Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 1:

Syafiq Ubaidillah Dewi Masrurroh Wulan Nursyam N. (111810401015) (111810401017) (111810401024)

Zakiyatul Khoiriyah (111810401038) Lutvita Romi E. Siti Himmatul A. (111810401041) (111810401046)

PENANGANAN LIMBAH CAIR LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FMIPA UJ Pendahuluan Perlunnya Perhatian Khusus terhadap Limbah Lab. Mikrobiologi FMIPA Universitas Jember (UJ) Laboratorium mikrobiologi Universitas Jember merupakan salah satu Laboratorium penyumbang limbah cair di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNEJ. Berbagai limbah cair hampir setiap hari dihasilkan dari kegiatan praktikum yang dilakukan Mahasiswa pada laboratorium ini, dan kemungkinan besar masih banyak praktikan yang belum mengerti bagaimana memperlakukan limbah cair tersebut. Berbagai limbah yang dihasilkan dari laboratorium mikrobiologi diantaranya adalah media agar, pepton, mikroba, enzim, alkohol asam, MgSO4, NAOH, HCl, KH2PO4, indikator PP, berbagai zat-zat pewarna seperti safranin, methilen blue, logam-logam berat seperti timbal, ETDA dan sebagainya. Limbah cair laboratorium mikrobiologi hampir menyerupai limbah rumah sakit yang banyak mengandung bahan organik dan mikroba. Apabila limbah cair tersebut dibuang sembarangan tanpa adanya penanganan khusus dan kemudian terakumulasi dalam tanah atau bahkan air tanah maka tentulah akan sangat mempengarungi lingkungan sekitar karena ada beberapa bahan yang termasuk limbah B3 ( Bahan Berbahaya Beracun), meskipun jumlahnya tidak sebanyak limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri berskala besar. What ( apa yang dimaksud limbah cair laboratorium mikrobiologi?). Limbah secara difinitif diartikan sebagai buangan hasil dari suatu proses/ kegiatan produksi baik industri ataupun domestik ( rumah tangga /individu/organisme), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Karakteristik limbah sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro), sifatnya dinamis, penyebarannya luas serta dampaknya yang relartif lama. Berdasarkan karakteristiknya limbah digolongkan kedalam empat bagian yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ). Limbah cair memiliki karakter fisik berupa cairan. Kualitas limbah ini sangat dipengaruhi oleh volume limbah,kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah (Wijayanti, tanpa tahun). Who ( apa sajakah limbah cair laboraorium mikrobiologi itu ?) Limbah yang dihasilkan dari laboratorium mikrobiologi diantaranya adalah media agar, pepton, mikroba, enzim, alkohol asam, MgSO4, NAOH, HCl, KH2PO4, (indikator PP), berbagai zat-zat pewarna seperti safranin, methilen blue, dan lain sebagainya.

When ( kapan pengolahan limbah cair laboratorium mikrobologi UNEJ dilakukan ?) Pengolahan limbah mikrobiologi UNEJ dilakukan biasanya setelah praktikum dilkukan, hal ini bertujuan agar limbah tidak menumpuk sehingga kuantitasnya bertambah, ketika kuantitas limbah ini semakin meningkat, maka otomatis pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar akan semakin besar. Where ( dimana limbah cair laboratorium mikrobiologi FMIPA UNIVERSITAS Jember diolah ?) Limbah laboratorium mikrobiologi UNEJ diolah di dapur Laboratorium mikro dengan prosedur tertentu. Adapun prosedur yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang sudah menjadi limbah serta penetralan terhadap zat kimia yang sudah digunakan. Sehingga saat dibuang,tidak ada unsur maupun mikroorganisme yang ikut terbuang ke lingkungan. Pembuangan dari limbah ini diletakkan dalam TPS yang berada di belakang laboratorium mikrobiologi. Selanjutnya, akan dibakar agar tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan laoratorium mikrobiologi UNEJ How ( bagaimana teknik pengolahan limbah cair di laboratorium mikrobiologi UJ ?) Cara mengolah limbah di laboratorium mikrobiologi FMIPA UJ melalui : Limbah padat dan cair yg berisi mikroorganisme yang berbahaya terlebih dahulu dimasukkan ke dal am keranjang autoklaf dengan suhu 1210 C dengan tekanan 2 atm selama 1520 menit dengan tujuan agar mikroorganisme yg ada di dalam medium mati kemudian limbah tersebut di buang ke dalam tempat sampah. Limbah cair yang berupa bahan kimia langsung di buang ke wastafel kemudian dialiri air dengan banyak agar konsentrasi bahan kimia menjadi netral, dan tidak merusak lingkungan di sekitar laboratorium mikrobiologi itu sendiri. ( sumber: wawancara penulis terhadap pihak lab. Mikrobiologi UJ.) Teknik pengolahan limbah cair seperti yang tersebut diatas menurut kami merupakan metode yang bersifat jangka pendek khusunya pada pengolahan limbah bahan kimia artinya hanya menyelesaikan masalah dalam waktu dekat, namun juga memiliki resiko jangka panjang. Hal ini dikarenakan ada beberapa bahan kimia cair yang tidak larut dalam air seperti asam kuat ataupun basa kuat. Penambahan air pada dasarnya akan menurukan konsentrasi larutan dan menurunkan pH larutan. Namun juga perlu diketahui kecepatan air menguap dibanding beberapa senyawa tertentu juga menjadi kelemahan metode ini. Misalkan saja asam asetat ataupun asam sulfat (bertitik didih 330 0 C) yang sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, keduanya memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada titik didih air yang hanya mencapai 100 0C, hal ini jelas menyebabkan asam- asam kuat ini akan tetap terakumulasi meskipun air yang melarutkannya telah habis menguap. Selain pemborosan air, juga karena beberapa senyawa laboratorium ada yang tidak larut dalam air seperti logam berat Pb2+ ( timbal), Cu3+ , sehingga otomatis metode yang digunakan akan semakin tidak efektif. Penggunaan autoklaf ( uap panas bertekanan ) untuk mengatasi limbah cair laboratorium yang diduga mengandung mikrob seperti isolat cair, media agar dan sebagainya memang untuk beberapa mikrob sangat efektif, Namun ada juga beberapa mikrob yang mampu bertahan dengan metode ini, seperti mikrob berendospora, bakteri-bakteri Thermofilik ataupun hipertermofilik. How ( bagaimana metode untuk menangani limbah cair secara efektif ?

Pada dasarnya pengolahan limbah cair laboratorium dapat dilakukan dengan 3 teknik dasar yaitu secara fisik, kimia dan secara biologis. Pada jenis limbah cair lab mikro tertentu ( yang biasanya mengandung bahan kimia terlarut sekaligus mengandung mikrob) penggunaan ketiga metode ini secara simultan akan sangat efektif dalam menanggulangi berbai limbah cair. Sebagai contoh : Dalam praktikum daya hambat bakteri digunakan timbal(Pb2+) yang ditempatkan pada media tumbuh untuk menguji sifat bakteri tertentu. Ketika praktikum telah dilakukan maka akan menyisakan limbah yang berupa campuran antara bahan kimia dan mikroba. Penganan secara fisik akan memisahkan timbal dengan media, penganan secara kimiawi akan mengurangi dampak logam berat dengan mereaksikannya pada senyawa tertentu. Penganan secara biologis akan mengurangi efek bahan kimia yang digunakan dan mengendalikan mikrob. Pengolahan limbah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu penapisan, pengendapan, flotasi, filtrasi dan absorbsi. Penapisan (screening) merupakan metode fisik yang dilakukan untuk memisahkan partikel tersuspensi dari suatu larutan. Biasanya digunakan kertas screening untuk memisahkan kompenen terlarut dengan pelarutnya, sebelum limbah diolah pada tahap selanjutnya.pada teknik pengendapan bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses ini. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Tangki pengendapan didesain sedemikian rupa agar limbah cair memiliki kecepatan aliran yang cukup rendah sehingga memungkinkan
Gambar 1. Skema Diagram Pengolahan Fisik.( Hidayat, 2012)

padatan untuk mengendap. Tangki pengendapan yang didesain dan dioperasikan secara efisien dapat menyisihkan 50 hingga 70 persen suspended solids dan 25 hingga 40 persen BOD (biochemical oxygen demand) dari dalam air limbah (Hidayat , 2012).

Teknik flotasi digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Pada proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan ke dalam tangki untuk mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan (Hidayat, 2012). Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat. Dalam proses filtrasi juga terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi, efisiensi proses dan sebagainya .Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses kimia atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses penyaringan atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses filtrasi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa kimia (misalnya: fenol) dan senyawa kimia terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. ( Hidayat, 2012). Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Kecepatan adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, tekanan (untuk gas), ukuran partikel dan porositas adsorben. Juga tergantung pada ukuran molekul bahan yang akan diadsorpsi dan pada viskositas campuran yang akan dipisahkan (cairan, gas). Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap ( koloid) , campuran logam erat, senyawa fosfor dan zat organik beracun .Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahanbahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan( flokulasi-koagulasi), baik dengan ataupun tanpa reaksi oksidasireduksi. Pengolahan secara kimiawi dapat dilakukan dengan netralisasi dan koagulasi.
Gambar 2. Skema Diagram pengolahan Kimiawi

Netralisasi dilakukan agar menjaga pH limbah cair berada pada kisaran 6,5-8,5 karena selain bersifat netral juga karena sebagian besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral. Koagulasi dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5 yang bertujuan agar pH menjadi netral (Hidayat, 2012) Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth)

Gambar 3. Pengolahan secara biologi

Pengolahan limbah cair secara aerob dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah lumpur aktif dan trickling filter. Trickling filter merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair dengan memanfaatkan media padat sebagai tempat mikroorganisme menempel dan limbah cair dialirkan dari atas. Udara mengalir dari bawah sehingga terjadi kontak antara udara, limbah dan mikroorganisme.( Nuradhisthana,2012)

Gambar 4. Trickling Filter. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Trickling_filter.

Activated sludge (lumpur aktif) adalah proses penanganan limbah dimana udara atau oksigen akan masuk ke dalam cairan limbah untuk mengembangkan pembentukan flok bilogis sehingga mengurangi kandungan oraganik dalam limbah. Dalam unit lumpur aktif, setelah limbah mendapat penanganan yang cukup maka limbah dialirkan ke bak pengendapan. (Nuradhisthana,2012)

Gambar 5. Lumpur Aktif. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Activated_sludge

Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan air limbah secara biologis aerob yang melibatkan reaksi-reaksi mikrobiologis. Untuk mencapai kualitas effluent yang baik, substansi yang ada dihilangkan dengan menggunakan mikroorganisme yang ada dalam lumpur aktif. Zat- zat yang terkandung dalam air buangan, berguna sebagai makanan dan pertumbuhan sel baru. Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biological untuk mengolah limbah organik. Mikrobiologi yang terlibat dalam proses termasuk fakultatif dan mikroorganisme anaerob, dimana tidak ada oksigen, mengubah material menjadi produk akhir gas seperti karbondioksida dan metana.Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S) dan hydrogen (H2). Proses yang terlibat adalah fermentasi asam dan fermentasi metana. Keuntungan utama proses anaerob selama pengolahan anaerob adalah : 1. Yield biomass untuk proses anaerob lebih rendah disbanding system aerob. 2. Aerasi tidak digunakan, biaya capital dan pemakaian energi rendah. 3 Gas metana yang dihasilkan proses anaerob bisa dinilai secara ekonomis. 4. Loading organic lebih tinggi pada system anaerob dibandingkan system aerob. Kelemahan proses anaerob: 1. Energi yang dipakai untuk temperature reactor untuk memelihara aktifitas mikroba (350C). 2. Waktu tahan lebih tinggi pada proses anaerob dari pengolahan aerob. 3. Bau yang tidak disadari dihasilkan proses anaerob karena menghasilkan gas H2S dan merkaptan. 4 Settling biomass anaerob di clarifier lebih sulit untuk diolah dibandingkan sedimentasi biomass. 5. Reactor operasi anaerob tidak semudah anaerob.( Hidayat, 2012).

Daftar Pustaka
Hidayat, nur. 2012. Teknologi pengolahan limbah cair. Malang : UB Press. http://en.wikipedia.org/wiki/Activated_sludge

http://en.wikipedia.org/wiki/Trickling_filter.
Wijayanti, endang. Tanpa tahun. Penangan Limbah Cair Laboratorium Kimia. Yogyakarta : UNY press.

Nuradhisthana, Wirasanti, Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Mikrobiologi Industri Menggunakan Lumpur Aktif Aerobik Dan Anaerobik. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, Hal. 40-45

Anda mungkin juga menyukai