Definisi
Trauma yg menyebabkan cedera pada jaringan lunak serta jaringan keras di daerah wajah, mulut dan dentoalveolar.
Cedera jaringan :abrasi, kontusio, luka bakar dan laserasi.
Cedera dentoalveolar : fraktur tulang alveolar serta fraktur pada gigi geligi;dapat disertai dengan kegoyangan gigi, pergeseran letak gigi, dan avulsi.
fraktur wajah meliputi fraktur mandibula, fraktur midface dan laserasi wajah.
Definisi
Cedera pada wajah atau rahang yang disebabkan oleh tekanan fisik, adanya benda asing, gigitan binatang ataupun manusia.
Luka bakar disebabkan oleh karena benda panas, gesekan, elektrik, radiasi, atau zat kimia
Bentuk2 Luka
luka sayat (vulnus scisssum) disebabkan oleh benda tajam
luka tusuk (vulnus punctum) akibat benda runcing
luka robek atau laserasi (vulnus laceratum), tepinya tidak rata atau compang-camping yang disebabakan oleh benda yang permukaannya tidak rata
luka lecet akibat gesekan (eskoriasi) luka akibat panas dan zat kimia menyebabkan vulnus kombusi.
Etiologi
KLL
Kecelakaan kerja Olahraga Alus listrik Bahan kimia
Klasifikasi
Fraktur kerangka wajah
Cedera jaringan gigi. Cedera jaringan lunak.
Anatomi
Neuroccranium :
Os. Frontale Os. Parietale
Os. Temporale
Os. Sphenoidale Os. Occipitalis
Os. Ethmoidalis
Anatomi
Viscerocranium :
Os. Maksilare Os. Palatinum Os. Nasale Os. Lacrimale Os. Zygomatikum Os. Concha nasalis inferior
Vomer
Os. Mandibulare
Anatomi
Buttress pada maksila : menghasilkan suatu sistem penyangga unit-unit fungsi pada oral, nasal dan orbital.
Tulang nasomaksilaris - medial Tulang zigomatikomaksilaris - lateral Tulang pterygomaksilaris posterior
Diagnosis : Anamnesis
Identitas
Kapan Dimana Bagaimana Perawatan
Diagnosis : Anamnesis
Status kesehatan pasien
Mual, muntah, pingsan, amnesia, sakit kepala, gangguan penglihatan, atau kebingungan
gangguan oklusi
Kepala
Luka bagian mana
Karekteristik luka Ada tidaknya steap atau jarak,diskontiniu, pergeseran, hilangnya penonjolan Palpasi secara hati-hati
Mandibula
Pergeseran lateral, inferior
Diskontiniu Nyeri tekan
Fraktur Mandibula
Fraktur Mandibula
Radiologi
memerlukan dua atau lebih gambaran
Panoramik proyeksi Towne
proyeksi posteroanterior
proyeksi oblik lateral kiri dan kanan
CT scan kepala
Penatalaksanaan : Emergency
Airway
Breathing Circulation Disability
Penatalaksanaan
Fiksasi dan stabilisasi yang cukup stabil pada daerahdaerah yang tidak stabil.
Rekonstruksi 3 dimensi yaitu vertikal, horisontal dan transversal. prinsip umum :
bottom to top (bawah ke atas)
Penatalaksanaan
Apabila kranium frontalis masih intak atau terdapat fraktur pada fossa kranial anterior atau fronto-orbital bar tanpa adanya kehilangan tulang atau dimana struktur-struktur tulang tersebut di atas telah terekonstruksi dengan kuat, regio midfasial dapat direkonstruksi dalam arah atas ke bawah.
bila terdapat diskontinuitas pada lengkung mandibula, hilangnya tulang pada tulang kranial dan diskontinuitas pada dasar fosa kranial anterior atau hilangnya titik referensi, pendekatan dilakukan dalam arah bawah ke atas.
Bottom to top
Rekonstruksi dimulai dari mandibula (lenkung mandibula) Fraktur kondilus perlu reduksi segera dan fiksasi internal untuk mempertahankan ketinggian fasial.
maksila yang mengalami disimpaksi dapat dikoreksi dengan menyesuaikan oklusi pada rahang bawah dan dilakukan fiksasi intermaksilaris. Perbaikan dapat dilanjutkan dalam arah atas ke bawah dan bertemu dengan segmen maksilomandibula yang telah terfiksasi.
Bottom to top
fraktur sagital pada maksila dilakukan reduksi dan fiksasi untuk mendapatkan kembali lengkung maksila sehingga koreksi terhadap lebar wajah tengah dapat tercapai, menempatkan miniplate secara transversal pada maksila. Kerugian : rekonstruksi dilakukan dimulai dari jarak yang cukup jauh dari elemen simetris yang stabil yaitu basis kranial.
Ketidakakuratan dalam mereduksi dan mereposisi fraktur kondilus akan menyebabkan asimetri wajah.
Top to Bottom
1. Rekonstruksi bagian luar rangka fasial pada fraktur panfasial meliputi lengkung zygomatik, kompleks malar dan tulang frontalis.
2. rekonstruksi dilakukan pada bagian dalam rangka fasial atau pada kompleks naso-orbitho-ethmoidal, sutura zygomatikofrontalis dan orbital rim. Setelah itu dilakukan rekonstruksi pada maksila pada Le Fort I dengan menggunakan plat pada buttress.
Cangkok tulang
merekonstruksi dinding orbital dan hidung.
koreksi sekunder bila dibutuhkan untuk menambah kontur pada regio tertentu dan memperbaiki kesimetrisan wajah