Anda di halaman 1dari 18

JURNAL READING

Perbandingan Glasgow Coma Scale dan Revised Trauma Score dalam Memprediksi Disabilitas Pasien Trauma Kepala di Rumah Sakit Atma Jaya, Jakarta
PRESENTED BY KELOMPOK 8

ABSTRAK
Trauma kepala merupakan masalah yang sering ditemukan di masyarakat dengan tingkat disabilitas tinggi. Penilaian awal pasien trauma kepala dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah Glasgow Coma Scale (GCS) dan Revised Trauma Score (RTS). Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan GCS dan RTS dalam memprediksi disabilitas pasien trauma kepala. Penelitian prospektif observasional ini dilakukan di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta sejak bulan Desember 2008 hingga Mei 2009. Kriteria inklusi adalah pasien trauma kepala usia 18-60 tahun tanpa gangguan pernapasan maupun riwayat hipertensi. Penilaian GCS dan RTS dilakukan saat pasien masuk rumah sakit dan tingkat disabilitas dinilai menggunakan Disability Rating Scale (DRS) saat pasien dipulangkan. Didapatkan 30 pasien trauma kepala yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari analisis statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara GCS dan DRS (p=0,046). Komponen GCS yang menunjukkan hubungan bermakna dengan DRS adalah respons motorik (p=0,001) dan respons membuka mata (p=0,014). Penilaian RTS tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan DRS (p=0,207), hanya komponen GCS dari RTS tersebut yang menunjukkan hubungan bermakna (p=0,012). Penilaian GCS memprediksi tingkat disabilitas lebih baik dibandingkan RTS saat awal perawatan pada trauma kepala. Kata kunci: trauma kepala, Glasgow Coma Scale, Revised Trauma Score, Disability Rating Scale

pendahuluan
Trauma kepala merupakan masalah yang sering ditemukan di masyarakat dengan tingkat disabilitas tinggi. Penilaian awal pasien trauma kepala dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah Glasgow Coma Scale (GCS) dan Revised Trauma Score (RTS).
GCS

DRS
RTS

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan GCS dan RTS dalam memprediksi disabilitas pasien trauma kepala.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian prospektif observasional, dilakukan di bangsal Melati Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta sejak bulan Desember 2008 hingga Mei 2009. Kriteria inklusi adalah pasien trauma kepala usia 1860 tahun tanpa gangguan pernapasan maupun riwayat hipertensi. Penilaian GCS dan RTS dilakukan saat pasien masuk rumah sakit dan tingkat disabilitas dinilai menggunakan Disability Rating Scale (DRS) saat pasien dipulangkan. Didapatkan 30 pasien trauma kepala yang memenuhi kriteria inklusi.

Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS)


Kategori Respon membuka mata 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 = = = = = = = = = = = = = = = Instruksi spontan dengan perintah verbal dengan nyeri tidak ada respons menurut perintah dapat melokalisasi nyeri fleksi terhadap nyeri fleksi abnormal ekstensi tidak ada respons
orientasi baik dan berbicara disorientasi dan berbicara kata-kata yang tidak tepat, menangis suara yang tidak berarti tidak ada respons

Respon motorik

Respon verbal

Penilaian Revised Trauma Score


GCS
13 15 9 12

Frek. Nafas
10 29 > 29 69 15 0

TD Sistolik
> 89 76 89 50 75 1 49 0 4 3 2 1 0

Nilai

68
4-5 3

DRS terdiri atas delapan komponen yaitu: kemampuan membuka mata, berkomunikasi, makan, merawat diri, toileting,respon,motorik,kemampua untuk menjalankan fungsi, dan employability. DRS merupakan rentang nilai mulai dari 0 (tidak dijumpai disabilitas) hingga 29 (keadaan vegetatif berat).

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik
Glasgow Coma Scale
13 -15 9 12 8 Revised Trauma Score 12 11 10 21 4 5 70 13,3 16,7 26 1 3 86,7 3,3 10

30 25 20 15 10 5 0

86,7 %

25 20 13 15 15 10 5

70%

12

9 12
8 10% 3,3% 16,7 13,3 % %

11
10

0 GCS
RTS

HASIL PENELITIAN
Hasil dari analisis statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara GCS dan DRS (p=0,046). Komponen GCS yang menunjukkan hubungan bermakna dengan DRS adalah respons motorik (p=0,001) dan respons membuka mata (p=0,014). Penilaian RTS tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan DRS (p=0,207), hanya komponen GCS dari RTS tersebut yang menunjukkan hubungan bermakna (p=0,012). Penilaian GCS memprediksi tingkat disabilitas lebih baik dibandingkan RTS saat awal perawatan pada trauma kepala.

KESIMPULAN
Penilaian GCS saja dapat memprediksi tingkat disabilitas pasien trauma kepala lebih baik dibandingkan penilaian RTS Komponen penilaian GCS, respon motorik adalah komponen yang paling berperan dalam menentukan tingkat disabilitas pasien

Relevansi dengan penelitian Zafonte et al (Revised trauma score: an additive predictor of disability following traumatic brain injury) dan Gabbe et al (Is the revised trauma score still useful?) menyatakan bahwa, walaupun penting dalam triage emergensi, penilaian RTS hanya berguna untuk memprediksi mortalitas pasien, bukan tingkat disabilitas pasien.

ANALISA JURNAL
Judul penelitian tidak menyebutkan waktu penelitian (5W + 1H): Perbandingan Glasgow Coma Scale dan Revised Trauma Score dalam Memprediksi Disabilitas (DRS) Pasien Trauma Kepala di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta
Salah satu komponen variabel, penilaian Disability Rating Scale (DRS) tidak dijelaskan, sebelum menjelaskan korelasi dengan GCS dan RTS.

KETERBATASAN

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan. Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya antara lain; Penelitian dapat dilakukan dengan sampel lebih besar sehingga confidence limit dapat ditingkatkan;

Perlu diperhitungkan beberapa faktor lain seperti usia, lama trauma sebelum masuk rumah sakit, dan riwayat medis pasien (penyakit koagulopati, profil lipid, atherosklerosis, gangguan kardiovaskular) karena dapat mempengaruhi penilaian awal dan tingkat disabilitas pasien; Pemberian standar terapi yang sama pada tiap subjek penelitian untuk mengurangi bias penilaian tingkat disabilitas; dan penilaian dilakukan oleh orang yang sama untuk semua subjek penelitian.

IMPLIKASI KEPERAWATAN
Penilaian awal pasien trauma kepala sangat penting untuk mencegah atau pun menurunkan tingkat disabilitas/ ketidakmampuan berfungsi pasien pasca perawatan. Kompetensi ini tentunya juga menuntut profesi perawat sebagai bagian integrasi dari tenaga kesehatan yang menekankan penyelamatan jiwa dan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, sehingga sangat perlu dimiliki untuk tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan pelaksana kesehatan lain.

TERIMA KASIH
Kelompok 8 : Amtsal Awaluddin Muh. Nur Said Dian Jusnaeni Uyun Rasti Juanda Nurul Istiqamah Haerunnisah Zulfianah Rajab

Anda mungkin juga menyukai