Anda di halaman 1dari 3

Pusat Telaah dan Informasi Regional (Center For Regional Information and Studies) Banten

Policy Note NASKAH AKADEMIK DAN RAPERDA PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN ANAK DAN PEREMPUAN KOTA SERANG Asep Nur Fiqh, | Public Policy and Parlementary Division dan Panji Bahari Noor Romadhon, Purwanti Kusuma Wardhani | Gender and Budget Division PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia memasukkan poin khusus tentang Hak Asasi Manusia, sehingga membuat Indonesia sebagai sebuah negara yang harus menghargai dan melindungi Hak Azasi Manusia (HAM), HAM merupakan hak kodrati yang melekat pada manusia yang tidak bisa dipisahkan, perlindungan terhadap kelompok rentan banyaknya kasus pelecehan terhadap anak dan perempuan menjadi tanggung jawab negara untuk serta merta menjaga dan melindungi. Secara filosofis anak bukan hak milik semata, kehidupan dan nasib anak-anak adalah menjadi urusan bersama masyarakat. Hak perempuan secara filosofis tidak bisa diredukasi menjadi hak keibuan belaka, sedangkan tidak semua perempuan menjadi ibu, karena itu perempuan tidak perlu menjadi ibu terlebih dahulu agar hak hak asasi mereka terlindungi. Ketidakadilan gender merupakan ketidakadilan sosial, untuk mereduksi dan mengantisipasi ketidakadilan dan kesenjangan gender tersebut dibutuhkan dorongan dan dukungan secara kebijakan, legitimasi yuridis, dari peraturan perundang-undangan yang menghindarkan terjadinya pelecehan dan eksploitasi terhadap kelompok rentan, terutama dari kelompok anak anak dan perempuan. Desentralisasi Indonesia telah menempatkan pemerintahan daerah sebagai ujung pelayanan dan pelaksana lapangan dari berbagai kebijakan dan program. Kedudukan yang strategis menjadikan pemerintah daerah sebagai aktor penting dalam membangun keadilan dan kesetaraan gender. Oleh karena itu, momen perubahan dan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) menjadi kesempatan berharga bagi setiap warga untuk memastikan, bahwa Raperda yang ditetapkannya memiliki norma-norma kesetaraan gender dan keadilan gender. ANALISIS 1. Lemahnya data dan Informasi, data dan informasi yang ditampilkan masih kategori data dan informasi umum terhadap sebuah kondisi yang terjadi. Lihat halaman.2 paragraf akhir.hal 46 (tabel 6),hal 43 (tabel 7 dan 8),hal 44 (tabel 9) Gambaran prevalensi dan pencegahan, kurangnya deskripsi terhadap kondisi prevalensi dan bentuk pencegahan yang akan dilakukan, dan tidak terlihat bentuk-bentuk pencegahan, sehingga tidak menceritakan pada bagian apa yang akan di atur karena kasus-kasus yang disajikan masih bersifat umum. Identifikasi masalah tidak menggambarkan masalah yang harus diatur dalam, permasalahan, kebutuhan, pertimbangan dan sasaran adalah empat pokok masalah yang seharusnya muncul dalam identifikasi masalah, namun dalam naskah akademik ini tidak terlihat apa yang akan ditemukan dan diuraikan dalam naskah akademik tersebut.
1

2.

3.

Pusat Telaah dan Informasi Regional (Center For Regional Information and Studies) Banten
4. Tujuan yang masih hambar, lemahnya identifikasi masalah membuat tujuan penyusunan raperda menjadi kabur, sehingga tujuan dan manfaat terhadap Raperda perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan tidak sampai Lemahnya metode yang digunakan, Naskah akademik ini hanya menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan data sekunder, hal ini menyebabkan prevalensi tidak tergambarkan. Evaluasi perundang-undangan, belum menunjukan hasil evaluasi dan analisis peraturan yang ada, poin-poin hanya menunjukan pasal- pasal dalam Undang-undang yang diadopsi kepada Raperda. Landasan filosofis masih normatif, filosofi yang dibangun tidak mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum Landasan sosiologis belum objektif, landasan tidak menggambarkan kondisi objektif dan fakta empiris terkait masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara terhadap kebutuhan lahirnya peraturan daerah ini 2. Metode yang digunakan harus diperkuat dengan data wawancara, diskusi dan rapat dengar pendapat serta observasi yang mendalam. Sehingga beberapa hal yang menyangkut permasalahan, kondisi yang akan di atur dapat tergambarkan dalam NA. Evaluasi dan analisis harus menunjukan harmonisasi secara vertikal dan horizontal antara Peraturan Perundangundangan yang ada serta posisi dari Undang-undang dan Peraturan Daerah Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 45. Landasan sosiologis harus mengungkap fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat di kota serang Harus adanya strategi pencegahan kekerasan dan eksploitasi anak dan perempuan Untuk kenakalan anak harus memiliki bobot prioritas pencegahan yang cukup dikarenakan merupakan hak anak untuk dilindungi Permasalahan kemisikinan merupakan akar dari berbagai permasalahan yang lain, khusus permasalahan kesejahteraan perempuan, bobot prioritas kesetaraan upah menjadi hal yang harus diperjelas, dikarenakan masih banyaknya perempuan yang merangkap sebagai kepala rumah tangga. Hal-hal yang mesti diatur menurut perspektif perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan dalam Raperda adalah: (i). prinsip dan tujuan penyelenggaraan perlindungan
2

5.

3.

6.

4.

7.

8.

5.

6.

USULAN TERHADAP NASKAH AKADEMIK DAN RAPERDA 1. Data harus menggambarkan apa yang akan diatur dalam sebuah Perda dan terklasifikasi dengan jelas, Data anak dan perempuan yang mengalami kekerasan (fisik, mental, seksual) dan eksploitasi (seksual dan ekonomi), penelantaran, dan perlakuan salah lainnya, termasuk perempuan dan anak yang berkonflik dengan hukum.Klasifikasi data ini selain berupa data yang terlaporkan juga harus merupakan data yang menunjukkan prevalensi secara holistik.

7.

8.

9.

Pusat Telaah dan Informasi Regional (Center For Regional Information and Studies) Banten
dan kesejahteraan anak dan perempuan; (ii). sektor-sektor yang menjadi urusan perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan; (iii). tugas dan kewajiban pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tua; (iv). Hak anak dan perempuan; (v). Penyelenggaraan, perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan; (vi). Kerjasama dan kemitraan. Prinsip dan tujuan perlindungan dan kesejaahteraan anak dan perempuan. Bagian ini untuk menegaskan eksistensi dari nilai kemanusiaan, nilai kebenaran dan nilai keadilan serta norma-norma kesetaraan gender, non-diskriminasi, basis kepentingan dan kebutuhan anak dan perempuan. Sektor-sektor yang menjadi urusan dalam perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan. sektor-sektor yang dimaksud adalah ruang lingkup atau substansi dari urusan perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan. Tugas dan kewajiban pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Bagian ini merupakan pembagian secara teknis dari sektor-sektor pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Penegasan atas pembagian didalam tugas dan kewajiban menentukan bagaimana perlakuan dan afirmasi atas perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan. Hak anak dan perempuan, sebagai kelompok yang rentan terkena kekerasan (fisik, mental, seksual) dan eksploitasi (seksual dan ekonomi), penelantaran, dan perlakuan salah lainnya, termasuk berkonflik dengan hukum maka, harus dijabarkan hak-hak dasar anak dan perempuan dalam menghadapi kondisi tersebut. Penyelenggaraan, perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan. Dalam melaksanakan kebijakan, harus ditunjuk penyelenggara yang jelas, standar minimal pelayanan, pembiayaan, rencana strategis, bentuk dan mekanisme pencegahan, mekanisme pendampingan dan pemberdayaan serta sanksi. 15. Kerjasama dan kemitraan, dalam menyelenggarakan perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan pemerintah daerah dapat bekerjasama dan bermitra dengan stakeholder yang lain agar tujuan perlindungan dan kesejahteraan anak dan perempuan tercapai dengan baik. KONKLUSI. Demikian masukan-masukan dari PATTIRO BANTEN atas substansi dari Naskah Akademik dan Raperda yang sedang dibahas oleh Pansus DPRD Kota Serang. masukan-masukan ini dapat menjadi pertimbangan utama dalam memperkaya substansi Raperda Perlindungan dan Kesejahteraan Anak dan Perempuan. Catatan penting adalah 1. Naskah akademik perlu dilakukan kajian ulang karena belum maksimal mengikuti ketentuan dalam UU NO 12 tahun 2011 2. Biasnya Gambaran umum, identifikasi, tujuan, masalah serta lainnya yang belum banyak tergambar dalam NA, menjadikan NA dan Raperda seperti Jauh panggang daripada api. Sehingga membuat Raperda jalan sendiri-sendiri tidak jelas apa akan diatur dalam Perda. Harapannya materi muatan dalam Raperda ini bersifat progresif, reformis, dan membawa kemajuan kota Serang dalam menghadapi tantangan global yang makin kompleks. Karena seyogya, Peraturan Daerah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dan menyerap juga norma-norma yang hidup didalamnya

10.

11.

12.

13.

14.

Anda mungkin juga menyukai