Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kekuatan suatu bangsa untuk bersaing menjadi bangsa yang lebih maju dan berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan sangat penting dan menjadi perioritas utama pemerintah untuk terus berupaya menjadikan pendidikan lebih maju dengan cara menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai dan didukung oleh sarana dan prasarana pembelajaran sesuai kebutuhan. Selain pemerintah, masyarakat bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mendorong siswa untuk belajar lebih giat, khususnya dalam lingkungan keluarga masing-masing. Di antara kedua unsur tersebut peranan dan tanggung jawab yang paling besar terhadap kemajuan pendidikan adalah guru, karena guru merupakan orang yang berhubungan langsung dengan siswa yaitu mendidik, membina, mengajak serta memotivasi siswa secara teknis untuk menguasai materi pembelajaran. Pendidikan matematika merupakan salah satu penopang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu diajarkan di sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan sekaligus matematika merupakan suatu bidang ilmu yang mendasari seluruh ilmu pengetahuan, sehingga dapat dikatakan bahwa matematika adalah pelayan dan ratunya ilmu pengetahuan (dalam Suherman, 2003:25). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pelajaran matematika tersebut. Oleh karena itu, sejak dini pelajaran

matematika diharapkan dapat diajarkan oleh guru melalui cara penyampaian yang tepat, sehingga siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik. Kemampuan siswa SMP Negeri 3 Muara Batu dalam memahami matematika pada umumnya sangat kurang. Hal ini disebabkan mereka tidak mengetahui kegunaan mempelajari matematika sehingga ada diantara mereka yang tidak sungguh-sungguh belajar matematika pada umumnya dan materi limas pada khususnya. Limas merupakan serangkaian materi yang diajarkan dalam mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu. Berdasarkan pengamatan peneliti selama PPL diketahui bahwa siswa SMP Negeri 3 Muara Batu kurang memahami materi limas, hal ini dikarenakan mereka kurang menyukai pelajaran matematika dan siswa juga kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi di papan tulis, akibatnya siswa tidak memahami materi pelajaran yang diberikan. Menurut wawancara dengan beberapa siswa, hal ini dikarenakan siswa merasa bosan terhadap cara penyampaian guru dalam mengajar matematika yang selalu menerapkan model pembelajaran yang bersifat konvensional, guru hanya menjelaskan materi, memberikan contoh-contoh dan memberikan latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa. Jika permasalahan ini tidak dipecahkan maka akan berpengaruh buruk terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Ada berbagai jenis model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournaments adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda (Slavin:1995). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berminat untuk membuat suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi limas. Upaya penulis dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments. Model pembelajaran ini belum pernah digunakan dalam pembelajaran konsep materi limas sehingga menarik minat penulis untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran tersebut. Adapun judul dari penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu pada Materi Limas .

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu pada materi limas?.

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu pada materi limas.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments khususnya pada materi limas dan materi-materi lainnya. 2. Bagi pendidik, penelitian ini diharapkan agar para pendidik menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments ini pada materi pembelajaran matematika dan materi lainnya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi limas dan dapat membangkitkan minat belajar siswa.

1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, akan di jelaskan beberapa istilah yang berkaitan yaitu: 1. Prestasi Belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Gunarso dalam Sunarto, 2009:3) 2. Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang selimutnya terdiri atas bangun datar segitiga dengan satu titik persekutuan.

3.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan unsur reinforcement.

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Belajar Menurut Hamzah (2006:15) belajar adalah proses perubahan tingkah laku setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap dan keterampilan) tertentu. Hal ini indentik dengan pandangan Good (dalam Hamzah, 2006:15) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru atau bentuk perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri (belajar). Drircoll (dalam Hamzah, 2006:15) menyatakan dua hal yang harus diperhatikan dalam belajar yaitu: (1) Belajar adalah suatu perubahan yang menutup dalam kinerja seseorang dan (2) Hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan. Selanjutnya Flores (dalam Hamzah, 2006:18) menyatakan ada 4 komponen kegiatan dalam belajar, yaitu: (1) melakukan persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat, (3) merencanakan respon, dan (4) pelaksanaan respon yang dipilih. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian belajar yaitu proses perubahan tingkah laku seeorang setelah memperoleh informasi yang disengaja. Jadi, kegiatan belajar ialah upaya mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasan, penggunaan,

penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan suatu kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.

2.2 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya (Winkel dalam Sunarto 2009:3) Sedangkan menurut Gunarso (dalam Sunarto, 2009:3) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Tes ini disusun secara terencana untuk mengungkap performasi subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ujian UAS atau UAN. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi belajar. Nasution (1989:48) mengemukakan bahwa prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya prestasi dikatakan kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif sekarang ini merupakan model pembelajaran yang sedang popular dan sering digunakan di sekolah menengah karena alur proses

belajarnya tidak harus satu arah yaitu guru menuju siswa, akan tetapi antara siswa dengan siswa lainnya bisa saling mengajarkan. Berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif, Lie (2005:31) menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pengetahuan (atau dikenal dengan istilah skemata dalam bidang pendidikan) para siswa lebih mirip satu dengan lainnya dibandingkan skemata guru. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Nurhadi dkk (2004:61) bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasahi antar sesame siswa. Jadi berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran antar siswa dalam kelompok untuk saling berdiskusi dan mengasah kemampuan masing-masing. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2.4 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran kooperatif supaya mencapai hasil yang maksimal. Roger dan Johnson (Lie, 2005:31) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif learning, untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu: a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

b.

c.

d.

e.

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif learning, maka setiap siswa merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih karya dari pada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih lanjut lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajar cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperatif learning.

Sehubungan dengan unsur-unsur tersebut, Lundgren (2002:2) mengemukakan bahwa unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) lebih efektif adalah sebagai berikut: 1. 2. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dipelajari. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara angogota kelompok.

3. 4.

10

5. 6. 7.

Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh kelompok. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama dalam belajar. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournaments (TGT) Team Games Tournaments pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Weith Edwards. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku/ras yang berbeda. Guru menyajikan materi pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah menguasai pelajaran. Kekhasan dari tipe TGT ini adalah adanya permainan akademik yang dilakukan oleh siswa dan diadakan pertandingan (tournament). Dalam permainan akademik, siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 4 5 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Di dalam setiap meja turnamen diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen diusahakan agar kemampuan setiap peserta sama/setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik

10

11

dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim. Yasa (2008:4) mengemukakan bahwa dalam penerapan model pembelajaran koopratif tipe TGT, ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh yaitu: a. Mengajar (Teach) Pada awal pembelajaran guru mempresentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dan memberikan motivasi. b. Belajar dalam kelompok (Team study) Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. c. Permainan (Games tournaments) Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Slavin (dalam Yasa, 2008:2) menyatakan bahwa permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut:

11

12

(1) Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. (2) Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil pemain. (3) Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. (4) Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. (5) Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja turnamen menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan beberapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh anggota kelompok. d. Penghargaan kelompok (Team recognition) Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan rerata poin yang diperoleh kelompok dalam permainan, rerata

12

13

poin kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan poin yang diperoleh oleh masingmasing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok.

2.6 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Perangkat pembelajaran Materi pembelajaran kooperatif tipe TGT dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Perangkat yang perlu dipersiapkan berupa lembarlembar kegiatan siswa dan lembar jawaban yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Selain itu perlu juga dipersiapkan seperangkat kartu bernomor untuk masing-masing siswa dalam tiap meja turnamen dan juga seperangkat lembar turnamen yang berisikan soal-soal sesuai dengan jumlah kartu yang tersedia. b. Pembentukan tim Tim terbentuk dari 4 sampai 5 orang siswa yang mewakili suatu campuran prestasi akademik, jenis kelamin dan suku atau ras mereka. Fungsi utama tim adalah untuk meyakinkan bahwa seluruh anggota tim belajar, dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan para anggotanya untuk melakukan dengan baik saat turnamen. Untuk membentuk tim dapat menempuh langkah seperti yang dikemukakan oleh Tim Urge (1997:7) sebagai berikut: 1. Membuat satu halaman lembar rangkuman tim. 2. Merangking siswa Siswa dirangking berdasarkan prestasi akademisnya mulai prestasi tertinggi sampai prestasi terendah.

13

14

3. Menentukan jumlah kelompok Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Untuk menentukan berapa banyak kelompok, jumlah siswa dalam kelas dibagi dengan 4 sampai 5 orang siswa untuk setiap anggota kelompok. 4. Membagi siswa ke dalam kelompok Kelompok yang dibentuk harus diseimbangkan, sehingga kelompok terdiri atas siswa yang tingkat prestasinya mulai dari yang tertinggi, sedang, hingga terendah, sesuai dengan yang telah dirangking. Dengan demikian tingkat prestasi untuk tiap kelompok relatif homogen. c. Penugasan siswa pada meja turnamen Pertama-tama membuat lembar tugas untuk meja turnamen, pada lembar tersebut siswa didaftar dari prestasi tertinggi sampai terendah seperti pada merangking siswa saat pembentukan kelompok. Jika jumlah siswa dapat dibagi 4 semua meja turnamen akan mempunyai 4 anggota. Empat siswa pertama ditetapkan pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Jika terdapat sisa satu atau dua meja teratas akan memiliki 5 anggota. Nomor-nomor meja ini hanya ada dalam catatan guru, dalam mengumumkan penunjukan meja pada siswa, kita bisa menamakan meja-meja tersebut dengan nama-nama yang lain seperti merah, hijau, dan sebagainya. Sehingga siswa tidak tahu secara tepat bagaimana meja-meja itu ditentukan. 2. Tahap pembelajaran 1. Penyajian materi pelajaran Bahan atau materi yang diajarkan dengan Team Games Tournament pada awalnya dipresentasikan melalui penyajian kelas, guna menyajikan materi secara lansung, penyajian materi pelajaran ini difokuskan pada materi-materi tertentu. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat memahami secara benar bukan sekedar hafalan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

14

15

a) Pendahuluan Agar pembelajaran di kelas dapat terlaksana dengan baik, guru perlu menekankan kepada siswa mengapa konsep yang mereka pelajari penting, hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep-konsep yang akan diberikan. b) Pengembangan Setelah guru memotivasi siswa kemudian guru memberikan pengembangan di kelas. Langkah-langkah pengembangan antara lain: a. Menentukan tujuan pelajaran yang akan dicapai siswa. b. Menekankan bahwa dalam pembelajan kooperatif belajar itu adalah memahami makna bukan menghafal. c. Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. d. Beralih pada konsep lain apabila siswa telah menguasai materi yang telah diberikan. c) Latihan terbimbing Latihan terbimbing dapat dilakukan dengan meminta semua siswa mengerjakan soal-soal atau mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan yang diajukan oleh guru, kemudian siswa dipanggil secara acak, ini membuat si siswa mempersiapkan diri untuk memberikan jawaban. 2. Kerja tim Selama kerja tim berlangsung, tugas anggota tim adalah menguasai materi yang telah dipresentasikan oleh guru dan membantu teman satu tim untuk

15

16

menguasai materi tersebut. Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dipelajari. LKS diberikan di samping untuk melatih kemampuan dan untuk menilai diri sendiri, dan teman satu tim juga untuk melatih kemampuan kooperatif siswa. Pada hari pertama kerja tim hendaknya guru menjelaskan kepada siswa apa arti dari kerja dalam satu tim. Menurut Slavin (1995:78) sebelum kerja tim dimulai guru hendaknya menjelaskan aturan-aturan tim berikut: 1. Para siswa bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa yang ada dalam kelompok sudah menguasai materi itu. 2. Tidak seorangpun yang menyelesaikan belajarnya sampai seluruh siswa yang ada dalam kelompok telah menguasai pokok bahasan itu. 3. Mintalah bantuan kepada rekan satu tim terlebih dahulu sebelum minta bantuan kepada guru. 4. Boleh berbicara dengan teman satu tim dengan sopan dan pelan. Guru boleh mendorong siswa untuk menambah aturan-aturan lain bila mereka suka. Kemudian dilanjutkan dengan: a. Mintalah siswa untuk duduk berkelompok dengan rekan kelompoknya. b. Guru membagikan LKS. c. Sarankan kepada siswa untuk bekerja sama dalam satu tim utuh. d. Tekankan kepada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin semua teman kelompoknya sudah menguasai materi yang dipelajari tersebut. e. Selama siswa bekerja dalam satu tim, guru hendaknya berkeliling dalam kelas serta memberikan pujian kepada tim yang bekerja baik.

16

17

3.

Turnamen Pada permulaan turnamen, mintalah siswa duduk pada meja turnamen yang

sudah ditetapkan. Kemudian bagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu set kartu bernomor dan satu lembar nilai permainan pada tiap meja turnamen. Setiap pemain dalam tiap meja turnamen menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Selanjutnya pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil pemain. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja, permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan. Lalu mereka harus menulis nama tim dan jumlah kartu yang mereka peroleh pada lembar pencatat skor. 4. Penghargaan tim Setelah turnamen selesai hitunglah nilai tim segera, kemudian siapkan sertifikat untuk menghargai tim yang bernilai tinggi. Mula-mula periksa poin turnamen pada lembar permainan, kemudian pindahkan pada lembar rangkuman tim. Nilai semua anggota tim dijumlahkan dan dibagi dengan banyaknya anggota tim.

17

18

2.7 Materi Limas

Gambar di atas merupakan contoh bangun ruang limas. Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segiempat, segilima dan lain-lain) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dan sisi tegak limas disebut titik puncak limas. Limas diberi nama berdasarkan bentuk bidang alasnya, jika alasnya berbentuk segitiga maka dinamakan limas segitiga, jika alas suatu limas berbentuk segilima maka dinamakan limas segi lima. a. Luas Permukaan Limas T D T D C B A T B C T T

(a) (b) Perhatikan gambar di atas. Gambar (a) menunjukkan limas segi empat T.ABCD dengan alas berbentuk persegi. Adapun gambar (b) menunjukkan jaring-jaring limas tersebut. Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan mencari luas jaring-jaring limas. Luas permukaan limas = Luas persegi ABCD + Luas TAB + Luas TBC + Luas TCD + Luas TDA = Luas alas + Jumlah luas seluruh sisi tegak.

18

19

Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut: Luas permukaan limas persegi = Luas alas + Jumlah luas seluruh sisi tegak Contoh: Suatu limas T. ABCD dengan alas berbentuk persegi dengan panjang rusuk 10 cm dan tinggi limas 12 cm. Hitunglah luas permukaan limas? Jawab: T Luas alas limas = Luas persegi ABCD = 10 x 10 = 100 cm2 A D F Panjang EF = = AB x 10 B C

= 5 cm Karena TEF siku-siku, maka berlaku teorema Pythagoras, sehingga: TF2 = TE2 + EF2 = 122 + 52 = 169 TF = = 13 cm = = x BC x TF x 10 x 13

Luas TBC

= 65 cm2

19

20

Jadi, Luas permukaan limas = Luas persegi ABCD + 4 (Luas TAB) = 100 cm + 4 (65 cm2) = 360 cm2

b.

Volume Limas T 2a a 2a 2a 2a (a) (b) 2a

Perhatikan gambar di atas. Gambar (a) menunjukkan kubus yang panjang rusuknya 2a. Ke-empat diagonal ruangnya berpotongan pada satu titik yaitu di titik T, sehingga terbentuk 6 buah limas yang kongruen seperti gambar (b). Jika volume limas masing-masing adalah V, maka diperoleh hubungan sebagai berikut: Volume limas = = = = = x Volume kubus x 2a x 2a x 2a x (2a)2 x 2a x (2a)2 x a x Luas alas x tinggi

Jadi, dapat disimpulkan: Volume Limas = luas alas x tinggi

20

21

Contoh: Suatu limas T. ABCD dengan alas berbentuk persegi dengan panjang rusuk 10 cm dan tinggi limas 9 cm. Hitunglah volume limas? Jawab: Luas alas limas = Luas persegi ABCD = 10 x 10 = 100 cm2 D F A B T

Volume limas = =

x Luas alas x tinggi x 100 x 9

= 300 cm3 Jadi, volume limas adalah 300 cm3.

21

22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat-melihat kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang kala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi dan harus mengkajinya lebih dalam. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama (Arikunto dkk, 2007:3). Tindakan tersebut dilakukan oleh guru dan dengan arahan guru dilakukan oleh siswa. Penelitian ini tidak hanya mengajar seperti biasa tetapi harus mengandung satu pengertian bahwa tindakan yang dilakukan harus didasarkan atas upaya meningkatkan hasil supaya lebih baik dari sebelumnya. Rancangan penelitian ini terdiri dari siklus-siklus, setiap siklus meliputi empat langkah yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflecting).

3.2 Kehadiran Peneliti Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen utama dimaksudkan

22

23

bahwa peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan, pewawancara, dan pengumpul data sekaligus pembuat laporan.

3.3 Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis memilih SMP Negeri 3 Muara Batu sebagai lokasi penelitian. Adapun alasan peneliti memilih SMP Negeri 3 Muara Batu sebagai lokasi penelitian karena menurut informasi awal siswa kurang memahami materi limas dan belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments di sekolah tersebut.

3.4 Data dan Sumber Data Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah melalui tes, observasi, wawancara, catatan lapangan dan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah satu kelas.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Pada saat mengerjakan tes siswa tidak boleh berdiskusi atau bekerja sama akan tetapi siswa harus bekerja masing-masing.

23

24

2.

Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama proses

pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas penulis sebagai peneliti dan aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan oleh teman sejawat yaitu mahasiswi jurusan matematika Universitas Almuslim dan guru mata pelajaran matematika berdasarkan format observasi yang telah disediakan. 3. Wawancara Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, peneliti melakukan wawancara dengan subjek wawancara berkaitan dengan respon mereka terhadap pembelajaran materi limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments sesuai format yang telah disediakan. 4. Catatan Lapangan Catatan lapangan ini memuat hal-hal penting selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga dapat digunakan untuk melengkapi data yang tidak ada dalam lembaran observasi.

3.6 Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif. Panton (Moleong, 1997:103) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses pengaturan urutan data, mengorganisasikannya dalam satu pola, katagori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide tersebut.

24

25

3.7 Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian seorang peneliti harus memastikan keabsahan data dan untuk memperoleh keabsahan data perlu dilakukan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan perbandingan data hasil pekerjaan siswa dengan hasil observasi yang telah dilakukan.

3.8 Tahap-Tahap Penelitian Ada empat tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Tahap-tahap tersebut meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Materi yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu limas. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tindakan, yaitu: Tindakan I : Menghitung luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tindakan II : Menghitung volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama dengan guru mata pelajaran mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan tindakan yaitu: 1. Menetapkan materi pembelajaran 2. Menyusun rencana pembelajaran 3. Menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa 4. Menyusun format observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan

25

26

5. Membuat rincian tindakan yang akan dilaksanakan b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan rancangan pada saat perencanaan meliputi: 1. Guru mengabsen siswa untuk memastikan siswa yang hadir dan mengikuti proses pembelajaran. 2. Guru membagikan kuis untuk dikerjakan perorangan sebagai tes awal. 3. Guru mengumpulkan jawaban siswa. 4. Guru membagi kelompok terdiri dari 4-5 orang. 5. Guru melakukan pembelajaran. 6. Guru mengamati aktifitas siswa. 7. Guru memberikan tes akhir. 8. Guru mengumpulkan hasil kerja siswa. c. Observasi Kegiatan observasi adalah mengamati aktifitas siswa dan peneliti selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembaran observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu. Selain lembaran observasi, disediakan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi. d. Refleksi Hal-hal yang akan dilakukan dalam refleksi adalah 1) peneliti dan pengamat memastikan apakah pelaksanaan sesuai perencanaan, 2) hambatan atau kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan baik hambatan peneliti maupun siswa.

26

27

Refleksi dilakukan untuk memastikan apakah pemberian tindakan dalam siklus tersebut perlu diulang atau tidak, kalau perlu diulang maka peneliti menyusun kembali perencanaan berdasarkan refleksi sampai benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas, kriteria keberhasilan suatu penelitian terdiri dari dua kriteria ketuntasan yaitu kriteria proses dan kriteria hasil. Menurut Usman (2008:23) hasil pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai bila 80% dari jumlah semua siswa (subjek penelitian) memperoleh skor akhir tindakan 65. Sedangkan proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan 80%.

27

28

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Paparan Data

4.1.1 Paparan Data Sebelum Tindakan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Muara Batu. Sebelum melaksanakan tindakan, pada hari Jumat tanggal 9 April 2010 peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah dalam rangka meminta izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Selanjutnya kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada guru bidang studi matematika kelas VIII1 untuk menentukan jadwal pelaksanaan tes awal dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah mendapatkan kesepakatan, tes awal dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 April 2010 yang waktunya disesuaikan dengan jadwal pelajaran matematika di kelas VIII1. Tes awal dilakukan pada jam kedua selama 40 menit. Maksud dilakukan tes awal adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa, memudahkan peneliti dalam menentukan kelompok dan subjek wawancara. Soal tes awal disajikan dalam bentuk essay yang terdiri dari 3 soal. Tes awal diikuti oleh 26 siswa kelas VIII1 semester II SMP Negeri 3 Muara Batu Tahun Pelajaran 2009/2010. Kemudian peneliti mengoreksi jawaban tes awal siswa, dari data tes awal tersebut peneliti mengurutkan nama-nama siswa dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah seperti yang disajikan dalam tabel berikut.

28

29

Table 4.1 Hasil Tes Awal Siswa No Inisial Nama Siswa 1 MA 2 TM 3 SK 4 MT 5 IK 6 NW 7 ZW 8 FR 9 ZN 10 YN 11 NI 12 FW 13 MI 14 DA 15 SR 16 SW 17 RD 18 MN 19 ZF 20 SL 21 YM 22 ES 23 MS 24 YD 25 RL 26 BS

Skor 85 80 80 75 75 75 70 70 70 65 65 60 60 50 45 45 45 45 40 35 30 30 25 20 20 15

Berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika, maka peneliti membentuk kelompok belajar dan menetapkan 5 orang siswa sebagai subjek wawancara yang terdiri dari 1 orang siswa yang berkemampuan tinggi, 2 orang siswa yang berkemampuan sedang, dan 2 orang yang berkemampuan rendah. Berdasarkan pengelompokan siswa, peneliti membentuk 6 kelompok belajar yang terdiri dari kelompok I. II, III dan IV yang masing-masing berjumlah 4 orang siswa yang terdiri ketua, penyaji dan 2 orang anggota. Sedangkan kelompok V dan VI

29

30

masing-masing berjumlah 5 orang siswa yang terdiri dari ketua, penyaji dan 3 orang anggota. Masing-masing kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Nama-Nama Anggota Kelompok Kelompok Ketua I MA II FR III ZN IV ZW V IK VI JD

Nama Anggota YN, MS, FW TM, SL, MI YM, SK, SR MT, SW, ES RD, NI, ZF, RL NW, DA, MN, BS

4.1.2 Paparan Data Tindakan I Kegiatan yang dilakukan pada tindakan I meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan observasi dan refleksi. a. Perencanaan Tindakan I Pada kegiatan perencanaan peneliti telah menyiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan I 2. Materi pembelajaran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) tindakan I 4. Lembar observasi 5. Soal tes akhir tindakan I 6. Format wawancara tindakan I

b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dua hari yaitu pada hari Senin tanggal 12 April 2010 dan hari Rabu tanggal 14 April 2010, pemberian tindakan dilakukan

30

31

berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran diikuti oleh 24 siswa. Peneliti bertindak sebagai guru atau pengajar, sedangkan guru matematika yang mengajar di kelas VIII1 dan teman sejawat bertindak sebagai pengamat. Pelaksanaan tindakan selama 4 x 40 menit yang dialokasikan dalam 3 kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan Awal ( 10 menit) Pada kegiatan awal, peneliti menginformasikan materi yang akan dibahas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan membangkitkan pengetahuan awal siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan. Selanjutnya peneliti menyampaikan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments dan menjelaskan langkahlangkah dalam penerapan model pembelajaran tersebut. Kegiatan Inti Tindakan I ( 140 menit) Pada kegiatan inti, peneliti memulai pembelajaran dengan mempresentasikan materi tentang luas permukaan limas, mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Peneliti kemudian menyajikan beberapa contoh soal tentang materi dengan mempersilahkan siswa untuk bertanya yang berhubungan dengan contoh yang diberikan. Setelah semua siswa mengerti dengan materi yang diberikan, peneliti meminta siswa membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti kemudian membagikan LKS pada tiap-tiap kelompok dan meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS, saling berdiskusi dan bekerja sama antar satu sama lain. Pada saat diskusi kelompok baru berlangsung, suasana kelas menjadi ribut, hal ini dikarenakan para siswa secara serentak bertanya kepada peneliti cara

31

32

pengisian LKS, peneliti berusaha menenangkan siswa dan menjelaskan cara pengisian LKS di papan tulis. Setelah itu, peneliti meminta para siswa untuk kembali melanjutkan diskusi kelompok. Peneliti berkeliling mengamati aktifitas setiap kelompok dan mengarahkan jika ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pengisian LKS. Peneliti juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada soal yang belum dimengerti. Setelah diskusi kelompok selesai, peneliti melanjutkan pembelajaran dengan meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di papan tulis. Mengingat waktu yang terbatas, peneliti bersama siswa memutuskan bahwa kelompok I dan III yang akan menyajikan hasil diskusi. Kelompok yang mendapatkan kesempatan pertama untuk menyajikan hasil diskusi adalah kelompok III. Setelah selesai, peneliti meminta siswa dari kelompok lain untuk mengomentari jawaban dari penyaji, presentasi kemudian dilanjutkan oleh kelompok I dan begitupun selanjutnya. Peneliti meminta tanggapan dari kelompok lain terhadap jawaban yang dipaparkan oleh kelompok I. Peneliti juga mempersilahkan kelompok lain untuk mempresentasikan jawaban mereka jika ada perbedaan jawaban seperti yang dipaparkan oleh kelompok penyaji. Setelah semua soal dipastikan terjawab dengan benar, kegiatan presentasi kelompok selesai dan pembelajaran pada hari itu juga selesai. Pembelajaran kemudian dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yaitu

pelaksanaan permainan (games tournaments). Peneliti mengumumkan nama-nama siswa yang akan menempati meja-meja turnamen yang telah diatur. Setelah semua meja turnamen terisi penuh oleh peserta, peneliti menjelaskan tata cara dan aturan yang berlaku pada saat siswa mengikuti permainan, suasana kelas kembali ribut dikarenakan

32

33

para siswa berebut untuk bertanya, mereka masing-masing bingung dan kurang mengerti dengan tata cara dan aturan tersebut. Hal ini disebabkan model pembelajaran tipe TGT ini belum pernah diterapkan di kelas VIII SMP Negeri 3 Muara Batu. Peneliti kemudian menenangkan para siswa dan untuk kedua kalinya menjelaskan tata cara dan aturan yang berlaku dalam permainan hingga semua siswa mengerti. Peneliti kemudian mengarahkan siswa untuk mengundi nomor urut mereka sebagai pembaca soal. Penjawab soal dan penantang dengan menggunakan kertas bernomor yang sudah disediakan untuk tiap-tiap meja turnamen. Selama pengundian berlangsung, peneliti meminta pada setiap siswa untuk mencatat nomor urut mereka di kertas selembar agar tidak terjadi kekeliruan saat permainan berlangsung. Setelah semuanya mendapatkan nomor urut masing-masing, peneliti membagikan kertas soal dan jawaban bernomor pada tiap-tiap meja turnamen yang ditaruh terbalik di atas meja agar tidak kelihatan oleh peserta/siswa dan setelah pembagian selesai peneliti memberikan aba-aba kepada para siswa untuk memulai permaianan. Peneliti berkeliling kelas untuk mengamati aktifitas siswa sambil memberikan arahan dan bimbingan pada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti permainan, sehingga permainan dapat berjalan dengan tata cara dan aturan seperti yang diharapkan. Selama permainan berlangsung, peneliti melihat meja turnamen I dan II lebih aktif dan lancar dalam menjawab soal. Hal ini disebabkan oleh para siswa/peserta yang tergabung dala meja turnamen tersebut adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa yang lain. Peneliti kemudian memastikan kepada para siswa agar dapat mempergunakan haknya sebagai pembaca soal, penjawab soal dan penantang secara bergiliran sehingga

33

34

semua kartu soal dan jawaban pada tiap-tiap meja turnamen habis terjawab sehingga permainan dapat dianggap selesai pada meja tersebut. Setelah semua meja turnamen menyelesaikan permainan, peneliti meminta siswa untuk kembali ke kelompoknya masing-masing dan membawa kartu soal yang mereka peroleh pada saat permainan untuk perhitungan skor. Peneliti membagikan lembar pencatat skor pada masing-masing kelompok, kemudian peneliti mengarahkan dan menjelaskan tata cara perhitungan skor kepada siswa, siswa yang sudah mengerti terlihat bergegas menghitung kartu soal yang diperoleh dan mencatatnya dilembar pencatat skor. Sementara itu, peneliti berkeliling memberikan arahan pada kelompok yang masih mengalami kesulitan dalam perhitungan skor. Setelah semua skor tiap-tiap kelompok dihitung, peneliti memastikan dengan mengumumkan kelompok yang memperoleh skor tertinggi yaitu kelompok I dan akhirnya penghargaan berupa hadiah diberikan kepada kelompok tersebut. Kegiatan Akhir ( 10 menit) Pada tahap akhir, peniliti membimbing siswa menarik kesimpulan dan membuat rangkuman. Siswa diharapkan mencatat dan menanyakan hal-hal yang belum jelas dari pembelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya peneliti kemudian menginformasikan pada siswa untuk hadir pada pertemuan selanjutnya karena akan dilaksanakan tes akhir tindakan. Pembelajaran akhirnya ditutup dengan mengucapkan salam.

c.

Tes Akhir Tindakan I Tes akhir tindakan I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 April 2010 jam

pertama pukul 07.50 08.30 WIB yang diikuti oleh 26 siswa. Tes akhir tindakan

34

35

bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Adapun hasil tes akhir tindakan I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Hasil Tes Akhir Tindakan I No Inisial Nama Siswa 1 BS 2 DA 3 ES 4 FR 5 FW 6 IK 7 JD 8 MA 9 MI 10 MN 11 MS 12 MT 13 NI 14 NW 15 RD 16 RL 17 SK 18 SL 19 SR 20 SW 21 TM 22 YM 23 YN 24 ZF 25 ZN 26 ZW

Skor 25 65 75 75 85 65 70 100 95 50 75 75 75 100 75 85 75 90 85 50 90 75 90 25 75 100

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan I diperoleh data bahwa siswa yang mendapat skor 65 sebanyak 22 orang dan yang mendapat skor < 65 sebanyak 4 orang. Setelah dihitung persentasenya, maka keberhasilan tes akhir tindakan I adalah 84,61 %. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 80 % dari jumlah semua siswa mendapat skor 65, maka tindakan I berdasarkan hasil tes akhir sudah berhasil.

35

36

d. Hasil Observasi Tindakan I Pada tindakan ini, observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat yaitu seorang guru matematika dan seorang teman sejawat. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran, tampak bahwa hasil observasi pengamat sudah berlangsung dengan baik, sehingga terjadilah pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas guru (peneliti) dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan peneliti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Guru Pengamat I Tahap Indikator Skor 1. Kegiatan rutin 4 2. Memotivasi siswa Awal 4 3. Menginformasikan tujuan pembelajaran 4 1. Menginformasikan materi tentang luas 4 permukaan limas 4 Inti
2. Pengorganisasian kelompok (team) 3. Pemberian tugas matematika 4. Mengarahkan siswa dalam permainan (game tournaments) 5. Memberi penghargaan kelompok (team recognition) 1. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dan membuat rangkuman 2. Kegaiatan rutin

Pengamat II

Skor 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 45

5 5 4 4 4 5 43

Akhir

Jumlah

Untuk menentukan skor persentase setiap tindakan dan masing-masing pengamat terhadap kegiatan guru, maka digunakan rumus sebagai berikut: Skor persentase (SP) =

SP1

36

37

SP2

Sedangkan untuk menentukan skor persentase rata-rata setiap tindakan terhadap kegiatan guru, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut: SPP =

Keterangan: SPP = SP1 = SP2 = SPP = Skor persentase rata-rata kegiatan peneliti Skor persentase pengamat I Skor persentase pengamat II

= = 88 % Berdasarkan data observasi pengamat I diperoleh jumlah skor 43 dan pengamat II diperoleh jumlah skor 45, dan jumlah skor maksimal 50. Dengan demikian diperoleh skor persentase pengamat I adalah 86% dan skor persentase dari pengamat II adalah 90%. Jadi skor persentase rata-rata dari 2 orang pengamat adalah 88%. Dengan melihat kriteria keberhasilan proses yang telah ditetapkan yaitu 80%, maka kegiatan guru termasuk kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa dari segi proses terhadap kegiatan peneliti sudah berhasil. Adapun hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

37

38

Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Siswa Pengamat I Tahap Indikator Skor 1. Kegiatan rutin 4 2. Mendengar permotivasian Awal 4 3. Mendengar informasi tujuan pembelajaran 4 1. Mendengar materi tentang luas permukaan 4
limas 2. Membentuk kelompok (team) 3. Berusaha memahami LKS 4. Mengikuti arahan guru dalam permainan (game tournaments) 5. Menerima penghargaan kelompok (team recognition) 1. Menyimpulkan hasil pembelajaran dan membuat rangkuman 2. Kegaiatan rutin

Pengamat II

Skor 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 44

Inti

4 5 5 4 4 5 43

Akhir

Jumlah

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan siswa, dari pengamat I diperoleh skor 43 dan pengamat II diperoleh skor 44 dengan skor maksimal 50. Setelah dihitung skor persentase dari pengamat I diperoleh diperoleh adalah dan dari pengamat II

. Persentase rata-rata dari skor 2 orang pengamat . Dengan memperhatikan kriteria taraf keberhasilan

pembelajaran terhadap kegiatan dari hasil observasi dua orang pengamat sudah termasuk dalam kategori baik.

e.

Hasil Wawancara Tindakan I Wawancara dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 April 2010 setelah

pelaksanaan tes akhir tindakan I selesai. Adapun cakupan yang diberikan subjek wawancara sebagai berikut: Hasil wawancara dengan MA Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi luas permukaan limas? MA : Ya Buk! Saya sangat senang.

38

39

Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi luas permukaan limas? Kalau ada dimana? MA : Tidak ada! Malah materi itu lebih mudah daripada materi lain. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! MA : Suka, karena bisa kerja sama dan tukar pikiran. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami luas permukaan limas? MA : Tidak, menurut say materi tersebut menjadi lebih mudah dipelajari. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? MA : Saya lebih senang dengan model pembelajaran tipe TGT, kalau pembelajaran sebelumnya saya sudah bosan. Hasil wawancara dengan YN Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi luas permukaan limas? YN : Iya, karena saya juga suka matematika. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi luas permukaan limas? Kalau ada dimana? YN : Tidak ada. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! YN : Suka buk! Saya suka karena ada permainannya. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami luas permukaan limas? YN : Tidak, karena kami saling membantu dalam memahami materi. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? YN : Model pembelajaran tipe TGT lebih menyenangkan. Hasil wawancara dengan DA Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi luas permukaan limas? DA : Tidak Buk, karena saya tidak mengerti. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi luas permukaan limas? Kalau ada dimana? DA : Ada, kurang mengerti waktu memasukkan angka ke dalam rumus.

39

40

Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! DA : Iya, kami belum pernah belajar seperti ini. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami luas permukaan limas? DA : Alhamdulillah sudah mengerti. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? DA : Lebih menyenangkan daripada pembelajaran sebelumnya. Hasil wawancara dengan YM Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi luas permukaan limas? YM : Senang Buk! Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi luas permukaan limas? Kalau ada dimana? YM : Ya Buk! Karena limasnya ada bermacam-macam bentuk. Jadi saya kurang memgerti. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! YM : Ya, karena saya bisa diajari oleh teman-teman yang lain. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami luas permukaan limas? YM : Masih, tetapi saya sudah mengerti sedikit-sedikit. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? YM : Lebih menantang, karena ada permainannya. Hasil wawancara dengan BS Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi luas permukaan limas? BS : Tidak Buk! Saya tidak mengerti dengan pelajaran matematika. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi luas permukaan limas? Kalau ada dimana? BS : Ada, saya tidak bisa semuanya. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi luas permukaan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! BS : Sekarang saya suka, karena ada kerja kelompok.

40

41

Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami luas permukaan limas? BS : Ya, tapi saya merasa pembelajaran ini dapat mengurangi kesulitan saya. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? BS : Sangat berbeda dengan pembelajaran sebelumnya, saya lebih semangat belajar. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments, karena dapat bekerja sama menyelesaikan tugas dan saling membantu. Di samping itu, siswa juga lebih bersemangat dalam belajar karena mereka dituntut untuk bertanggung jawab dan berjuang keras saat mengikuti permainan ( Games Tournaments) demi nama baik kelompoknya.

f.

Hasil Catatan Lapangan Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran, maka dapat

diperoleh beberapa informasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Siswa kelihatan aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments pada materi luas permukaan limas. 3. Para siswa dapat menyelesaikan soal-soal secara mandiri, ini membuktikan bahwa mereka sudah memahami materi luas permukaan limas.

41

42

g.

Refleksi Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi kriteria yang

ditetapkan. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan I diperoleh data bahwa 84,61% siswa mendapat skor 65. Sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa mendapat skor 65, maka tindakan I berdasarkan hasil tes sudah berh asil. Adapun hasil observasi terhadap kegiatan peneliti mencapai skor persentase rata-rata 88% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa mencapai skor persentase rata-rata 87%. Dengan demikian, proses pembelajaran juga sudah berhasil karena telah memenuhi kriteria suatu tindakan yaitu mencapai skor 80%.

4.1.3 Paparan Data Tindakan II Paparan data yang dilakukan pada tindakan II meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. a. Perencanaan Tindakan II Pada kegiatan ini, peneliti telah menyiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan II 2. Materi pembelajaran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) tindakan II 4. Format wawancara tindakan II 5. Soal tes akhir tindakan II

b. Pelaksanaan Tindakan II Pembelajaran tindakan ini juga dilaksanakan selama dua hari yaitu pada hari Senin tanggal 19 April 2010 dan hari Rabu tanggal 21 April 2010, pemberian tindakan

42

43

dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun. Peneliti bertindak sebagai pengajar dan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru matematika yang mengajar di kelas VIII1 dan seorang teman sejawat yaitu mahasiswi FKIP jurusan pendidikan matematika Universitas Almuslim. Siswa yang mengikuti pembelajaran sebanyak 26 siswa dan waktu yang direncanakan 2 x 40 menit yang dialokasikan untuk kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan Awal ( 10 menit) Pada kegiatan awal, pembelajaran diawali dengan menginformasikan materi yang akan dibahas kepada siswa, kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi minat belajar siswa dengan memancing pengetahuan awal yang dimiliki siswa terhadap materi yang dipelajari. Peneliti juga menyampaikan model pembelajaran yang akan diterapkan. Kegiatan Inti Tindakan II ( 140 menit) Pada kegiatan inti, peneliti langsung mengawali kegiatan dengan menyajikan materi tentang volume limas. Setelah memberi penjelasan tentang materi, peneliti memberikan beberapa contoh soal dan pembahasannya. Siswa yang belum mengerti dengan materi dan contoh soal yang disajikan, diberi kesempatan untuk bertanya. Pada kesempatan ini, tidak ada siswa yang bertanya. Para siswa sudah mengerti dengan materi yang diberikan dan peneliti segera melanjutkan pembelajaran dengan pembentukan kelompok belajar. Peneliti meminta siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan kelompok belajar yang telah dibentuk sebelumnya. Peneliti kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok, siswa yang sudah mengerti cara

43

44

pengisian LKS langsung membahas dan mendiskusikan soal-soal yang ada dalam LKS tanpa menunggu arahan dari guru. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, para siswa terlihat lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS. Peneliti berkeliling untuk memantau aktifitas siswa dan memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami soal LKS. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, peneliti mengumumkan bahwa kegiatan selanjutnya dalah penyajian hasil diskusi kelompok. Pada saat presentasi kelompok, susana kelas menjadi lebih hidup dan agak sedikit ribut, para siswa sangat berantusias sekali agar dapat maju ke depan untuk mempresentasikan diskusi kelompok masing-masing. Peneliti memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk menyajikan hasil diskusi dan juga memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya setelah pemaparan hasil diskusi sebuah kelompok. Setelah semua kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusi, peneliti memberikan respon dan pendapat serta penjelasan jawaban untuk dapat memperdalam pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah volume limas. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah permainan (games tournaments). Permainan (games tournaments) diadakan pada pertemuan hari kedua kegiatan pembelajaran. Setelah mendengarkan arahan dan pengunguman dari peneliti, siswa langsung menempati meja turnamen yang sudah dibentuk. Peneliti mengingatkan siswa tata cara dan aturan yang berlaku dalam permainan. Kemudian peneliti mengarahkan siswa dalam masing-masing meja turnamen untuk mengundi nomor urut peserta sebagai pembaca soal, penjawab soal dan penantang. Setelah semua meja turnamen menyelesaikan pengundian, peneliti membagikan kertas soal dan jawaban bernomor

44

45

pada masing-masing meja turnamen. Siswa langsung diarahkan untuk memulai permainan dengan mengikuti tata cara dan aturan yang berlaku dalam permainan. Selama permainan berlangsung, peneliti berkeliling dari satu meja turnamen ke meja turnamen yang lain untuk memberi bimbingan dan arahan kepada siswa. Para siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat dalam permainan, hal ini dapat peneliti lihat dari sedikitnya siswa yang bertanya, sebagian besar dari mereka sudah mengerti dengan soal tentang materi volume limas. Saat peneliti sedang memberikan bimbingan pada meja turnamen V tiba-tiba terdengar suara siswa dari meja turnamen I yang menyatakan bahwa mereka telah selesai mengikuti permainan, peneliti kemudian menuju ke meja turnamen I untuk memastikan bahwa kartu soal yang disediakan sudah habis terpakai dan akhirnya memutuskan bahwa meja turnamen I memang benar telah menyelasaikan permainan. Hal ini menimbulkan respon aktif pada meja turnamen lain, mereka juga berkeinginan untuk segera menyelasaikan permainan seperti meja turnamen I. Setelah semua meja turnamen menyelasaikan permainan, para peserta kembali ke kelompoknya masingmasing untuk menghitung skor yang diperoleh selama permainan. Setelah peneliti membagikan lembar pencatat skor pada masing-masing kelompok, peneliti kembali mengingatkan cara perhitungan skor kepada siswa. Siswa yang sudah mengerti langsung memulai perhitungan lembar pencatat skor kemudian dikumpulkan kepada peneliti. Setelah hasil skor semua kelompok terkumpul dan dipastikan benar, peneliti langsung mengumumkan kelompok yang memperoleh skor tertinggi dan memberikan hadiah sebagai penghargaan.

45

46

Kegiatan Akhir ( 10 menit) Pada kegiatan akhir, peneliti dan siswa secara bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang baru saja dibahas, kemudian peneliti mengarahkan siswa untuk merangkum materi pelajaran. Setelah itu peneliti meminta siswa untuk hadir pada pertemuan selanjutnya karena akan dilaksanakan tes akhir tindakan dan peneliti mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c.

Tes Akhir Tindakan II Tes akhir tindakan II ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 April 2010 jam

pertama pukul 07.50 08.30 WIB yang juga diikuti oleh 26 siswa. Hasil tes akhir tindakan II dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Hasil Tes Akhir Tindakan II No Inisial Nama Siswa 1 BS 2 DA 3 ES 4 FR 5 FW 6 IK 7 JD 8 MA 9 MI 10 MN 11 MS 12 MT 13 NI 14 NW 15 RD 16 RL 17 SK 18 SL 19 SR 20 SW

Skor 50 50 100 95 65 75 65 100 90 65 25 100 75 100 90 70 70 75 70 75

46

47

No 21 22 23 24 25 26

Inisial Nama Siswa TM YM YN ZF ZN ZW

Skor 75 100 75 65 95 75

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan II diperoleh data bahwa siswa yang mendapat skor 65 sebanyak 23 oarang dan siswa yang mendapat skor < 65 sebanyak 3 orang. Setelah dihitung persentasenya maka keberhasilan tes akhir tindakan II adalah 88,46%. Dengan demikian sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu 80% siswa mendapat skor 65, maka tindakan II dikatakan sudah berhasil.

d. Hasil Observasi Tindakan II Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, tampak bahwa siswa sudah terlihat aktif dalam kelompok serta telah menggambarkan kreatifitas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Pada tindakan ini, observasi dilakukan oleh 2 pengamat yaitu seorang guru bidang studi matematika dan seorang teman sejawat. Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan peneliti dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.7 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Guru Pengamat I Tahap Indikator Skor 1. Kegiatan rutin 5 2. Memotivasi siswa Awal 4 3. Menginformasikan tujuan pembelajaran 4 1. Menginformasikan materi tentang volume 5
limas 2. Pengorganisasian kelompok (team) 3. Pemberian tugas matematika 4. Mengarahkan siswa dalam permainan (game tournaments) 5. Memberi penghargaan kelompok (team recognition)

Pengamat II

Skor 5 4 4 5 5 4 5 5

Inti

5 5 4 4

47

48

Tahap Akhir

Indikator
1. Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan dan membuat rangkuman 2. Kegaiatan rutin

Pengamat I Skor 4 4 44

Pengamat II

Skor 5 5 47

Jumlah

Untuk menentukan skor persentase setiap tindakan dari masing-masing pengamat terhadap kegiatan penelitian, maka rumus yang digunakan sebagai berikut: Skor persentase (SP) =

SP1 SP2

= =

Dengan demikian, skor persentase rata-rata yang diperoleh dari hasil kegiatan guru adalah 91%. Berdasarkan data observasi pengamat I diperoleh jumlah skor 44 dan pengamat II diperoleh jumlah skor 47, dan jumlah skor maksimal 50. Dengan demikian diperoleh skor persentase pengamat I adalah 88% dan skor persentase dari pengamat II adalah 94%, maka diperoleh skor persentase rata-rata adalah 91%. Dengan melihat kriteria keberhasilan proses 80% yang telah ditetapkan, maka kegiatan peneliti termasuk kategori baik. Sehingga didapat dari segi kriteria proses terhadap kegiatan peneliti sudah berhasil. Sedangkan hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Siswa Pengamat I Tahap Indikator Skor 1. Kegiatan rutin 4 4 Awal 2. Mendengar permotivasian 3. Mendengar informasi tujuan pembelajaran 5

Pengamat II

Skor 4 5 4

48

49

Tahap
1. 2. 3. 4.

Indikator
Mendengar materi tentang volume limas Membentuk kelompok (team) Berusaha memahami LKS Mengikuti arahan guru dalam permainan (game tournaments) 5. Menerima penghargaan kelompok (team recognition) 1. Menyimpulkan hasil pembelajaran dan membuat rangkuman 2. Kegaiatan rutin

Inti

Pengamat I Skor 4 5 5 4 5 4 4 44

Pengamat II

Skor 4 4 5 5 5 4 4 44

Akhir

Jumlah

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan siswa, dari pengamat I diperoleh skor 44 dan pengamat II diperoleh skor 44 dengan skor maksimal 50. Dengan demikian diperoleh skor persentase dari pengamat I adalah II diperoleh dan dari pengamat

. Maka diperoleh persentase rata-rata adalah 88%.

Dengan memperhatikan kriteria keberhasilan proses yang ditetapkan yaitu 80, maka kegiatan siswa dari hasil observasi dua orang pengamat sudah termasuk dalam kategori baik, sehingga sudah berhasil ditinjau dari kriteria proses.

e.

Hasil Wawancara Tindakan II Wawancara tindakan II ini dilakasanakan pada hari Sabtu tanggal 24 April 2010

setelah pelaksanaan tes akhir tindakan II selesai. Wawancara terhadap 5 subjek wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT). Adapun cakupan jawaban yang diberikan oleh subjek wawancara sebagai berikut: Hasil wawancara dengan MA Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi volume limas? 49

50

MA : Senang Buk! Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi volume limas? Kalau ada dimana? MA : Alhamdulillah, tidak ada. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! MA : Suka Buk, saya lebih tertantang saat mengikuti permainan. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami volume limas? MA : Tidak ada, saya sudah mengerti semua. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? MA : Lebih menyenangkan. Hasil wawancara dengan YN Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi volume limas? YN : Iya, saya senang. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi voleme limas? Kalau ada dimana? YN : Tidak, malahan lebih mudah jika dibandingkan dengan materi lain. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! YN : Ya, kami lebih bersemangat dalam belajar. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami volume limas? YN : Tidak Buk! Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? YN : Sangat berbeda dengan pembelajaran yang dulu, pembelajaran yang sekarang tidak membosankan. Hasil wawancara dengan DA Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi volume limas? DA : Ya Buk! Saya senang. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi volume limas? Kalau ada dimana? DA : Saya tidak mengert saat mencari luas alas limas, karena limasnya ada bermacam-macam bentuk.

50

51

Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! DA : Saya suka, karena kami bisa menyelesaikan soal secara bersamasama. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami volume limas? DA : Tidak Buk! Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? DA : Lebih enak dan tidak membosankan. Hasil wawancara dengan YM Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi volume limas? YM : Saya senang, karena materinya mudah dimengerti. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi volume limas? Kalau ada dimana? YM : Ada, waktu menghitung tinggi limas. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! YM : Suka, karena saya merasa lebih mudah dalam memahami materi dan soal. Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami volume limas? YM : Tidak Buk! Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? YM : Lebih enak dan tidak membosankan. Hasil wawancara dengan BS Pertanyaan : Apakah kamu senang belajar materi volume limas? BS : Sekarang saya senang. Pertanyaan : Apakah kamu kesulitan dalam memahami materi volume limas? Kalau ada dimana? BS : Ya, saya kurang mengerti dengan rumusnya. Pertanyaan : Apakah kamu suka belajar materi volume limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments? Jelaskan! BS : Ya, saya suka dengan pembelajaran seperti ini.

51

52

Pertanyaan : Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments, apakah kamu masih mengalami kesulitan dalam memahami volume limas? BS : Masih, karena ada soal-soal yang sukar. Pertanyaan : Apakah pendapat kamu tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya? BS : Saya lebih suka dengan pembelajaran yang sekarang, karena ada kerja kelompok dan permainan. Dari hasil wawancara dengan subjek wawancara dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) ternyata menyenangkan siswa. Siswa lebih aktif dan bersemangat dalam belajar karena mereka dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk kelompok saat permainan (Games Tournaments) berlangsung.

f.

Hasil Catatan Lapangan Berdasarkan pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

maka diperoleh beberapa informasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. 2. Siswa kelihatan sangat senang dan bersemangat saat mengikuti pembelajaran. 3. Pada tindakan II siswa lebih aktif dibandingkan pada tindakan I karena mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT).

g.

Refleksi Pelaksanaan tindakan dapat dikatakan berhasil dan sudah memenuhi kriteria

yang ditetapkan. Berdasarkan hasil observasi dua pengamat terhadap kegiatan guru dan siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada tindakan sudah berlangsung

52

53

dengan baik. Hasil tes menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi volume limas juga telah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan II diperoleh data bahwa 88,46% siswa mendapat skor 65, dengan demikian memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan 80% siswa mendapat skor 65 dan hasil observasi terhadap kegiatan peneliti mencapai skor persentase rata-rata 91% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa mencapai skor persentase rata-rat 88%. Dengan demikian proses pembelajaran sudah tuntas karena telah memenuhi kriteria suatu tindakan yaitu mencapai skor 80%.

4.2 Temuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian pada dua tindakan terdapat temuan penelitian. Adapun temuannya adalah sebagai berikut: 1. Sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi limas. 2. Pada kegiatan diskusi kelompok terlihat bahwa masih ada siswa yang belum aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok. 3. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) memudahkan pemahaman siswa, dimana siswa lebih bersemangat dalam belajar. 4. Pelaksanaan tindakan mencapai kriteria ketuntasan, baik kriteria proses maupun kriteri hasil.

4.3 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Muara Batu kelas VIII1 semester II. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

53

54

prestasi belajar siswa pada materi limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status dan mengandung unsur permainan. Pembelajaran ini dilaksanakan pada dua tindakan yaitu tindakan I menghitung luas permukaan limas dan tindakan II menghitung volume limas. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada tindakan I belum menunjukkan keaktifan siswa yang sepenuhnya dalam belajar. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran yang baru diterapkkan. Akan tetapi keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran pada tindakan II sudah menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih menonjol dibandingkan saat mereka mengikuti pembelajaran pada tindakan I. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah dapat melibatkan keaktifan seluruh siswa dan mengajarkan apa yang telah diperolehnya kepada orang lain. Adanya unsur permainan lebih memantapkan pemahaman materi dan keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian dari pelaksanaan pembelajaran pada dua tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan mengkondisikan siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT). Pada tahap awal pembelajaran, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari dan

menyampaikan tujuan pembelajaran, membangkitkan pengetahuan awal siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan dan kemudian menyampaikan model pembelajaran

54

55

kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) dan menjelaskan langkah-langkah pembelajarannya. Pada tahap inti, peneliti mempresentasikan materi yang akan dipelajari, mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaanpertanyaan. Setelah itu, siswa dibagi ke dalam 6 kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prsetasi, jenis kelamin dan suku/ras yang berbeda. Peneliti kemudian membagikan LKS pada tiap-tiap kelompok. Saat diskusi kelompok berlangsung, peneliti berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memberikan bimbingan dan arahan jika ada siswa yang belum memahami dan kesulitan dalam mengisi/menyelesaikan LKS. Setelah diskusi kelompok selesai, peneliti meminta kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah meminta siswa untuk duduk dalam meja turnamen yang telah ditentukan. Setelah semua meja turnamen terisi, maka permainanpun dimulai oleh siswa yang pertama membaca soal, menjawab soal dan menantang. Hal ini dilakukan secara bergiliran hingga semua siswa mendapat jatahnya masing-masing dan jika semua kartu soal sudah habis terjawab maka permainan selesai. Peneliti hanya membimbing dan memantau setiap kegiatan siswa saat mengikuti permainan sehingga permainan berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Peneliti kemudian meminta siswa untuk kembali ke kelompoknya masing-masing. Proses akhir dari pembelajaran ini adalah penghargaan kelompok, peneliti membagikan lembar pencatat skor pada masing-masing kelompok dan kemudian meminta siswa untuk mencatat skor yang mereka peroleh, peneliti mengarahkan siswa

55

56

yang belum mengerti cara menghitung skor. Setelah diperoleh semua hasil skor setiap kelompok, peneliti memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Pada kegiatan akhir, peneliti bersama siswa menarik kesimpulan dan membuat rangkuman terhadap materi yang telah dipelajari. Setelah model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini diterapkan, peneliti melakukan evaluasi melalui pemberian tes akhir pada masing-masing tindakan. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditinjau dari dua segi kriteria keberhasilan penelitian yaitu kriteria proses dan kriteri hasil. Dilihat dari segi proses, hasil observasi terhadap kegiatan peneliti pada tindakan I mencapai skor persentase rata-rata 88% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa pada tindakan I mencpai skor persentase rata-rata 87%. Berdasarkan krtiteria proses yang ditetapkan maka tindakan I sudah berhasil. Dari segi hasil, tes akhir tindakan I diperoleh 84,61% siswa mendapat skor 65. Dengan demikian, dari segi hasil penelitian tindakan I sudah berhasil. Hasil tes akhir pada tindakan II diperoleh skor 88,46% siswa mendapat skor 65. Hasil observasi pada tindakan II terhadap kegiatan peneliti mencapai skor persentase rata-rata 91% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa mencapai skor persentase rata-rata 88%. Dengan demikian, berdasarkan kriteria proses dan kriteri hasil yang ditetapkan, maka penelitian tindakan II sudah berhasil. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan tindakan, observasi, wawancara dan catatan lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT mendapat respon positif dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari

56

57

prestasi belajar siswa yang meningkat, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu menumbuhkan minat siswa sehingga menjadi lebih aktif, kreatif dan bersemangat dalam belajar.

57

58

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari paparan data dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka dapat disimpulkan: a. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi limas di kelas VIII SMP Negeri 3 Muara batu. b. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) dapat menumbuhkan sikap kerja sama antar sesama siswa dalam kelompok dan saling membantu dalam memahami materi yang sulit.

5.2 Saran a. Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) dapat membawa pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada guru bidang studi matematika dapat menerapkan model pembelajaran tersebut. b. Guru bidang studi matematika hendaknya memperhatikan para siswa yang belum memahami pokok bahasan yang diajarkan.

58

59

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bahari, dkk. 1995. Strategi Belajar Mengajar: Jakarta: Rineka Cipta. Hamzah, B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Lie, Anita. 2005. Cooperatif Learning: Jakarta: Grasindo. Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom. New York: Glenconce Mc Graw Hill. Mahmuddin. 2009. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Artikel, (Online), (http://mahmuddin.wordpress.com, diakses 23 Desember 2009). Moleong, Lexy. J. 1997. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1989. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Nuharini, Dewi dkk. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Slavin R. E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practice (Second Edition). Boston, MA : Allyn and Bacon. Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica. Urge. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surabaya: IKIP Usman. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Darussalam: Universitas Syiah Kuala. Yasa, Doantara. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Artikel, (online), (http://ipotes.wordpress.com, di akses 9 Oktober 2009)

59

Anda mungkin juga menyukai