DI BAWAH LI NDUNGAN KA BAH SINOPSIS Hamidpemuda saleh, cerdas, berbudi pekerti tinggi, tapi miskin tinggal di tengah keluarga Haji Jafar yang saleh, dermawan, dan tidak pernah memandang orang lain berdasarkan kedudukan dan kekayaan. Hamid sangat menghormati keluarga itu dan menganggap Haji Jafar sebagai ayahnya sendiri. Sebaliknya, Haji Jafar menganggap Hamid yang yatim seperti anaknya sendiri. Dia membiayai pendidikan Hamid di sebuah sekolah bergengsi. Sebagai balasannya, ibu Hamid, Mak Hamid, mengabdi pada keluarga Haji Jafar. Hubungan Hamid dengan istri Haji Jafar, Mak Asiah, dan anak semata wayang mereka, Zainab, sama baiknya. Bahkan, Zainab menganggap Hamid sebagai kakaknya sendiri. Semua serba harmonis. Hingga suatu ketika kedekatan Hamid dan Zainab menumbuhkan benih cinta. Hamid dan Zainab tak dapat menolak. Namun, cinta suci itu menjadi semacam cinta terlarang lantaran Hamid dan Zainab tidak sederajat. Hamid merasa tidak ada yang salah dengan perasaannya. Dia tetap berusaha dekat dengan Zainab. Hamid harus membayar mahal langkahnya. Dia difitnah kerabat Haji Jafar yang ingin menjodohkan kemenakannya dengan Zainab. Hamid diusir dari kampung. Selama di pembuangan, Hamid bekerja keras hingga diangkat sebagai juru catat sebuah perusahaan. Di luar itu, kisah hidupnya kian pahit. Haji Jafar dan Mak Hamid yang dicintainya meninggal dunia. Selanjutnya, dia malah dimintai tolong Mak Asiah untuk membujuk Zainab agar mau menikah dengan laki-laki yang telah dijodohkan dengannya. Dengan berat hati, Hamid melakukannya. Setelah itu, dia pergi dengan hati yang patah. Dia berkelana hingga sampai di Tanah Suci Mekkah. Di bawah Kabah dia berdoa, kemudian pergi untuk selama-lamanya. Zainab pun patah hati ditinggal Hamid. Kesehatannya memburuk hingga akhirnya meninggal dunia dengan tetap memegang janji: hanya akan menikah dengan orang yang dicintai dan mencintai, yakni Hamid. RINCIAN Negara: Indonesia Bahasa: Indonesia Tanggal Edar: Selasa, 25 August 2011 Dikenal Juga Sebagai: Under the Protection of Kabah Produksi: MD Pictures Warna: Warna Genre: Drama Durasi: 121 menit PG (Parental Guide)/Rating: Semua Umur (SU) Trivia: Wakil resmi dari Indonesia untuk Film berbahasa asing terbaik ke-84 tahun 2012.
KREDIT (PEMERAN DAN KRU) PEMERAN Herjunot Ali ... Hamid Laudya Cynthia Bella ... Zainab Niken Anjani ... Rosna Tarra Budiman ... Saleh Jenny Rachman ... Ibu Hamid Widyawati ... Nyonya Ja'far Didi Petet ... Haji Ja'far Leroy Osmani ... Rustam Ajun Perwira ... Arifin Akhmad Setyadi KRU DEPARTEMEN PRODUKSI Hanny R Saputra ... Sutradara Manoj Punjabi ... Produser Dhamoo Punjabi ... Produser Armantono ... Penata skrip Titien Wattimena ... Penata skrip Hamka ... Cerita Sanjay Mulani ... Casting Director Ronny Irawan ... Casting Director Muslich Widjaya ... Line Producer Hendrayadi ... Line Producer Karan Mahtani ... Co-Producer Anirudya Mitra ... Co-Producer Shania Punjabi ... Produser Eksekutif DEPARTEMEN KAMERA Ipung Rachmat Syaiful ... Penata Kamera DEPARTEMEN ARTISTIK Samuel Wattimena ... Perancang Busana Didin Syamsudin ... Penata Rias Allan Sebastian ... Penata Artistik Dana Riza ... Efek Khusus DEPARTEMEN SUARA DAN MUSIK Satrio Budiono ... Penata Suara Yusuf Andi Patawari ... Perekam Suara Tya Subiakto Satrio ... Penata Musik DEPARTEMEN PENYUNTINGAN Yoga Krispratama ... Penata Gambar
REVIEW(ULASAN) MAKIN TINGGI HARAPAN, MAKIN SAKIT JATUHNYA Dengan embel-embel Based on Indonesias Best Remembered Novel by Alm. Buya Hamka, film berbudget fantastis, drama religi tentang cinta, di bawah lindungan KABAH, ekpektasi saya pun meningkat untuk menonton film ini. Ditambah lagi dengan rating di IMDB 6,8/10, yang menambah ekspektasi saya, apakah film ini akan bagus atau tidak jika saya tonton, untuk menyelesaikan tugas kesenian saya sekaligus mengobati kerinduan saya dalam menemukan film indonesia yang bagus dari segi moral, pendidikan, cerita maupun akting para aktor dan aktrisnya. Tapi, sebagaimana pintarnya marketing di Indonesia, seperti itulah saya kembali terjebak dalam suatu film dari Indonesia... SAMPAI KAPANPUN, EMAS TAKKAN SETARA DENGAN LOYANG, DAN SUTERA TAK SEBANGSA DENGAN BENANG Dimulai dengan menampilkan tokoh utama, Hamid (Herjunot Ali) seorang pemuda tampan, cerdas, saleh, berbudi pekerti tinggi namun terlahir dengan keadaan ekonomi yang kurang mampu. Untungnya, kehidupan Hamid dan ibunya (Jenny Rachman) selama ini cukup terbantu dengan keberadaan Haji Jafar (Didi Petet), seorang pria dermawan yang saleh serta cukup terpandang di sebuah kampung di Padang, Sumatera Barat yang masyarakatnya memegang teguh adat istiadat dan taat dalam menjalankan ajaran dan aturan agama. Haji Jafar bahkan membiayai pendidikan Hamid di sebuah sekolah agama bergengsi hingga Hamid akhirnya mampu menyelesaikan pendidikannya. Seusainya Hamid menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengahnya, ia berencana melanjutkan ke Thawalib. Disinilah mulai tumbuh benih-benih percintaan antara Hamid dan Zainab (Laudya Cynthia Bella) tapi sayang, tipikal plot drama, cinta segitiga, maka muncullah kemenakan engku rustam, Arifin (Ajun Perwira) yang mulai diperkenalkan kepada Zainab mulai tahun 1919. Dilema pun mulai mewarnai kehidupan Hamid dan Zainab. Perbedaan status sosial yang begitu jauh antara keduanya membuat hubungan antara mereka sepertinya tidak mungkin bersatu, walaupun keduanya sama-sama menyukai satu sama lain. Tidak hanya berhenti disitu, berbagai cobaan mulai mendera hubungan keduanya: mulai dari Hamid yang diusir dari kampungnya setelah dituduh telah menyentuh Zainab secara tidak sopan hingga perjodohan Zainab dengan seorang pemuda anak saudagar kaya yang semakin memojokkan posisi Hamid. Hamid yang terusir dari kampung akhirnya meneruskan perjalanannya demi mewujudkan impiannya agar dapat menunaikan ibadah haji di Mekkah. Di saat yang sama, Zainab tetap menunggu kembalinya Hamid agar mereka dapat kembali menjalin hubungan kasih suci mereka yang telah terputus. Di beberapa sisi, ada beberapa hal yang patut di apresiasi bagi tim MD Entertainment dalam memperoduksi film ini, yaitu di bagian dekorasi/latar, yang membuat saya terpukau dengan tata letak dan kemiripannya dengan masa lalu dari Padang itu sendiri. Tapi jika mendengar kabar tentang biaya pemroduksian film ini yang mencapai 25 miliar rupiah, ehm, mungkin saja itu terjadi, mengingat banyaknya setting yang tercipta dalam film ini seperti kereta api, stasiun, rel dan sebagainya. Kemudian isi pidato Hamid ketika ia berdebat di surau. Menjunjung Islam dan Wanita, walau sepengetahuan saya Wanita dan Minang itu lebih tinggi daripada Islam, hehe (Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah).
JANGAN MENGUKURNYA DARI APA YANG TAMPAK MAK. APA YANG TAMPAK BERASAL DARI APA YANG TAK TAMPAK. DAN APA YANG TAK TAMPAK PADA DIRIKU PUN SEKARANG BERASAL DARI YANG TAK TAMPAK, YAITU ALLAH. Seperti ayat Al-Quran yang dibaca oleh Zainab di klimaks film ini, Q.S. Al-Hujuraat : 13 (49:13). Begitu juga dengan film ini, ada yang baik, maka ada pula yang buruknya. Tapi sayangnya, sepanjang film ini berlangsung dengan durasi yang sangat panjang untuk sebuah novel dengan tebal hanya 52 halaman saja. Kemudian, walaupun berembel-embel Kabah yang akan menimbulkan ekspektasi bahwa film ini bertemakan Islami, tapi sayang pakaiannya tidak Islami, tidak menutupi semuanya terutama rambut, walau baju tertutup tetapi jilbabnya mirip dengan penggunaan artis-artis dan kebanyakan remaja Indonesia pada saat ini, jilbab = kain pelapis rambut. Selain itu, dengan budget senilai 25 miliar rupiah (yang mungkin berasal dari sponsor seperti Baygon, Chocolatos dan Kacang Garuda) ketiga produk tersebut sangat menggangu menurut logika saya dalam menikmati film ini. Ketidak logisan munculnya ketiga produk tersebut pada tahun 1920-an tersebut membuat rasa kenyamanan saya semakin berkurang selama menonton film ini. Masih berhubungan dengan budget tadi, mungkin uang senilai 25 miliar rupiah masih kurang bagi MD Ent. untuk menyewa dialect coach untuk memaksimalkan pengucapan dan dialek logat minang di film ini. Kemudian dari sisi jalan cerita, pertama ketika Zainab mengejar waktu demi melihat penampilan Hamid di surau, ia bersepda dengan sangat kencang, mungkin karena terlalu kencang hingga akhirnya jalan yang buntu dilalui juga. Lalu, Hamid pun menyelamatkannya dengan menjadi satu- satunya orang yang melompat dan kemudian seperti telah tahu dimana Zainab berada, ia pun berenang hingga suatu titik kemudian baru menyelam dan langsung menyelamatkan Zainab dari dalam sungai. Kemudian yang sedikit membingungkan saya ialah ketika para tetua kampung mengadili Hamid yang awalnya saya setuju karena menggunakan prinsip musyawarah-mufakat tetapi diakhir malah membingungkan karena menggunakan pendapat pribadi oleh seorang tetua saja sedangkan tetuanya ada enam orang. Bahkan diantara mereka ada yang sepertinya tidak setuju dengan keputusan tersebut. Dan terakhir yang semakin tidak membuat saya nyaman ialah bagaimana film ini lebih menekankan cinta kepada orang yang dicintai dalam hal ini Zainab ketimbang kepada ibunya, bahkan kepada Allah swt walau di akhir cerita Hamid kembali mencintai Allah swt pada saat ajalnya, ini terlihat secara tersirat dan tersurat dalam film ini seperti ketika Hamid meninggalkan ibunya saja di belakang hanya untuk berdekatan dengan Haji Jafar dan Nyonya Jafar. Dan bahkan ketika di Kabah, Hamid masih tetap memikirkan tentang cinta, bukan kepada ibunya, tapi Zainab. Ketika ajalnya akan dijemput, barulah ia kembali mencintai Allah swt.
POSTER DAN COVER (SAMPUL)
POSTER 1 DI BAWAH LINDUNGAN KABAH COVER VCD DI BAWAH LINDUNGAN KABAH POSTER 2 DI BAWAH LINDUNGAN KABAH
UNSUR-UNSUR MENARIK KEPENDIDIKAN Terdapatnya adat istiadat dan perpaduan Islam-Minang seperti Mambangkik Batang Tarandam seperti adegan yang diperankan oleh Hamid, setelah ia menuntut ilmu di Thawalib ia mengajar anak-anak mengaji di surau Adanya semangat menuntut ilmu yang diperlihatkan Hamid dalam mengutarakan rencananya ke Haji Jafar dan Nyonya Jafar Adanya apresiasi orang-orang yang berilmu seperti adegan yang diperankan Nyonya Jafar ketika ia mengatakan ...Hebat ketika menunjukkan bahwa Arifin telah bisa menulis untuk suatu koran.
ISLAMI Semangat orang-orang Minang zaman dahulu, yang sepertinya mencontoh dari perilaku Nabi dan sahabatnya, berangkat haji. Demi menunaikan rukun haji yang kelima ini, mereka rela menabung bertahun-tahun, meninggalkan harta, bahkan tidak kembali-mati-sakit-dsb, asalkan mereka bisa naik haji ke Baitullah. Sangat kontras dengan apa yang terjadi di masyarakat saat ini. Aurat muslim dan perilaku yang masih sangat terjaga dalam film ini walau ada yang tak tertutup pada rambut seperti yang saya sebutkan di atas tadi, tapi walau begitu, saya jauh lebih nyaman menikmati film ini dengan aurat yang tertutup dibandingkan dengan film Indonesia masa kini yang terbuka dimana-mana seperti berjualan buah-buahan. Telah diterapkannya penyelesaian masalah dengan cara musyawarah dan mufakat. Tampak ketika tetua menyelesaikan masalah Hamid di surau. Masih terbiasanya shalat berjamaah disekitar surau tersebut. Kontras dengan masa kini, para remaja dan orang-orang muda telah mulai malas menunaikan shalat berjamaah ke masjid bahkan saya sendiri.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. RATING
SUMBER DATA http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-d021-11-738669_di-bawah-lindungan- kabah/credit#.UQ_GM7LN-18 http://amiratthemovies.wordpress.com/2011/08/29/review-di-bawah-lindungan-kabah- 2011/ http://cinetariz.blogspot.com/2011/08/review-di-bawah-lindungan-kabah.html http://id.wikipedia.org/wiki/Di_Bawah_Lindungan_Ka'bah_(novel) www.youtube.com/watch?v=vkYu0VVs_To