Anda di halaman 1dari 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA KAITANNYA DENGAN EKSISTENSI BPKP. I.

Latar Belakang 1. Umum Bahwa dalam rangka pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan negara yang mengatur perbendaharaan negara. Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan pula untuk memperkokoh landasan pelasanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah telah diberikan kewenangan yang luas, demikian pula dana yang diperlukan untuk penyelenggaraan kewenangan tersebut. Agar kewenangan dan dana tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk penyelenggaraan tugas pemerintah didaerah, diperlukan kaidah-kaidah sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan daerah. Bahwa Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Compabiliteitswet (Staatblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terkhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 Nomor 53), tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pertang gungjawaban keuangan negara, maka dibentuk Undang-undang tentang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004. 2. Batasan Pengertian Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.(Pasal 1 ayat 1 UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan negara). I. Kaitan UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara eksistensi BPKP. dengan

Undang Perbendaharaan tersebut terdiri dari 14 Bab dan 74 pasal. Dari 14 Bab tersebut yang kemungkinan terdapat kaitannya dengan BPKP adalah Bab X tentang Pengendalian Intern Pemerintah. Dari 74 pasal, yang ada kemungkinan ada kaitannya dengan BPKP adalah pasal 58 yang termasuk dalam Bab X. Dalam pasal 58 disebutkan sebagai berikut: Ayat (1)

Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelengarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Ayat (2) Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sesuai penjelasan pasal 58 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang perbendaharaan. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di bidang pemerintahan masingmasing. Gubernur/bupati/walikota mengatur lebih lanjut dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya. Ayat (2) Sistem pengendalian intern yang akan dituangkan dalam peraturan pemerintah dimaksud dikonsultasikan dengan Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan penjelasan pasal 58 tersebut dapat diartikan bahwa BPKP masih mempunyai peluang tetap eksis, tetapi tergantung dari pihak-pihak yang menpersiapkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pengendalian Intern Pemerintah dan juga keberhasilan dalam konsultasi tentang PP tersebut. Dengan paradigma baru BPKP, dinyatakan bahwa BPKP adalah Auditor Intern Pemerintah, sehingga tugas pokoknya adalah membantu pemerintah (Presiden) dalam pengendalian keuangan negara. Selain itu BPKP mempunyai perwakilan hampir di semua propinsi di Indonesia dan mempunyai sarana dan prasarana yang cukup untuk membantu Presiden, khususnya bidang SDM nya., sehingga akan dapat membantu pemerintah dalam audit disemua propinsi ataupun kabupaten di seluruh Indonesia dengan diberlakukannya desentralisasi dan otonomi daerah dimana kewenangan daerah maupun dana yang dikelola daerah sangat besar. Untuk itu diperlukan pengawasan yang baik agar kewenangan maupun dana yang dikelola tersebut dapat efektif dan efisien. Hal ini tergantung kepada pemerintah apakah menghendaki hal tersebut dan kalau pemerintah menghendaki hal tersebut harus diatur lebih lanjut dalam PP Pengendalian Intern Pemerintah agar tugas pokok maupun kewenangannya jelas.

II.

Kesimpulan BPKP masih punya peluang yang memfungsikan diri sebagai auditor intern pemerintah setelah terbitnya UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, apakah namanya masih tetap BPKP ataupun dengan nama lain.

Anda mungkin juga menyukai