatan kemudian disusun berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara tuntas. Rencana perawatan harus dirinci selengkap dan sebaik mungkin, sehingga terlihat jelas tahapan-tahapan yang akan dilakukan.Tanpa rincian yang baik,tak mungkin tercapai efisiensi dan efektivitas perawatan yang diharapkan. 3.2 Mengetahui rencana perawatan pasien pada scenario Sebelum menentukan langkah perawatan prostodontik, hendaknya semua aspek ditinjau dan dipertimbangkan.Keberhasilan atau kegagalan perawatan dengan geligi tiruan sebagian lepasan langsung berkaitan dengan kecermatan preparasi mulut.Meskipun seluruh prosedur teknis telah diselesaikan oleh dokter gigi maupun tekniker, hasilnya tidaklah selalu memuaskan, bila hal ini tidak ditunjang degan persiapan atau preparasi mulut yag cermat sesuai rencana perawatan yang telah disusun. Preparasi Mulut Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut. Pertama dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontic, bahkan orthodontic perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima geligi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan ini

bertujuan untuk menciptakan lingkungan rongga mulut yang sehat. Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur gigi untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bombing, membuat sandaran oklusal, dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pad amodel diagnostic. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan perubahan-perubahan. 1. Tindakan Bedah Pra Prostetik Persiapan tindakan bedah,seperti pencabutan gigi,pembedahan gigi impaksi,tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin.Prosedur bedah ini harus dilakukan jauh sebelum pembuatan protesa dilakukan ,supaya penyembuhan optimalbisa tercapai.Pembentukan kembali jaringan bekas ekstraksi biasanya berlangsung cepat untuk periode 4-5 bulan pertama dan kemudian berlangsung lebih lambat.Setelah jangka waktu 10-12 bulan,residula ridge umumnya dianggap sudah stabil. 2. Perawatan Konservatif Dalam bidang ini,kiranya dokter gigi tidak hanya berpaku pada pembuatan inlay saja untuk memperbaiki gigi pendukung yang sudaha karies.Tumpatan amalgam pun dapat diterima sepanjang tumpatan ini dipersiapakan sesuai prinsip prinsip dasar yang berlaku.Perawatan konserfatif atau restorative tidak terbatas hanya kepada perawtan karies saja,tetapi juga harus : Memberikan kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal Mengurangi runag interproksimal Memberikan ruang oklusal yang cukup luas Membentuk daerah gerong untuk retensi,bila daerah ini memang tak ada Mendukung terpenuhinya factor estetik Member kontur gigi yang sesuai 3. Perawatan Orthodontik Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang makin lama makin sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga.Hal seperti ini menyebabkan gigi menjadi malposisi,sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan protesa. 4. Perawatan periodontik Motivsi para pengidap penyakit periodontal berat terhadap kesehatan mulutnya biasanya rendah dan calon pemakai geligi tiruan yang menyediakan.Bila tanda-tanda ini sudah terlihat pada tahap diagnose,maka sebaiknya perawatan prostodontik ditunda terlebih dahulu,hingga pasien sadar akan kebersihan mulutnya.Pembersihan karang gigi,perbaikan tepi restorasi yang berlebihan atau sudah rusak amat bermanfaat untuk mengontrol plak. 5. Pengubahan Kontur Gigi Bagian atau permukaan gigi yang akan diasah sebaiknya ditentukan dulu pada model diagnostic yang meliputi : Persiapan bidang bombing (guiding plane) Pengurangan hambatan (interference) pada bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi

Penempatan lengan cengkeram pada permukaan gigi dimana tidak dijumpai gerong yang diharapkan (undesirable undercut) Preparasi untuk sandaran oklusal cengkeran Perubahan bidang oklusal Setelah semua tindakan preparasi mulut selesai pasien siap untuk menjalani pencetakan kedua dan memulai pembuatan protesa.

3.3 Mengetahui tipe-tipe pasien 1. Menurut House (1967) 1. Class 1 : Filosofik Pasien percaya penuh kepada dokter,pada tipe ini pasien dapa bekrja sama dengan dokter (tipe yang baik) pasien dapat menerima keadaan mulutnya serta mengerti bahwa dokter gigi akan bekerja sebaik mungkin dan pasien datang keinginan sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan. 2. Class 2 : Exacting Pasien golongan ini pernah mendapatkan perawtan yang kurang berhasil sehingga pasien kurang percaya atau ragu dengan kemampuan dokter sehingga pasien ingin memperoleh geligi tiruan yang sempurna 3. Class 3 : Hysterical Pasien golongan ini beranggapan bahwa semua yang dilakukan adalah salah,mereka tidak pernah puas dengan pertolongan dokter gigi yang pernah dikunjunginya dan biasanya karena dokter gigi itu tidak mengikuti permintaanya 4. Class 4 : Indiferent Pasien dari golongan ini kurang mempedulikan kesehatan gigi dan mulut.datang tidak didasarkan atas keinginan sendiri namun dari motivasi keluarga atau orang lain,sehingga pasien tidak memerlukan gigi tiruan dan sebaiknya keluarga terdekat ikut menemani pasien . 2. Menurut Blum (1960) Blum mengajukan klasifikasi pasien prostodontik dengan bentuk lain, yaitu dengan cara psikologis. Ia menggolongkan pasien prostodontik ke dalam 2 kelompok besar, yaitu: 1. pasien yang berfikir sehat (reasonable) Mereka yang tergolong wajar, tahu akan keinginannya, dan memahami akan keterbatasan gigi tiruan, dan menghargai upaya dokter gigi untuk mencapai hasil yang optimal. 2. pasien yang tidak wajar (unreasonable) Kelompok II merupakan kelompok yang sulit, dan dikelompokkan lagi menjadi: a. tipe psikotik Yaitu orang yang selalu mengharapkan hal yang tak mungkin dicapai, dan bila gagal selalu menyalahkan doket giginya karena tidak dapat memenuhi keinginannya.

b. tipe paranoid orang yang merasa bahwa tak ada orang yang suka akan dirinya, dan selalu memusuhinya, ia pun yakin bahwa tidak aka nada seorang pun yang dapat membantunta mengatasi masalah yang dihadapinya. Perawatan dapat dipastikan akan gagal bila motivasi tidak diubah sebelum perawatan dimulai dan dibina terus setelah perawatan selesai. c. Tipe manik-depresif yaitu orang yang sikapnya tidak menentu. Sekali waktu ia menyatakan bahwa gigi tiruannya baik, dokter giginya pandai, tetapi di saat lain ia sangat kecewa dengan hasil perawatan yang diperolehnya. Bahkan kekecewaan nya umumnya lebih besar dan lebih hebat daripada rasa puas yang hanya sesaat. 3. Tipe Umum Manula : memerlukan penanganan secara khusus karena berkaitan dengan terjadinya berbagai perubahan pada diri mereka yang disebabkan oleh pertambahan usia.usia >65 tahun,terjadi berbagai degradasi fisiologis yang banyak berpengaruh terhadap kondisi fisik,sering pula ditemukan prubahan tempramen (emosi).Kemungkinan juga terdapat penyakit sistemik yang menyertai. Tipe pendiam (the quiet mind) :pada dasranya tidaklah sulut untuk melakukan pendekatan perawatan. Tipe neurotic atau kelompok yang lebih sukar : kelompok pasien yang membutuhkan lebih dari sekedar pembuatan gigi tiruan dimana perlu dilakukan pendekatan khusus. a. Midly neurotic : anxious (gelisah,sangat mudah terpengaruh),suspicious (curiga,sedikit sombong,berfikiran negatif),agresif (melawan,kurang sabar,suka mengancam),indifferent (labil,kurang punya pendirian,putus asa,banyak kecewa) b. Severly neurotic : memiliki kelainan jiwa yang lebih parah maka untuk perawatnya perlu dikirim/konsultasi ke dokter syaraf/psikiater,menunda pembuatan gigi tiruan . 3.4 Mengetahui desain gigi tiruan yang akan digunakan oleh pasien Pertimbangan Umum

Setelah gigi tanggal,tulang alveolar akan mengalami atrofi.Dari pengalaman di klinik terlihat bahwa besar dan cepatnya atrofi berbeda-beda anatar tiap individu dan antara bagian bagian yang berbeda di dalam satu mulut.Desain gigi tiruan,yang digunakan sebagai pengganti gigi yang tanggal serta prosesus yang telah mengalami resobsi,sangat ditentukan oleh posisi dan besarnya perubahan morfologik yang terjadi pada daerah jaringan pendukung gigi tiruan. Tujuan

Gigi tiruan yang baik harus dapat menggantikan jaringan yang hilang dalam bentuk dan ketebalan yang kira-kira sama dengan jaringan yang digantikannya.Beberapa pakar menekankan pentingnya hal ini (Hooper,1934;Fish,1948;Landa,1954;Swenson,1959;Pound,1960;Lee,1962;Ballard,1963;Mrtone ,1963). Tetapi harus diakui bahwa bila kita merawat pasien tidak bergigi tanpa adanya catatan pra-pencabutan,dokter gigi harus memperkirakan gigi yang bagaimana yang harus

dipilihnya,dimana gigi tersebut akan diletakkan,dan berapa tebal basis gigi tiruan yang diperlukan untuk mengganti jaringan alveolar yang telah hilang sehingga dapat memperbaiki kontur wajah.Keberhasilan suatu gigi tiruan erat kaitannya dengan ketepatan dokter gigi dalam memperkirakan hal ini,dan ini sangat tergantung pada ketrampilan,rasa seni,serta pengalaman dokter gigi.Memang telah banyak pengamatan yang cukup berarti serta aturan-aturan yang diciptakan untuk membantu dokter gigi dalam hal ini.Tetapi pada rahang yang tidak bergigi hanya sedikit tanda yang dapat dijadikan tolak ukur yang sangat berharga. Ruang Gigi Tiruan

Secara umum disepakati bahwa gigi tiruan harus mengisi ruang gigi tiruan,tetapi pengertian tentang ruang ini masih berbeda beda.Dalam Glossary of Prosthodontic Terms (1977),ruang gigi tiruan didefinisikan sebagai berikut : 1. Bagian dari rongga mulut yang telah atau akan ditempati oleh gigi tiruan atas atau bawah 2. Ruang di antara atau di sekitar prosesus alveolaris yang tersedia untuk pemasangan gigi tiruan Sesuai dengan keyakinan kami bahwa gigi tiruan lengkap yang baik harus menggantikan jaringan yang telah hilang,kami lebih senang mengartikan runag gigi tiruan sebagai suatu ruangan di dalam mulut,yang semula ditempati oleh gigi dan jaringan penyangga.Penagamatan kami diarahkan untuk memberikan definisi yang lebih tepat tentang ruang gigi tiruan .Kami melihat bahwa gigi tiruan yang mengisi ruang gigi tiruan memperoleh retensi yang cukup,dan dalam keadaan seimbang dengan otot-otot mulut.Ini adalah dua dari empat factor penting yang diperlukan agar gigi tiruan lengkap dapat berfungsi secara efisien.Keempat factor ini adalah : A. Jaringan pendukung yang memadai retensi yang memadai Merupaka jaringan yang berfungsi sebagai tempat gigi tiruan bertumpu.Terdiri dari jaringan yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan. B. Retensi yang memadai Merupakan ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pengelepasannya dari mulut C. Keseimbangan yang memadai dengan otot-otot Tekanan otot-otot lidah,bibir,dan pipi,yang bekerja pada gigi tiruan selama gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak,tidak menyebabkan terlepasnya gigi tiruan. D. Keseimbangan oklusi yang memadai Apabila tekanan yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu kepada gigi tiruan lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak,tidak menyebabkan terlepasnya gigi tiruan tersebut. Kestabilan dan Ketidakstabilan Istilah kestabilan dan ketidakstabilan menambah kerancuan dalam pemahaman gigi tiruan lengkap.Dalam Glossary of Prosthodontic Terms (1977) kestabilan didefinisikan sebagai berikut : Kestabilan :Sifat gigi tiruan untuk tetap bertahan di tempatnya melawan tekanan fungsional yang menggerakannya,tidak sebagai subjek yang mudah berubah posisinya bila ada tekanan jatuh padanya.

Kestabilan gigi tiruan : (1) Daya tahan gigi tiruan untuk bertahan ditempatnya melawan gerakan-gerakan.(2) Sifat gigi tiruan untuk tetap dalam keadaan seimbang terhadap jaringan pendukungnya dan/atau gigi penjangkarannya.

Uraian tersebut diatas memberikan gambaran yang sangat baik tentang tujuan pembuatan gigi tiruan lengakp,tetapi terlepas dari itu definisi tersebut tidak berguna.Kerancuan timbul bila ingin menjelaskan bahwa suatu gigi tiruan tidak atau kurang stabil .Ini hanya berarti bahwa gigi tiruannya longgar dan bahwa tujuan untuk menghasilkan gigi tiruan yang tepat tidak tercapai,tetapi tidak memberi petunjuk tentang penyebabnya. Di lain pihak,kestabilan gigi tiruan atas halnya dapat terlihat otot-otot labial dan bukal melakukan kontraksi yang kuat pada tepi gigi tiruan atau pada permukaannya yang dipoles,sehingga dengan demikian masalahnya menyangkut ketidakseimbangan terhadap otot-otot.Tetapi bila longgarnya gigi tiruan hanya terlihat selama makan,mungkin sekali disebabkan oleh benturan antar tonjol gigi dan ketidakseimbangan oklusi.Pada beberapa kasus,penyebab ketidakstabilan gigi tiruan terletak pada pasiennya,bukan pada gigi tiruannya,misalnya karena masalah-masalah psikologik.Kerancuan akibat penggunaan istilah tidak stabil menjadi jelas.

Anda mungkin juga menyukai