Anda di halaman 1dari 49

RUMUS LENGKAP FISIKA SMA

BESARAN DAN SATUAN


Simbol Dimensi satuan m kg s K cd A mol [L] [M] [T] [] [J] [I] [N]

Nama besaran Satuan Panjang Massa Waktu Suhu Intensitas Kuat arus Banyak zat meter kilogram sekon kelvin candela ampere mole

VEKTOR
Komponen vektor arah sumbu-x vx = v cos Komponen vektor arah sumbu-y vy = v sin Besar resultan

y vx

v = v x + v y + 2v x v y cos
2 2

vx x

Keterangan: vx = vektor pada sumbu x vy = vektor pada sumbu y v = resultan dari dua vektor = sudut antara vx dan vy

KELAJUAN DAN KECEPATAN


Kelajuan rata-rata (vr)

vr =

s t
s t

Kelajuan sesaat (vt)

vt = lim s t

t 0

Kecepatan rata-rata ( vr )

vr =

Kecepatan sesaat ( vt )

vt = lim

s t 0 t

Keterangan: s = jarak tempuh (m) s = perubahan jarak benda (m) t = waktu (s) t = selang waktu (s)

PERLAJUAN DAN PERCEPATAN


Perlajuan rata-rata (ar)

ar =

v t

Perlajuan sesaat (at)

v a = lim t t 0 t
ar =

Percepatan rata-rata ( ar )

v v2 v1 = t t2 t1 Percepatan sesaat ( at ) v at = lim t 0 t

Keterangan: ar = perlajuan rata-rata (m/s2) at = perlajuan sesaat (m/s2) v = perubahan kecepatan (m/s) t = perubahan waktu atau selang waktu (s) v1 = kecepatan awal benda (m/s) v2 = kecepatan kedua benda (m/s)

GERAK LURUS BERATURAN (GLB)


Kedudukan benda saat t st = s0 + v . t Keterangan: st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0 = kedudukan benda awal (m) v = kecepatan benda (m/s) t = waktu yang diperlukan (s)

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)


Kedudukan benda saat t s t = s 0 + v 0 . t + a . t2 Kecepatan benda saat t vt = v0 + a . t

vt 2 =

v0 2 + 2a . st

Keterangan: st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0 = kedudukan awal benda (m) vt = kecepatan benda saat t (m/s) vo = kecepatan benda awal (m/s) a = percepatan benda (m/s2) t = waktu yang diperlukan (s)

GERAK JATUH BEBAS


Kedudukan saat t s t = s 0 + g . t2 Kecepatan saat t vt = g . t v2 = 2 . g . h Ketinggian benda (h) h = g . t2 Keterangan: st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0 = kedudukan awal benda (m) vt = v = kecepatan benda saat t (m/s) t = waktu yang diperlukan (s) g = percepatan gravitasi = 10 m/s

GERAK VERTIKAL KE ATAS


Ketinggian atau kedudukan benda (h) st = h = v0 . t - g . t2 Kecepatan benda (vt) vt = v0 - g . t v = v02 2gh Waktu untuk sampai ke puncak (tp) tp =

v0 g

Waktu untuk sampai kembali ke bawah (t) t = 2 tp

Tinggi maksimum (hmaks) hmaks =


2 v0

2g

Keterangan: st = kedudukan benda selang waktu t (m) s0 = kedudukan awal benda (m) vt = v = kecepatan benda saat t (m/s) v0 = kecepatan benda awal (m/s) t = waktu yang diperlukan (s) g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

DINAMIKA GERAK LURUS


Hukum I Newton F=0 Hukum II Newton

a =

F m

F = m.a
Hukum III Newton Faksi = Freaksi Gaya berat (w) W = m .g Keterangan: F = gaya yang berlaku pada benda (N atau kg m/s2) W = gaya berat pada benda (N) m = massa benda (kg) a = percepatan benda (m/s2) g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

GAYA NORMAL DAN GAYA GESEK


Gaya normal pada lantai datar (N) N=W=m.g Gaya normal pada lantai datar dengan gaya bersudut Fx = F cos Fy = F sin N = W F cos Gaya normal pada bidang miring N = W cos Gaya gesek statis (fs) fs = s . N Gaya gesek kinetik (fk) fk = k . N

Keterangan: F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s2) Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x (N atau kg m/s2) Fy = gaya yang bekerja pada sumbu y (N atau kg m/s2) fs = gaya gesek statis (N) fk = gaya gesek kinetik (N) s = koefisien gesek statis

k = koefisien gesek kinetik

KATROL TETAP
Percepatan (a)

a=

WB WA m A + mB

Tegangan (T)

T=

2m A .WB dengan WB = mB g m A + mB 2 mB T= .WA dengan WA = mA g m A + mB

Keterangan: WA = gaya berat pada benda A (N) WB = gaya berat pada benda B (N) a = percepatan benda (m/s2) mA = massa benda A (kg) mB = massa benda B (kg)

GERAK PARABOLA
Benda dilempar horizontal dari puncak menara Gerak pada sumbu x x = vox . t Gerak pada sumbu y vy = g . t h=
1 2

g. t2 t =

2h g

vy2 = 2 g h vy = 2 gh Kecepatan benda saat dilempar v=

v0 + 2 gh

Keterangan: x = jarak jangkauan benda yang dilempar dari menara (m) vox = kecepatan awal pada sumbu x (m/s) vy = kecepatan benda pada sumbu y (m/s)

v = kecepatan benda saat dilempar (m/s) v0 = kecepatan awal (m/s) h = tinggi (m) g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2 Benda dilempar miring ke atas dengan sudut elevasi Waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (tmaks) tmaks =

v0 y g

v0 sin = g

2h g

Tinggi maksimum (hmaks) hmaks =


2 v0 sin 2 2g

Waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh tterjauh = 2 tmaks =

2v0 y g

2v0 sin 2h =2 g g

Jarak terjauh (xmaks) x maks =


2 v0 sin 2 g

Koordinat titik tertinggi E(x,y) = (


2 v2 v0 sin 2 , 0 sin 2 ) g 2g

Perbandingan hmaks dan xmaks

hmaks 1 = tan xmaks 4

Keterangan: tmaks = waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (s) tterjauh = waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh (s) v0y = kecepatan awal pada sumbu y (m/s) v0 = kecepatan awal (m/s) h = tinggi (m) hmaks = tinggi maksimum (m) xmaks = jarak terjauh (m) = sudut elevasi

GERAK MELINGKAR BERATURAN


Lintasan busur (s) s=.R Frekuensi (f) f=

1 T 1 f

Periode (T) T=

Laju/kecepatan anguler ( )

2 = 2 f T

Laju/kecepatan linear (v) v = 2 f R v= R Percepatan sentripetal (asp) asp =

v2 = 2R R v2 = m 2 R R

Gaya sentripetal (Fsp) Fsp = m a = m

Keterangan: s = lintasan busur (rad.m) = jarak benda pada lintasan (rad) R = jari-jari lintasan (m) f = frekuensi (Hezt) T = periode (s) v = laju/kecepatan linear (m/s) = kecepatan sudut (rad/s) asp = percepatan sentripetal (m/s2) Fsp = gaya sentripetal (N) m = massa benda (m) a = percepatan linear (m/s2)

PADUAN DUA ATAU LEBIH GERAK MELINGKAR BERATURAN


Perpaduan oleh tali (rantai)

1 R2 = v1 = v2 2 R1

Perpaduan oleh poros (as)

1 = 2

v2 R1 = v1 R2

Keterangan: 1 = kecepatan sudut poros pertama (rad/s) 2 = kecepatan sudut poros kedua (rad/s) v1 = kecepatan linear poros pertama (m/s) v2 = kecepatan linear poros kedua (m/s) R1 = jari-jari poros pertama (m) R2 = jari-jari poros kedua (m)

GAYA GRAVITASI
Gaya gravitasi (F) F= G

mM R2

Percepatan gravitasi (g) g= G

M R2

Keterangan: F = gaya gravitasi (N) m = massa benda (kg) M = massa bumi (kg) R = jarak massa bumi dan massa benda (m) G = tetapan gravitasi umum = 6,673 10-11 Nm2 . kg-2

USAHA DAN ENERGI


Usaha (W) W = F s cos W=Fs Energi potensial gravitasi (Ep) Ep = m g h Usaha dan energi potensial gravitasi W = Ep = m g (h2 h1) dengan h = h2 h1 Keterangan: W = usaha (J atau kg m/s) F = besar gaya yang digunakan untuk menarik benda (N) s = jarak pergeseran atau perpindahan benda (m) = sudut antara arah gaya dan arah perpindahan Ep = energi potensial gravitasi (J) Ep = perubahan energi gravitasi (J) m = massa benda (kg) g = percepatan gravitasi (10 m/s2) h = ketinggian benda (m) h1 = ketinggian benda awal (m) h2 = ketinggian benda akhir (m) Energi kinetik (Ek) Ek =

1 m v2 2 1 m (v2 2 v12) 2 1 m.v2 2

Usaha dan energi kinetik W = Ek =

Energi mekanik (Em) Em = Ep + Ek = = m . g . h +

Energi mekanik dalam medan gravitasi Em = Ep + Ek = konstan Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 Keterangan: Ep = energi potensial (J) Ek = energi kinetik (J) m = massa benda (kg) v = kecepatan benda (m/s) w = usaha (J) v1 = kecepatan awal benda (m/s) v2 = kecepatan akhir benda (m/s) Em = energi mekanik (J) g = percepatan gravitasi h = ketinggian benda (m) Ep1 = energi potensial awal (J) Ep1 = energi potensial akhir (J) Ek2 = energi kinetik awal (J) Ek1 = energi kinetik awal (J) Ek = perubahan energi kinetik (J) Daya (P) P=

E W F .s = = = F. v t t t

Keterangan: P = daya (J/s atau watt (W)) E = perubahan energi (J) W = usaha (J) F = gaya (N) s = jarak (m) v = kecepatan (m/s) t = perubahan waktu (s)

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN


Momentum (p) p = mv Impuls (I) I = F t Hubungan momentum dan impuls: F t = m v Keterangan: p = momentum (kg m/s) I = impuls (N/s) F = gaya (N) m = massa benda (kg) v = kecepatan (m/s) t = perubahan waktu (s)

Hukum kekekalan momentum: p = tetap/konstan

, m1.v1 + m2 .v2 = m1.v1, + m2 .v2

Koefisien restitusi (e) tumbukan: e =


, v1, v2 v1 v2

Hukum kekekalan energi kinetik: Ek = Ek'

1 1 1 1 2 '2 m1.v12 + m2 .v2 = m1.v1'2 + m2 .v2 2 2 2 2


Keterangan: Ek = energi kinetik sebelum tumbukan (J) Ek = energi kinetik sesudah tumbukan (J) p = momentum sebelum tumbukan (kg m/s) p = momentum sesudah tumbukan (kg m/s) m1 = massa benda 1 sebelum tumbukan (kg) m2 = massa benda 2 sebelum tumbukan (kg) m1 = massa benda 1 sesudah tumbukan (kg) m2 = massa benda 2 sesudah tumbukan (kg) v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s) v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan (m/s) v1 = kecepatan benda 1 sesudah tumbukan (m/s) v2 = kecepatan benda 2 sesudah tumbukan (m/s) e = koefisien restitusi Tumbukan lenting sempurana e=1 v = v p = p Ek = Ek Tumbukan lenting sebagian 0<e<1 v v p = p Ek > Ek Tumbukan tidak lenting sama sekali e=0 m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2) v Keterangan: v = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s) Prinsip kerja roket sebelum mesin dihidupkan p = m v = (m1 + m2) v = 0 karena v = 0 Prinsip kerja roket sesudah mesin dihidupkan p = m1v1 + m2v2 Keterangan: v = kecepatan benda sebelum mesin dihidupkan (m/s) v = kecepatan benda sesudah mesin dihidupkan (m/s)

ELASTISITAS
Tegangan ()

F A

Keterangan: = tegangan (N.m-2) F = gaya (N) A = luas penampang benda (m2) Regangan () =

L L0

Keterangan: = regangan (m) L = perubahan panjang benda (m) L0 = panjang awal benda (m) Modulus Young (Y) Y=/=

F L A L0

Hukum Hooke F = k. x Energi potensial pegas (Ep) Ep =

1 k (x) 2

Keterangan: F = gaya pada pegas (N) Ep = energi potensial pegas (J) k = konstanta pegas x = perubahan panjang pegas (m)

FLUIDA TAK BERGERAK


Massa jenis ( )

m V

Berat jenis (S) S= g Keterangan: = massa jenis benda (kg/m3)

m = massa benda (kg) V = volume benda (kg) S = berat jenis benda (kg/m2s2) g = percepatan gravitasi (m/s2) Tekanan (P) P =

F A

Tekanan pada fluida tak bergerak: Ph = .g.h Keterangan: Ph = tekanan hidrostatis (pascal atau N/m2) F = gaya permukaan (N) A = luas permukaan benda (m2) = massa jenis (kg/m3) h = jarak antara titik dengan permukaan zat cair (m) Hukum utama hidrostatis:

PA = PB = PC = P0 + .g .h

Keterangan: PA = tekanan hidrostatis di titik A (pascal (pa) atau N/m2) PB = tekanan hidrostatis di titik B (pascal (pa)) Pc = tekanan hidrostatis di titik C (pascal (pa)) P0 = tekanan udara luar (pascal (pa)) 1 atm = 1,01 x 105 pa Hukum Pascal

P 1 = P 2

F1 F2 = A1 A2
Keterangan: P1 = tekanan hidrostatis di daerah 1 (pa) P2 = tekanan hidrostatis di daerah 2 (pa) F1 = gaya permukaan daerah 1 (N) F2 = gaya permukaan daerah 2 (N) A1 = luas permukaan penampang 1 (m2) A2 = luas permukaan penampang 2 (m2) Hukum Archimedes FA = f .g .V f Keterangan: FA = gaya archimedes (N) f = massa jenis cair (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) Vf = volume benda yang tercelup (m3)

Tegangan permukaan () =

F l

Keterangan: = tegangan permukaan (N/m) F = gaya permukaan (N) l = panjang (m) Sudut kontak pada meniskus cekung: Fadhesi > Fkohesi dan sudut kontak < 90 (runcing) Sudut kontak pada meniskus cembung: Fadhesi < Fkohesi dan sudut kontak > 90 (tumpul) Kapilaritas

y=

2 cos .g.r

Keterangan: y = tinggi cairan dalam pipa kapiler (m) = tegangan permukaan (N/m) = massa jenis cairan (kg/m3) = sudut kontak g = percepatan gravitasi (m/s2) r = jari-jari pipa kapiler (m) Viskositas (f)

f = rv

Keterangan: f = gaya geser oleh fluida terhadap bola (N) = koefisien viskositas r = jari-jari bola (m) v = kecepatan bola dalam fluida (m/s)

FLUIDA BERGERAK
Debit fluida (Q) Q =

V = Av t

Keterangan: Q = debit fluida (m3/s) V = volume fluida (m3) t = waktu fluida mengalir (s) A = luas penampang (m2) v = kecepatan fluida (m/s) Persamaan kontinuitas A.v = konstan A1.v1 = A2.v2

Keterangan: A1 = luas penampang di daerah 1 (m2) A2 = luas penampang di daerah 2 (m2) v1 = kecepatan fluida di daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida di daerah 2 (m/s) Hukum Bernoulli P + .g.h + .v2 = konstan P1 + .g.h1 + .v12 = P2 + .g.h2 + .v22 Keterangan: P1 = tekanan fluida di daerah 1 (pa) P2 = tekanan fluida di daerah 2 (pa) h1 = tinggi pada daerah 1 (m) h2 = tinggi pada daerah 2 (m) v1 = kecepatan fluida pada daerah 1 (m/s) v2 = kecepatan fluida pada daerah 2 (m/s) Kecepatan fluida pada tabung venturi

v1 =

2 gh A1 A 1 2
2

Keterangan: v1 = kecepatan fluida yang masuk ke tabung venturi (m/s) A1 = luas penampang pada bagian 1 (m2) A2 = luas penampang pada bagian 2 (m2) h = selisih tinggi fluida pada tabung venturi (m) Kecepatan fluida pada tabung pitot:

v=

2 g .h. '

Keterangan: v = kecepatan fluida pada tabung pitot (m/s) h = selisih tinggi fluida (m) = massa jenis fluida (kg/m3) = massa jenis fluida di dalam cairan manometer (kg/m3)

Gaya angkat pesat

F1 F2 =

1 2 A ( v2 v12 ) 2

Keterangan: F1 = gaya angkat di bawah sayap (N) F2 = gaya angkat di atas sayap (N) = massa jenis fluida (udara) (kg/m3) v1 = kecepatan fluida di bawah sayap (m/s) v2 = kecepatan fluida di atas sayap (m/s)

GERAK TRANSLASI
Persamaan posisi r atau vektor posisi r: r = xi+yj Vektor perpindahan (r): r = x i +y j dengan x = x2 x1 dan y = y2 y1 Vektor kecepatan ( v ):

v = lim

t 0

dr dy r dx = = i+ j = vx i + v y j t dt dt dt
vy vx

2 2 + vy dan arahnya tan = dengan | v |= vx

Vektor percepatan ( a ):

a = lim

dv y v dv dv x = = i+ j = ax i + a y j t 0 t dt dt dt ay ax

2 2 + ay dan arahnya tan = dengan | a | = ax

Persamaan gerak translasi:

a= v=

dv v = adt = a.t + v0 dt

1 dr r = v dt = (a.t + v0 )dt = a.t 2 + v0 .t + r0 dt 2

Keterangan: r0 = jarak awal kedudukan benda (m) r = perpindahan benda (m) v0 = kecepatan awal (m/s) v = kecepatan setelah t (m/s) a = percepatan gerak benda (m/s2) t = waktu (s)

GERAK ROTASI
Kecepatan sudut rata-rata ( r ) r = tan = t Kecepatan sudut sesaat ( ):

= lim

t 0

d = t dt

Percepatan sudut rata-rata:

r =

Percepatan sudut sesaat:

= lim

d d 2 = 2 t 0 dt dt

Keterangan: r = kecepatan sudut atau anguler rata-rata (rad/s) = kecepatan sudut (rad/s) r = percepatan sudut rata-rata (rad/s2) = percepatan sudut (rad/s) = sudut elevasi = perubahan jarak benda pada lintasan (rad) = perubahan kecepatan sudut benda (rad/s) t = perubahan waktu (s) Kecepatan sudut ( ): = .t + 0 Jarak (): = 2 t + 0 t + 0 Kecepatan linear (v): v = R Percepatan linear (a): a=R Keterangan: 0 = kedudukan awal benda (rad) 0 = kecepatan sudut awal (rad/s) R = jari-jari lintasan (m) Momen gaya ( ): = R F = R .F sin Momen inersia (I): I = m R2 Momentum sudut ( L ): L = m R2 = I . Hubungan momen gaya dan percepatan sudut: = I. S Energi kinetik gerak rotasi (Ek) Ek = m . v 2 = m.R2 2 = I. 2 Keterangan: = momen gaya (Nm) R = jari-jari lintasan (m) F = gaya yang bekerja pada benda (N) = sudut elevasi I = momen inersia (kg m2) L = momentum sudut (kg m/s2) S = panjang lintasan (rad) Ek = energi kinetik gerak rotasi (joule) m = massa benda (kg) v = kecepatan linear (m/s) Hukum kekekalan momentum anguler/sudut: I . = konstan

I1.1 + I 2 .2 = I1.1' + I 2 . ' 2

Keterangan: I1 = momen inersia awal benda 1 (kg m2) I2 = momen inersia awal benda 2 (kg m2) 1 = kecepatan sudut awal benda 1 (rad/s) 2 = kecepatan sudut awal benda 2 (rad/s) 1 = kecepatan sudut akhir benda 1 (rad/s) 2 = kecepatan sudut akhir benda 2 (rad/s)

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR


Keseimbangan partikel, syaratnya: Fx = 0 dan Fy = 0

Titik tangkap gaya resulton (xo, yo):

x0 = y0 =

yi

.xi

Ry

, dengan Ry = Fyi

F .y
xi

Rx

, dengan Rx = Fxi

Syarat keseimbangan benda tegar memiliki: keseimbangan translasi: Fx = 0 dan Fy = 0 juga keseimbangan rotasi: = 0 dengan = F Titik berat benda tegar Z(xo, yo):

x0 =

w .x w
1

dan y0 =

w .y w
1

, dengan w = berat benda

Keterangan: Fx = gaya yang bekerja pada sumbu x (N) Fy = gaya yang bekerja pada sumbu y (N)

GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA


Periode getaran (T) T = 2
l g

Frekuensi getaran (f)

g l Fase getaran (): t = T Sudut fase (): t =2 T


f =

1 1 = T 2

Keterangan: T = periode getaran (s) f = frekuensi getaran (s) g = percepatan gravitasi (m/s2) l = panjang tali bandul (m) = fase getaran t = waktu getaran (s)

GETARAN PEGAS
Gaya pada pegas (F) F=ky Konstanta pegas (k) k = m 2 Periode pegas (T) T = 2

m k
k m

Frekuensi pegas (f) f=

1 2

Keterangan: F = gaya yang bekerja pada pegas (N) k = konstanta pegas (N/m) m = massa benda (kg) = kecepatan sudut (rad/s)

GERAK HARMONIS
Persamaan simpangan gerak harmonis:

y = A sin(
Fase ( )

2t + 0 ) = A sin(t + 0 ) T

=
v=

t T dy = A cos ( t + 0 ) atau dt

Persamaan kecepatan gerak harmonis:

v = A2 y 2
Persamaan percepatan gerak harmonis:

dv = - A 2 sin ( t + 0 ) atau dt a = 2. . y
a =
Paduan dua simpangan dua gerak harmonis: y = 2 A sin (f1 + f2) t cos (f1 + f2) t

Energi mekanik gerak harmonis: Em = Ep + Ek = m 2 A = k A2 = 2 2 m2 f2 A2 dengan Ep = k.y2 = k A2sin2 t Ek = m.v2 = k A2cos2 t Keterangan: y = simpangan (m) v = kecepatan (m/s) a = percepatan (m/s2) A = amplitudo (m) = kecepatan sudut (rad/s) t = waktu (s) = fase = sudut fase Ep = energi potensial (J) Ek = energi kinetik (J) Em = energi mekanik (J)

GELOMBANG
Cepat rambat gelombang (v)

v=

= f .

Keterangan: v = cepat rambat gelombang (m/s) = panjang gelombang (m) f = frekuensi gelombang (Hezt) T = periode (s) Pembiasan gelombang

sin i v1 n2 = = sin r v2 n1
Keterangan: i = sudut datang r = sudut bias v1 = cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s) v2 = cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s) n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias medium 2 Indeks bias suatu medium

n=

c 0 sin i = = v sin r

Keterangan: c = cepat rambat gelombang dalam ruang hampa udara (m/s) v = cepat rambat gelombang dalam medium (m/s) 0 = panjang gelombang dalam ruang hampa (m) = panjang gelombang dalam medium (m) Jarak simpul ke perut (s p) sp =

Keterangan: s p = jarak simpul ke perut gelombang (m) = panjang gelombang (m)

BUNYI SEBAGAI GELOMBANG


Hubungan intensitas bunyi dan jaraknya terhadap sumber bunyi:
2 P P I1 R2 = dan = 2 dengan I1 = I 2 R1 AL1 4R12

I2 =

P P = 2 AL2 4R2

Keterangan: I1 = intensitas bunyi pertama (W/m2) I2 = intensitas bunyi kedua (W/m2) R1 = jarak sumber bunyi pertama dengan pendengar (m) R2 = jarak sumber bunyi kedua dengan pendengar (m) Taraf intensitas bunyi (TI) TI = 10 log

I I0

Keterangan: TI = taraf intensitas bunyi (desibel atau dB) I0 = intensitas bunyi sebuah benda (W/m2) I = intensitas bunyi sejumlah benda (W/m2) Frekuensi layangan (f) f = f1 f2 Keterangan: f1 = frekuensi gelombang pertama (Hezt atau Hz) f2 = frekuensi gelombang kedua (Hz) Efek Doppler fp =

v vp v vs

fs

Keterangan: fp = frekuensi yang terdengar oleh pendengar (Hz) fs = frekuensi sumber bunyi (Hz) v = kecepatan bunyi di udara (m/s) vp = kecepatan pendengar (m/s) positif jika pendengar mendekati sumber bunyi vs = kecepatan sumber bunyi (m/s) positif jika sumber bunyi menjauhi pendengar

GELOMBANG MEKANIS
Simpangan pada gelombang berjalan y = A sin 2 f (t ) Simpangan gelombang stasioner dari getaran dawai
y = 2A sin

x v

2x

cos 2 f t

Keterangan: x = jarak tiap titik (m) v = kecepatan gelombang (m/s) A = amplitudo (m) = panjang gelombang (m) Cepat rambat gelombang transversal dalam dawai (hukum Marsene)

v=

Keterangan: F = gaya tegangan dawai (N) = massa tali per satuan panjang (kg/m) v = kecepatan gelombang (m/s) Daya yang dirambatkan oleh gelombang

P=

E 2m 2 f 2 A2 = = 2v 2 f 2 A2 t t P 2 v 2 A2 = = 2 v 2 f 2 A2 AL AL

Intensitas gelombang:

I=

Keterangan: P = daya yang dirambatkan gelombang (watt) E = energi yang dirambatkan gelombang (J) = massa jenis tali (kg/m3) A = amplitudo (m) AL = luas penampang (m2) I = intensitas gelombang (W/m2)

SUHU
Perbandingan skala antara termometer X dengan termometer Y:

X X 0 Y Y0 = X t X 0 Yt Y0

Keterangan: X = suhu yang ditunjukkan termometer x X0 = titik tetap bawah termometer x Xt = titik tetap atas termometer x Y = suhu yang ditunjukkan termometer y Y0 = titik tetap bawah termometer y Yt = titik tetap atas termometer y Muai panjang

L Lt = L0(1 + . t) L0 .t

Keterangan: = koefisien muai panjang (K-1) L = Lt L0 = perubahan panjang (m) t = perubahan suhu (K) Muai luas

A = 2 At=A ( 1 + . t) A0 .t

Keterangan: = koefisien muai luas (K-1) = 2 A =At A0 = perubahan luas (m2) t = perubahan suhu (K) Muai volume

V Vt = V ( 1 + . t) V0 .t

Keterangan: = koefisien muai volume (K-1) = 3 V = Vt V0 = perubahan volume (m3) t = perubahan suhu (K) Kalor jenis (c) c=

Q m.T

Keterangan: c = kalor jenis (J . kg-1 . K-1) T = perubahan suhu (K) Q = kalor (J)

Kapasitas kalor (C) C=

Q = m.c T

Keterangan: C = kapasitas kalor (J/T) Azaz Black

Qlepas = Qterima
Kalor lebur/beku

Lf =

Q m

Keterangan: Lf = kalor lebur/beku (J.kg-1) Q = kalor (J) m = massa benda (kg) Kalor uap/didih

Lu =

Q m

Keterangan: Lu = kalor uap/didih (J.Kg-1) Q = kalor (J) m = massa benda (kg)

PERPINDAHAN KALOR
Besarnya kalor pada peristiwa konduksi: H = k.A.T/ Keterangan: H = kalor yang merambat pada medium (J) k = koefisien konduksi termal (J s-1m-1K-1) = panjang medium (m) A = luas penampang medium (m2) T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K) Besarnya kalor pada peristiwa konveksi: H = h.A.T Keterangan: H = kalor yang merambat pada medium (J) h = koefisien konduksi termal (J s-1m-2K-1) A= luas penampang medium (m2) T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)

Energi pada peristiwa radiasi (berlaku hukum Stefan): E = T4 jika permukaannya tidak hitam sempurna: E = e . T4 sementara energi yang dipancarkan ke lingkungan: E = e. (T4 - T04) Keterangan: = konstanta Stefan (5,675 . 10-8 W.m-2.K-1) T = suhu (K) e = emisivitas permukaan (0 < e <1) T0 = suhu sekitar atau suhu lingkungan

TEORI KINETIK GAS


Tekanan gas dalam ruang tertutup:

p=

3 pV 2N .Ek Ek = 2N 3V

Keterangan: p = tekanan gas (pa) Ek = energi kinetik gas (joule) N = jumlah gas V = volume (m3) Hukum Boyle: p.V = konstan Hukum Gay Lussac: V = K .T Hukum Boyle-Gay Lussac p .V = K .T atau p .V = N . k . T Persamaan gas ideal: p .V = n . R . T dengan

N =n N0

Keterangan: K = konstanta p = tekanan (pa atau N/m2) T = suhu (K) V = volume (m3) N0 = bilangan Avogadro = 6,025.1026 k mol-1 R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1 k = tetapan Boltzman = 1,38.10-23 JK-1 n = jumlah zat (mol)

Hubungan suhu mutlak dan energi kinetik partikel:

Ek =

3 2 kT T = Ek 2 3k 3 NkT 2 3 NkT 2 5 NkT 2 7 NkT 2

Energi dalam untuk gas monoatomik: U = Ek =

Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu rendah: U = Ek =

Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu sedang: U = Ek =

Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu tinggi: U = Ek =

Keterangan: U = energi dalam (J) Ek = energi kinetik (J) N = jumlah gas T = suhu (K) V = volume (m3)

TERMODINAMIKA
Usaha oleh lingkungan terhadap sistem (W): W = p.V Keterangan: W = usaha luar (J) p = tekanan (pa) V = perubahan volume (m3) Proses isothermal: T = konstan p.V = konstan W = 2,3 . n RT log Proses isokhorik: V = konstan W = 0 Proses isobarik: p = konstan W = p (V2 V1) Proses adiabatik: pV = konstan W = n Cv(T2 T1) = n .Cv.T

V2 V1

p = konstan T

V T

= konstan

Keterangan: W = usaha luar/kerja (J) n = jumlah zat (mol) R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1 T = suhu (K) T = perubahan suhu (K) V1 = volume awal (m3) V2 = volume akhir (m3) Cv = kapasitas kalor pada volume konstan (J/K) Kalor yang diberikan pada suatu sistem: Q = W + U Keterangan: Q = kalor yang diserap/dilepas sistem (J) U = perubahan energi dalam sistem (J) W = usaha luar/kerja (J) Kapasitas kalor gas (C): C=

Q = konstan T U + W U W = + C= T T T
Keterangan: C = kapasitas kalor gas (J/K) Q = perubahan kalor (J) T = perubahan suhu (K) U = perubahan energi dalam (J) Kapasitas kalor gas pada volume tetap (CV): Cv =

U T v

Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp): Cp = Cv + n R =

Cp Cv

Keterangan: Cv = kapasitas kalor gas pada volume tetap (J/K) Cp = kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (J/K) = tetapan/konstanta Laplace n = jumlah zat (mol) R = konstanta gas umum = 8,31.103 J.mol-1.K-1 Tetapan Laplace () untuk gas ideal monoatomik: = 1,67 Tetapan Laplace () untuk gas ideal diatomik: = 1,40

Usaha yang dilakukan pada gas dalam siklus Carnot:

W = Q1 - Q2 Q1 T1 = Q2 T2

Persamaan umum efisiensi mesin ( ):

W 100% Q1

Efisiensi mesin Carnot:

= 1

dengan 0 < < 1

T2 = 100% 1 T 1

Q2 100% Q1

Koefisien daya guna (K) pada mesin pendingin Carnot: K=

Q2 Q2 T2 = = W Q1 Q2 T1 T2

Keterangan: W = usaha atau kerja mesin (J) Q1 = kalor yang diserap pada suhu tinggi (J) Q2 = kalor yang diserap paa suhu rendah (J) T1 = suhu tinggi (K) T2 = suhu rendah (K) = efisiensi mesin (%) K = koefisien daya guna

LISTRIK STATIS
Gaya Coulomb antara dua benda yang bermuatan listrik

Fc = k

q1.q2 r2

Keterangan: Fc = gaya Coulomb (N) q1, q2 = muatan listrik (C) r = jarak kedua muatan (m) k=

1 4 0

= 9.109 Nm2/C2

Resultan gaya Coulomb pada suatu titik bermuatan

FR = F1 + F2 + F3 + ... F = kq
i =1 n

qi ri 2

Keterangan: F = gaya Coulomb (N) q = muatan yang ditinjau (C) qi = muatan-muatan yang berinteraksi dengan q (C) ri = jarak masing-masing muatan yang berinteraksi dengan q terhadap muatan q (m) = tanda (+) dan (-) menunjukkan tanda arah, bukan pada jenis muatan yang berinteraksi dengan q Kuat medan listrik (E)

E =

FC q =k 2 q r

Keterangan: E = kuat medan listrik (NC-1) FC = gaya Coulomb (N) q = muatan listrik (C) r = jarak antara titik dengan muatan listrik (m) Total garis gaya listrik yang menembus suatu permukaan = E A cos =

Keterangan: = jumlah total garis gaya yang menembus suatu permukaan E = kuat medan listrik (N/C) A = luas permukaan (m2) = sudut antara E dan A q = besar muatan listrik (C) 0 = 8,85 10-12 C2 N-1m-2 Beda energi potensial (Ep) antara dua titik dalam medan listrik homogen Ep = FC. s cos Keterangan: Ep = beda energi potensial (J) Fc = gaya Coulomb (N) = sudut antara FC dengan s s = jarak antara kedua titik (m) Untuk membawa muatan q2 ke titik lain didekat muatan q1 yang berjarak r dari muatan itu diperlukan energi sebesar: W = Ep = k. Keterangan: W = energi (J)

q1.q2 r

Kuat medan listrik homogen yang terdapat di antara dua plat sejajar bermuatan E=

Keterangan: E = kuat medan listrik = kerapatan muatan (jumlah muatan per satuan luas permukaan) 0 = 8,85 10-12 C2 N-1m-2 Beda potensial (V) antara dua titik dalam medan listrik homogen V =

E p

= -E s cos

Keterangan: s = jarak antara dua titik (m) Kapasitas kapasitor (C) C=

q V

Keterangan: C = kapasitas kapasitor (farad) q = muatan listrik (C) V = tegangan listrik (volt) Kapasitas kapasitor keping sejajar: C =

A d

Keterangan: = permitivitas dialektrik A = luas penampang (m2) d = jarak kedua keping (m) Kapasitas kapasitor susunan seri:

1 1 1 1 1 = + + + ... + Cs C1 C2 C3 Cn
Kapasitas kapasitor susunan paralel: CP = C1 + C2 + C3 + + Cn Energi yang tersimpan dalam kapasitor: W=

q2 = q.V = CV2 C

Keterangan: W = energi kapasitor (J) q = muatan listrik (C) V = tegangan listrik (volt) C = kapasitas kapasitor (farad) Cs = kapasitas kapasitor susunan seri (farad) Cp = kapasitas kapasitor susunan pararel (farad)

RANGKAIAN ARUS LISTRIK SEARAH


Kuat arus listrik (I) I=

q ne = t t

Keterangan: I = kuat arus listrik (Cs-1 atau ampere (A)) q = muatan listrik (C) t = waktu yang dibutuhkan untuk menghantarkan arus listrik (s) n = jumlah elektron e = muatan elektron = 1,6 . 10-19 C Hukum Ohm V =IR Keterangan: V = tegangan listrik (volt) I = kuat arus (ampere) R = hambatan ( = ohm) Hambatan (R) pada suatu penghantar R =

L A

Keterangan: R = hambatan penghantar ( = ohm) L = panjang penghantar (m) A = luas penampang penghantar (m2) = hambat jenis bahan (Ohm . m) Hukum Kirchoff I Imasuk = Ikeluar Hukum Kirchoff II E + I R = 0 Keterangan: I = arus masuk (A) E = tegangan listrik (volt) R = hambatan listrik (ohm) Hambatan listrik susunan seri (Rs) Rs = R1 + R2 + + Rn Hambatan listrik susunan pararel (Rp)

1 1 1 1 = + + ... + R p R1 R2 Rn
Tegangan listrik susunan seri (Es) Es = E1 +E2 + + En I=

n.E R + nr

Tegangan listrik susunan pararel (Ep) Ep = E I=

n.E r R+ n

Keterangan: I = arus listrik (A) E = tegangan listrik (volt) n = banyaknya sumber tegangan seri r = hambatan dalam masing-masing sumber (ohm) R = hambatan listrik (ohm) Energi listrik (W): W = q V = I2 R t Daya listrik (P): P=

V2 W = I2.R = = V.I t R

Keterangan: W = energi listrik (J) P = daya listrik (watt) t = waktu (s) I = arus listrik (A) R = hambatan listrik (ohm) V = tegangan listrik (volt)

INDUKSI MAGNETIK
Induksi magnetik (B): B=

Keterangan: B = induksi magnetik (weber/m2 atau tesla) = fluks magnetik (weber) A = luas penampang (m2) Induksi magnetik pada kawat lurus panjang (B) B=

0 I 2 a

Keterangan: B = medan magnetik (weber/m2 atau tesla) I = kuat arus listrik (ampere) a = jarak dari suatu titik ke penghantar 0 = permeabilitas ruang hampa = 4 .10-7 weber/ampere.meter

Induksi magnetik pada kawat melingkar berarus (B) B=

0 I N
2r

0 I N
L

Induksi magnetik pada selenoida di pusat: B = 0 n I dengan n =

N l

Keterangan: N = jumlah lilitan r = jari-jari lingkaran (m) L = panjang selenoida (m) n = jumlah lilitan per panjang selenoida Induksi magnetik pada selenoida di ujung kumparan: B =

0 I n
2

Induksi magnetik pada toroida: B=

R+r 0 I N IN atau B = 0 dengan a = 2 R 2 a 2

Gaya Lorentz pada kawat berarus dalam medan magnet: F = B I L sin Gaya Lorenzt dengan muatan bergerak dalam medan magnet: F = B q v sin Keterangan: F = gaya Lorenzt (N) B = medan magnetik (tesla atau T) I = arus listrik (A) q = muatan listrik (C) v = kecepatan gerak muatan (m/s) = sudut antara B dan I = sudut antara B dan v R = jari-jari toroida (m) Gaya Lorenzt pada dua kawat sejajar F=

0 I1 I 2 L 2 a

Momen kopel (M) M = N A B I sin Keterangan: I1 = kuat arus listrik pada kawat pertama (A) I2 = kuat arus listrik pada kawat kedua (A) L = panjang kawat (m) a = jarak antara dua kawat (m) M = momen kopel (Nm) N = jumlah lilitan A = luas penampang kumparan (m2) B = medan magnetik (T) I = kuat arus (A) = sudut antara bidang normal dengan medan magnet

Permeabilitas relatif suatu bahan r


=

Kuat medan magnet dengan inti besi B = r B0 Keterangan: r = permeabilitas relatif 0 = permeabilitas ruang hampa r = permeabilitas bahan B = kuat medan magnet dengan inti besi (feromagnetik: r >1) B0 = kuat medan magnet tanpa inti besi (udara)

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
GGL induksi ( ) menurut hukum Faraday

N t I t

GGL induksi diri menurut hukum Henry

=L

Fluks magnetik ( ) = B A cos Keterangan: = GGL induksi (volt atau V) N = jumlah kumparan = fluks magnetik (Wb) I = perubahan arus listrik (A) t = perubahan waktu (s) B = medan magnet (T) A = luas penampang (m2) = sudut antara medan magnet dan permukaan datar penampang Induktansi diri (L) L=N

atau I 0 N 2 A L= l

Energi yang tersimpan dalam induktor (W) W = L.I2 Induktansi silang (induktansi bersama): M=

0 N1 N 2 A
l

GGL induksi pada generator ( ): maks = N B A = maks sin t sementara kuat arus (I): Imaks = Imax sin t

Keterangan: L = induktansi diri (henry atau H) = fluks magnet (Wb) N = jumlah kumparan I = kuat arus listrik (A) l = panjang selenoida (m) 0 = permeabilitas udara = 4 107 Wb m/A W = energi yang tersimpan dalam induktor (J) M = induktansi silang (henry) N1 = jumlah lilitan pada selenoida pertama N2 = jumlah lilitan pada selenoida kedua A = luas penampang selenoida (m2) B = medan magnet (T) = kecepatan sudut (rad/s) t = waktu (s)

TRANSFORMATOR (TRAFO)
Besaran daya pada kumparan primer: Pp = Vp . Ip = Np . Ip Besaran daya pada kumparan sekunder: Ps = Vs . Is = Ns . Is Daya yang hilang: Philang = Pp Ps Hubungan antara besaran-besaran pada kumparan primer dan kumparan sekunder:

Vs N s I N dan P = s = Vp N p IS N p
Efisiensi transformator:

Ps 100% Pp

Keterangan: Pp = daya pada kumparan primer (watt) Ps = daya pada kumparan sekunder (watt) Vp = tegangan listrik pada kumparan primer (V) Vs = tegangan listrik pada kumparan sekunder (V) Ip = kuat arus pada kumparan primer (A) Is = kuat arus pada kumparan sekunder (A) Np = jumlah lilitan pada kumparan primer Ns = jumlah lilitan pada kumparan sekunder = efisiensi transformator (%)

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK


Nilai sesaat I = Imaks sin t V = Vmaks sin ( t )

Keterangan: I = arus listrik (A) Imaks = arus listrik maksimum (A) V = tegangan listrik (V) Vmaks = tegangan listrik maksimum (A) = kecepatan sudut (rad/s) t = waktu (s) Nilai efektif

I maks = 0,707.I maks 2 V Vef = maks = 0,707.Vmaks 2 I ef =


Keterangan: Ief = arus listrik efektif (A) Vef = tegangan listrik efektif (V) Rangkaian resistif I = Imaks sin t V = Vmaks sin t Prata-rata = Ief2.R Keterangan: Prata-rata = daya rata-rata (watt) R = resistor (ohm) Reaktansi induktif (XL) XL = L = 2 f L Impedansi rangkaian R-L:

Z =

Vmaks 2 = R2 + X L I maks

Tegangan rangkaian R-L: VL = I XL Sudut fase pada rangkaian R-L: Tg =

XL R X Cos = L Z

Keterangan: XL = reaktansi induktif (ohm) = kecepatan sudut (rad/s) f = frekuensi (Hz) L = induktansi induktor (H) Z = impedansi (ohm) VL = tegangan induktor (V) R = resistor (ohm) = sudut fase Cos = faktor daya

Rangkaian kapasitif I = Imaks sin t V =Vmaks sin (t - 90o) Reaktansi kapasitif (Xc) XC =

VC maks I maks

1 1 = C 2 f C

Keterangan: XC = reaktansi kapasitif (ohm) C = kapasitas kapasitor (farad atau F) Impedansi rangkaian R-C Z =

Vmaks 2 = R2 + X C I maks

Tegangan rangkaian R-C: VC = I XC Sudut fase pada rangkaian R-C: Tg =

XC R X Cos = C Z
Kuat arus pada rangkaian R-L-C I=

V VR VL VC = = = R R X L XC

Impedansi rangkaian R-L-C

Z = R 2 + ( X L X C )2
Tegangan pada rangkaian R-L-C

V = VR + (VL VC ) 2
Beda sudut fase pada rangkaian R-L-C tg =

X L X C VL VC = VR R R cos = Z
1 2 1 LC

Resonansi pada rangkaian R-L-C Syaratnya XL = XC sehingga:

f =

Keterangan: f = frekuensi resonansi (Hz) L = induktansi induktor (H) C = kapasitas kapasitor (F) Harga impedansinya berharga minimum: Z = R Daya rata-rata (Pr) Pr = Ief .Vef cos = Ief2.R cos

Keterangan: = sudut fase Daya semu (Ps) Ps = Ief .Vef = Ief2.R Faktor daya (cos ) cos =

Pr Ps

OPTIKA GEOMETRI
Pemantulan cahaya Hukum Snellius: sinar datang (i), sinar pantul (r), dan garis normal (N) terletak pada satu bidang datar; dan sudut datang sama dengan sudut pantul. Pembiasan cahaya n = indeks bias

n=

c v n2 n1

n2,1 =

n1 sin i = n2 sin r

sin i n2 v1 1 = = = sin r n1 v2 2

Keterangan: i = sudut datang r = sudut bias n = indeks bias mutlak c = kecepatan cahaya di ruang vakum/hampa = 3 108 m/s v = kecepatan cahaya dalam suatu medium (m/s) n2,1 = indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2 n1 = indeks bias medium 1 n2 = indeks bias medium 2 v1 = kecepatan cahaya di medium 1 (m/s) v2 = kecepatan cahaya di medium 2 (m/s) 1 = panjang gelombang di medium 1 (m)

2 = panjang gelombang di medium 2 (m)

Pembiasan pada prisma Besarnya sudut deviasi (D) pada prisma: D = (i1 + r2) - Sudut deviasi minimum (Dmin) berlaku pada prisma: Dmin = 2i1 , dan r1 =

Sementara untuk sudut Dmin dan yang kecil berlaku: Dmin = (n 1). Keterangan: = sudut puncak (pembias) prisma

Pembiasan pada bidang sferis (lengkung):

n1 n2 n2 n1 + = s s' R
n1s ' h' = n2 s h

Pembesaran (m) yang terjadi pada bidang sferis: m=

Keterangan: n1 = indeks bias medium n2 = indeks bias lensa s = jarak benda (m) s = jarak bayangan m) h = tinggi benda (m) h = tinggi bayangan (m) R = jari-jari kelengkungan lensa (m) Pembiasan pada benda yang berada di dalam kedalaman berbentuk bidang datar: s =

n2 s n1

Keterangan: s' = kedalaman benda yang terlihat (m) Sifat-sifat bayangan pada cermin datar: - Jarak bayangan ke cermin (s) = jarak benda ke cermin (s) - Tinggi bayangan (h) = tinggi benda (h) - Sifat bayangan: tegak dan maya (tidak dapat ditangkap layar) Perbesaran bayangan oleh cermin datar: M=

h' =1 h

Jarak fokus (f) pada cermin lengkung:

1 1 1 2 + = = s s' f R
atau

f = s=

R s' . s = 2 s '+ s s'. f s ' f s. f s f

Jarak benda (s) pada cermin lengkung:

Jarak bayangan (s) pada cermin lengkung:

s' =

Pembesaran (M) pada cermin lengkung:

s ' h' = atau s h f atau M= s f s ' f M= f


M=

Keterangan: f = jarak fokus (m) R = jari-jari kelengkungan cermin (m) s = jarak benda (m) s = jarak bayangan (m) h = tinggi benda (m) h = tinggi bayangan (m) M = pembesaran Jarak fokus pada pembiasan cahaya di lensa:

1 1 n1 1 + = 1 f nm R1 R2
Kekuatan lensa (P): P=

1 f 1 1 + + ... f1 f 2

Kekuatan lensa dan jarak fokus lensa gabungan: Pgab = P1 + P2 + ...

1 f gab

Keterangan: f = jarak fokus lensa (m) n1 = indeks bias lensa nm = indeks bias medium R1 = jari-jari kelengkungan lensa 1 (m) R2 = jari-jari kelengkungan lensa 2 (m) P = kekuatan lensa (dioptri) Pgab = kekuatan lensa gabungan (dioptri) fgab = jarak fokus lensa gabungan (m)

ALAT-ALAT OPTIK
Titik dekat mata normal (PP) = 25 cm Titik jauh mata normal (PR) = ~ Rabun jauh (miopi): PP < 25 cm dan PR < ~ P=

1 PR

Rabun dekat (hipermetropi): PP > 25 cm P=

1 1 s PR

Keterangan: P = kekuatan lensa (dioptri) s = jarak benda (m)

Lup Sifat bayangan pada lup (kaca pembesar): maya, tegak, diperbesar Pembesaran anguler pada lup saat mata tidak berakomodasi:

sn x = , sn = jarak titik dekat mata f f sn + 1 dengan sn = 25 cm f


+

Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi maksimal:

Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi pada jarak x:

= sn
f

f d sn S n = (1 + ) f x x

Pembesaran sudut pada lup:

s n s ' sn = s s '+ d s

Keterangan: = pembesaran sudut atau pembesaran anguler Sn = jarak titik dekat mata (m) f = jarak titik api atau titik fokus lup (m) d = jarak lup ke mata (m) x = jarak akomodasi (m) s = jarak benda (m) s = jarak bayangan (m) Mikroskop Sifat bayangannya: maya, terbalik, diperbesar Panjang mikroskop: d = fob + fok Pembesaran linear total: M = Mob . Mok =

sob ' sok ' sob sok sob ' sok ' sob sok
sob ' sn + 1 sob f ok

Pembesaran sudut total untuk mata yang tidak berakomodasi: M = Mob . Mok =

Pembesaran sudut total untuk mata yang berakomodasi maksimum: M = Mob . Mok =

Keterangan: M = pembesaran linear total Mob = pembesaran lensa obyektif Mok = pembesaran lensa okuler sob = jarak benda di depan lensa obyektif (m) sob = jarak bayangan yang dibentuk lensa obyektif (m) sok = jarak benda di depan lensa okuler (m) sok = jarak bayangan yang dibentuk lensa okuler (m) fob = fokus lensa obyektif (m) fok = fokus lensa okuler (m) d = panjang mikroskop (m)

Teropong Panjang teropong: d = fob + fok Pembesaran bayangan untuk mata yang berakomodasi maksimum:

M =

f ob +1 f ok f ob f ok

Pembesaran bayangan untuk mata yang tidak berakomodasi maksimum

M =

Dispersi Cahaya Sudut dispersi prisma ():


= Du - D m

Daya dispersi (): = (nu nm) Keterangan:


Du = sudut deviasi warna ungu Dm = sudut deviasi warna merah

nu = indeks bias warna ungu nm = indeks bias warna merah Interferensi Cahaya Interferensi cahaya pada celah ganda (percobaan Young) Garis terang (interferensi maksimum): sin = m

, dengan

pd =m L pd 1 = m + 2 L

Garis gelap (interferensi minimum): sin = (2m + 1)

2d

, dengan

Keterangan: = panjang gelombang (m) p = jarak pola ke terang pusat (m) d = jarak celah (m) L = jarak celah ke layar (m) m = orde = 0, 1, 2, 3, ... Interferensi cahaya pada selaput tipis Garis terang (interferensi maksimum): 2nd cos r = m +

1 2

Garis gelap (interferensi minimum): 2nd cos r = m Keterangan: n = indeks bias lapisan d = tebal lapisan (m) r = sudut bias m = order = 0, 1, 2, 3, ...

Difraksi Cahaya Difraksi cahaya pada celah tunggal: Garis terang (interferensi maksimum): d sin = m +

1 1 pd = m + dengan 2 2 L pd = m L

Garis gelap (interferensi minimum): d sin = m , dengan

Difraksi cahaya pada kisi difraksi: Garis terang (interferensi maksimum): d sin = m

pd = m L 1 d= N
Garis gelap (interferensi minimum): d sin = m +

pd 1 1 = m + dengan 2 2 L

Keterangan: d = jarak celah (m) p = jarak pola ke terang pusat (m) N = jumlah garis per satuan panjang = panjang gelombang (m) = sudut antara sinar yang dilenturkan dengan garis normal Polarisasi Cahaya Sudut polarisasi menurut hukum Brewster karena pembiasan dan pemantulan: tan p =

p + r = 90o

n' n

Keterangan: p = sudut pantul r = sudut bias n = indeks bias medium 1 n = indeks bias medium 2

KONSEP ATOM
Percobaan Thomson

e = 1,7 1011 C/kg m


Keterangan: e = muatan elementer = 1,60204 10-19 C me = massa elektron = 9,11 10-31 kg

Deret Lyman

Deret Paschen

= R(1 = R( = R( = R(

1 ) ; n = 2, 3, 4, n2

1 1 ) ; n = 4, 5, 6, 32 n 2 1 1 ) ; n = 5, 6, 7, 42 n 2 1 1 ) ; n = 6, 7, 8, 52 n 2

Deret Bracket

Deret Pfund

Keterangan: = panjang gelombang (m) R = tetapan Rydberg (1,0074 107 m-1) Model atom Bohr

h ) 2 rn = 5,3 . 10-11.n2
m.v.r = n ( En =

13,6 (dalam eV) n2 2,174.1018 (dalam J) En = n2


Keterangan: En = energi elektron pada kulit ke-n (eV) m = massa partikel (kg) v = kecepatan partikel (m/s) r = jari-jari orbit (m) n = bilangan kuantum utama = 1, 2, 3, ... h = konstanta Planck = 6,63 10-23 JS

Energi radiasi h . f = E1 E2 Keterangan: hf = energi radiasi E1 = energi awal atom E2 = energi keadaan akhir atom

INTI ATOM
Nuklida jenis inti atom ditulis:
A Z

Keterangan: X = jenis inti atom atau nama unsur A = nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron) Z = nomor atom (jumlah proton) Jumlah netron: N = A Z

Massa defek mD = mi mr, atau: mD = (Z.mp + N.mn) mr Energi ikat inti: Eb = mD . c2 Keterangan: mD = massa defek (kg) mi = massa inti (kg) mr = massa proton ditambah massa neutron (kg) Waktu paruh (T) N = No ()n dengan n = T =

t T1

ln 2

=
T1

0,693

= 1,44 T

Umur rata-rata:

T=

ln 2

Keterangan: N = jumlah sisa bahan yang meluruh N0 = jumlah bahan mula-mula t = waktu peluruhan (s) = konstanta peluruhan (disentregasi/s) T = umur rata-rata (tahun) T1 = waktu paruh (s)
2

Energi foton dalam spektrum emisi: Efoton = E2 - E1 = h.f Keterangan: Efoton = energi foton (J) h = konstanta Planck = 6,63 10-34 Js f = frekuensi (Hz)

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Cepat rambat gelombang magnetik (c)

c=

Keterangan: c = kecepatan atau cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s) = permitivitas medium (C2/Nm2) = permeabilitas medium (Wb.m/A)

Cepat rambat gelombang magnetik di ruang hampa

c=

0 0

Keterangan: 0 = permitivitas listrik ruang hampa = 8,85 10-12 C2/N.m2 0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4 10-7 Wb/A.m Laju energi rata-rata per m2 luas permukaan ( S )

S=

B Emaks Bmaks atau S = Emaks.Hmaks jika Hmaks = 20 0

Induksi magnetik pada gelombang elektromagnetik: E = 0 H.v = c.B dan Emaks = c.Bmaks Keterangan: S = laju energi rata-rata yang dipindahkan tiap m2 luas permukaan Emaks = medan listrik maksimum (N/C) Bmaks = medan magnet maksimum (T) 0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4 10-7 Wb/A.m v = kecepatan (m/s) c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s) H = intensitas medan magnet Energi radiasi kalor

W=

E P = = e. .T 4 t. A A

Keterangan: W = energi persatuan waktu persatuan luas (watt.m-2) P = daya (watt) e = koefisien emisivitas (0 < e < 1) e = 0 benda putih sempurna e = 1 benda hitam sempurna = konstanta Stefans-Boltzman = 5,67.10-6 watt.m-2K-4 Hukum pergeseran Wien b = maks . T Keterangan: maks = panjang gelombang yang dipancarkan pada energi maksimum (m) b = tetapan pergeseran Wien = 2,8978.10-3 mK T = suhu mutlak (K) Teori kuantum Planck Efoton = h f =

hc

hc

Etotal = n h f = n

E h P= = c

Keterangan: h = tetapan Planck = = 6,63 10-34 Js c = kecepatan cahaya (m/s) E = energi foton (J) P = momentum foton (kg m/s) = panjang gelombang (m) n = jumlah foton f = frekuensi foton (Hz) Efek fotolistrik Ek = E W= hf W W = h . f0 Ek = h (f f0) Keterangan: Ek = energi kinetik elektron (J) W = fungsi kerja logam (J) f = frekuensi foton (Hz) f0 = frekuensi ambang (Hz) h = konstanta Planck = 6,63 10-34 Js Efek Campton P=

E hf h = = c c h (1 cos ) me .c

= =

Keterangan: P = momentum foton (kg m/s) = panjang gelombang (m) h = tetapan Planck c = kecepatan cahaya = 3 108 m/s = panjang gelombang foton terhambur (m) = panjang gelombang foton datang (m)

= sudut hamburan foton

h = panjang gelombang Compton = 0,0243 me .c

me = massa diam elektron = 9,1 10-23 kg Teori de Broglie

h h = mv P h h atau = = 2 m Ek 2mqv

Keterangan: m = massa partikel (kg) v = kecepatan partikel (m/s) = panjang gelombang (m) P = momentum partikel (kg m/s) q = muatan partikel (C)

TEORI RELATIVITAS
Kecepatan relatif terhadap acuan diam:

vx =
x' =

vx ' + v v 'v 1 + x2 c x v.t


1

v2 c2 vx t 2 c t'= v2 1 2 c
Keterangan: vx = kecepatan relatif terhadap acuan diam (m/s) vx = kecepatan relatif terhadap acuan bergerak (m/s) v = kecepatan acuan bergerak terhadap acuan diam (m/s) c = kecepatan cahaya = 3 108 m/s x = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan pertama x' = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan kedua t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan kedua (s) t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan pertama (s) Kontraksi Lorenzt

L' = L 1 t

v2 c2

L b

Dilatasi waktu t =

v2 1 2 c m0 v2 1 2 c

t = b.t

Relativitas massa/massa relativistik m =

= b m0

Keterangan: L = panjang benda oleh pengamat bergerak (m) L = panjang benda oleh pengamat diam (m) b=

1
v2 1 2 c

= konstanta transformasi

t = lama waktu oleh pengamat diam (s) t = lama waktu oleh pengamat bergerak (s) m = massa benda bergerak (kg) m0 = massa benda diam (kg)

Relativitas momentum/momentum relativistik: p = m .v =

m0 .v v2 1 2 c

= b m0 v

Relativitas energi/energi relativistik: Untuk benda yang bergerak: E=

m0 .c 2 1 v c2
2

= b m0 c 2

Untuk benda diam:

m0 c 2 E0 = = m0 c 2 1 0
Energi kinetik relativistik:

Ek = E - E0 =

m0 c 2 1 v c2
2

m0 c 2 = (b 1)m0.c 2

Keterangan: p = momentum relativistik (kg m/s) E0 = energi diam (J) E = energi total (J) Ek = energi kinetik (J)

Anda mungkin juga menyukai