Anda di halaman 1dari 14

MODUL 11 Analisis Teknikal dan Strategi Investasi

Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tsb (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi harga saham. Pemikiran yang mendasari analisis tsb : 1. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan 2. Informasi ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu. ( ! ) 3. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tsb akan berulang. ( ! ) Pada prinsipnya analisis teknikal merupakan metode analisis instrumen investasi yang menggunakan data-data historis mengenai perubahan harga saham maupun instrumen lainnya, volume dan beberapa indikator pasar yang lain untuk melahirkan rekomendasi keputusan investasi. Analisis ini bisa diterapkan pada bursa saham, pasar valuta asing, bursa komoditas atau pasar apapun yang pergerakan harga dagangannya dipegaruhi oleh permintaan dan penawaran. Perbedaan analisis fundamental dan teknikal Jika analisis fundamental lebih banyak menggunakan indikator-indikator perusahaan untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan, sebaliknya analisis teknikal saham maupun instrumen lainnya lebih banyak menggunakan data-data pasar. Berhubung datadata pasar lazim tersaji dalam bentuk grafik (charts), maka para analis teknikal lebih sering menggeluti grafik-grafik semacam itu daripada laporan keuangan emiten. Itu sebabnya para penganut aliran ini sering mendapat julukan sebagai chartist. Dengan menggunakan data-data mengenai harga, pasokan serta permintaan di masa lalu, analisis teknikal saham bertujuan memprediksi bagaimana permintaan dan pasokan dimasa mendatang, serta menganalisa harga saham yang mungkin akan terbentuk karenanya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan suatu tren atau pola yang berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan kentungan. Para analis teknikal juga percaya bahwa proses perubahan harga saham yang disebabkan oleh adanya suatu informasi yang baru di pasar akan cenderung mengikuti suatu tren tertentu. Dengan menyimpulkan hal-hal tersebut, analisis teknikal dipakai untuk mendasari keputusan

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

kapan harus mengambil untung (profit taking), mengurangi kerugian (cut loss), mulai melakukan akumulasi saham atau mulai menahan posisi (wait & see). Analisis fundamental dan analisis teknikal, mana yang lebih baik? Tingkat kesalahan analisis teknikal relatif lebih tinggi daripada analisis fundamental. Tapi, jika kita disiplin dan menggunakan tool yang tepat, analisis teknikal saham bisa sama-sama kuat dengan analisa fundamental saham. Pada prinsipnya adalah buy low sell high, beli murah jual mahal. Analisa harga saham dan volume perdagangan adalah sarana utama dari analisis teknikal saham dan grafik adalah sarana untuk menampilkan data tersebut. Data volume perdagangan akan digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi pasar dan akan membantu untuk memperkirakan tren harga selanjutnya. Perubahan harga saham baik kenaikan atau penurunan biasanya akan berkorelasi dengan kenaikan atau penurunan volume perdagangan. Penurunan harga dari satu pola tertentu yang diikuti oleh volume penjualan yang sangat tinggi, umumnya akan diterjemahkan bahwa pasar (saham) akan mengalami bearish (harganya menurun). Analisis teknikal saham lebih banyak menggunakan data-data pasar. Oleh karena itu, para analis teknikal lebih suka memperhatikan pergerakan harga saham di bursa dibanding mengamati laporan keuangan atau membaca berita-berita koran yang berkaitan dengan emiten yang sedang diamati. Tugas mereka memang mengamati perubahan harga saham tersebut untuk mempelajari pola berpikir atau perilaku pihak-pihak lain yang terlibat di bursa. Dari analisa harga saham tersebutlah mereka lalu memprediksikan arah pergerakan harga saham tersebut melalui data-data yang tersaji dalam bentuk grafilk (charts). Mengidentifikasikan suatu tren atau pola pergerakan harga saham yang berulang adalah tujuan utama dari pada analis teknikal, tentunya dengan harapan agar dapat menemukan sinyal untuk beli (buy), tahan (tahan) atau jual (sell). Dalam melakukan analisis teknikal saham hanya ada beberapa data utama yang diperlukan, yaitu perubahan harga saham (atau instrumen lainnya) dan nilai transakasi. Para analis teknikal (chartist) memilah harga menjadi empat jenis : harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah dan harga penutupan. Kita semua memahami, bahwa harga saham dapat naik dan turun secara cepat atau pun secara berangsur-angsur sehingga pada grafik akan terlihat membentuk beberapa puncak, lembah atau bisa juga mendatar (harga bergerak dalam kisaran sempit). Dalam upaya menganalisa harga saham dan mengidentifikasikan suatu tren perubahan harga saham, para chartist berpedoman pada dua asumsi penting. Pertama, harga bergerak pada tren

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

tertentu dan kedua, tren ini akan terus berlangsung hingga terdapat suatu kejadian yang membuat tren akan berubah.

A. Kerangka Analisis Teknikal Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham saham individual maupun untuk kondisi

pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan grafik (charts) maupun berbagai indikator teknis. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk analisis. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar) dengan menggunakan indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis.

Analisis Teknikal mencoba untuk mengidentifikasi kapan gerakan Kondisi pasar Suatu saham dengan menganalisis perubahan harga lewat Indikator Grafik teknis

Gambar 11.1 Analisis Teknikal

B. Indikator indikator Teknis Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan adalah moving average, new highs and lows, Volume perdagangan, dan short interest ratio. 1. Moving Average (MA) Moving average (MA) atau rata-rata bergerak adalah salah satu dari sekian banyak metode analisa harga saham yang sering digunakan dalam analisis teknikal saham. Moving average (MA) adalah rata-rata harga saham selama periode waktu yang

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

telah lalu dan kemudian diplot ke dalam grafik beserta harga saham aktual di pasar saat itu. MA yang berasal dari rata-rata harga saham selama lima hari perdagangan, contohnya, ditulis sebagai MA-5. MA yang berasl dari rata-rata harga selama 15 hari ditulis sebagai MA-15. Jadi moving average menyatakan rata-rata harga saham tersebut akan dihitung lagi seiring dengan berjalannya waktu. Data harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (closing price).

Buatlah sebuah grafik bersumbu X (horizontal) dan Y (vertical). Sumbu X melambangkan hari (tanggal) da sumbu Y melambangkan harga. Kemudian hitunglah rata-rata harga saham selama 10 hari kebelakang, termasuk hari ini (MA10). Hubungkanlah titik-titik dari harga rata-rata tersebut dalam garis MA. Bersamaan dengan itu, sambungkan pula titik-titik harga penutupan saham (harga aktual) setiap harinya pada grafik yang sama sampai jangka waktu yang Anda kehendaki. Lamalama akan terbentuk 2 buah kurva yaitu kurva MA dan kurva aktual. Cara menganalisanya adalah jika kurva aktual menembus kurva MA dari bawah ke atas dengan volume perdagangan yang cukup tinggi, hal tersebut memberi sinyal saat yang tepat untuk membeli saham. Sebaliknya jika kurva aktual menembus kurva MA dengan volume perdagangan tingg dari atas ke bawah, hal tersebut memberi sinyal untuk jual. Pergerakan harga saham berupa kenaikan harga diikuti dengan volume perdagangan yang tinggi ditafsirkan sebagai sinyal pasar akan membaik (bullish). Sedangkan perubahan harga berupa penurunan harga yang diikuti volume perdagangan yang tinggi ditafsirkan sebagai sinyal pasar akan memburuk (bearish).

2. New highs and lows. Suatu bursa mungkin melaporkan saham-saham yg mencapai harga tertinggi atau terendah selama 52 minggu terakhir. 3. Volume perdagangan. Kegiatan perdagangan dalam volume yg sangat tinggi dibarengi dengan peningkatan harga di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish).

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Peningkatan volume perdagangan yang dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat atau kondisi yang bullish. 4. Short-interest ratio. SIR untuk suatu saham menunjukkan jumlah saham yg dilakukan short selling tetapi belum dilakukan pembelian kembali. SIR didefinisikan sebagai : Short interest ratio = Jumlah saham yang dishort selling / Rata - rata volume perdagangan harian Rasio ini menunjukkan berapa hari perdagangan yg diperlukan agar short selling tsb dapat diselesaikan. Apabila rasio tsb sama dengan 2,0 maka berarti diperlukan dua hari kerja untuk menyelesaikan jumlah short selling tsb. Pemodal melakukan short selling dengan harapan (perkiraan, red ) bahwa harga saham akan turun di masa yg akan datang. Dengan demikian, nampaknya rasio short interest yg besar menunjukkan pengharapan (perkiraan, red) yg cukup besar bahwa harga saham akan turun. Bagi para analis teknikal hal ini justru ditafsirkan secara berlawanan. Sir yg tinggi justru ditafsirkan bahwa kondisi akan bullish karena akan banyak pemoddal yg terpaksa melakukan pembelian untuk menutup short selling-nya. Karena itu, semakin besar Sir akan ditafsirkan semakin besar potential demand. C. Penggunaan Grafik dan Chart Selain indikator-indikator teknis, grafik atau chart merupakan alat analisis lain. Chart yang dipergunakan mungkin berbentuk bar chart ataupun line chart. Dengan bar chart diperlukan informasi ttg harga tertinggi, terendah, dan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tsb. Sedangkan line chart hanya memerlukan harga penutupan untuk digambarkan dalam chart tsb. Penggunaan chart dimaksudkan untuk mengenali pola-pola (patterns) dari gerakan harga saham (atau indeks pasar) yang diamati. Para analis teknikal umumnya berpendapat bahwa beberapa pola tertentu mungkin dapat diidentifikasi. Pola-pola tsb diantaranya key reversals, head and shoulders, triple top, ascending and descending triangles.

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

1. Key reversals. Pola ini terjadi pada suatu periode (biasanya harian) kegiatan perdagangan. Key reversals top menunjukkan gerakan harga yg secara cepat naik, tetapi pada akhir periode kembali lagi ke posisi awal periode. Hal sebaliknya terjadi pada key Reversal bottom. Apabila pola semacam ini teridentifikasi maka sebaiknya membeli saham pada saat harga saham mencapai dasar dan menjual kembali pada saat harga mencapai puncak. 2. Head and shoulders. Membeli suatu saham bila saham tsb ada gejala menaik dan menjualnya kembali bila saham tsb mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. 3. Triple tops. Analis aliran ini percaya bahwa setelah melalui tiga puncak harga maka saham tsb akan jatuh harganya sehingga harus dijual (atau short selling). 4. Ascending and descending. Untuk ascending triangles (segitiga yg meningkat) terjadi gerakan harga antara garis batas atas horisontal dengan garis batas bawah yg mempunyai 5. slope meningkat. Pola ini terjadi apabila permintaan yg meningkat masih dapat dipenuhi. C1. Pola - Pola Chart a. Key Reversals

Double Top

Double Bottom

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Metode analisa teknikal key reversal saham terdiri dari

double top dan double

bottom. Double Top, pola ini terbentuk ketika ada perubahan harga saham berupa kenaikan sampai pada level tertentu, lalu turun dan kemudian naik lagi (dengan volume perdagangan lebih kecil) menyamai level harga tertinggi sebelumnya dan kemudian menurun lagi. Jika kejadian tels rsebut berulang sekali lagi, maka akan terbentuk kurva yang memiliki dua puncak kembar (seperti huruf M). Pola dari analisa harga saham ini menunjukan bahwa pasar telah dua kali gagal mencoba menembus batas harga atas (tertinggi) tersebut. Jika harga kemudian menurun sampai menembus tingkat harga terendah sebelumnya (sebelum puncak yang kedua), itu mengindikasikan tren pergerakan harga saham akan terus menurun. Pola double top ini memberikan sinyal untuk segera melakukan aksi jual. Kebalikan dari pola Double Top yaitu pola double bottom (seperti huruf W). Dengan logika yang sama, pola ini memberikan sinyal untuk melakukan aksi beli karena diperkirakan harga akan terus meningkat. b. Ascending dan Descending Triangle Metode analisa teknikal saham triangle (pola kurva segitiga) dibagi menjadi dua, yaitu Ascending Triangle (segitiga menaik) dan Descending Triangle (segitiga menurun). Descending Triangle terbentuk jika ada beberapa lembah yang sama rendah dengan beberapa puncak yang semakin menurun. Dengan kata lain, terjadi perubahan harga saham antara garis batas bawah yang horizontal dengan garis batas yang mempunyai kemiringan menurun. Jika harga menembus garis batas bawah disertai dengan peningkatan volume perdagangan, ini memberi sinyal untuk melakukan aksi jual karena analisa harga saham tersebut diperkirakan harga akan terus menurun.

Sementara Ascending Triangle terbentuk jika pergerakan harga saham mengikuti pola yang berkebalikan dengan Descending Triangle. Pola ini memberikan sinyal untuk melakukan aksi beli saham karena diperkirakan harga akan terus menaik.

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

c. Head & Shoulder Analisis teknikal saham Head & Shoulder memberikan sinyal untuk jual karena diperkirakan harga akan terus menurun. Garis leher (neckline) digambarkan dengan menarik garis lurus dari bagian paling bawah kedua bahu untuk mendapatkan suatu sinyal kapan aksi jual dilakukan. Jika dari analisa harga saham, pergerakan harga saham (bahu kanan) menembus garis leher dari atas ke bawah (piercing the neckline), inilah sinyal untuk segera menjual saham untuk mengurangi kerugian (cut loss).

Head & shoulder dapat terjadi secara terbalik (Inverse Head & Shoulder), dua bahu dan kepala mengarah kebawah. Garis leher terbentuk dengan menarik garis lurus diatas kedua bahu. Jika pola itu terbentuk dan kurva harga dibahu kedua (bahu kanan) menembus garis leher dari bawah keatas, maka itu adalah sinyal untuk beli karena ada kecenderungan perubahan harga saham di mana harga bakal terus naik. Bentuk dan ukuran Head & Shoulder maupun Inverse Head & Shoulder ini dapat bervariasi, kurva ini bisa dalam jangka waktu yang pendek dan panjang, bisa mendatar atau memiliki kemiringan tertentu. d. Support Level & Resistance Level Pada analisa teknikal saham support level and resistance level ini, harga dikatakan berada pada support level (SL) jika harga tersebut berada pada level terendah dan pada level tersebut pergerakan harga saham berupa penurunan sangat sukar terjadi. Umumnya SL terbentuk setelah suatu saham mengalami kenaikan harga yang besar dan kemudian mengalami penurunan karena adanya aksi ambil untung (profit taking) dari para investor. Sementara, harga saham dikatakan berada pada resistance level (RL) jika harga berada pada level tertinggi dan pada level tersebut harga sangat sukar untuk naik. Sebuah RL cenderung akan terbentuk setelah suatu saham mengalami penurunan yang cukup signifikan dari harga sebelumnya. SL dan RL

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

dapat diterjadi saat harga sedang dalam tren naik (uptrend), mendatar (sideway) atau turun (downtrend).

Untuk mendapatkan keuntungan Anda dapat menggunakan prinsip beli murah, jual mahal (buy low sell high). Jadi, dengan analisa harga saham yang tepat, Anda harus membeli saham pada saat harga berada pada SL dan menjual saham pada saat harga diperkirakan berada pada RL. Tentu saja keuntungan yang diperoleh tidaklah bertahan lama. Makin banyak orang mengetahui adanya SL dan RL pada suatu saham dan memanfaatkannya, pola ini akan hancur dengan sendirinya. Kunci dalam menggunakan metode analisa teknikal saham ini adalah kecepatan memperoleh informasi. Orang yang pertama tahu adanya SL dan RL inilah yang punya potensi cukup besar untuk memetik keuntungan, sementara yang belakangan hanya kebagian sisanya saja, atau malah rugi karena sebenarnya RL dan SL-nya sudah berubah lagi. Para ahli meyakini bahwa jika SL ditembus, maka biasanya SL tersebut akan menjadi RL yang baru. Begitu pula jika RL yang ditembus maka RL tersebut menjadi SL yang baru. Semakin besar volume perdagangan yang terjadi akan semakin memperkuat posisi SL dan RL yang terjadi. Demikianlah beberapa contoh metode analisa teknikal saham yang sederhana, masih banyak lagi metode lain yang menganalisa perubahan harga saham yang lebih rumit dengan banyak parameter yang disertakan. Umumnya para analis menggunakan beberapa metode sekaligus agar hasil analisa harga saham dan keputusan investasi yang diambil lebih akurat. Ada banyak aplikasi komputer untuk menghitung rumus analisis teknikal saham yang semakin canggih, Anda hanya tinggal menginput database harga saham yang Anda kehendaki dan beberapa metode berbentuk grafik pergerakan harga saham siap dianalisa. Apabila permintaan tsb tidak dapat dipenuhi maka harga akan terus keluar dari pola tsb. Pola ini yaitu asccending triangles menunjukkan kemungkinan pasar akan bullish. Untuk

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

descending triangles (segitiga yg menurun) gerakan harga saham mengikuti pola yang berkebalikan dengan ascending triangles. Pola ini yaitu descending triangles menunjukkan kemungkinan pasar akan bearish.

D.Relative Strength (R) Relative Strength suatu saham menunjukkan rasio harga saham tsb dengan indeks pasar atau indeks industri. Contoh perhitungan seperti pada tabel 4.1. Hari ke-1 menunjukkan hari pertama saham tsb mulai diperdagangkan di bursa. Pada hari pertama tsb, harga saham dan indeks pasar yg diwakili IHSG dipergunakan sebagai basis (=100) sehingga relative strength-nya 100. Relative strength yang berada di atas 100 menunjukkan bahwa bahwa saham tsb outperform (mengalahkan) indeks pasar. Hal yg sebaliknya yaitu pabila peningkatan harga saham lebih rendah dari peningkatan indeks maka dikatakan bahwa saham tsb underperform pasar. Tabel 11.1. Perhitungan relative strength saham Indosat Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Catatan: Hari ke 2 RS Indosat = 105,64% artinya bahwa har ga saham Indosat meningkat lebih besar dari peningkatan IHSG. RS diatas100 menunjukkkan bahwa saham tersebut outperform (mengalahkan ) Indeks pasar. Teknik analisis lain yang juga menggunakan relative strength adalah relative strength index (SRI). Indosat 8475 8950 8650 8350 8300 8450 8625 8525 8650 8550 IHSG 518971 518761 514972 512478 514533 516322 517851 516407 523494 524651 RS 100% 105.65% 102.86% 99.77% 98.78% 100.22% 101.99% 101.09% 101.18% 99.79%

11

10

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

RSI dihitung dengan formula : RSI = 100 [ 100 / ( 1 + RS )] Dalam hal ini RS = Rata - rata penurunan harga sahamselama N hari Rata - rata kenaikan harga saham selama N hari N = Jumlah hari (periode) yang dipergunakan dalam perhitungan. Contoh: Perhitungan saham Indosat Periode N=10 hari Tabel 11.2 Perhitungan Relative Strength Index

A Har i 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Harg harga harga a 8475 8950 475 8650 300 8350 300 8300 50 8450 150 8625 175 8525 100 8650 125 8550 100 8500 50 8375 125 8350 25 8325 25 8325 0 0 8375 50 8375 0 0 8400 25 8500 100 8400 100 8350 50 8325 25 8150 175 7825 325 8100 275 P

B P

C Rata " P

D Rata" P

E C/D

F 1 +E

G 100/F

RSI

925 925 450 450 450 450 350 175 200 175 175 175 175 175 175 450

850 900 1025 750 475 425 425 425 325 325 325 325 225 375 675 675

92,5 92,5 45 45 45 45 35 17,5 20 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 45

85 90 102,5 75 47,5 42,5 42,5 42,5 32,5 32,5 32,5 32,5 22,5 37,5 67,5 67,5

1,09 1,03 0,44 0,60 0,95 1,06 0,82 0,41 0,62 0,54 0,54 0,54 0,78 0,47 0,26 0,67

2,09 2,03 1,44 1,60 1,95 2,06 1,82 1,41 1,62 1,54 1,54 1,54 1,78 1,47 1,26 1,67

47,89 49,32 69,49 62,50 51,35 48,57 54,84 70,83 61,90 65,00 65,00 65,00 56,25 68,18 79,41 60,00

52,11 50,68 30,51 37,50 48,65 51,43 45,16 29,17 38,10 35,00 35,00 35,00 43,75 31,82 20,59 40,00

11

11

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

8050 8075 8175 8200 8350 8200 8200 8125 8000 7950 7600 7225 7425 7675 7950

50 25 100 25 150 0 150 0 75 125 50 350 375

200 250 275

400 425 500 425 575 575 575 575 575 300 300 275 375 600 725

725 725 725 725 625 725 700 600 400 450 750 1125 1125 1125 1125

40 42,5 50 42,5 57,5 57,5 57,5 57,5 57,5 30 30 27,5 37,5 60 72,5

72,5 72,5 72,5 72,5 62,5 72,5 70 60 40 45 75 112,5 112,5 112,5 112,5

0,55 0,59 0,69 0,59 0,92 0,79 0,82 0,96 1,44 0,67 0,40 0,24 0,33 0,53 0,64

1,55 1,59 1,69 1,59 1,92 1,79 1,82 1,96 2,44 1,67 1,40 1,24 1,33 1,53 1,64

64,44 63,04 59,18 63,04 52,08 55,77 54,90 51,06 41,03 60,00 71,43 80,36 75,00 65,22 60,81

35,56 36,96 40,82 36,96 47,92 44,23 45,10 48,94 58,97 40,00 28,57 19,64 25,00 34,78 39,19

Wilder merekomendasi angka 70 dan 30 untuk batas atas dan batas bawah. Apabila RSI mencapai 70 (atau lebih) maka sangat mungkin saham tsb sudah mencapai puncaknya (karena akan turun sehingga disarankan untuk dijual), dan apabila telah mencapai 30 (atau kurang) maka sangat mungkin harga telah mencapai dasarnya (karenanya akan naik kembali sehingga disarankan untuk dibeli). Analis lain memberikan tip supaya membeli bila RSI menaik melewati angka 50 dan saran jual bila RSI menurun dan melewati 50 (N yg dipergunakan biasanya 14 hari). Meyer, Thomas A., 1992, The technical Analysis Course, Probus Publishing Company, Chicago, Illinois. Pengujian Analisis Teknikal Dalam menguji akurasi analisis teknikal, ada beberapa hal yg perlu diperhatikan : 1. Resiko. Resiko saham bisa berbeda satu sama lain. Dengan demikian.suatu strategi investasi yg menanggung resiko lebih tinggi mungkin akan menghasilkan tingkat keuntungan yg lebih tinggi. 2. Biaya transaksi. Dengan teknik analisis teknikal tertentu, mungkin biaya transaksi menjadi sangat tinggi karena menyangkut keputusan beli-jual yg berkali-kali. Biaya transaksi tsb dapat meniadakan keuntungan yg diperoleh karena analisis teknikal yang dipergunakan. 3. Konsistenasi. Apakah hasil analisis akan konsisten untuk periode yang cukup lama,

11

12

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

misalkan 5 atau 10 tahun ? 4. Validitas di luar sampel yang dipergunakan . Apakah teknik analisis terbukti benar pula untuk saham-saham di luar sampel yg dipergunakan untuk merumuskan suatu teknik analisis. Kalau benar gerakan harga saham mempunyai pola tertentu dan akan berulang, bukankan pola tsb dapat diprediksi ? bukankah informasinya hanyalah perubahan harga di waktu yang lalu yang dapat diperoleh oleh semua pemodal ! Dengan demikian, para pemodal akan bereaksi sesuai dengan prediksi tsb, sehingga akhirnya pola tersebut akan hilang dan menjadi tidak berpola lagi. Strategi Investasi Dalam melakukan analisis, pemodal mungkin menggunakan strategi pemilihan saham yang termasuk growth stocks atau value stocks. Growth stocks adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lainnya, dan karenanya menpunyai PER yang tinggi. Penelitian di BEJ selama tahun 1992 1994 menunjukkan bahwa saham-saham dengan PER yang tinggi memang memberikan hasil investasi yang lebih baik dari saham-saham yang ber-PER rendah meski perbedaan tersebut tidak signifikan. Value stocks, sebaliknya, menunjukkan saham-saham perusahaan yang menunjukkan aset yang nampak murah, dan neraca yang kuat. Sebagai misal, suatu saham mempunyai harga pasar sebesar Rp. 8.000 per lembar, sedang nilai buku modal sendiri per lembar saham-nya adalah Rp. 7.000. dan saldo kas di neraca yang cukup besar, ekuivalen dengan, misalnya Rp.3.000 per lembar saham. Seandainya kas tsb dibagikan sebagai dividen, maka para pemegang saham akan menerima Rp. 3.000 per lembar, sehingga nilai investasi mereka akan tinggal Rp. 5.000 ( Rp. 8.000 Rp. 3.000 ). Dengan demikian maka para pemodal bisa memiliki ekuitas sebesar Rp. 7.000 ( nilai buku ) hanya dengan membayar Rp. 5.000. Mereka yg memilih value stocks berarti akan memilih saham-saham dengan price to book value (PBV) yang rendah yaitu lebih kecil dari satu. Saham-saham dengan PBV rendah memberikan kinerja yang lebih baik semenjak deregulasi pasar modal di Indonesia sampai tahun 1993. Apabila dikaitkan dengan konsep pasar modal yang efisien, strategi investasi pada saham bisa dibagi menjadi dua yaitu :

11

13

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

1. Strategi investasi aktif. Mendasarkan pada asumsi bahwa (i) pasar modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced), dan (ii) para pemodal berpendapat bisa mengidentifikasi mispriced ini dan memanfaatkannya. 2. Strategi investasi pasif. Strategi ini mendasarkan pada asumsi bahwa (I) pasarmodal tidak melakukan mispricing, dan (ii) meskipun terjadi mispricing, para pemodal berpendapat mereka tidak bisa mengidentifikasi dan memanfaatkannya.

11

14

Manajemen Investasi Ir. Liestyowati, ME.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai