Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat adalah sumber dan dasar dari cabang-cabang filsafat yang lain termasuk didalamnya adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu dari berbagai kalangan filsuf dianggap sebagai suatu cabang filsafat yang sangat penting dan harus dipelajari secara mendalam. Filsafat tentunya sangat berbeda dengan ilmu karena untuk mengkaji dan mengetahui apakah sesuatu itu adalah ilmu, ternyata dasarnya adalah dengan jalan berfikir secara mendalam. Dalam perumusan ilmu ataupun pengetahuan disebut sebagai ilmu dan pengetahuan secara konkrit, tentunya ada rumusan masalah dan pembuktian yang dianggap mampu memberikan nilai-nilai yang mendekati suatu kesempurnaan berfikir sehingga pada akhirnya sesuatu itu dikatakan sebagai ilmu atau pengetahuan. Dalam kajian itu pula harus melalui suatu proses yang oleh para ahli disebut berfilsafat. Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh. Filsafat ilmu dan filsafat tidak dapat dipisahkan bahkan jika diibaratkan keduanya seperti mata uang logam atau dua sisi yang saling terkait. Untuk memahami secara umum kedua sisi tersebut maka perlu pemisahan dua hal itu yaitu filsafat ilmu disatu sisi sebagai disiplin ilmu dan disisi lain sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada umumnya dan filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan, yakni berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa Asyari (1997) menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan ataupun kebaikan. Sedangakan Ilmu dapat disimpulkan sebagai sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif, dapat diukur, terbuka dan komulatif. Filsafat dan agama baru dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia apabila direfleksikan dalam diri manusia. Menurut Prof. Nasroen, S.H (1967) mengatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama, apabila filsafat tidak beradasarkan agama, dan hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikiran saja, maka filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif. Karena yang memberikan pandangan dan putusan adalah akal pikiran.

Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan refleksif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Ketika manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbulah kesadaranya, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan bahwa yang dapat menolong dan menangkan hidupnya adalah Tuhan Sang Pencipta. Dalam gambaran tentang filsafat, ilmu, pengetahuna, dan agama diatas maka dalam penulisan makalah ini di berikan judul HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN, DAN AGAMA

B.

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana

hubungan filsafat terhadap pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan agama.

C.

Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan

filsafat terhadap pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan agama.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengertian Filsafat Filsafat secara umum adalah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat

segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran, secara khusus terdapat banyak perbedaan pendapat dapat dilihat dari berbagai segi yaitu menggunakan rationalisme atau mengagungkan akal, materialisme atau mengagungkan materi, idealisme atau mengagungkan ide, hedonisme mengagungkan kesenangan dan atau stocisme mengagungkan tabiat saleh. Secara etimologi filsafat berasal dari kata Yunani philia yang berarti love atau cinta dan sophia yang berarti wisdom atau kebijaksanaan. Jadi ditinjau pada arti etimologis istilah ini berarti cinta pada kebijaksanaan. Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir manusia dengan sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Secara khusus filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Beberapa pandangan para ahli tentang filsafat telah terdapat dalam berbagai macam literatur dan hampir semua disiplin ilmu, bahasan tentang filsafat adalah salah satu objek telah yang menarik untuk didiskusikan. Berikut beberapa pandangan tentang filsafat menurut para ahli:

A. Phytagoras (572497 SM) Ditasbihkan sebagai orang yang pertama kali menggunakan kata fhilosofia yang berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan kebijaksanaan itu sendiri. B. Descartes (15961650) Filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. C. Plato (428348 SM) Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. D. Aristoteles (384322 SM) Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

B.

Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).

C.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan

pengalaman yang disusun dalam satu sistem untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari. Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang telah disusun secara sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu pasti. eksak, terorganisir, dan riil.

D.

Pengertian Agama Secara etimologi agama berasal dari bahasa Sanskerta, gama yang berarti

tradisi. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

E.

Hubungan Filsafat dengan Pengetahuan Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Menurut Notoatmodjo (2007) domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat di definisikan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. Dengan kata lain, filsafat berkaitan erat dengan pengetahuan. Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar batas jangkauannya, maupun tentang Tuhan dan Pengetahuan dengan metodenya sendiri untuk mencari kebenaran tentang alam dan manusia.

F.

Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek kajian dari filsafat ilmu yang

merupakan cabang dari filsafat. Yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin ilmu. Gerard Beekman (1973) dalam bukunya filsafat, para filsuf, berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan. Filsafat tidak harus mengirim imformasi dari sisi ilmu pengetahuan, tapi harus memberikan ilmu pengetahuan. Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki pola relasi yang dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meskipun ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit dibumikan. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan

eksperimen. Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi. Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan? Menurut Saefuddin (1991), filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju. Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni kesimpulankesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya

10

dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer (1892), dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis. Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya. Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen

11

yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.

G.

Hubungan Filsafat dengan Agama Menurut Hocking (1912), agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran

yang dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusia dari kesulitan. Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk memperoleh kehidupan yang baik dan merenungkannya sebagai suatu tuntutan kosmis. Menusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama karena manurut keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal seperti halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan. Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaanya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan agama atau tauhid merupkan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dunia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik dimana landasan tauhid dan spritual keagamaan ini menyangkut dengan hakikat manusia sebagai

12

makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pendidikan dan pembelajaran yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidah dan spritual keagamaan yaitu menurut ajaran agama Islam. Pandangan filsafat menurut agama Islam tertuang semuanya pada Al-Quran yang dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman karena dia yakin bahwa semuanya, baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Filsafat merupakan pertolongan yang sangat penting pula pengaruhnya terhadap seluruh sikap dan pandangan orang, karena filsafat justru hendak memberikan dasar-dasar yang terdalam mengenai hakikat manusia dan dunia. Ada beberapa hal yang penting dalam agama yaitu : menyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada dilangit dan dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan, sifat buruk dan baik dan lain sebagainya, juga diselidiki oleh filsafat karena itu merupakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama didasarkan pada wahyu atau firman-firman Allah, sedangkan kebenaran dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka, agama telah menegaskan bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dalam agama terutama agama Islam adanya aturan-aturan yang ditetapkan Allah, dimana aturan Allah adalah wajib, sunat, haram, makruh dan mubah. Jadi agama dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling berkaitan, maksudnya adalah di dalam agama ada aturan-aturan yang harus dipatuhi sedangkan dalam pendidikan juga ada aturan yang harus dipatuhi dan semua atuaran baik agama maupun pendidikan dijalankan dan diterapkan oleh manusia. Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama diantaranya: setiap

13

orang diharapkan merenung dalam hikmah untuk menjadi proses pendidikan dan usahausaha pendidikan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan perinsip dan keyakinan.

14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan agama saling berkaitan satu sama lain. Filsafat merupakan ilmu yang menjadi dasar suatu konsep berpikir manusia untuk menemukan suatu kebenaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya. Pengetahuan merupakan suatu proses belajar dari tidak tahu tentang sesuatu yang sedang dipelajari dengan menggunakan panca indera. Sedangkan, ilmu pengetahuan merupakan hasil daya pikir manusia untuk mencari kebenaran ilmu tetapi tidak berdasarkan pencapaian tujuan. Lebih lanjut, agama didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antara manusia dan linkungannya.

B.

Saran Manusia perlu mempelajari kajian filsafat, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan

agama secara mendalam serta menerapkannya di dalam kehidupan sebagai pedoman dalam mengatasi segala persoalan hidup. Apabila persoalan tidak dapat diselesaikan dengan filsafat, maka ilmu pengetahuan akan membantu menyelesaikannya. Sedangkan apabila persoalan tersebut tidak dapat terselesaikan dengan filsafat dan ilmu pengetahuan, maka agama akan menyelesaikan persoalan tersebut karena kebenaran agama bersifat tetap dan tidak berubah yang dapat dijadikan pedoman hidup manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan alam sekitarnya.

15

DAFTAR PUSTAKA Asyari, Musa. 1997. Filsafat Islam Tentang Kebudayaan. Yogaykarta: LESFI-Institut Logam. Beekman, Gerard dan RA. Rifai. 1973. Filsafat Para Filsuf Berfilsafat. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hocking, William Ernest. 1912. The Meaning of God in Human Experience: A Philosophic Study Of Religion. London : Yale University Press Nasroen. 1967. Falsafah Dan Tjara Berfalsafah. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Definisi Pengetahuan serta Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan. http://duniabaca.com/definisi-pengetahuansertafaktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.htm Saefuddin, A.M. 1991. Filsafat Ilmu dan Metodologi Kelilmuan (dalam A.M. Saefuddin et,al., Desekulerisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi). Bandung: Penerbit Mizan Spencer, Herbert. 1892. The Principles of Ethics, 2nd volume (A system of synthetic philosophy). London: Williams and Northgate. Tim Penyusun Kamus Pusat. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. http://gueem.wordpress.com/hubungan-antara-ilmu-filsafat-dan-agama/ http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/22/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama/ http://ceritabersama-tati.blogspot.com/2012/12/persamaan-dan-perbedaan-antarafilsafat.html http://mickeystu.blogspot.com/2012/12/filsafat-ilmu-pengetahuan-dan-agama.html

Anda mungkin juga menyukai