Anda di halaman 1dari 4

Free Market Idea

Go West Timor for New Province

GAGASAN PEMEKARAN PROVINSI NTT :


Pembentukan Provinsi Timor Barat & Kepulauannya
WHY NOT ?
by.Ronny Abi *

Fokus harian Kompas tanggal 19 Desember 2008 yang mengelaborasi


pemikiran pemikiran dalam seminar : 50 Tahun Sunda Kecil Berlalu “ sangat
menggugah memory kolektif kita sebagai orang NTT, untuk merefleksikan “apa
sesungguhnya penyebab NTT dan NTB kembaran Bali yang kini semakin
terpuruk dalam kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan “ ?
Pada hal pada saat pemekaran 50 tahun lalu, ketiganya hampir sama dan
setara posisioningnya, baik dalam sumber daya alam, sumber daya manusia
maupun prasarana dasar infrastruktur. Namun dalam perjalanan kemudian Bali
berlari sangat kecang meninggalkan dua kembarannya dan justru menyatu erat
baik secara politik kawasan maupun politik dagang dengan pulau Jawa,
sehingga dalam segala hal selalu menjadi : Jawa - Bali. Dan tidaklah berlebihan
bila status inilah yang menjadikan Bali meninggalkan kembarannya NTB-NTT
dalam segala aspek pembangunan.
Terlepas dari hal tersebut, yang juga menjadi factor utama penyebab
ketertinggalan NTB-NTT dari Bali adalah “ salah urus “ baik melalui kebijakan
kebijakan pemerintah pusat Jakarta, maupun oleh kebijakan kebijakan dan
program program penerapan di daerah oleh penguasa penguasa local baik
pemerintahan maupun pemimpin pemimpin informal dalam masyarakat.
Beberapa contoh yang dikemukakan Kompas seperti korupsi yang
merajalela tetapi tidak ada satupun terdakwa yang digiring hingga kepengadilan,
foya foya para pejabat lokal diatas penderitaan masyarakat miskin, balita balita
kurang gisi, pengangguran dan angka putus sekolah yang tinggi, kualitas SDM
yang semakin terpuruk dan sebagainya, semakin menambah suramnya
pembangunan NTT umumnya dan Timor barat khususnya.
Pada awal reformasi, Kompas juga pernah menurunkan ulasan tentang
NTT, dimana hampir seluruh Kabupaten di NTT membangun tanpa rencana.
Awalnya kita dapat memahami, bahwa hal ini terjadi mungkin karena selama
regim Suharto, pemerintahan sangat sentralistik, sehingga inisiatif
daerahmatidan tidak berkembang. Namun setelah hampir sepuluh tahun
reformasi, bahkan diera otonomi sekarang kog hal ini masih terjadi hampir
diseluruh Kabupaten di NTT ?
Berarti kita boleh berkesimpulan bahwa memang tidak ada inisiatif, kreasi
dan inovasi para pemimpin di NTT, untuk keluar dari problem kebodohan,
kemiskinan dan keterbelakangan NTT. Sebaliknya justru kita menduga bahwa
hal ini sengaja dibiarkan dan dipelihara oleh para penguasa lokal dengan motif
tertentu. Boleh jadi agar tetap diberi belas kasihan oleh pemerintah pusat dan
berbagai lembaga donor internasional, sehingga pada giliran berikutnya
anggaran dana dan proyek gampang dikorupsi. Lantas apa yang sebaiknya
dilakukan oleh rakyat NTT umumnya dan Timor Barat khususnya
Upaya yang dilakukan oleh Gubernur terpilih Frans Lebu Raya mulai
menggalang aliansi regional/kawasan dengan rekan rekan eks provinsi Sunda
Kecil, Bali dan NTB, patut diapresiasi dan didiukung. Tetapi hal ini tidak akan
cukup untuk mendongkrak dan mengejar ketertinggalan NTT apalagi untuk
mensejajarkan NTT dengan Bali dengan fokus pilihan pariwisata.
Dari sisi kultur saja sudah sulit. Masyarakat Bali adalah open societies
yang sangat didukung kultur persahabatan, sedangkan NTT, masyarakatnya
cenderung tertutup, fighting spirit rendah, arogan, miskin inisiatif dan inovasi dan
sebagainya. Contoh kecil melayani tamu tanpa senyum, belum lagi minimnya
prasarana untuk mendukung sektor pariwisata sebagai pilihan utama
menggenjot ketertinggalan NTT.
Diperlukan pemikiran dan tindakan yang “progresif revolusioner” dari para
pemimpin NTT untuk membenahi ketertinggalan NTT secara mendasar dan
massif. Bila perlu dengan meniru apa yang pernah dilakukan Sukarno pada awal
kemerdekaan yaitu : Jebol dan Bangun. Sudah saatnya kultur, character dan
perilaku perilaku negative masyarakat dan pemimpin NTT harus dijebol seperti
budaya belis, minuman keras, pemimpin yang korup, preman politik dan lain
sejenisnya harus segera dibasmi sampai ke akar akarnya. Harus dinyatakan
“terlarang di NTT” Diganti dengan hal hal posetif yang harus didahului oleh
contoh contoh dari perilaku para pemimpin yang bersifat top down.Pemimpin
memberi contoh pasti diikuti rakyat. Pimpinan di Provinsi/Kab tidak melakukan
korupsi pasti diikuti dengan para camat kepala desa hingga RT/RW.
Dengan kondisi provinsi NTT yang merupakan provinsi Kepulauan
terbesar di Indonesia, dan letak geografis yang terisolasi dari sentra sentra politik
dan ekonomi nasional maupun internasional, maka strategi yang harus dilakukan
untuk mempercepat pembangunan kawasan NTT adalah dengan pemekaran
Provinsi NTT menjadi 3 provinsi yaitu : Provinsi Flores & Kepulauannya,
Provinsi Sumba dan Provinsi Timor Barat & Kepulauannya.
Pemekaran tersebut akan mendorong terjadinya pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana dasar yang sangat focus di masing masing
daerah pemekaran, dana dan bantuan pemerintah pusat dan donatus
internasional juga akan sangat focus serta birokrasi menjadi sederhana, efisien
dan tidak panjang, sehingga akan meminimalisir penyelewengan dan korupsi.
Dari data dan fakta yang ada secara administrative sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang ada, NTT sangat dimungkinkan untuk
dimekarkan menjadi 3 provinsi sebagaimana disebutkan diatas. Flores dari sisi
jumlah kabupaten, penduduk, dan potensi sudah saatnya untuk menjadi satu
provinsi tersendiri. Sehingga tidak ada alasan untuk pemerintah dan DPRD
provinsi NTT untuk menolak pembentukan provinsi Flores, karena sangat
terkesan bahwa penolakan tersebut hanya semata mata alas an politis dan
hanya untuk mempertahankan psosisi politis status quo.
Begitu pula dengan Timor Barat yang bila ditinjau dari berbagai aspek
sudah sangat layak untuk menjadi satu provinsi terlepas dari NTT. (Baca:
Data,Fakta & Potensi Timor barat layak jadi provinsi) Dari sisi wilayah jumlah
kabupaten/kota, jumlah penduduk, infrastruktur, sarana prasarana, potensi
ekonomi, Timor Barat sudah saatnya menjadi satu provinsi tersendiri dari NTT.
Sama halnya juga dengan Sumba sudah sangat memenuhi syarat untuk menjadi
satu provinsi tersendiri.
Apa yang terjadi bila NTT dimekarkan menjadi 3 provinsi ? Yang terjadi
adalah Flores mulai dari Selat Sape hingga Lembata akan terbangun dengan
baik infrastruktur dasar jalan darat, pelabuhan laut dan Bandar udara, jaringan
listrik, bendungan/dam air baku yang memadai untuk pemenuhan masyarakat
Flores baik untuk proses produksi maupun untuk distribusi barang dan jasa, baik
antar daerah di flores, maupun dengan daerah daerah di luar flores seperti
NTB,Bali, Jawa, Makasar dan sulawesi dan sebaginya. Orang Flores tidak perlu
harus melalui Kupang dulu untuk menjual produknya, tetapi langsung ke
Mataram, Bali, Jawa, Makasar dan sebagainya. Jadi sangat tidak beralasan
apabila Pemda dan DPRD Provinsi NTT menolak pemekara Flores menjadi satu
provinsi. Timor Barat dan sumba pun akan demikian bila dijadikan satu provinsi
tersendiri.
Bila NTT dimekarkan menjadi 3 provinsi maka yang akan terjadi adalah
bantuan dan proyek dari pemerintah pusat akan sangat terfokus pada provinsi
pemekaran tersebut. Dan bantuan tersebut tidak akan terlalu panjang
birokrasinya sehingga pasti akan meminimalisir potensi penyelewengan dan
korupsi dan menjadi sangat effisien. Sebagai ilustrasi sederhana, bila selama ini
bantuan seratus juta ke NTT harus dibagi untuk 20 Kabupaten dan kota, maka
bila dimekarkan menjadi 3 provinsi pasti bantuannya menjadi 300 juta dengan
masing masing provinsi mendapat seratus juta. dan pembagiannya kepada 20
kabupaten akan menjadi lebih besar.
Bila NTT dimekarkan menjadi 3 provinsi maka yang akan terjadi adalah
pengembangan berbagai potensi potensi ekonomi yang dimiliki oleh NTT seperti
sector kelautan, sector pertanian, sector peternakan, sector industri dan
perdagangan, sector pertambangan dan pariwisata akan semakin meningkat,
karena perhatian pemerintah masing masing provinsi akan semakin focus, dan
penuh inisiatif, kreasi dan inovasi untuk memberi nilai tambah pada masing
masing sector guna memenuhi dunia pasar dan persaingan.
Dari sekilas gambaran ini, maka secara umum apabila NTT dimekarkan
menjadi 2 atau 3 provinsi yang akan terjadi adalah percepatan pembangunan
segala sector di seluruh wilayah NTT beserta daerah pemekarannya khususnya
dalan bidang penyediaan infrastruktur dan sarana prasarana dasar, peningkatan
ekonomi daerah karena pengembangan potensi potensi yang dimiliki akan
semakin meluas dan massif, serta efisiensi, penghematan dan preventifisasi
potensi potensi penyelewengan dan korupsi akan semakin membaik.
Dan pada giliran berikutnya, NTT sudah dapat berdiri tegak dan berisap
untuk mengejar ketertinggalannya dari wilayah lain di Indonesia. Karena
kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan NTT bukanlah sebuah kutukan
Tuhan yang tidak dapat diubah, tetapi lebih disebabkan oleh salah urus para
pemimpin selama ini di NTT. Tanah Timor, Flores, Sumba dan kepulauannya
adalah Tanah Perjanjian oleh Sang Pencipta kepada umatnya dan bukan hanya
kepada para pemimpinnya. Karena itu hanyalah umatnya yang dapat merubah
nasibnya bukan hanya menggantungkan pada para pemimpinnya.
Untuk itu, himbauan kepada seluruh masyarakat di NTT sudah saatnya
kita bersatu untuk mengubah nasib dan penderitaan kita. Karena apabila
kekkuatan rakyat bersatu siapapun tidak akan mampu menghadangnya. Saatnya
kini rakyat menentukan melalui suaranya karena suara rakyat adalah suara
Tuhan.
Rakyat di Flores harus meminta setiap caleg DPR/DPRD I/DPRD II yang
sekarang berkampanye untuk membuat pernyataan tertulis bahwa apabila ia
terpilih, maka akan memperjuangkan pembentukan Provinsi Flores sebagai
program pertamanya. Rakyat Timor Barat, Alor & Rote, juga harus meminta para
caleg yang sementara berkampanye untuk membuat pernyataan tertulis bila ia
terpilih akan memperjuangkan pembentukan provinsi Timor Barat. Begitu pula
yang harus dilakukan oleh masyarakat di Sumba. Karena pemilu 2009 adalah
moment yang sangat tepat untuk suara rakyat NTT menyuarakan aspirasinya
untuk meribah nasib dan penderitaannya. Bila ini tidak terjadi, maka selanjutnya,
bersiap siaplah untuk dibodohi, agar kemiskinan dan keterbelakangan tetap
diabadikan oleh para pemimpin dan politisi di NTT.* Penulis adalah kuli
perusahaan asing di Jakarta & Sumatera. yang hobi mengamati NTT. Copyright@
ronny abi/morris centre/01-2009

Anda mungkin juga menyukai